Rangkuman Deskripsian Kata Referensial

2.2.3Rangkuman Deskripsian Kata Referensial

Pada bagian ini dipaparkan rangkuman deskripsian kata referensial yang dibahas dalam jurnal Widyaparwa. Data yang

menjadi bahan kajian berupa kata-kata yang bersifat sempurna, sudah mengandung pengertian yang sempurna.

Supaya menjadi jelas, rangkuman ini dipaparkan ke dalam dua kelompok, yakni kelompok kata kerja atau verba dan kelom- pok bukan kata kerja. Kedua rangkuman itu dipaparkan pada

bagian berikut.

2.2.3.1 Lingkup Kajian Kata Kerja/Verba

Kajian kata kerja atau verba pada jurnal Widyaparwa ber- jumlah enam buah yang berjudul ‘Tinjauan Sekilas Verba Bene- faktif dalam Bahasa Jawa”, “Verba Lokatif dalam Bahasa Jawa”, “Verba Instrumentatif dalam Bahasa Jawa”, “Sepintas tentang Verba Antipasif dalam Bahasa Jawa”, “Verba Intransitif Bentu Asal dalam Bahasa Jawa”, dan “Penurunan Semantik Kata Kerja dalam Bahasa Jawa”. Keenam artikel itu ditulis oleh Restu Sukesti (1991, 1996), Wiwin Erni Siti Nurlina (2001), Sri Nardiati (1997,1998).

Kajian pertama membahas verba benefaktif, verba atau kata kerja yang dapat menimbulkan keuntungan baik untuk orang lain maupun diri sendiri. Verba ini dapat berbentuk monomor- femik dan polimorfemik. Verba benefaktif monomorfemik ini berupa entuk ‘memperoleh’. Verba benefaktif polimorfemik ini berbentuk N-, misalnya, nyepur ‘naik kereta’, N-/-i, misalnya ngajari ‘melatih’, N-/-ake, misalnya nulisake ‘menuliskan’.

Kajian kedua membahas verba lokatif. Verba ini dibagi atas empat tipe: Verba benefaktif dapat menghadirkan sejumlah nomina, yaitu bervalensi satu, bervalensi dua, dan bervalensi tiga. Verba benefaktif yang menuntut hadirnya sejumlah argumen itu terbagi menjadi tiga, yaitu pemilikan, penggunaan, dan perolehan. Verba benefaktif perolehan mempunyai frekuensi yang cukup tinggi.

1) Verba lokatif statis, misalnya keli ‘hanyut’

2) Verba lokatif aksi, misalnya nyabrang ‘menyeberang’

3) Verba lokatif proses, misalnya kejeglug ‘terbentur’, dan

4) Verba lokatif aksi proses, misalnya nyawatake ‘melem- parkan’.

Di dalam verba lokatif, proses ini dibagi atas tiga tipe. Tipe satu berciri adanya jarak antara nomina terlokasi dan nomina lokasi. Tipe dua berciri kedekatan jarak antara nomina terlokasi dan nomina lokasi. Tipe tiga menyerupai tipe dua plus alat. Adapun verba lokatif aksi dibagi atas dua tipe. Tipe satu, nomina terlokasi menuju nomina lokasi yang berjarak relatif pendek. Tipe dua, jarak nomina terlokasi ke nomina lokasi relatif pan- jang, arah gerak bias mendekat bias menjauh dari nomina. Lokasi bergantung preposisi yang digunakan.

Kajian ketiga membahas verba instrumentatif, verba yang mampu menghadirkan nomina instrumen. Verba instrumentatif ini dibagi atas lima tipe. Tipe satu menyiratkan jenis instrumen- nya, misalnya, nggunting ‘menggunting’, njungkati ‘menyisiri’, jungkatan ‘bersisir’. Tipe dua, instrumen merupakan relasi hipo- nim. Tipe tiga, nomina instrumen bersifat implisit. Masing-ma- Kajian ketiga membahas verba instrumentatif, verba yang mampu menghadirkan nomina instrumen. Verba instrumentatif ini dibagi atas lima tipe. Tipe satu menyiratkan jenis instrumen- nya, misalnya, nggunting ‘menggunting’, njungkati ‘menyisiri’, jungkatan ‘bersisir’. Tipe dua, instrumen merupakan relasi hipo- nim. Tipe tiga, nomina instrumen bersifat implisit. Masing-ma-

Kajian keempat memuat bahasan verba antipasif yang men- cakupi bentuk dan peran semantisnya. Berdasarkan bentuknya, ada verba monomorfemis, misalnya dadi ‘menjadi’ dan polimor- femis N-, mer-, N-/-i, -um-, -an, dan reduplikasi.

Verba antipasif ini menuntut hadirnya satu atau dua argu- men. Nomina satu argumen itu berperan pengalam dan atau pelaku. Nomina dua argumen itu berperan pelaku-pasien, pe- laku-kualitatif, dan pelaku-lokatif.

Kajian kelima membahas verba intransitif bentuk asal. Verba intransitif adalah verba tertentu yang membutuhkan satu konsti- tuen sebagai subjeknya. Secara inheren verba intransitif ini ber- peran statif, resiprokatif, dan prosesif. Konstituen pendamping- nya berposisi di sebelah kiri. Nomina pendamping itu berperan agentif, objektif, pasientif, pengalam, dan kompanial.

Kajian keenam ialah penurunan semantik kata kerja. Secara inheren kata kerja tipe ini menyatakan tiga makna, keadaan, aksi, dan proses. Makna kata kerja itu dapat diturunkan melalui penurunan inkoatif, kausatif, benefaktif, dan resultatif. Verba keadaan pecah ‘pecah’ dapat mecah ‘dalam proses pecah’. Verba keadaan eling ‘ingat’ dapat diturunkan menjadi ngelingake ‘mengingatkan’. Verba keadaan bukak ‘buka’ dapat diturunkan ke dalam verba resultatif bukakan ‘dalam keadaan terbuka’.

2.2.3.2 Teori, Metode, dan Teknik

Di dalam analisis verba digunakan teori struktural dan tata bahasa kasus. Di dalam analisis data verba benefaktif digunakan teori tata bahasa kasus. Analisis verba lokatif, verba instrumen- tatif digunakan teori struktural. Di dalam analisis verba antipasif digunakan teori struktural semantik-sintaktis. Di dalam analisis verba intransitif digunakan teori tata bahasa kasus dan semantik. Adapun di dalam analisis penelitian penurunan semantik kata kerja digunakan teori semantik struktural.

Di dalam analisis verba benefaktif digunakan metode agih, teknik sisip dan lesap. Di dalam analisis verba lokatif digunakan metode deskriptif, teknik balik dan delisi. Di dalam analisis verba instrumentatif digunakan metode deskriptif, teknik edisi, per- mutasi, delisi. Di dalam analisis verba antipasif digunakan metode deskritif-kualitatif dengan teknik bagi unsur langsung dan parafrasa. Dalam analisis verba intransitif digunakan metode agih dengan teknik bagi unsur langsung dan parafrasa. Di dalam analisis penurunan semantik kata kerja digunakan metode padan dengan teknik parafrasa.