Pembelajaran Bahasa Jawa

3.2 Pembelajaran Bahasa Jawa

Tulisan yang termasuk dalam kelompok pembelajaran ba- hasa Jawa ini membahas tentang pengajaran dan pembinaan dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa Jawa.

3.2.1Rangkuman Deskripsi Tulisan

Tulisan yang memuat pembelajaran bahasa Jawa di dalam Widyaparwa ada empat judul, yaitu sebagai berikut. (1) ” Pengajaran Bahasa Jawa di SPG DIY” (2) “Situasi Pengajaran Peribahasa Jawa pada Beberapa Sekolah

Dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta” (3) “Pendekatan Pengajaran untuk Pembelajaran Bahasa Jawa” (4) “Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan

Sastra Jawa dan Penerapannya di SLTP” Nama-nama penulis yang menulis dalam kelompok ini ialah

(a) Slamet Riyadi, (b) Adi Triyono, dan (c) Sutrisna Wibawa.

3.2.2Rangkuman Deskripsi Bahasan

Dalam deskripsi bahasan ini substansi bahasan masing- masing tulisan diuraikan satu per satu.

1. “Pengajaran Bahasa Jawa di SPG DIY” Di dalam tulisan ini diperoleh gambaran tentang proses

belajar-mengajar mata pelajaran bahasa Jawa di SPG berdasarkan kurikulum dan GBPP.

a. Pelaksanaan pembelajaran beralokasi waktu dua jam setiap minggu.

b. Materi pelajaran tidak seragam yang disebabkan oleh langkanya buku-buku ajar berbahasa Jawa

c. Guru pengajar tidak seluruhnya berkualifikasi pendidikan bahasa Jawa

d. Siswa bersikap positif terhadap pembelajaran bahasa Jawa d. Siswa bersikap positif terhadap pembelajaran bahasa Jawa

Untuk memperoleh gambaran mengenai kurikulum dan GBPP, kualifikasi guru, sikap siswa, sarana pengajaran: buku- buku dan majalah, dan pandangan para pamong terhadap peng- ajaran bahasa Jawa. Metode yang digunakan ialah deskriptif kualitatif.

2. “Situasi Pengajaran Peribahasa Jawa pada Beberapa Sekolah Dasar di Daerah Istimewa Yogyakarta” Dalam tulisan ini dibicarakan tentang pengajaran peribahasa

Jawa pada beberapa sekolah dasar di DIY. Diuraikan pula model pembelajaran dan metode didaktik khusus. Situasi pengajaran peribahasa Jawa pada beberapa sekolah di DIY dapat disimpul- kan sebagai berikut.

a. Pengajaran peribahasa Jawa masih berpola hafalan.

b. Pengajaran peribahasa Jawa seharusnya memahamkan de- ngan menerapkan pada contoh-contoh kejadian.

c. Model pembelajaran yang ditawarkan yaitu (i) pola mem- buat cerita berdasarkan arti peribahasa dan (ii) pola mem- peribahasakan sebuah cerita atau kejadian.

3. “Pendekatan Pengajaran untuk Pembelajaran Bahasa Jawa” Ada beberapa hal yang dapat dikemukakan berkaitan

dengan pendekatan pengajaran bahasa Jawa.

a. Model-model pembelajaran bahasa Jawa

b. Metode yang digunakan ialah metode deskriptif-analitis (dengan penyaranan terhadap satu model)

c. Pengajaran bahasa Jawa sebaiknya menggunakan model komunikatif (bukan struktural yang mengutamakan definisi dan hafalan-hafalan).

d. Seluruh bahan ajar idealnya mengajarkan menyiratkan makna linguistik, makna fungsional, dan makna sosial

(informatif, pragmatik/bermaksud, juga sopan). Menapa kepareng kulo sowan mangke sonten?

e. Penerapan model komunikatif memperhatikan (i) tujuan pengajaran, yaitu mengembangkan kompotensi komuni- katif (mampu menafsirkan bentuk-bentuklinguistik, baik yang tersurat maupun tersirat); (ii) materi pelajaran dida- sarkan atas hasil analisis kebutuhan; (iii) peran guru dan siswa: guru berperan sebagai fasilitator (mengoordinasi kegiatan siswa). Siswa berperan sebagai negosiator antara dirinya sendiri, proses belajar, dan objek yang dipelajari; (iv) teknik pengajaran, terinci menjadi (a) guru menjelaskan ungkapan-ungkapan dalam sebuah

bacaan, (b) pelatihan pengucapan oleh siswa, (c) pertanyaan atas maksud-maksud dialog, (d) pendiskusian atas ungkapan-ungkapan, (e) pendiskusian secara lebih bebas atas teks.

Kegiatan dalam model komunikatif terpilah menjadi (a) ke- giatan fungsional (penemuan atas informasi yang ada dan pengga-

lian atas informasi yang tidak tereksplisitkan; (b) kegiatan interaksi social: penggalian makna sosial dan makna fungsional (pendis- kusian, pemeranan,dll).

Evaluasi pengajaran; didasarkan pada skill using, termasuk kemampuan kotgnitif dan psikomotorik. Khusus bahasa Jawa, kemampuan afektifnya.

4. “Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa dan Sastra Jawa dan Penerapannya di SLTP” Dalam tulisan ini dibicarakan mengenai pengajaran bahasa

Jawa di SLTP. Pengajaran bahasa dan sastra Jawa di SLTP seba- gai model untuk menumbuhkan sikap positif, kemampuan dalam menggunakan, dan menghayati siswa terhadap bahasa dan sastra Jawa.

Hal-hal yang dikemukakan dalam tulisan ini ialah sebagai berikut.

a. Pembinaan dan pengembangan terhadap bahasa dan satra Jawa bertujuan (a) menciptakan sikap positif terhadap bahasa dan penik-

mat sastra Jawa, (b) meningkatkan kemampuan berbahasa dan cipta karya, serta kritik sastra Jawa, (c) meningkatkan mutu pemakaian bahasa dan jumlah serta mutu karya sastra Jawa, (d) membakukan bentuk-bentuk kebahasaan dan meme- karkan teori serta kritik sastra, (e) meningkatkan sarana penunjang, penyebarluasan, dan peran serta sastra dalam pengembangan kebudayaan nasional.

b. Pembinaan dan pengembangan bahasa Jawa di SLTP di- maksudkan ialah (a) siswa memahami BJ dari segi bentuk, (b) siswa mampu menggunakan bahasa Jawa yang baik

dan benar untuk berbagai keperluan komunikasi, (c) siswa mampu menikmati, menghayati, memahami, dan memanfaatkan nilai-nilai dalam sastra Jawa untuk memperkaya pengalaman kejiwaan dan pembentukan watak budi luhur,

(d) siswa memiliki keberanian untuk menggunakan bahasa Jawa secara baik dan benar, (e) siswa menghargai dan membanggakan bahasa Jawa sebagai bahasa daerahnya.

c. Banyaknya kendala dalam pencapaian tujuan tadi, khusus- nya dalam hubungan dengan terbatasnya jumlah guru dan bahan ajar yang memadai.

d. Pengajaran bahasa dan sastra Jawa di SLTP sebaiknya meng- gunakan metode komunikatif, yang mengedepankan pen- capaian keterampilan.

e. Perlunya penambahan jam ajar dalam bentuk sebagai ke- giatan ekstrakurikuler.

f. Perlunya dukungan dari para penentu kebijakan (orang tua, guru, kepala sekolah, maupun instansi terkait).