Interpretasi Pendugaan Akuifer

Gambar 4. Interpretasi Pendugaan Akuifer

a) Korelasi titik 10-13-24-23-16 Dapat terlihat pada Gambar 5a berdasarkan hasil interpretasi resistivitas terdapat litologi Batugamping masif, Batugamping berongga dengan intensitas kekar rendah, dan Batugamping berongga dengan intensitas kekar tinggi. Akuifer di interpretasikan berada pada titik 13 pada litologi Batugamping berongga dengan intensitas kekar tinggi mulai kedalaman ± 65-120 m.

Selanjutnya pada titik 23 dapat terlihat dijumpai nilai resistivitas yang sangat tinggi pada Batugamping yaitu 8784 Ohm.m mulai dari kedalaman ± 9-60 m dan 2575 Ohm.m mulai dari kedalaman ± 60-96 m. Berdasarkan dari nilai resistivitas yang tinggi itu kemungkinan terdapat

gua pada titik tersebut.

b) Korelasi titik 25-11-12 Berdasarkan hasil interpretasi dapat terlihat bahwa pada titik 11 dan 25 terdapat litologi Batugamping masif dan Batugamping berongga dengan intensitas kekar tinggi (Gambar 5b). Kemungkinan pada litologi tersebut mengandung air, tetapi karena lapisan di bawahnya tidak diperoleh lapisan kedap air jadi belum bisa dipastikan bahwa pada litologi tersebut merupakan lapisan akuifer.

Selanjutnya pada ketiga titik tersebut dijumpai adanya nilai resistivitas sangat tinggi yang kemungkinan berupa gua pada litologi batugamping. Pada titik 25 gua diinterpretasikan mulai dari kedalaman ± 5-12 m dengan nilai resistivitas 1369 Ohm.m. Kemudian di titik 11 gua

dijumpai mulai dari kedalaman ± 4-20 m dengan nilai resistivitas 1971 Ohm.m. Di titik 12 juga diperoleh data pengukuran yang menunjukan indikasi adanya gua dengan nilai resistivitas 2427 Ohm.m mulai dari kedalaman ± 2-18 m dan ± 18-27 m dengan nilai resistivitas 9876 Ohm.m.

c) Korelasi titik 14-15 Dapat terlihat pada Gambar 5c tersebut, berdasarkan hasil interpretasi berdasar nilai resistivitas terdiri dari litologi Batugamping masif dan Batugamping berongga dengan intensitas kekar tinggi, sehingga dari interpretasi tersebut dapat terlihat bahwa kemungkinan lapisan

Seminar Nasional Kebumian XII

Hotel Sahid, 14 September 2017 Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-19765-5-5

akuifer terdapat pada titik 14. Akuifer diinterpretasikan di titik 14 pada litologi Batugamping berongga dengan intensitas kekar tinggi mulai dari kedalaman ± 30-100 m. Di titik 15 pada litologi batugamping dengan nilai resistivitas 1417 Ohm m di interpretasikan berupa gua mulai dari kedalaman ± 17-26 m.

d) Korelasi titik 18-17 Berdasarkan dari interpretasi hasil pengukuran geolistrik seperti terlihat pada Gambar 6a, dapat terlihat bahwa litologi yang dijumpai berupa Batugamping masif, Batugamping berongga dengan intensitas kekar rendah, dan Batugamping berongga dengan intensita s kekar

tinggi. Tidak dijumpai adanya lapisan akuifer maupun lapisan yang kemungkinan mengandung air. Titik 18 litologi batugamping mulai dari kedalaman ± 0-30 m dan ± 88-130 m. Pada titik 17 litologi batugamping masif pada kedalaman ± 47-70 m, dimana lapisan batuan diatasnya berupa Batugamping berongga dengan intensitas kekar tinggi.

e) Korelasi titik 21-20-19-22

Dapat terlihat pada Gambar 6b, berdasarkan hasil interpretasi berdasar nilai resistivitas litologi berupa Batugamping masif, Batugamping berongga dengan intensitas kekar rendah, dan Batugamping berongga dengan intensitas kekar tinggi. Litologi yang mendominasi ialah Batugamping berongga dengan intensitas kekar rendah, dan Batugamping berongga dengan intensitas kekar tinggi sehingga dari interpretasi tersebut dapat terlihat bahwa kemungkinan lapisan akuifer terdapat pada titik 19 dan 22. Akuifer diinterpretasikan di titik 19 pada litologi Batugamping berongga dengan intensitas kekar rendah mulai dari kedalaman ± 9-40 m. Di titik 22 pada litologi batupasir dengan nilai resistivitas 31 Ohm.m di interpretasikan berupa akuifer mulai dari kedalaman ± 5-28 m

Konfigurasi Cekungan Wonosari Akifer Wediombo

Terdapat beberapa titik yang diinterpretasikan diduga sebagai akuifer. Umumnya titik lokasi potensial tersebut relatif memanjang arah Barat-Timur di sebelah utara Gunung Batur. Untuk memudahkan maka dibuat konfigurasi penampang melintang arah Utara-Selatan (Gambar 7a) dan konfigurasi melintang arah Barat-Timur (Gambar 7b) yang melalui beberapa titiik geolistrik tersebut

Dari penampang pada Gambar 7a, penulis menginterpretasikan bahwa akumulasi air terjadi pada titik Geolistrik 14. Hal ini dibuktikan dengan nilai resistivity yang diduga bahwa pada titik tersebut banyak kekar-kekar yang membuat rongga sehingga air bisa masuk melewati batuan-batuan tersebut. Peran struktur geologi berupa sesar-sesar turun sangat berperan pada konfigurasi ini karena air mengalir mengikuti pola rekahan.

Penampang melintang Barat-Timur pada Gambar 7b memperlihatkan bahwa akumulasi air berada pada titik 22 dan 19. Sedangkan pada titik 11 dan 17 terlihat dari hasil resistivitas

tidak dijumpai adanya lapisan akuifer yang masif. Penulis juga menginterpretasikan bahwa adanya struktur berupa sesar yang menjadi sekat dari cekungan ini, dan melalui sesar-sesar itu juga aliran air masuk dan terakumulasi pada titik 22 dan 19.