(Studi Kolerasional Tentang Hubungan Gathering Perusahaan Gas Negara Medan dengan Keakraban Karyawan di Divisi Operasional)

(1)

GATHERING DAN KEAKRABAN

(Studi Kolerasional Tentang Hubungan Gathering Perusahaan Gas

Negara Medan dengan Keakraban Karyawan di Divisi

Operasional)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara MUHAMMAD YATTA KASOGI NASUTION

100922030

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Gathering Perusahaan Gas Negara Medan dengan Keakraban Di Kalangan Para Karyawan Dalam Divisi Operasional.

Dalam penelitian ini karyawan divisi operasional menjadi populasi utamanya dan penelitian ini menggunakan totaly sampling yaitu seluruh populasi menjadi sampelnya. karena populasi tersebut hanya berjumlah 98 jiwa, maka dari itu semua populasi dijadikan sampel.

Penelitian ini menggunakan teori penetrasi sosial dan self disclousure yang menjadi acuan dalam melihat keakraban di karyawan di divisi operasional perusahaan gas negara medan

Hasil penelitian ini menggambarkan Kegiatan Gathering yang dilakukan oleh karyawan divisi operasional di Perusahaan Gas Negara Medan dalam mencipatakan Keakraban di Kalangan Para Karyawan Dalam Divisi Operasional secara keseluruhan sudah ada Kesetaraan, ada Kebersamaan, Motivasi yang tinggi, ada Loyalitas, mudah dalam Sosialisasi program kegiatan gathering.

Dari hasil analisa diperoleh gambaran nilai Korelasi antara Kegiatan Gathering dengan Keakraban Karyawan adalah signifikan (probabilitas 0,000 yang berada di bawah 0,05), yang berarti bahwa adanya hubungan yang benar-benar signifikan antara Kegiatan Gathering dengan Keakraban Karyawan. Angka korelasi (0,984) yang lebih tinggi dari 0,5 menunjukkan hubungan yang sangat Kuat antara kedua variabel tersebut.Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara keseluruhan program kegiatan gathering sudah dapat dikatakan baik. Ada hubungan yang sangat kuat antara kegiatan Gathering terhadap Keakraban. Besar pengaruh variabel Pengaruh Gathering terhadap Keakraban pada PGN yaitu nilai r sebesar 0,984. Saran hendaknya kualitas kegiatan ini lebih ditingkatkan lagi baik dari segi kualitas acara dan frekuensi kegiatannya. Untuk kedepannya dalam kegiatan Gathering untuk mengajak keluarga dari setiap karyawan, dan jarak waktu pelaksanaannya harap agar sedikit dikurangi. Perlunya maksimalisasi beberapa pembenahan dalam memberikan sarana dan prasarana di kantor.


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridha-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU).

Saya menyadari bahwa, skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan do’a, bantuan, bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Terimakasih kepada kedua orangtuaku atas do’a, dukungan dan segala apa yang diberikan dalam memotivasi saya untuk dapat menyelesaikan skripsi dan menjadi seorang sarjana.

2. Bapak Prof. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara serta seluruh jajarannya.

3. Ibu Dra. Fatmawardy Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Dayana, M. Si, selaku Sekretaris Departemen Program Studi Imu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Sekaligus sebagai dosen pembimbing saya, Terimakasih atas saran, kritik, bimbingan, wawasan, pengetahuan, waktu, tenaga, dan pikiran yang telah diberikan dengan sabar untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen dan staf pengajar yang telah mendidik dan membimbing mulai dari semester awal hingga saya menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh karyawan Tata Usaha Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU dalam membanatu penulis mengurus administrasi sidang.


(4)

7. Karyawan Persusahaan Gas Negara medan khusunya divisi opersional yang kompeten dimana telah memberikan penjelasan dan data yang saya butuhkan untuk penelitian ini.

8. Untuk sahabat Heri, Steven, Akbar, Riska, Taufik, Dedy, Daniel, Fio, Tika, Gita, Ditta, Cya, Aprini, Hansen, Dian, Rotua, Tika, terimakasih untuk doanya, masukan, kritik dan pinjaman bukunya dan kesediaannya mendengarkan keluh kesah saya.

9. Kepada teman-teman seperjuangan di Departemen Ilmu Komunikasi Program Ekstensi angkatan 2010 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara terima kasih sudah mau menemani di saat saya membutuhkan, untuk semua jenis dukungan dan bantuannya dalam membagi ilmu dan informasi.

Semoga Allah SWT membalas dan melimpahkan rahmat serta karunia-Nya atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan. Saya menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati saya mengharapkan segala masukan, imbauan, maupun kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan diterima dengan terbuka guna menyempurnakan skripsi ini.

Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi para pembaca untuk lebih memahami mengenai kecemasannya saat menjalani tes wawancara kerja.

Medan,12 November 2012


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 4

1.3 Pembatasan Masalah... 4

1.4 Tujuan Penelitin... 5

1.5 Manfaat Penelitian... 5

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori... 6

2.1.1 Komunikasi... 6

2.1.2 Public Relation... 7

2.1.3 Gathering...9

2.1.4 Keakraban... 13

2.1.5 Penetrasi Sosial... 16

2.1.6 Self Disclosure... 19

2.2 Kerangka Konsep... 22

2.3 Variabel Penelitian... 23

2.4 Defenisi Operasional... 24

2.5 Hipotesa... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Deskripsi Lokasi Penelian ... 27

3.2 Waktu dan Alamat Penelitian... 31

3.3 Metode Peneliatian... 31

3.4 Populasi dan Sampel ... 31

3.5 Tekhnik Pengumpulan Data ... 32

3.6 Tekhnik Analisis Data... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian……….….…… 34

4.2 Karakteristik Responden………..……. 34

4.3 Gathering……….. 37

4.4 Keakraban……….. 48

4.5 Uji Korelasi……… 60

4.6 Pembahasan……… 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .………. 78


(6)

5.3 Saran dalam kaitan akademis ……….... 79 5.4 Saran dalam kaitan praktis ……….... 79 DAFTAR PUSTAKA...………...


(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 : Variabel penelitian 23

3.1 : Lokasi Kerja 30

4.1 : Jenis Kelamin 34

4.2 : Usia Responden 35

4.3 : Pendidikan Responden 36

4.4 : Rasa persamaan hak dan kewajiban 37 4.5 : Tingkat kesetaraan dalam gathering 38 4.6 : Permainan dalam kegiatan gathrering 39 4.7 : Saat acara makan bersama dalam kegiatan gathering 40 4.8 : Tingkat motivasi dalam mengikuti gathering 41 4.9 : kegiatan gathering dalam mempengaruhi tujuan 42 4.10 : Kesediaan dalam mengikuti kegiatan gathering 43 4.11 : Tingkat loyalitas terhadap perusahaan 44 4.12 : Kecintaan terhadap pekarjaan saat ini 45

4.13 : Pembagiaan Kelompok 46

4.14 : Tingkat sosialisasi antara sesame peserta gathering 47

4.15 : Suasana tempat kerja 48

4.16 : Keramahtamahan antara karyawan divisi operasional 49 4.17 : Kesediaan tegur sapa sesama karyawan divisi 50 4.18 : Interaksi dengan karyawan divisi operasional 51 4.19 : Tingkat kepercayaan antara sesame karyawan divisi

Operasional 52

4.20 : Kepercayaan antara sesama karyawan divisi opersional Dalam hal meminjam perlengkapan kerja 53 4.21 : Hubungan antara karyawan divisi operasional 54 4.22 : Tingkat eksistensi diri 55 4.23 : Kesediaan menjadi moderator di apel pagi 56 4.24 : Tingkat tanggung jawab antar sesama karyawan 57 4.25 : Kesediaan membantu antara sesama karyawan 58


(8)

4.26 : Tanggapan tentang kegiatan gathering 59 4.27 : Diadakannya gathering pada perusahaan 60

4.28 : Tabel korelasi 62


(9)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Gathering Perusahaan Gas Negara Medan dengan Keakraban Di Kalangan Para Karyawan Dalam Divisi Operasional.

Dalam penelitian ini karyawan divisi operasional menjadi populasi utamanya dan penelitian ini menggunakan totaly sampling yaitu seluruh populasi menjadi sampelnya. karena populasi tersebut hanya berjumlah 98 jiwa, maka dari itu semua populasi dijadikan sampel.

Penelitian ini menggunakan teori penetrasi sosial dan self disclousure yang menjadi acuan dalam melihat keakraban di karyawan di divisi operasional perusahaan gas negara medan

Hasil penelitian ini menggambarkan Kegiatan Gathering yang dilakukan oleh karyawan divisi operasional di Perusahaan Gas Negara Medan dalam mencipatakan Keakraban di Kalangan Para Karyawan Dalam Divisi Operasional secara keseluruhan sudah ada Kesetaraan, ada Kebersamaan, Motivasi yang tinggi, ada Loyalitas, mudah dalam Sosialisasi program kegiatan gathering.

Dari hasil analisa diperoleh gambaran nilai Korelasi antara Kegiatan Gathering dengan Keakraban Karyawan adalah signifikan (probabilitas 0,000 yang berada di bawah 0,05), yang berarti bahwa adanya hubungan yang benar-benar signifikan antara Kegiatan Gathering dengan Keakraban Karyawan. Angka korelasi (0,984) yang lebih tinggi dari 0,5 menunjukkan hubungan yang sangat Kuat antara kedua variabel tersebut.Kesimpulan dari penelitian ini adalah secara keseluruhan program kegiatan gathering sudah dapat dikatakan baik. Ada hubungan yang sangat kuat antara kegiatan Gathering terhadap Keakraban. Besar pengaruh variabel Pengaruh Gathering terhadap Keakraban pada PGN yaitu nilai r sebesar 0,984. Saran hendaknya kualitas kegiatan ini lebih ditingkatkan lagi baik dari segi kualitas acara dan frekuensi kegiatannya. Untuk kedepannya dalam kegiatan Gathering untuk mengajak keluarga dari setiap karyawan, dan jarak waktu pelaksanaannya harap agar sedikit dikurangi. Perlunya maksimalisasi beberapa pembenahan dalam memberikan sarana dan prasarana di kantor.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bagi suatu perusahaan, baik yang kecil maupun yang besar, hubungan dengan publik di dalam dan di luar perusahaan, merupakan suatu keharusan yang tidak dapat dihindarkan karena manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup menyendiri dan mempunyai sifat tolong menolong. Begitu pula suatu lembaga atau perusahaan tidak dapat hidup apabila hubungan dengan pihak di dalam perusahaan yang ada di sekitarnya belum tercipta dengan baik.

Di dalam usaha-usaha untuk menciptakan suasana yang harmonis dalam suatu instansi dan bagi keuntungan instansi tersebut, komunikasi yang bersifat two way communication penting sekali dan mutlak harus ada yaitu komunikasi antara pimpinan dengan bawahan dan antara bawahan dengan pimpinan, yang merupakan feedback yang berdasarkan pada “good human relations” sesuai dengan prinsip. Komunikasi yang dilaksanakan oleh pimpinan dan bawahan tidak akan banyak mengalami kesulitan, tetapi sebaliknya komunikasi yang berjalan dari bawah keatas besar kemungkinan karena faktor psikologis, sosiologis, pendidikan, dan lain-lainnya.

Oleh karena itu adalah tugas seorang humas untuk menyelenggarakan komunikasi yang sifatya persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu keyakinan, melakukan sesuatu perbuatan atau kegiatan, dan informatif, yaitu agar orang lain mengerti dan tahu. Ia harus mengadakan analisa tentang kebijaksanaan kepegawaian, termasuk gaji/upah, honorarium, dan kesejahteraan pegawai lainnya, menganalisa apa yang telah dilaksanakan di dalam internal gathering, mengadakan survey tentang sikap para pegawai terhadap instansinya, kebijaksanaan instansi itu dan kegiatan-kegiatannya, maksudnya adalah mengetahui apakah sikap mereka acuh tak acuh, tidak well-informed, adanya salah pengertian, dan sebagainya yang dapat menimbulkan sesuatu yang tidak


(11)

diharapkan, yang memerlukan penjelasan, perbaikan-perbaikan demi tercapainya keuntungan dan kepuasan bersama.

Perusahaan Gas Negara adalah sebuah perusahaan milik negara atau BUMN yang berdiri pada tahun 1958, perusahaan ini begerak dalam bidang distribusi gas bumi dan menyuplai gas bumi ke pembangkit listrik, industri, usaha komersial termasuk restoran, hotel dan rumah sakit, serta rumah tangga di wilayah-wilayah yang paling padat penduduknya di Indonesia. Perusahaan Gas Negara mendapatkan keuntungan dari penjualan gas kepada konsumen.

Sebagai perusahaan besar Perusahaan Gas Negara memiliki beberapa divisi, salah satunya adlah divisi operasional. Divisi ini memiliki tugas yang berhubungan dengan kegiatan teknis dan pemiliharaan. Divisi operasional bertugas diseluruh daerah distribusi di Sumatra, dan bekerja secara terpisah – pisah. Karena hal tersebut keakraban pada divisi ini sangat kurang.

Sehubungan dengan ini maka Perusahaan Gas Negara Medan mengambil langkah dengan mengadakan lembaga gathering sebagai motivator di dalam menumbuhkan keakraban dikalangan pegawai Perusahaan Gas Negara, “gathering adalah komunikasi dua arah antara organisasi dengan publik secara timbal balik dalam rangka mendukung fungsi dan tujuan manajemen dengan meningkatkan pembinaan kerja sama dan pemenuhan kepentingan bersama”. (Efendy, 1999: 36).

Tujuan dari gathering itu sendiri adalah untuk mencapai pegawai yang mempunyai semangat kerja. Hal ini dapat diciptakan bila pimpinan memperhatikan kepentingan-kepentingan para pegawai baik ditinjau dari segi ekonomi, sosial maupun psikologis. Setiap individu yang ada di dalam suatu instansi atau lembaga, mempunyai motivasi dan tujuan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Dimana mereka datang dari berbagai latar belakang yang berbeda-beda inilah sumber pertama, yang akan dapat menimbulkan penyebaran-penyebaran isu-isu di antara cara guna mengatasi atau meniadakan konflik tersebut.


(12)

Internal gathering yang baik adalah yang memperlakukan tiap karyawannya dengan sikap yang sama tanpa membedakan tingkat, pendidikan dan lain-lain, tapi bertindak adil, tidak memihak suatu golongan sehingga para pegawai memiliki instansi (sense of belonging).

Salah satu usaha Internal gathering yang dapat menunjang perhatian terhadap kemajuan atau kepentingan pegawai, diantaranya memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengikuti pendidikan lainnya yang secara psikologis dapat menaikkan martabat mereka. Usaha-usaha untuk dapat lebih mengeratkan hubungan antara para pegawai agar dapat mengenal satu sama lainnya (termasuk keluarganya), maka kegiatan-kegiatan olah raga, darma wisata, anjang sana dan kegiatan-kegiatan lainnya dapat disediakan. (Oemi, 2001: 37)

Gathering sebagai fungsi manajemen yang khas yang mendukung dan memelihara jalur bersama bagi komunikasi timbal balik, melalui penataan komunikasi untuk melakukan hubungan-hubungan di antara pegawai secara teratur dan sistematis, di dalam aktifitasnya harus dapat memberikan dorongan-dorongan terhadap para karyawannya dalam tujuannya organisasi.

Dalam struktur organisasi, pada instansi atau lembaga terdapat suatu unit kerja gathering dengan status yang setara dengan bagian-bagian lain dan dipimpin seorang kepala bagian (KABAG) yang mempunyai fungsi untuk menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi, dengan membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik internal dan publik eksternal, menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan umum.

Sejalan dengan latar belakang di atas maka penulis merasa tertarik untuk meniliti sejauh mana peranan gathering Perusahaan Gas Negara Medan dalam menciptakan keakraban di kalangan para karyawannya khususnya divisi operasional.


(13)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

”Bagaimana hubungan gathering Perusahaan Gas Negara Medan dalam menciptakan keakraban di kalangan para karyawan dalam divisi operasional?”

1.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

a. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan studi kolerasional sebagai metode riset peneliti.

b. Penelitian terbatas pada karyawan Perusahaan Gas Negara yang pernah mengikuti gathering minimal sekali.

c. Penelitian berlangsung sejak September 2012 sampai selesai.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui kegiatan gathering yang dilakukan oleh karyawan divisi operasional di Perusahaan Gas Negara Medan.

b. Untuk mengetahui tingkat keakraban karyawan divisi operasional di Perusahaan Gas Negara Medan.

c. Untuk mengetahui hubungan kegiatan gathering terhadap keakraban karyawan di Perusahaan Gas Negara Medan.


(14)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya penelitian kuantitatif dalam bidang ilmu komunikasi b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan

memperkaya khasanah penelitian tentang komunikasi antarpribadi sebagai bagian dari ilmu komunikasi.

c. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bersama dalam memahami proses mengembangkan hubungan antar sesama karyawan di Perusahaan Gas Negara Medan.


(15)

BAB II

URAIAN TEORITIS 2.1. Kerangka Teori

2.1.1 Komunikasi

Komunikasi adalah kebutuhan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia (Efendy, 2003:8). Ada banyak pengertian yang dapat menggambarkan mengenai komunikasi, berikut ini adalah beberapa diantaranya.

Awalnya, istilah komunikasi mengandung makna “bersama-sama” (common,commones) yang berasal dari bahasa Inggris. Asal istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin yaitu communicatio, yang berarti pemberitahuan, pemberi bagian (dalam sesuatu), pertukaran dimana si pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengaranya; untuk ikut ambil bagian (Liliweri, 1991: 1). Adapun menurut Cherry, Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih (Cangara,2006:18). Komunikasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, imbauan; yang dilakukan seseorang kepada orang lain secara tatap muka maupun tidak langsung, melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan, ataupun perilaku ( Effendy, 2003:60). Banyak ahli mendefinisikan komunikasi dalam berbagai sudut pandang yang macam- macam, dan menyebutkan bahwa ilmu komunikasi sebagai ilmu yang eklisitis yaitu ilmu yang merupakan gabungan dari berbagai disiplin ilmu. Pada dasarnya komunikasi adalah sebagai proses pernyataan antara manusia, yang dapat berupa pikiran atau perasaan seorang kepada orang lain dengan


(16)

menggunakan lambang (bahasa) baik verbal maupun non verbal sebagai alat penyalurnya.

2.1.2. Public Relation

Pengertian public relation adalah: Interaksi dan menciptakan opini publik sebagai input yang menguntungkan untuk kedua belah pihak, dan merupakan profesi yang profesional dalam bidangnya karena merupakan faktor yang sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi dengan secara tepat dan dengan secara terus menerus karena public relation merupakan kelangsungan hidup organisasi yang bersangkutan (Maria, 2002, hal.7).

Menurut Coulsin Thomas defenisi public relation adalah usaha yang direncakan terus menerus dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian timbal balik antara organisasi dan masyarakatnya. Pendapat ini menunjukan bahwa public relation dianggap sebuah proses atau aktivitas yang bertujuan untuk menjalin komunikasi antara organisasi dan pihak luar.

Menurut Davis Tujuan utama dari public relation adalah mempengaruhi perilaku orang secara individu maupun kelompok saat saling berhubungan, melalui dialog dengan semua golongan, dimana persepsi, sikap dan opininya penting terhadap suatu kesuksesan sebuah perusahaan.

Menurut Rosady Ruslan (2001, Hal.246) tujuan public relation adalah sebagaiberikut:

a. Menumbuhkembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik eksternal atau masyarakat dan konsumen.

b.Mendorong tercapainya saling pengertian antara publil sasaran dengan perusahaan.


(17)

c.Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan public relation.

d.Efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan merek. e. Mendukung bauran pemasaran.

Menurut Maria (2002,Hal.31), “public relation merupakan satu bagian dari satu nafas yang sama dalam organisasi tersebut, dan harus memberi identitas organisasinya dengan tepat dan benar serta mampu mengkomunikasikannya sehingga publik menaruh kepercayaan dan mempunyai pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi tersebut”. Hal ini sekedar memberikan gambaran tentang fungsi public relation yaitu:

1. Kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada umumnya.

2. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima dan menguntungkan semua pihak.

3. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik, sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan organisasi atau perusahaan. Sangat penting bagaimana organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana, yang kondusif dan menyenangkan, kinerja meningkat, dan produktivitas bisa dicapai secara optimal.

4. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan publiknya, sekaligus menciptakan opini publik sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi atau perusahaan Yang bersangkutan.

Dapat disimpulkan bahwa public relation lebih berorientasi kepada pihak perusahaan untuk membangun citra positif perusahaan, dan hasil yang lebih baik dari sebelumnya karena mendapatkan opini dan kritik dari


(18)

konsumen. Tetapi jika fungsi public relation yang dilaksanakan dengan baik benar-benar merupakan alat yang ampuh untuk memperbaiki, mengembangkan peraturan, budaya organisasi, atau perusahaan, dan suasana kerja yang kondusif, serta peka terhadap karyawan, maka diperlukan pendekatan khusus dan motivasi.

2.1.3 Gathering

Special Event adalah suatu kegiatan khusus yang harus dapat menarik perhatian publik terhadap perusahaan. Kegiatan acara ini sangat penting untuk mempublikasikan perusahaan dan menciptakan image perusahaan yang positif. Salah satu dari kegiatan khusus ini adalah kegiatan gathering. Dalam kegiatan Gathering humas harus dapat menarik perhatian dari publik internal. Dengan diselenggarakannya event ini, perusahaan mengharapkan seluruh karyawan dapat terhibur dan menghilangkan stress dari rutinitas sehari-hari dikantor. Sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan.

Menurut Ruslan (1998) dalam buku Public Relations Praktis (2009, hal 103) mengemukakan, bahwa untuk menyelenggarakan acara atau kegiatan khusus (special event), Humas harus mampu menarik perhatian dari public terhadap perusahaan atau produk tertentu, yang ingin ditampilkan melalui aktivitas special event itu sendiri.

Dr J. Goldblatt (1997) mendefinisikan Special Event is a unique moment in time celebrated with ceremony and ritual to satisfy specific needs.

Definisi diatas dapat diartikan Special Event adalah sebuah momen yang unik dalam waktu dirayakan dengan upacara dan ritual untuk memenuhi kebutuhan spesifik.

Dari pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Special Event

adalah suatu acara yang menarik untuk diselenggarakan oleh perusahaan untuk menarik perhatian publik internal maupun publik eksternal. Dalam kegiatan public


(19)

relations, salah satu Special Event ini adalah kegiatan gathering yang merupakan salah satu kiat keberhasilan dalam menciptakan hubungan antara pimpinan dan karyawan, maupun antara karyawan itu sendiri.

Oemi (2001: 27), mengemukakan:

Bahwa dalam public relation terdapat suatu usaha untuk mewujudkan hubungan yang harmonis antara sesuatu badan dengan publiknya, usaha menyenangkan sehingga akan timbul opini publik yang menguntungkan bagi kelangsungan hidup badan itu.”

Kegiatan ini dilaksanakan oleh public relation dengan menunjukkan hal-hal dengan menunjukkan hal-hal-hal-hal yang positif yang telah dilaksanakan dan direncanakan. Memberikan keterangan-keterangan atau penjelasan-penjelasan kepada publik dengan jujur, sehingga publik merasa Well-informed dan diikutkan dalam usaha instansi itu. Selain dari pada itu sikap simpati yang ramah dan kata-kata yang sopan, yang menunjukkan perhatian publik, perhatian terhadap kritik-kritik dan saran-saran pegawai dengan bijaksana akan memberikan kepuasan pada usaha-usaha gathering tadi (Oemi, 2001: 27).

Kemudian Effendy, berpendapat : “ gathering adalah perantara antara pimpinan organisasi dengan publik, baik publik internal maupun publik eksternal. Publik mengetahui rencana kebijaksanaan, dan usaha-usaha pimpinan organisasi dari gathering” (1999: 31).

Menurut Silvia dan Widodo (2009, 58) kegiatan gathering adalah salah satu cara untuk menjalin hubungan yang lebih baik antara pimpinan dengan karyawan.Tujuan acara ini adalah agar karyawan termotivasi, sebab motivasi sangat mempengaruhi pada kinerja organisasi. dalam kegiatan event gathering juga diharapkan hubungan yang harmonis akan memudahkan komunikasi kedua belah pihak di kemudian hari. Bisa juga dalam acara ini disisipkan acara perkenalan susunan pejabat baru ataupun layanan terbaru. media gathering ini memberikan peluang terciptanya suasana hangat dan kondusif antara pimpinan dengan staf perusahaan.


(20)

Lingkungan kerja yang kondusif dan harmonis adalah merupakan aspek penting bagi karyawan untuk memberikan hasil yang maksimal kepada perusahaan. Dan perusahaan harus memelihara keharmonisan dan kekondusifan lingkungan kerja tersebut demi produktifitas yang sinergi diantara karyawannya

Gathering merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk menjaga sinergi tersebut. kami akan memberikan program yang dapat membawa peserta kepada lingkungan yang berbeda dari yang ditemukannya sehari-hari. Tingkat stres dalam pekerjaan perlu di netralisasi dengan bersenda gurau bersama dapat menciptakan suasana menyenangkan bagi semua yang hadir. Setiap orang bisa membuka diri tanpa perlu bersikap dan berfungsi sesuai jabatannya.

Dalam hal ini gathering bersifat untuk kesenangan bukan berupa kegiatan membahas permasalahan perusahaan, kelompok atau yang lainnya. Seyogyanya kegiatan ini sebagai kegiatan penyegaran baik fisik maupun non fisik, sehingga diharamkan di dalam kegiatan gathering membahas permasalahan yang berkaitan kantor, perusahaan atau organisasi.

Tujuan gathering secara umum adalah meningkatkan kebersamaan, semangat, loyalitas, kesatuan dan persatuan sesama karyawan (espirit de corps). Sehingga diharapkan sekembalinya peserta gathering dari kegiatan tersebut peserta lebih segar dan jernih baik jasmani maupun rohaninya. Dan ini tentu baik bagi kemajuan suatu perusahaan.

Makanya kegiatan-kegiatan dalam suatu gathering biasanya diisi dengan kegiatan permainan-permainan yang menyenangkan dan menantang dalam aktifitas misalnya fun games, perlombaan, team building, outbond, outing, dll disamping itu ada kegiatan pembagian doorprize, bernyanyi, senam santai, dll.

Melalui kegiatan ini karyawan dapat bersosialisasi dengan pimpinan maupun karyawan lainnya. Dalam Event Gathering biasanya perusahaan mengadakan permainan (games) untuk peserta Gathering. Tujuannya adalah untuk menjalin hubungan atau disengaja untuk memperkenalkan dengan karyawan


(21)

lainnya. Biasanya panitia acara memilih karyawan-karyawan yang belum saling kenal atau karyawan yang jarang bersosialisasi.

Adapun langkah-langkah persiapan dan pelaksanaan media Gathering adalah sebagai berikut:

1. Membuat proposal atau rencana kegiatan yang mencakup tujuan, manfaat, tema, konsep dan susunan acara, ketua dan anggota tim kepanitiaan, waktu dan tempat, undangan serta anggaran yang dibutuhkan.

2. Pesan tempat yang sesuai dengan konsep acara

3. Memberitahukan kepada peserta Gathering dengan menyebutkan susunan acara dan contact person untuk kepastian kehadiran.

4. Siapkan logistic seperti catering, transportasi, audio visual, dan lain-lain.

5. Siapkan pidato pembukaan untuk pimpinan perusahaan yang akan membuka acara.

6. Pilih Moderator atau pemandu acara sedapat mungkin menarik dan dapat membawa suasana yang segar dan akrab.

7. Hiburan seperti permainan, musik, dan lagu sangat penting untuk menciptakan suasana yang cair.

8. Dokumentasikan acara dengan baik. Walaupun acara informal, disarankan tetap ada sesi foto bersama.

Beberapa contoh format acara adalah coffee morning, makan siang atau malam, buka puasa bersama, product atau service soft launching, wisata bersama, bermain atau bertanding olahraga bersama, dan lain-lain.


(22)

2.1.4 Keakraban

Seperti yang dikemukakan Fisher (1986:261-262), keakraban merupakan salah satu hal yang serta kaitannya dengan komunikasi self-disclosure. Apa yang diungkapkan itu bisa saja hal-hal yang sifatnya pribadi atau intim misalnya mengenai perasaan kita, tetapi bisa juga mengenai hal-hal yang sifatnya umum, seperti pandangan kita terhadap situasi politik mutakhir di tanah air atau bisa saja antara hal yang intim/pribadi dan hal yang impersonal publik.

Berkenaan dengan dimensi self-disclosure yang disebut terakhir, kita bisa mengacu pada apa yang dinamakan Struktur Kepribadian Pete yang dikembangkan Irwin Altman dan Dalmas Taylor dengan Teori Penetrasi Sosial-nya (lihat, Griffin, 2003:134). Dalam Struktur Kepribadian Pete ini, digambarkan kepribadian manusia itu seperti bawang, yang memiliki lapisan-lapisan. Setiap lapisan itu menunjukkan derajat keakraban orang yang menjalin relasi atau berkomunikasi. Dalam konteks ini berarti kita sudah mulai membicarakan soal kedalaman (depth) dan keluasan (breadth) self-disclosure. Sejauh mana kedalaman dalam self-disclosure itu akan ditentukan oleh derajat keakraban kita dengan lawan komunikasi.

Makin akrab kita dengannya maka akan makin dalam self-disclosure-nya. Selain itu, akan makin luas juga cakupan bahasan yang kita komunikasikan melalui self-disclosure itu. Ini merupakan hal yang logis. Bagaimana kita mau berbincang-bincang mengenai lapisan terdalam dari diri kita apabila kita tidak merasa memiliki hubungan yang akrab dengan lawan komunikasi kita

Begitu juga halnya dengan upaya kita membangun keakraban maka akan menuntut kita untuk berbicara mengenai diri kita. Pada awalnya tidak menyentuh lapisan terdalam melainkan lapisan yang berada agak di luar. Misalnya, kita berbicara tentang makanan yang kita sukai atau model dan warna pakaian yang digemari. Makin lama kita akan makin membuka diri apabila lawan komunikasi kita pun memberikan respons yang baik dengan juga turut membuka dirinya.


(23)

Intimacy is a multifaceted concept with several different components (Prager & Roberts,2004). Intimate relationships differ from more casual associations in at least six specific ways: knowledge, caring, interdependence, mutuality, trust, and commitment. First, intimate partners have extensive personal, often confidential, knowledge about each other. They share information about their histories, preferences, feelings, and desires that they do not reveal to most of the other people they know. Intimate partners also care about each other, feeling more affection for one another than they do for most others. Intimacy increases when people believe that their partners know, understand, and appreciate them (Reis & Gable, 2003)

Hubungan keakraban dibedakan dari pergaulan yang lebih sederhana dalam paling sedikit enam cara yang spesifik: pengetahuan, kepedulian, saling ketergantungan, saling membutuhkan, kepercayaan, dan komitmen. Pertama, teman akrab memiliki karakter yang luas, kerahasiaan, pengetahuan satu sama lain. Mereka saling menceritakan informasi tentang sejarah, pilihan, perasaan, dan keinginan mereka yang tidak mereka katakana pada kebanyakan orang yang mereka kenal. Teman akrab juga saling peduli, merasa lebih saling menyayangi dari pada terhadap orang lain. Keakraban meningkat ketika orang-orang percaya bahwa teman mereka tahu, mengerti, dan menghormati mereka.

Ketergantungan satu sama lain dalam keakraban muncul pada saat mereka sering saling membutuhkan dan saling mempengaruhi (mereka sering mempengaruhi satu sama lain), kuat (mereka memberikan pengaruh yang kuat satu dan lainnya), berbeda (mereka saling mempengaruhi dalam banyak cara yang berbeda), dan bertahan (mereka saling mempengaruhi dalam jangka waktu yang lama). Ketika hubungan itu saling tergantung satu sama lain, perilaku yang satu dapat mempengaruhi yang lainnya.

Sebagai hasil dari ikatan yang kuat ini, orang-orang yang akrab juga menganggap diri mereka sebagai pasangan menggantikan dua individu yang sungguh berbeda. Mereka memperlihatkan derajat saling membutuhkan yang


(24)

tinggi, yang berarti bahwa mereka mengetahui keseluruhan dari kehidupan mereka dan berpikir diri mereka sebagai “kita” menggantikan “saya” dan “dia”.

Sebuah kualitas yang membuat ikatan yang kuat ini dapat ditolerir adalah kepercayaan, yang merupakan harapan bahwa teman akrab akan memperlakuan mereka dengan tulus dan hormat. Orang-orang berharap tidak ada tindakan yang tidak semestinya dapat terjadi dalam suatu hubungan yang akrab, dan mereka berharap teman mereka dapat menjadi lebih responsive untuk kebutuhan mereka dan memperhatikan kesejahteraan hidup mereka.

Akhirnya, teman yang akrab biasanya berkomitmen dalam hubungan mereka. Itulah, mereka mengharapkan hubungang keakraban mereka dapat berlanjut tanpa batas, dan mereka menginvestasikan waktu, usaha, dan sumber lainnya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan mereka. Tanpa suatu komitmen, orang-orang yang sangat akrab dapat menjadi kurang saling tergantung dan memahami satu sama lain dengan berjalannya waktu

Keakraban merupakan konsep yang kompleks dan heterogen yang dihasilkan dari berbagai definisi. Definisi keakraban dari peneliti ilmu sosial dapat dibagi menjadi dua. Pertama, keakraban adalah berbagi keberadaan terdalam seseorang, atau esensi, seperti kekuatan dan kerentanan, kelemahan dan kompetensi dengan orang lain. Kedua, keakraban adalah pengalaman keutuhan lain, kesadaran akan karakter terdalam orang lain.

Hubungan akrab ditandai oleh kadar yang tinggi mengenai keramahtamahan dan kasih sayang, kepercayaan, pengungkapan diri dan tanggung jawab, dirumuskan melalui lambang – lambang dan ritual. (Prisbell & Anderson, 1980)


(25)

berikut ini akan dibahas mengenai masing - masing karakteristik tersebut ( verderber et al 2007 dalam teori komunikasi antar pribadi hal 157 -159 )

A. Keramahtamahan dan kasih sayang B. Kepercayaan

C. Pengungkapan diri D. Tanggung jawab.

Untuk meningkatkan komunikasi antar kalangan berikut ini lima pedoman dimana para karyawan dapat menggunakannya untuk meningkatkan komunikasi dan juga bagi setiap ornag yang memiliki hubungan akrab (verderber et al 2007 dalam teori komunikasi antar pribadi hal 173-180)

a. Membuka jalur komunikasi

b. Menghadapi pengaruh ketidak seimbangan kekuasaan c. Mengenali dan menyesuaikan kepada perubahan d. Menghormti kepentingan – kepentingan individual e. Mengelola konflik secara adil.

2.1.5 Penetrasi Sosial

Teori Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor. Teori penetrasi sosial secara umum membahas tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di antara keduanya, atau dalam bahasa Altman dan Taylor: penetrasi sosial.Altman dan Taylor (1973) membahas tentang bagaimana perkembangan kedekatan dalam suatu hubungan. Menurut mereka, pada dasarnya kita akan mampu untuk berdekatan dengan seseorang yang lain sejauh kita mampu melalui proses “gradual and orderly fashion from superficial to intimate levels of exchange as a function of both immediate and forecast outcomes.”


(26)

Altman dan Taylor mengibaratkan manusia seperti bawang merah. Maksudnya adalah pada hakikatnya manusia memiliki beberapa layer atau lapisan kepribadian. Jika kita mengupas kulit terluar bawang, maka kita akan menemukan lapisan kulit yang lainnya. Begitu pula kepribadian manusia.

The social penetration theory menyatakan bahwa berkembangnya hubungan-hubungan itu, bergerak mulai dari tingkatan yang paling dangkal, mulai dari tingkatan yang bukan bersifat inti menuju ke tingkatan yang terdalam, atau ke tingkatan yang lebih bersifat pribadi. Dengan penjelasan ini, maka teori penetrasi sosial dapat diartikan juga sebagai sebuah model yang menunjukkan perkembangan hubungan, yaitu proses di mana orang saling mengenal satu sama lain melalui tahap pengungkapan informasi.

Perkembangan hubungan sebagaimana dimaksudkan tadi, oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor, berlangsung dalam empat tahap. Tahapan mana, perkembangan hubungan itu dianalogikannya dengan sebuah bawang merah yang memiliki lapisan-lapisan kulit. Dengan analogi tersebut, maka dijelaskan bagaimana orang melalui interaksi saling mengelupasi lapisan-lapisan informasi mengenai diri masing-masing. Ini pulalah apa yang dimaksudkan dengan penetrasi itu, yakni proses pengelupasan bagian-bagian informasi setiap individu dari suatu pasangan secara perlahan.

Pada lapisan pertama atau terluar kulit bawang (tahap pertama), maka informasinya bersifat superficial. Informasi yang demikian wujudnya antara lain seperti nama, alamat, umur, suku dan lain sejenisnya. Biasanya informasi demikian kerap mengalir saat kita berkomunikasi dengan orang yang baru kita kenal. Tahapan ini sendiri disebut dengan tahap orientasi.

Tahap kedua (lapisan kulit bawang kedua) disebut dengan tahap pertukaran afektif eksploratif. Tahap ini merupakan tahap ekspansi awal dari informasi dan perpindahan ke tingkat pengungkapan yang lebih dalam dari tahap pertama. Dalam tahap tersebut, di antara dua orang yang berkomunikasi, misalnya mulai bergerak mengeksplorasi ke soal informasi yang berupaya


(27)

menjajagi apa kesenangan masing-masing. Misalnya kesenangan dari segi makanan, musik, lagu, hobi, dan lain sejenisnya.

Tahapan berikutnya adalah tahap ketiga, yakni tahap pertukaran afektif. Pada tahap ini terjadi peningkatan informasi yang lebih bersifat pribadi, misalnya tentang informasi menyangkut pengalaman-pengalaman privacy masing-masing. Jadi, di sini masing-masing sudah mulai membuka diri dengan informasi diri yang sifatnya lebih pribadi, misalnya seperti kesediaan menceritakan tentang problem pribadi. Dengan kata lain, pada tahap ini sudah mulai berani “curhat”.

Tahap ke empat merupakan tahapan akhir atau lapisan inti, disebut juga dengan tahap pertukaran yang stabil. Pada tahap tersebut sifatnya sudah sangat intim dan memungkinkan pasangan tersebut untuk memprediksikan tindakan-tindakan dan respon mereka masing-masing dengan baik. Informasi yang dibicarakan sudah sangat dalam dan menjadi inti dari pribadi masing-masing pasangan, misalnya soal nilai, konsep diri, atau perasaan emosi terdalam.

Salah satu kekuatan dalam teori ini adalah fakta bahwa ia dapat digunakan untuk melihat wajah kedua untuk menghadapi interaksi interpersonal serta interaksi online antara individu. kekuatan lain melibatkan kegunaan dari teori ini dalam memandang dan menilai risiko dalam suatu hubungan interpersonal tergantung pada jenis hubungan serta tingkat saat pengungkapan diri dan keintiman di dalamnya.

Kelemahan dari teori ini termasuk fakta bahwa faktor-faktor lain yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi pengungkapan diri tidak dinilai. Budaya dan karakteristik demografi seperti jenis kelamin, ras, usia, dan banyak lagi, akhirnya mungkin memiliki efek pada bagaimana seseorang memilih untuk mengungkapkan informasi. Selain itu, juga mungkin sulit untuk menggeneralisasi informasi yang dinilai menggunakan teori ini karena fakta bahwa pengalaman tertentu, nilai-nilai, dan keyakinan dari seorang individu juga mungkin memiliki efek pada cara di mana ia memilih untuk mengungkapkan informasi.


(28)

2.1.6 Self Disclosure

Self disclosure atau penyingkapan diri merupakan sebuah proses membeberkan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain. Penyingkapan diri merupakan suatu usaha untuk membiarkan keontentikan memasuki hubungan sosial kita, dan hal ini berkaitan dengan kesehatan mental dan pengembangan konsep diri.

Self disclosure merupakan salah satu teori komunikasi interpersonal yang membahas mengenai hubungan antar dua orang dalam berinteraksi. Banyak teori lain yang juga berlatar belakang masalah yang sama.

Joseph A. Devito ( 2001 )mendefenisikan self disclosure sebagai suatu bentuk komunikasi dimana informasi tentang diri yang biasanya disimpan atau disembunyikan dikomunikasikan kepada orang lain. Self disclosure merupakan perilaku komunikasi di mana pembicara secara sengaja menjadikan dirinya diketahui oleh pihak lain

Proses pengungkapan diri bisa dilakukan dengan secara tertutup, yaitu seseorang mengungkapkan informasi diri kepada orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi melalui ungkapan dan tindakan, dimana ungkapan dan tindakan itu merupakan sebuah keterbukaan tentang apa yang terjadi pada diri seseorang. Namun cara pengungkapan diri tersebut jarang dipahami oleh orang lain, kecuali orang lain memiliki perhatian terhadap orang yang melakukan pengungkapan diri itu.

Proses keterbukaan diri (self disclosure) adalah proses pengungkapan informasi diri pribadi seseorang kepada orang lain atau sebaliknya. Pengungkapan tersebut biasanya disimpan atau disembunyikan dikomunikasikan kepada orang lain. Keterbukaan diri (self disclosure) telah menjadi salah satu topik penting dalam teori komunikasi sejak tahun 1960-an. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya.

Jika komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri masing-masing ke


(29)

dalam kuandran “terbuka”. Meskipun self disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan itu sendiri ada batasnya. Artinya, perlu kita pertimbangkan kembali apakah menceritakan segala sesuatu tentang diri kita kepada orang lain akan menghasilkan efek positif bagi hubungan kita dengan orang terssebut. Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa keterbukaan yang ekstrem akan memberikan efek negative terhadap hubungan (Littlejohn, 1939 : 161).

Proses pengungkapan diri bisa dilakukan dengan secara tertutup, yaitu seseorang mengungkapkan informasi diri kepada orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi melalui ungkapan dan tindakan, dimana ungkapan dan tindakan itu merupakan sebuah keterbukaan tentang apa yang terjadi pada diri seseorang. Namun cara pengungkapan diri tersebut jarang dipahami oleh orang lain, kecuali orang lain memiliki perhatian terhadap orang yang melakukan pengungkapan diri itu.

Proses mengenal diri dapat dilakukan tidak hanya dengan mencoba mengamati dan mengerti diri sendiri namun dapat melalui interaksi yang dilakukan dengan orang lain. Asumsi ini membawa Joseph Luft dan Harry Ingham menciptakan suatu teori atau model sebagai salah satu cara untuk melihat dinamika self-awareness yang berkaitan dengan perilaku, perasaan, dan motif manusia. Model yang diciptakan tahun 1955 ini bernama Jendela Johari.

Jendela Johari terdiri dari sebuah persegi yang terbagi menjadi empat kuadran, yaitu Open, Blind, Hidden, dan Unknown. Uraiannya dijelaskan di bawah ini:

Kuadran 1 (Open) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri dan orang lain. Misalnya orang lain mengetahui nama saya, tempat tinggal saya, warna kesukaan saya, makanan yang saya sukai, dan lainnya. Ketika seseorang baru berkenalan dengan orang lain, ukuran kuadran 1 yang tidak terlalu besar akan membuka seiring pertukaran informasi yang di


(30)

dapat dari interaksi. Ketika proses saling mengenal terus berlanjut, batas kuadran akan bergeser ke kanan dan ke bawah untuk memperbesar kuadran 1.

Kuadran 2 (Blind) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh orang lain, tetapi tidak diketahui oleh diri kita sendiri. Misalnya ketika orang lain menyatakan diri saya sebagai orang yang keras kepala dan saya tidak menyadarinya. Apa yang diketahui oleh teman-teman saya dan saya yang semula tidak sadar menjadi sadar membuat kuadran 2 saya mengecil sering dengan membesarnya kuadaran 1. Proses mengecilnya kuadran 2 bisa terhambat jika orang lain tidak mau memberi tahu apa yang ia ketahui mengenai hal yang saya tidak tahu. Misalnya ketika saya sedang berbicara dengan lawan bicara saya di depan umum, saya jarang melakukan kontak mata sehingga membuat lawan bicara saya terganggu. Mungkin lawan bicara saya tidak berkata apa-apa karena takut mempermalukan saya di depan orang lain. Namun dalam keadaan seperti ini, saya menjadi kesulitan untuk mendapat informasi dan mengenali diri saya.

Kuadran 3 (Hidden) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang diketahui oleh diri kita sendiri, tetapi tidak diketahui oleh orang lain. Biasanya hal-hal yang disimpan di kuadran ini bersifat sangat pribadi atau memalukan. Misalnya saya seorang homoseksual dan tidak bilang kepada orang lain bahwa saya adalah seorang homoseksual. Ketika saya membuka diri saya dan menyatakan bahwa saya adalah seorang homoseksual, maka kuadran 3 akan mengecil seiring dengan membesarnya kuadran 1. Proses penyingkapan diri ini disebut self-disclosure. Selain self-disclosure, terdapat proses lain yaitu menerima umpan balik (feedback) dari orang lain. Contoh penerimaan umpan balik adalah saya meminta umpan balik kepada orang lain tentang kesan dan perasaannya setelah mendengar saya adalah seorang homoseksual lalu orang tersebut itu menyatakan perasaan kecewa dan tidak suka, maka area kuadran 2 saya akan mengecil. Saya menjadi tahu bahwa saya tidak disukai orang lain karena orientasi seksual saya.

Menurut resiko. Terkadang seseorang memilih untuk tidak bercerita hal-hal yang sifatnya


(31)

personal seperti perilaku seksual, masalah kesehatan mental, atau kesalahan besar yang pernah dilakukan. ‘If you give people information about yourself, you give them power over you,’ menurutnya. Kegagalan dalam menemukan orang yang memberi reaksi yang tidak diharapkan membuat seseorang semakin menutup diri. Daerah yang tidak disadari membuat bagian kepribadian yang di-repress dalam ketidaksadaran yang tidak diketahui baik oleh diri sendiri maupun orang lain. Namun demikian ketidaksadaran ini kemungkinan bisa muncul.

Kuadran 4 (Unknown) merujuk kepada perilaku, perasaan, dan motivasi yang tidak diketahui, baik oleh diri kita sendiri ataupun oleh orang lain. Misalnya baik saya dan orang lain tidak tahu penyebab gangguan obsesif kompulsif cuci tangan yang saya alami. Disinilah peran ahli seperti psikolog untuk menyingkap kuadran 4. Misalnya kemungkinan munculnya gangguan obsesif kompulsif diakibatkan pemerkosaan yang pernah saya alami ketika kecil bisa terjadi dan ini membuat kuadran 4 saya mengecil sementara kuadran 1 saya membesar seiring dengan pengetahuan saya tentang penyebab gangguan obsesif kompulsif yang saya alami.

2.2. Kerangka Konsep

Burhan Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. (Bungin 2001:73)

Kerangka konsep memungkinkan peneliti untuk mengkomunikasikan hasil- hasil penelitiannya ( Suyanto, 2011 : 50 ). Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

a. Varibel bebas (X) yaitu variabel yang berhubungan variabel lainnya yaitu variabel (Y). Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah kegiatan gatherting perusahan gas negara medan


(32)

b. Varibel terikat (Y) yaitu variabel yang dihubungkan variabel lain yaitu variabel (X). Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah keakraban. c. Variabel intervening (Z) yaitu variabel penyela antara varibel bebas dan

varibel terikat dalam penelitian ini variabel (Z) antaralain: umur, jenis kelamin, pendidikan, dan suku

Maka model teoritis dari kerangka konsep yang akan deteliti adalah:

Variabel (X) Variabel ( Y ) Gambar 1.1: Model teoritis

Kegiatan Gathering Keakraban

2.3 Variabel Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dibuat variabel penelitian yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yaitu:

Tabel 2.1 Variabel Penelitian

Konsep Teoritis Variabel Operasional

Gathering a. Kesetaraan

b. Kebersamaan c. Motivasi d. Loyalitas e. Sosialisasi


(33)

Keakraban a. Keramahtamahan b. Kepercayaan c. Pengungkapan diri d. Tanggung jawab

Karateristik responden a. Jenis kelamin b. Umur/Usia c. Pendidikan

2.4. Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah petunjuk bagaimana sebuah variabel diukur ( Hamidi, 2011:142). Dalam penelitian lapangan konsep yang relevan dan berkedudukan sentral dalam penelitina terlebih dahulu harus dibuat operasional. Mungkin atau tidaknya membuat defenisi operasional bagi suatu konsep memang ditentukan oleh kenyataan. Defenisi operasional tidaklah mungkin ditetapkan jika konsep itu tidak merujuk sama sekali pada suatu realitas tertentu ( Suyanto, 2011: 50-51)

Gathering adalah kegiatan yang dilakukan dengan sengaja sebagai usah untuk menjalin hubungan antara individu dalam satu lingkungan organisasi

a. Kesetaraan adalah suatu tatanan dimana semua orang dalam kelompok atau organisasi memiliki status yang sama. dalam gathering jabatan dan status sosial ditiadakan agar terciptanya suasana yang akrab.

b. Kebersamaan adalah sesuatu hal yang dilakukan secara serentak (berbarengan), dan semua yang melakuakannya mendapat efek yang serupa, dalam gathering kebersamaan mengarjarkan setiap karyawaan


(34)

menghilakan sifat egoisnya masing- masing contoh kegiatannya : pada saat senam bersama, dan makan bersama.

c. Motivasi adalah daya upaya yang dilakukan seseorang agar tercapai tujuannya, motivasi juga berarti intesitas, arah ,dan tujuan dari seseorang, dalam hal ini kegiatan gathering diharapkan berperan untuk memotivasi setiap karyawan untuk mencapai tujuan baik untuk dirinya maupun perusahaannya.

d. Loyalitas adalah kesetiaaan pada sesuatu dengan rasa cinta, sehingga dengan rasa loyalitas yang tinggi sesorang merasa tidak perlu untuk mendapatkan imbalan dalam melakukan sesuatu untuk orang lain/ perusahaan tempat dia meletakan loyalitasnya.

e. Sosialisasi adalah proses interakasi antara individu dengan individu, kelompok atau masyarakat. dalam kegiatan gathering sosialisasi adalah proses pengenalan diri antar perserta kegiatan gathering tersebut.

Keakraban adalah suatu tahap dimana sebuah perteman yang biasa berubah menjadi suatu hubungan yang intim

a. Keramah - tamahan adalah sifat ramah , baik hati dan bergaul dengan akrab, dapat dilihat dengan munculnya rasa kasih sayang dikalangan pegawai melalui cara mereka menikmati saat berkumpul, berbicara dan saat berkerja.

b.Kepercayaan adalah anggapan atau meyakini sesuatu atau seseorang sehingga hilangnya keraguan kepada seseorng tersebut dapat dilihat dengan adanya kemauan bertumpu pada orang lain yang diyakininya. c.Pengungkapan diri adalah suatu cara agar orang disekitar kita

mengetahui tentang diri kita, dalam hal ini pegawai diharapkan dapat berbagi perasaan agar mereka dapat mengerti satu sama lain.

d. Tanggung jawab adalah suatu tindakan terpuji yang didasari oleh kemauan sendiri, dimaksudkan untuk melihat rasa memiliki peranan


(35)

dalam suatu keakraban antar pegawai dengan kata lain pegawai harus bisa menjaga keakraban tersebut.

Karakteristik responden

a. Usia adalah suatu ukuran yang mengukur jumlah kehidupan responden .

b. Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok dalam suatu spesies dalam hal ini adalah jenis kelamin responden

c. Pendidikan adalah usaha sadar atau terencan dalam melakukan pembelajaran pada suatu individu dalam hal ini yaitu pendidikan responden.

2.5. Hipotesa

Dalam kegiatan suatu penelitian, kehadiran suatu hypotesa mutlak diperlukan. Hipotesa adalah anggapan sementara tentang sesuatu masalah yang sedang dihadapi. Diterima atau ditolaknya suatu hypotesa harus diuji berdasarkan penelitian di lapangan.

Hipotesa yang penulis akan rumuskan adalah sebagai berikut: “Keakraban yang didasari pengungkapan diri, tanggung jawab dan rasa saling percaya serta keramah-tamahan antar karyawan Perusahan Gas Negara Medan divisi operasional memiliki hubungan dengan kegiatan gathering yang dilakukan dengan rasa kebersamaan , kesetaraan dan loyalitas yang bertujuan untuk memotivasi dan sekaligus sebagai sosialisasi antara karyawan Perusahaan Gas Negara Medan divisi Operasinal.”


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi dalam membuat penelitian ini menggambarkan tentang bagaimana cara pengumpulan data yang diperlukan guna menjawab permasalahan yang ada dalam kegiatan ilmiah. Metodologi merupakan salah satu hal penting untuk menentukan secara teoritis teknik operasional yang dipakai sebagai pegangan dalam mengambil langkah-langkah penyeesaian dalam penelitian.

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau sering disebut PGN adalah sebuah perusahaan milik negara atau BUMN yang berdiri pada tahun 1958, perusahaan ini begerak dalam bidang distribusi gas bumi dan menyuplai gas bumi ke pembangkit listrik, industri, usaha komersial termasuk restoran, hotel dan rumah sakit, serta rumah tangga di wilayah-wilayah yang paling padat penduduknya di Indonesia.

Strategi perusahaan adalah menyelesaikan pembangunan infrastruktur jaringan pipa transmisi gas yang terpadu dengan jaringan distribusi yang diharapkan akan tumbuh peran serta pelaku bisnis disepanjang rantai bisnis gas bumi dari sektor hulu ke sektor hilir, dalam rangka mempersiapkan Unbundling dan Open Access. Tujuan perusahaan ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1994 sebagai berikut:

• Mengembangkan dan memanfaatkan gas bagi kepentingan umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. • Menyediakan gas dalam jumlah dan mutu yang memadai untuk melayani kebutuhan masyarakat.


(37)

PGN mendistribusikan produk gas bumi melalui jaringan pipa distribusi ke para pelanggan. Kegiatan usaha ini memberikan kontribusi sebesar 81% dari total pendapatan yang diperoleh pada tahun 2004. PGN merupakan pelaku utama dalam kegiatan usaha distribusi gas di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 94%. Jaringan layanan mencakup delapan kota utama di Indonesia yaitu Jakarta, Bogor, Cirebon, Palembang, Surabaya, Medan, Batam dan Pekanbaru yang didukung oleh jaringan pipa distribusi sepanjang 3.097 km dengan kapasitas sebesar 831 MMSCFD. Pasokan Gas dan Kontrak pembelian sebelum diberlakukan UU Migas No. 22/2001, PGN memperoleh pasokan gas bumi terutama dari Pertamina DOH Cirebon dan BP Muara Karang untuk memenuhi kebutuhan pasar gas bumi di wilayah distribusi Jawa Bagian Barat. Sedangkan untuk wilayah distribusi Jawa Bagian Timur memperoleh pasokan gas bumi dari EMP Kangean dan Lapindo Brantas, untuk wilayah distribusi Sumatera Bagian Utara memperoleh pasokan gas bumi dari Pertamina DOH Pangkalan Brandan. Setelah diberlakukan UU Migas No. 22/2001, PGN memperoleh pasokan gas bumi secara langsung dari produsen gas bumi antara lain Pertamina, BP Indonesia, Lapindo Brantas, ConocoPhillips dan Ellipse. Kontrak pembelian gas bersifat jangka panjang antara 10 tahun sampai dengan 20 tahun. Perjanjian pembelian gas bumi jangka panjang dimaksudkan untuk mendapatkan jaminan pasokan gas bumi secara lebih pasti agar kualitas pelayanan perusahaan kepada pelanggan dapat terpenuhi dengan lebih baik. Dalam rangka penetrasi pasar ke wilayah yang menjadi target perusahaan, maka daerah layanan pasar dibagi menjadi tiga wilayah distribusi, sebagai berikut:

1. SBU Distribusi Wilayah I, Jawa Bagian Barat yang terdiri dari Jakarta, Banten, Bekasi, Karawang, Bogor, Cirebon, Palembang dan Bandung.

2. SBU Distribusi Wilayah II, Jawa Bagian Timur yang terdiri dari Surabaya-Gresik, Sidoarjo-Mojokerto dan Pasuruan-Probolinggo serta Semarang dan Makasar.

3. SBU Distribusi Wilayah III, Sumatera Bagian Utara yang terdiri dari Medan, Batam dan Pekanbaru.


(38)

Struktur Divisi Opersional

1. Kepala Divisi Operasional : Aldiansyah Idham 2. Kepala Seksi Operasional Sub Medan I : Nyoto Waluyo 3. Kepala Seksi Operasional Sub Medan II : Suwito

4. Staf Administrasi Wil Medan I : Aldi Azhari 5. Staf Administrasi Wil Medan II : Hamidah Armain 6. Staf Penangan Gangguan : Sugiarto

7. Staf Pemeliharaan : Yuliawan

8. Staf Pengawasan Jarigan Distribusi :Aditya Eka Wijaya 9. Staf Operasional Stasiun Paya Pasir : Sukarno

10.Staf Pengawasan Operasional : Gindo Edward N P

Bagan Divisi Operasional dapat dilihat pada lampiran dengan judul Gambar 3. 1 Sebagai penyedia utama gas bumi, PGN memiliki dua bidang usaha yaitu distribusi (penjualan) dan transmisi (transportasi) gas bumi melalui jaringan pipa yang tersebar di seluruh wilayah usaha. Usaha distribusi meliputi kegiatan pembelian gas bumi dari pemasok dan penjualan gas bumi melalui jaringan pipa distribusi ke pelanggan rumah tangga, komersial dan industri. Sedangkan usaha transmisi merupakan kegiatan pengangkutan (transportasi) gas bumi melalui jaringan pipa transmisi dari sumber-sumber gas ke pengguna industri.

Sebagai perusahaan besar Perusahaan Gas Negara memiliki beberapa divisi, salah satunya adalah divisi operasional. Divisi ini memiliki tugas yang berhubungan dengan kegiatan teknis dan pemiliharaan. Divisi operasional bertugas diseluruh daerah distribusi di Sumatra, dan bekerja secara terpisah – pisah. Karena hal tersebut keakraban pada divisi ini sangat kurang.


(39)

Berikut ini adalah daftar divisi operasional Perusahaan Gas Negara Medan menurut lokasi kerja mereka:

Tabel 3.1 Daerah Pembagian Tugas

No Nama Lokasi Kerja Jumlah Tenaga Kerja Operasional

1 Sicanang 11

2 Simpang Kantor 6

3 Paya Pasir 8

4 Pasar VI 7

5 Pasar IX 10

6 Sei Semayang 9

7 KIM 1 12

8 Tualang 5

9 Helvetia 7

10 Glugur 7

11 Denai 7

12 Polonia 10


(40)

3.2 Waktu dan Alamat Penelitian

Waktu penelitian dimulai sejak bulan September 2012 sampai dengan selesai. Perusahaan Gas Negara Medan beralamat di Jalan KL Yos Sudarso Lr XII no 18 Glugur Medan.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan studi korelasional sebagai metode riset peneliti. Metode korelasional ini bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara variable yang diteliti, atau dengan kata lain ingin meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel berkaitan dengan variasi pada variabel lain. Dalam hal ini sejauh mana variabel (X) yaitu kegiatan gathering yang berhubangan pada variabel (Y) yaitu keakraban antar pegawai.

3.4. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari seluruh subjek penelitian. Populasi adalah suatu kumpulan dari semua subjek penelitian yang memiliki kemungkinan dari beberapa karakteristik (Arikunto, 2006: 130). Dari pernyataan diatas, populasi disajikan sebagai keseluruhan subjek yang memiliki kemungkinan untuk diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan divisi operasional Perusahaan Gas Negara Medan yang berjumlah 99 orang.

2. Sampel

Sampel diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian, atau juga bisa diartikan sebagai bagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Bungin, 2011: 111). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono


(41)

(2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Merupakan suatu tahap yang harus dilakukan karena tahap ini penting untuk menentukan state of the art juga untuk melihat dimana posisi teoritis yang akan dikembangkan. Selain itu tinjauan pustaka juga digunakan untuk menentukan teori yang akan digunakan, dan dari teori itu peneliti dapat menentukan hipotesis penelitian dan variabel-variabel penelitiannya (Bungin, 2011: 30).

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Dilakukan dengan cara mengumpulkan data di lapangan meeliputi kegiatan survey di lokasi penelitian, pengumpulan data dari responden melalui kuesioner, yaitu alat pengumpulan data dalam bentuk sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis pula oleh responden (Bungin, 2011: 30). Dalam hal ini peneliti akan menyebarkan kuesioner kepada karyawan divisi operasional Perusahaan Gas Negara.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 1955: 263). Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dan dianalisa dalam beberapa tahap analisa, yaitu

1. Analisi tabel tunggal

Analisis table tunggal merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan


(42)

atas dasar frekuensi. Table tunggal merupakan langkah awal dalam penganalisa kolom-kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan presentasi untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995: 226).

2. Analisis tabel silang

Analisis tabel silang merupakan salah satu teknik yang

digunakan untuk menganalisa dan mengetahui apakah variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya, sehingga dapat diketahui apakah hubungan variabel tersebut bernilai positif atau negatif (Singarimbun, 1995: 273).

3. Uji hipotesis

Uji hipotesis adalah pengujian data statistic untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji hubungan di antara kedua variabel yang dikorelasikan maka peneliti menggunakan rumus koefisien tata jenjang oleh Spearman (Spearman’s Rho Rank – Order Correlation), yang bersumber dari aplikasi SPSS for windows 13.0. Di mana Spearman Rho Koefisien adalah metode untuk meenganalisis data dan untuk melihat hubungan antara variabel yang sebenarnya dengan skala ordinal.

Selanjutnya, untuk mengukur kekuatan derajat hubungan digunakan nilai koefisien korelasi skala Guilford sebagai berikut (Kriyantono, 2006: 168-169), yaitu:

< 0,20 : Hubungan rendah sekali, lemah sekali 0,20 – 0,40 : Hubungan rendah tapi pasti 0,41 – 0,70 : Hubungan yang cukup berarti 0,71 – 0,90 : Hubungan yang tinggi, kuat


(43)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Karakteristik responden dalam penelitian ini peneliti bagi menjadi tiga karakter, yakni : berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, Deskripsi mengenai karakteristik responden penelitian peneliti jabarkan pada subbab di bawah ini.

4.2. Karakterstik Responden

Kriteria responden berdasarkan jenis kelamin digunakan untuk membedakan responden laki-laki dan perempuan. Jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.1. di bawah ini.

1. Jenis kelamin

Tabel 4.1. Jenis Kelamin

No. Jenis kelamin Frekuensi Persentase

1. Laki-laki 94 95,9

2. Perempuan 4 4,1

Total 98 100,0

Sumber : FC 01

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden terbanyak adalah jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 94 orang atau 95,9%, sedangkan responden jenis kelamin perempuan berjumlah sedikit yaitu sebanyak 4 orang atau 4,1%.

Divisi opersional didominasi oleh laki – laki karena lebih banyak pekerjaan teknik yang dilakukan dalam waktu 24 jam, sedangkan perempuan menjadi staf dikantor


(44)

2. Usia

Kriteria responden berdasarkan usia digunakan untuk membedakan responden dengan tiga kelompok usia yaitu 20-30 tahun, 31-40 tahun, dan 41-53 tahun. Jumlah responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel 4.2. di bawah ini.

Tabel 4.2 Usia Responden

No. Usia Frekuensi

(f)

Persentase (%)

1. 20-30 tahun 13 13,3

2. 31-40 tahun 43 43,9

3. 41-53 tahun 42 42,9

Total 98 100,0

Sumber : FC 02

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden terbanyak adalah usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 43 orang atau 43,3%, sedangkan responden usia 20-30 tahun berjumlah paling sedikit yaitu 3 orang atau 13,3%.


(45)

3. Pendidikan

Kriteria responden berdasarkan Pendidikan digunakan untuk membedakan responden yaitu SMA/SMK, D-3 dan S-1. Jumlah responden

Tabel 4.3. Pendidikan

No. Pendidikan Frekuensi

(f)

Persentase (%)

1. SMA/SMK 24 24,5

2. D3 11 11,2

3. S-1 63 64,3

Total 98 100,0

Sumber : FC 03

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa responden terbanyak adalah berpendidikan S-1 yaitu sebanyak 63 orang atau 64,3%, sedangkan responden berpendidikan terendah yaitu D-3 berjumlah paling sedikit yaitu 11 orang atau 11,2%. Tenaga kerja yang S-1 banyak berasal dari jurusan teknik , khususnya teknik mesin, karena di divisi ini banyak pekerjaan yagn bekaitan dengan mesin – mesin yang rumit dan sensitif karena mengingat mesin – mesin tersebut adalah tranmisi dari aliaran gas PGN, okeh karena itu harus di tangani oleh tenaga – tenaga yang ahli dibidang tersebut.


(46)

4.2. Gathering 4.2.1 Kesetaraan

1. Persamaan Hak dan kewajiban

Tabel 4.4. Rasa Persamaan Hak dan kewajiban No. Rasa Persamaan Hak dan kewajiban Frekuensi

(f)

Persentase (%)

1. Tidak merasakan 5 5,1

2. Cukup merasakan 8 8,2

3. Merasakan 11 11,2

4. Sangat merasakan 74 75,5

Total 98 100,0

Sumber : P 01 / FC 04

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dalam hal merasakan Rasa persamaan hak dan kewajiban dalam kegiatan gatering, jawaban responden terbanyak yang memilih jawaban Sangat merasakan yaitu sebanyak 74 orang atau 75,5%, sedangkan responden yang memilih jawaban tidak merasakan yaitu 5 orang atau 5,1%,

Dari tabel diatas dapat ditaruk kesimpulan bahwa karyawan merasakan persamaan hak dan kewajiban yaitu mereka berhak mendapatkan akomodasi yang sama dengan pimpinan antara lain : bus yang sama, makan yang sama dan penginapan yang sama dalam hal ini akomodasi yang karyawan terima disamakan dengan pimpinan, kewajiban disini adalah setiap karyawan dan pimpinan wajib mengikuti acara sesuai dengan aturan panitia gathering.


(47)

2. Kesetaraan dalam Kegiatan Gatering

Tabel 4.5. Tingkat Kesetaraan dalam Kegiatan Gatering No. Tingkat Kesetaraan dalam Kegiatan

Gatering

Frekuensi (f)

Persentase (%)

1. Rendah 6 6,1

2. Cukup Tinggi 12 12,2

3. Tinggi 58 59,2

4. Sangat Tinggi 22 22,4

Total 98 100,0

Sumber : P 02 / FC 05

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dalam hal Tingkat Kesetaraan dalam Kegiatan Gatering, jawaban responden terbanyak yang memilih jawaban

Tinggi yaitu sebanyak 58 orang atau 59,2%, sedangkan responden yang memilih jawaban rendah yaitu 6 orang atau 6,1%.

Hal tersebut bisa terjadi karena pada saat gathering dilaksanakan pimpinan dan bawahan tidak dibedakan baik dari pakaian, makanan , dan duduk pada saat acara tersebut dilaksanakan, semua berbaur dalam melaksanakan permainan permainan dari kegiatan gathering ini.


(48)

4.2.2 Kebersamaan

1. Permainan Dalam Kegiatan Gathering

Tabel 4.6 Permainan Dalam Kegiatan Gathering No. Permainan Dalam Kegiatan Gathering Frekuensi

(f)

Persentase (%)

1. Tidak tertarik 3 3,1

2. Cukup tertarik 8 8,2

3. Tertarik 71 72,4

4. Sangat tertarik 16 16,3

Total 98 100,0

Sumber : P 03 / FC 06

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dalam hal Permainan Dalam Kegiatan Gathering, jawaban responden terbanyak yang memilih jawaban

tertarik yaitu sebanyak 71 orang atau 72,4%, sedangkan responden yang memilih jawaban Tidak tertarik yaitu 3 orang atau 3,1%.

Disini karyawan merasa permainan yang dilakukan pada saat gathering adalah permainan yang biasa dilakukan pada saat gathering seperti biasa namun yang membuatnya lebih menarik adalah pimpinan yang ikut serta dalam setiap permainan tersebut.


(49)

2. Acara Makan Bersama

Tabel 4.7. Saat Acara Makan Bersama No. Saat Acara Makan Bersama Frekuensi

(f)

Persentase (%)

1. Tidak Serentak 12 12,2

2. Cukup Serentak 58 59,2

3. Serentak 7 7,1

4. Sangat Serentak 21 21,4

Total 98 100,0

Sumber : P 04 / FC 07

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dalam hal Saat Acara Makan Bersama, jawaban responden terbanyak yang memilih jawaban Cukup Serentak yaitu sebanyak 58 orang atau 59,2%, sedangkan responden yang memilih jawaban

Serentak yaitu 7 orang atau 7,1%.

Pada saat jam makan dan hidangan telah disediakan ada beberapa karyawaan yang terlebih dahulu memulai untuk mengambil makanan dan karena panitia hanya menyidiakan satu meja untuk hidangan makin membuat suasana menjadi gaduh dan antrian yang panjang. Namun suasana akrab tersebut dapat terlihat pada saat mereka bercerita sambil menunggu antrian dan terlihat karyawan yang lebih muda mengalah pada karyawan yang lebih tua dalam antrian walaupun jabatan karyawan muda tersebut lbih tinggi dari pada karyawan ya lebih tua


(50)

4.2.3. Motivasi

1. Motivasi Dalam Mengikuti Acara Gathering

Tabel 4.8. Tingkat Motivasi Dalam Mengikuti Acara Gathering No. Tingkat Motivasi Dalam Mengikuti Acara

Gathering

Frekuensi (f)

Persentase (%)

1. Rendah 4 4,1

2. Cukup tinggi 15 15,3

3. Tinggi 59 60,2

4. Sangat Tinggi 20 20,4

Total 98 100,0

Sumber : P 05 / FC 08

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dalam hal Tingkat Motivasi Dalam Mengikuti Acara Gathering, jawaban responden terbanyak yang memilih jawaban Tinggi yaitu sebanyak 59 orang atau 60,2%, sedangkan responden yang memilih jawaban Rendah yaitu 4 orang atau 4,1%.

Karyawan divisi operasional antusias dalam mengikuti gathering ini dikarenakan mereka bekerja 12 jam per hari dengan menggunakan sistem kerja

shift. Jadi mereka membutuhkan refreshing dan hiburan yang bisa di dapat dari gathering ini,


(51)

2. Kegiataan Gathering Mempengaruhi Dalam Mencapai Tujuan

Tabel 4.9. Kegiataan Gathering Mempengaruhi Dalam Mencapai Tujuan No. Kegiataan Gathering Mempengaruhi

Dalam Mencapai Tujuan

Frekuensi (f)

Persentase (%)

1. Tidak mampu 5 5,1

2. Cukup mampu 11 11,2

3. Mampu 65 66,3

4. Sangat Mampu 17 17,3

Total 98 100,0

Sumber : P 06 / FC 09

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dalam hal Kegiataan Gathering Mempengaruhi Dalam Mencapai Tujuan, tujuan disini dimaksudkan adalah tujuan dari setiap karyawan karena karyawan disini akan termotivasi untuk mengejar tujuan mereka hal tersebut terjadi karena pada saat kegiatan gathering ada beberapa sesi wejangan tentang motivasi yang mengharuskan setiap karyawan memiliki sebuah goal dalam kehidupannya, dengan tercapainya tujuan dari karyawan maka taraf hidup karyawan terebut akan meningkat sehingga mereka akan bekerja lebih baik lagi, jawaban responden terbanyak yang memilih jawaban Mampu yaitu sebanyak 65 orang atau 60,2%, sedangkan responden yang memilih jawaban Tidak Mampu yaitu 5 orang atau 5,1%.


(52)

4.2.4 Loyalitas 1. KesediaanMengikuti Kegiatan Gathering

Tabel 4.10 KesediaanMengikuti Kegiatan Gathering No. KesediaanMengikuti Kegiatan Gathering Frekuensi

(f)

Persentase (%)

1. Tidak bersedia 10 10,2

2. Cukp Bersedia 13 13,3

3. Bersedia 55 56,1

4. Sangat Bersedia 20 20,4

Total 98 100,0

Sumber : P 07 / FC 10

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dalam hal Kesediaan Mengikuti Kegiatan Gathering, jawaban responden terbanyak yang memilih jawaban bersedia yaitu sebanyak 55 orang atau 56,1%, sedangkan responden yang memilih jawaban Tidak Bersedia yaitu 10 orang atau 10%.

Jika dilihat dari tabel di atas hanya sebagaian kecil yang tidak bersedia tetapi sebagian besar lagi bersedia, karena kegiatan gathering tersebut dilaksanakan pada hari minggu dan hari minggu tersebut adalah hari libur, jadi kesimpulannya karyawan merelakan waktu liburnya untuk bersedia mengikuti kegiatan gathering ini.

Dari tabel di atas terlihat bahwa karywan PGN cukup percaya untuk meminjamkan peralatan atau perlengkapan kerja, misalnya pada saat transmisi room daerah Kampong nippon siombak memerlukan tangga maka petugas akan meminjam tangga tersebut ditransmisi induk daerah marelan. Hal tersebut terjadi karena transmisi room Kampong nippon tidak selengkap transmisi induk Marelan.


(53)

2.. Tingkat Loyalitas Terhadap Perusahaan

Tabel 4.11. Tingkat Loyalitas TerhadapPerusahaan No. Tingkat Loyalitas TerhadapPerusahaan Frekuensi

(f)

Persentase (%)

1. Rendah 5 5,1

2. Cukup Tinggi 8 8,2

3. Tinggi 64 65,3

4. Sangat Tinggi 21 21,4

Total 98 100,0

Sumber : P 08 / FC 11

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dalam hal Tingkat Loyalitas Terhadap Perusahaan, jawaban responden terbanyak yang memilih jawaban

Tinggi yaitu sebanyak 64 orang atau 65,3%, sedangkan responden yang memilih jawaban Rendah yaitu 5 orang atau 5,1%.

Hal ini terbukti melihat kesedian karyawan dalam mengikuti kegiatan gathering tersebut. Walaupun kegiatan ini dilaksanakan pada hari libur.


(54)

3. Kecintaan Terhadap Pekerjaan Saat ini

Tabel 4.12. Kecintaan terhadap Pekerjaan Saat ini No. Kecintaan terhadap Pekerjaan Saat ini Frekuensi

(f)

Persentase (%)

1. Tidak Cinta 3 3,1

2. Cukup Cinta 15 15,3

3. Cinta 7 7,1

4. Sangat Cinta 73 74,5

Total 98 100,0

Sumber : P 09 / FC 12

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dalam hal Kecintaan Terhadap Pekerjaan Saat ini, jawaban responden terbanyak yang memilih jawaban Sangat Cinta yaitu sebanyak 73 orang atau 74,5%, sedangkan responden yang memilih jawaban Tidak Cinta yaitu 3 orang atau 3,1%.

PGN adalah perusahaan yang benar-benar memperhatikan kesejahteraan karyawannya, hal ini terbukti dari adanya tunjangan-tunjangan lain yang di luar dari gaji, dan adanya dua asuransi keselamatan karyawan berserta keluarganya. Pada saat kegiatan gathering ini karyawan memang benar-benar dimanjakan dengan PGN. Semua sarana dan prasarana sudah disiapkan dengan baik oleh panitia, dan karyawan hanya cukup berpartsipasi saja.


(55)

4.2.5 Sosialisasi 1. Pembagiaan Kelompok

Tabel 4.13. Pembagiaan Kelompok

No. Pembagiaan Kelompok Frekuensi

(f)

Persentase (%)

1. Tidak Bagus 5 5,1

2. Cukup Bagus 65 66,3

3. Bagus 14 14,3

4. Sangat Bagus 14 14,3

Total 98 100,0

Sumber : P 10 / FC 13

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dalam hal Pembagiaan Kelompok dalam Kegiatan Ghatering, jawaban responden terbanyak yang memilih jawaban Cukup Bagus yaitu sebanyak 65 orang atau 66,3%, sedangkan responden yang memilih jawaban Tidak Bagus yaitu 5 orang atau 5,1%. Pada saat pembagian kelompok pada saat gathering karyawan dipisah-pisahkan tidak hanya di divisi operasional namun di divisi lainya.

Dengan Pembagian kelompok ini diharapkan karyawan dapat berbaur dan mengenal satu dengan yang lainnya. Dari Tabel diatas karyawan banyak yang memilih cukup bagus karena awalnya pada saat pergi kelompok yang dibagi sudah cukup bagus namun pada saat acara banyak karyawan yang berpindah-pindah menemui teman-teman mereka yang berasal dari divisi yang sama. Hal ini membuat sosialisasi berjalan dengan cukup lancar.


(56)

2. Sosialisasi Antar Sesama Peserta Dalam Gathering

Tabel 4.14. Tingkat Sosialisasi Antar Sesama Peserta Dalam Gathering

No. Tingkat Sosialisasi Antar Sesama Peserta Dalam Gathering

Frekuensi (f)

Persentase (%)

1. Sulit 9 9,2

2. Cukup Sulit 9 9,2

3. Mudah 59 59,2

4. Sangat Mudah 22 22,4

Total 98 100,0

Sumber : P 11 / FC 14

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dalam hal Tingkat Sosialisasi Antar Sesama Peserta Dalam Gathering, jawaban responden terbanyak yang memilih jawaban Mudah yaitu sebanyak 59 orang atau 59,2%, sedangkan responden yang memilih jawaban Sangat sulit dan sulit yaitu masing-masing 9 orang atau 9,2%.

Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada penghalang yang menyulitkan untuk bersosialisasi anatara sesama karyawan, beberapa penghalang sosialisasi tersebut antara lain : Jabatan, divisi, penempatan dan lain-lain. Namun pada saat gathering hal-hal tersebut dihilangkan karena adanya persamaan hak dan kewajiban juga kebersamaan yang membuat sosialisasi mudah untuk dilakukan.


(57)

4.3. Keakraban

4.3.1 Keramah - tamahan 1.Suasana Tempat Kerja

Tabel 4.15. Suasana Tempat Kerja

No. Suasana Tempat Kerja Frekuensi

(f)

Persentase (%)

1. Tidak Menyenangkan 18 18,4

2. Cukup Menyenangkan 9 9,2

3. Menyenangkan 13 13,3

4. Sangat Menyenangkan 58 59,2

Total 98 100,0

Sumber : P 12 / FC 15

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dalam hal Atas Suasana Tempat Kerja, jawaban responden terbanyak yang memilih jawaban Sangat Menyenangkan yaitu sebanyak 58 orang atau 58,2%, sedangkan responden yang memilih jawaban Cukup Menyenangkan yaitu 9 orang atau 9,2%.

Karyawan PGN diwajibkan menggunakan standar operasi yang ditentukan dengan menjalankan standar operasi ini membuat tempat kerja menjadi aman dan nyaman sehingga membuat suasana yang sangat menyenangkan. Standar operasi antara lain : wajib menggunakan perlengkapan seperti helm, sarung tangan, sepatu boot dan suit pada saat melakukan kegiatan di lapangan, dibuat stiker berwarna di setiap sudut dan tepi dari dinding, teras dan anak tangga. Dengan dilakukannya hal tersebut maka akan tercipta rasa aman dan nyaman yang membuat suasana di tempat kerja menjadi menyenangkan.


(58)

2.Keramahtamahan Antara Karyawan Divisi Operasional

Tabel 4.16. Keramahtamahan Antara Karyawan Divisi Operasional No. Keramahtamahan Antara Karyawan

Divisi Operasional

Frekuensi (f)

Persentase (%)

1. Tidak Ramah 16 16,3

2. Cukup Ramah 14 14,3

3. Ramah 10 10,2

4. Sangat Ramah 58 59,2

Total 98 100,0

Sumber : P 13 / FC 16

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dalam hal Keramahtamahan Antara Karyawan Divisi Operasional, jawaban responden terbanyak yang memilih jawaban Sangat Menyenangkan yaitu sebanyak 58 orang atau 58,2%, sedangkan responden yang memilih jawaban Cukup Ramah yaitu 16 orang atau 16,3%.

Karyawan divisi operasional adalah karyawan yang memiliki tingkat jam kerja yang tinggi dan hanya di divisi inilah diberlakukan pembagian jam kerja. Lantas hal tersebut tidak menghilangkan keramahtamahan mereka, terbukti mereka tetap bertegur sapa saat bertemu di kantor.


(1)

Cinta akan pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Cinta 3 3,1 3,1 3,1

Cukup Cinta 15 15,3 15,3 18,4

Cinta 7 7,1 7,1 25,5

Sangat Cinta 73 74,5 74,5 100,0

Total 98 100,0 100,0

Pembagian Kelompok

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Bagus 5 5,1 5,1 5,1

Cukup Bagus 65 66,3 66,3 71,4

Bagus 14 14,3 14,3 85,7

Sangat Bagus 14 14,3 14,3 100,0

Total 98 100,0 100,0

Tingkat Sosialisasi Sesama Peserta

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Sulit 9 9,2 9,2 9,2

Cukup Sulit 9 9,2 9,2 68,4

Mudah 58 59,2 59,2 77,6

Sangat Mudah 22 22,4 22,4 100,0

Total 98 100,0 100,0

Suasana tempat Bekerja

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Menyenangkan 18 18,4, 18,4, 59,2

Cukup Menyenangkan 9 9,2 9,2 68,4

Menyenangkan 13 13,3 13,3 81,6


(2)

Total 98 100,0 100,0

Keramah-tamahan Sesama Karyawan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Ramah 16 16,3 16,3 59,2

Cukup Ramah 14 14,3 14,3 73,5

Ramah 10 10,2 10,2 83,7

Sangat Ramah 58 59,2 59,2 100,0

Total 98 100,0 100,0

Kesediaan Menegur Sesama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Bersedia 61 62,2 62,2 62,2

Cukup Bersedia 12 12,2 12,2 74,5

Bersedia 10 10,2 10,2 84,7

Sangat Bersedia 15 15,3 15,3 100,0

Total 98 100,0 100,0

Interaksi dengan Karyawan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Buruk 3 3,1 3,1 3,1

Cukup Baik 8 8,2 8,2 11,2

Baik 5 5,1 5,1 16,3

Sangat Baik 82 83,7 83,7 100,0

Total 98 100,0 100,0

Tingkat Kepercayaan Sesama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Rendah 70 71,4 71,4 71,4

Cukup Tinggi 6 6,1 6,1 77,6


(3)

Sangat Tinggi 14 14,3 14,3 100,0

Total 98 100,0 100,0

Tingkat Keprcayaan dalam Memijam Antar Sesama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Percaya 6 6,1 6,1 6,1

Cukup Percaya 68 69,4 69,4 75,5

Percaya 10 10,2 10,2 85,7

Sangat Percaya 14 14,3 14,3 100,0

Total 98 100,0 100,0

Hubungan dengan Sesama Setelah Gathering

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Buruk 5 5,1 5,1 5,1

Biasa saja 2 2,0 2,0 7,1

Baik 9 9,2 9,2 16,3

Sangat Baik 82 83,7 83,7 100,0

Total 98 100,0 100,0

Tingkat Eksistensi dalam Divisi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Rendah 5 5,1 5,1 5,1

Cukup Tinggi 68 69,4 69,4 74,5

Tinggi 4 4,1 4,1 78,6

Sangat Tinggi 21 21,4 21,4 100,0

Total 98 100,0 100,0

Kesediaan Menjadi Moderator

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak Bersedia 7 7,1 7,1 7,1


(4)

Bersedia 62 63,3 63,3 70,4

Sangat Bersedia 24 24,5 24,5 100,0

Total 98 100,0 100,0

Rasa Tanggung jawab terhadap Sesama

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Rendah 7 7,1 7,1 7,1

Cukup Tinggi 58 59,2 59,2 66,3

Tinggi 8 8,2 8,2 74,5

Sangat Tinggi 25 25,5 25,5 100,0

Total 98 100,0 100,0

Kesediaan Membantu Sesama Karyawan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Bersedia 4 4,1 4,1 4,1

Kurang Bersedia 9 9,2 9,2 83,7

Bersedia 69 70,4 70,4 74,5

Sangat Bersedia 16 16,3 16,3 100,0

Total 98 100,0 100,0

Tanggapan terhadap Acara Gathering

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid

Tidak Bagus 7 7,1 7,1 7,1

Cukup Bagus 58 59,2 59,2 66,3

Bagus 8 8,2 8,2 74,5

Sangat Bagus 25 25,5 25,5 100,0

Total 98 100,0 100,0

Keberlangsungan Kegiatan Gathering

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


(5)

Kurang Perlu 16 16,3 16,3 100,0

Perlu 9 9,2 9,2 83,7

Sangat Perlu 69 70,4 70,4 74,5

Total 98 100,0 100,0

Nonparametric Correlations

[DataSet1] F:\FISIP\YOGIE FISIP\data spss.sav

Hasil Uji Korelasi Variabel Kegiatan Gathering Dengan Variabel

Keakraban Karyawan

Correlations

Kegiatan Gathering

Keakraban Karyawan

Spearman's rho

Kegiatan Gathering

Correlation

Coefficient 1,000 ,984

Sig. (2-tailed) . ,000

N 98 98

Keakraban Karyawan

Correlation

Coefficient ,984 1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 98 98

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Sumber : hasil Olah SPSS 20


(6)

BIODATA PENELITI

Nama Lengkap

: Muhammad Yatta Kasogi Nasution

DATA PRIBADI

Tempat & Tanggal Lahir

: Medan, 7 Januari 1987

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Usia

: 26 Tahun

Status

: Belum Menikah

Kewarganegaraan

: Indonesia

Handphone

: 085273368845

Email

: yattakasogi07@gmail.com

Nama Orang Tua

: Dahniat Nasution

Ir Rita Arisa

Alamat

: Jalan P. Rambe No 32 . Kecamatan Medan

Martubung, Kelurahan Martubung -Medan

2010 -

: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Strata-1

Ekstensi

PENDIDIKAN FORMAL

Departemen Ilmu Komunikasi-Universitas Sumatera Utara

2006-2009

: Fakultas Sastra, Program Studi D-3 Pariwisata

Jurusan Manajemen Usaha Wisata-Universitas Sumatera

Utara

2002-2005

: SMA Negeri 9, Medan

1999-2002

: SMP Negeri 39, Medan