berikut ini akan dibahas mengenai masing - masing karakteristik tersebut verderber et al 2007 dalam teori komunikasi antar pribadi hal 157 -159
A. Keramahtamahan dan kasih sayang
B. Kepercayaan
C. Pengungkapan diri
D. Tanggung jawab.
Untuk meningkatkan komunikasi antar kalangan berikut ini lima pedoman dimana para karyawan dapat menggunakannya untuk meningkatkan komunikasi
dan juga bagi setiap ornag yang memiliki hubungan akrab verderber et al 2007 dalam teori komunikasi antar pribadi hal 173-180
a. Membuka jalur komunikasi
b. Menghadapi pengaruh ketidak seimbangan kekuasaan
c. Mengenali dan menyesuaikan kepada perubahan
d. Menghormti kepentingan – kepentingan individual
e. Mengelola konflik secara adil.
2.1.5 Penetrasi Sosial
Teori Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman Dalmas Taylor. Teori penetrasi sosial secara umum membahas tentang bagaimana
proses komunikasi interpersonal. Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana
terjadi semacam proses adaptasi di antara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor: penetrasi sosial.Altman dan Taylor 1973 membahas tentang
bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan. Menurut mereka, pada dasarnya kita akan mampu untuk berdekatan dengan seseorang yang lain
sejauh kita mampu melalui proses “gradual and orderly fashion from superficial to intimate levels of exchange as a function of both immediate and
forecast outcomes.”
Universitas Sumatera Utara
Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya adalah pada hakikatnya manusia memiliki beberapa layer atau
lapisan kepribadian. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula kepribadian manusia.
The social penetration theory menyatakan bahwa berkembangnya hubungan-hubungan itu, bergerak mulai dari tingkatan yang paling dangkal,
mulai dari tingkatan yang bukan bersifat inti menuju ke tingkatan yang terdalam, atau ke tingkatan yang lebih bersifat pribadi. Dengan penjelasan ini,
maka teori penetrasi sosial dapat diartikan juga sebagai sebuah model yang menunjukkan perkembangan hubungan, yaitu proses di mana orang saling
mengenal satu sama lain melalui tahap pengungkapan informasi. Perkembangan hubungan sebagaimana dimaksudkan tadi, oleh Irwin
Altman dan Dalmas Taylor, berlangsung dalam empat tahap. Tahapan mana, perkembangan hubungan itu dianalogikannya dengan sebuah bawang merah
yang memiliki lapisan-lapisan kulit. Dengan analogi tersebut, maka dijelaskan bagaimana orang melalui interaksi saling mengelupasi lapisan-lapisan
informasi mengenai diri masing-masing. Ini pulalah apa yang dimaksudkan dengan penetrasi itu, yakni proses pengelupasan bagian-bagian informasi setiap
individu dari suatu pasangan secara perlahan. Pada lapisan pertama atau terluar kulit bawang tahap pertama, maka
informasinya bersifat superficial. Informasi yang demikian wujudnya antara lain seperti nama, alamat, umur, suku dan lain sejenisnya. Biasanya informasi
demikian kerap mengalir saat kita berkomunikasi dengan orang yang baru kita kenal. Tahapan ini sendiri disebut dengan tahap orientasi.
Tahap kedua lapisan kulit bawang kedua disebut dengan tahap pertukaran afektif eksploratif. Tahap ini merupakan tahap ekspansi awal dari
informasi dan perpindahan ke tingkat pengungkapan yang lebih dalam dari tahap pertama. Dalam tahap tersebut, di antara dua orang yang berkomunikasi,
misalnya mulai bergerak mengeksplorasi ke soal informasi yang berupaya
Universitas Sumatera Utara
menjajagi apa kesenangan masing-masing. Misalnya kesenangan dari segi makanan, musik, lagu, hobi, dan lain sejenisnya.
Tahapan berikutnya adalah tahap ketiga, yakni tahap pertukaran afektif. Pada tahap ini terjadi peningkatan informasi yang lebih bersifat pribadi,
misalnya tentang informasi menyangkut pengalaman-pengalaman privacy masing-masing. Jadi, di sini masing-masing sudah mulai membuka diri dengan
informasi diri yang sifatnya lebih pribadi, misalnya seperti kesediaan menceritakan tentang problem pribadi. Dengan kata lain, pada tahap ini sudah
mulai berani “curhat”. Tahap ke empat merupakan tahapan akhir atau lapisan inti, disebut juga
dengan tahap pertukaran yang stabil. Pada tahap tersebut sifatnya sudah sangat intim dan memungkinkan pasangan tersebut untuk memprediksikan tindakan-
tindakan dan respon mereka masing-masing dengan baik. Informasi yang dibicarakan sudah sangat dalam dan menjadi inti dari pribadi masing-masing
pasangan, misalnya soal nilai, konsep diri, atau perasaan emosi terdalam. Salah satu kekuatan dalam teori ini adalah fakta bahwa ia dapat
digunakan untuk melihat wajah kedua untuk menghadapi interaksi interpersonal serta interaksi online antara individu. kekuatan lain melibatkan
kegunaan dari teori ini dalam memandang dan menilai risiko dalam suatu hubungan interpersonal tergantung pada jenis hubungan serta tingkat saat
pengungkapan diri dan keintiman di dalamnya. Kelemahan dari teori ini termasuk fakta bahwa faktor-faktor lain yang
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi pengungkapan diri tidak dinilai. Budaya dan karakteristik demografi seperti jenis kelamin, ras, usia, dan banyak
lagi, akhirnya mungkin memiliki efek pada bagaimana seseorang memilih untuk mengungkapkan informasi. Selain itu, juga mungkin sulit untuk
menggeneralisasi informasi yang dinilai menggunakan teori ini karena fakta bahwa pengalaman tertentu, nilai-nilai, dan keyakinan dari seorang individu
juga mungkin memiliki efek pada cara di mana ia memilih untuk mengungkapkan informasi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Self Disclosure