Pengambilan Sampel Tanah

Gambar 6. Pengambilan Sampel Tanah

4. Pemilihan jenis vegetasi Keberhasilan reklamasi dengan jalan revegetasi dipengaruhi oleh jenis vegetasi dan kualitas tanah. Pemilihan jenis vegetasi pada disposal utara didasarkan pada hasil pengujian tanah mengenai kandungan pH dan unsur hara. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium pada sampel tanah disposal utara, maka vegetasi yang cocok untuk lahan disposal adalah sebagai berikut.

a. Tanaman Cepat Tumbuh Bibit yang dapat digunakan sebagai tanaman cepat tumbuh untuk pekerjaan reklamasi pada disposal utara adalah dari jenis Eucalyptus (Eucalyptus uorophylla), Trembesi (Samanea saman), Gamal (Gliricidia sepium), Mahang Merah, Mahang (Macaranga hosei king) dan Mallotus Japonicus.

Jenis-jenis vegetasi tersebut memiliki syarat tumbuh yang sesuai dengan kandungan hara dan karakteristik tanah pada disposal utara. Hanya dibutuhkan 1 jenis tanaman dari jenis-jenis tanaman tersebut untuk dilakukan penanaman pada area disposal utara.

b. Tanaman Lokal Tanaman lokal yang tumbuh di lokasi IUP PT. Manambang Muara Enim adalah Medang (Litsea sp), Pulai (Alstonia scholaris), Seru, Sungkai (Peronema canescens), Asam Kandis (Garcinia xanthochymus), Seluai, Meranti (Shorea sp), Kapuk Randu (Ceiba petandra), Jelutung (Dyera sp).

5. Revegetasi pada areal lereng Manfaat penanaman vegetasi pada areal lereng (tanaman penutup tanah) adalah mengurangi laju erosi tanah, menstabilkan permukaan tanah dari energi kinetis air hujan, membantu memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah serta merangsang kehidupan organisme tanah yang berperan penting dalam siklus nutrisi. Jenis vegetasi yang akan ditanam pada disposal utara yaitu Calopogonium caeruleum (CC) dan Mucuna bracteata (MB).

6. Penanaman

a. Tanaman Penutup Syarat dan ketentuan penanaman tanaman penutup tanah adalah sebagai berikut :

i. Penanaman tanaman penutup tanah LCC (Legumenose cover crop) dengan jenis Calopogonium caeruleum (CC) = 20 Kg/Ha danMucuna bracteata (MB) = 0.5 Kg/Ha

ii. LCC jenis Calopogonium caeruleum (CC) dicampur dengan Rock Phosphate 20 kg/ha ditanam dalam bentuk larikan diantara baris tanaman pokok dengan jarak 100 cm dari titik tanam pokok.

Seminar Nasional Kebumian XII

Hotel Sahid, 14 September 2017 Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-19765-5-5

iii. Sementara LCC jenis Mucuna bracteata (MB) ditanam terpisah dengan terl ebih dulu disemaikan dalam polybag. Ditanamkan pada baris tanaman pokok dengan 2 bibit antar tanaman pokok. Jarak tanam dari tanaman pokok adalah 4 meter dan jarak antar bibit Mucuna bracteata 1 meter.

iv. Penanaman LCC dianggap berhasil jika semua area penanaman telah tertutup tanaman LCC dengan baik dan telah menyatu antara satu sisi dengan sisi lainnya dalam waktu ± 3 (tiga) bulan.

v. Wajib melakukan penyulaman (penanaman kembali/ulang) jika sampai dengan 3 bulan LCC belum memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

b. Tanaman Cepat Tumbuh

i. Spesifikasi bibit yang akan ditanam adalah: Sehat; Memiliki tinggi minimal 50 cm; Secara fisik memiliki kenampakan daun yang hijau segar, cerah dan utuh (tidak diserang hama penggerek daun); serta Memiliki batang dan perakaran yang baik (kuat).

ii. Sementara Jarak tanam untuk Tanaman Cepat Tumbuh (Lokal Eksotik) adalah 4 m x 4 m; sehingga diperlukan jumlah tanaman ± 625 batang untuk setiap hektarnya.

iii. Jumlah bibit tanaman disesuaikan dengan luasan yang perlu ditanam. iv. Kewajiban untuk menyiapkan/menyediakan bibit penyulaman sebanyak 30% bibit tanaman yang diperlukan per hektar.

c. Tanaman Lokal

i. Spesifikasi bibit yang akan ditanam adalah: (i). Sehat; (ii). Memiliki tinggi minimal 50 cm; (iii). Secara fisik memiliki kenampakan daun yang hijau segar, cerah dan utuh (tidak diserang hama penggerek daun); serta (iv). Memiliki batang dan perakaran yang baik (kuat).

ii. Jarak tanam yang ditetapkan adalah 5 x 5 m; sehingga diperlukan jumlah tanaman ± 400 batang untuk setiap hektarnya.

iii. Jumlah bibit tanaman disesuaikan dengan luasan yang perlu ditanam iv. Kewajiban untuk menyiapkan 30% bibit tanaman yang diperlukan per hektar untuk keperluan penyulaman.

7. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman dilakukan segera setelah proses penanaman selesai. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: (i). Penyiraman tanaman sampai dengan tanaman benar-benar mampu bertahan dalam kondisi cuaca ekstrim di lokasi; (ii). Melakukan konsolidasi/penguatan tanaman yang roboh (faktor cuaca atau hama ternak); serta (iii). Persyaratan dan ketentuan yang berlaku adalah sebagai berikut :

a. Penyulaman  Penyulaman adalah mengganti bibit yang mati atau rusak dengan bibit yang baru.

Penyulaman dilakukan sebanyak dua kali, yakni 2-4 minggu setelah penanaman dan kemudian 3 – 6 bulan setelah penanaman. Penyulaman wajib dilakukan pada pagi hari.

 Bibit pengganti sebaiknya memiliki umur yang sama, sehingga pertumbuhan bibit akan seragam. Untuk itu selama enam bulan setelah penanaman selalu disiapkan persediaan bibit yang masih berada didalam polybag minimal sebanyak 10% dari jumlah bibit yang telah ditanam pada saat penyulaman pertama (umur tanaman 2 – 4 minggu) dan 20% dari jumlah bibit yang telah ditanam pada saat penyulaman kedua (umur tanaman 3 –6 bulan).

b. Penyiangan Penyiangan adalah perawatan tanaman dari berbagai jenis pengganggu seperti gulma; dengan cara menghilangkan, memotongnya, mencabut menggunakan tangan.

c. Pemupukan  Pemupukan dimaksudkan untuk menjaga ketersediaan unsur hara dalam tanah. Jenis pupuk yang digunakan dalam pemupukan ini yaitu pupuk cair (sesuai dosis anjuran),

kompos dan penggunaan mulsa.

Seminar Nasional Kebumian XII

Hotel Sahid, 14 September 2017 Fakultas Teknologi Mineral, UPN ”Veteran” Yogyakarta ISBN 978-602-19765-5-5

 Sebelum pemupukan, maka wajib dilakukan pendangiran atau penggemburan tanah pada radius 15 cm dari tanaman agar pupuk dapat dengan mudah terserap kedalam

tanah.  Untuk penggunaan mulsa maka akan ditempatkan 10 cm dari tanaman (pangkal tanaman) hingga ketebalan 10 cm. Lapisan ini berguna untuk menjaga kelembaban

tanah serta sekaligus meningkatkan kualitas unsur hara tanah.

d. Pemberantasan Hama  Pemberantasan hama pengganggu yang dapat mengakibatkan terganggunya

pertumbuhan tanam.  Hama pengganggu umumnya biasanya berasal dari hewan ternak. Hama lainnya adalah ulat yang menyerang daun dan batang.

e. Pemberantasan Penyakit Penyakit tanaman umumnya disebabkan oleh jamur yang menyerang daun, batang dan akar.