Peragaan dalam Pengajaran
5. Peragaan dalam Pengajaran
Alat peraga pengajaran, teaching aids, atau audiovisiuil aids (AVA) adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar un- tuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan- nya kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pengajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan segera membosankan; sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira belajar atau senang karena mereka merasa tertarik dan mengerti pelajaran yang diterimanya.
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam | 159
Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkret dan menuju kepada pengala- man yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran dari-pada bila siswa belajar tanpa dibantu dengan alat pengajaran.
Penggunaan alat peraga pengajaran hendaknya memper- hatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Nilai atau Manfaat Media Pendidikan Media pendidikan yang disebut audiovisual aids menurut Encyclopedia of Educational Research memiliki nilai sebagai beri- kut.
a. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berpikir. Oleh karena itu, mengurangi verbalisme (tahu istilah tetapi tidak tahu arti, tahu nama tetapi tidak tahu ber.danya).
b. Memperbesar perhatian siswa.
c. Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah dilupa- kan.
d. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menum- buhkan kegiatan berusaha sendiri di kalangan para siswa.
e. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu.
f. Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkem- bangan kemampuan berbahasa.
Manfaat selain yang tersebut di atas adalah:
a. Sangat menarik minat siswa dalam belajar.
b. Mendorong anak untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin dengan banyak perkataan, tetapi dengan memperlihat- kan suatu gambar, benda yang sebenarnya, atau alat lain.
2. Pemilihan Alat Peraga
160 | Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
William Burton memberikan petunjuk bahwa dalam memilih alat peraga yang akan digunakan hendaknya kita mem- perhatikan hal-hal berikut.
a. Alat-alat yang dipilih harus sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelom- pok.
b. Alat yang dipilih harus tepat, memadai, dan mudah digu- nakan.
c. Harus direncanakan dengan teliti dan diperiksa lebih dahu- lu.
d. Penggunaan alat peraga disertai kelanjutannya seperti den- gan diskusi, analisis, dan evaluasi.
e. Sesuai dengan batas kemampuan biaya.
3. Petunjuk Penggunaan Alat Peraga Kenneth H. Hoover memberikan beberapa prinsip tentang penggunaan alat audiovisual sebagai berikut.
a. Tidak ada alat yang dapat dianggap paling baik.
b. Alat-alat tertentu lebih tepat daripada yang lain berdasarkan jenis pengertian atau dalam hubungannya dengan tujuan.
c. Audiovisual dan sumber-sumber yang digunakan merupa- kan bagian integral dari pengajaran.
d. Perlu diadakan persiapan yang saksama oleh guru dan siswa mengenai alat audiovisual.
e. Siswa menyadari tujuan alat audiovisual dan merespons data yang diberikan.
f. Perlu diadakan kegiatan lanjutan.
g. Alat audiovisual dan sumber-su mber yang digunakan untuk menambah kemampuan komunikasi memungkinkan belajar
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam | 161 Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam | 161
j. Penerapan Strategi/ Metode PAIKEM/ Pembelajaran Ak- tif dalam Pembelajaran SKI
Lebih dari 2400 tahun yang lalu Confusius menyatakan: What I hear, I forget (apa yang saya dengar, saya lupa) What I see, I remember (apa yang saya lihat, saya ingat) What I do, I understand (apa yang saya lakukan, saya pa-
ham) Tiga kalimat dari Confusius itu menggambarkan bah- wa tiga macam cara belajar yang berbeda yaitu belajar dengan mendengar (misalnya mendengarkan ceramah), belajar dengan melihat (misalnya membaca buku, atau menonton film) dan be- lajar dengan melakukan (misalnya mempraktekan manasik haji) mengakibatkan tingkat perolehan pengetahuan yang berbeda pada seseorang.
Melvin Silbermen melengkapi pernyataan Confucius dengan menyatakan:
What I hear, I forget (apa yang saya dengar, saya lupa) What I hear, see, and ask questions about or discuss with
someone else, I begin to understand (apa yang saya dengar, lihat, pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai me- mahami)
What I hear, see, discuss and do, I ackquire knowledge and skill (apa yang saya dengar, lihat, diskusikan dan saya lakukan,
162 | Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam 162 | Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Metode yang demikian akan dapat melayani banyak siswa yang tentu memiliki modalitas atau gaya belajar yang ber- beda-beda. Bobbi DePorter dan Mike Hernacki menyebutkan tiga tipe orang dengan gaya belajar yang berbeda yaitu orang- orang tipe visual, orang-orang tipe auditorial, dan orang-orang tipe kinestetik.
Orang-orang visual lebih mengingat apa yang dilihat dari pada apa yang didengar, pembaca cepat dan tekun, tidak begitu terganggu oleh kebisingan, akan tetapi dia mempunyai masalah untuk mengingat istruksi verbal kecuali jika ditulis.
Sedangkan orang-orang verbal lebih mampu belajar den- gan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan dari pada yang dilihat atau dibaca, senang membaca dengan suara keras dan mendengarkan, sulit untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita, suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar, dan bermasalah dengan pekerjaan-peker- jaan yang melibatkan visualisasi.
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam | 163
Adapun orang-orang kinestetik adalah orang-orang yang lebih belajar dengan praktik, banyak menggunakan isyarat tu- buh, berkeinginan untuk melakukan segala sesuatu, menyukai permainan yang menyibukkan, berorientasi pada fisik dan ban- yak bergerak, dan tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama.
Tipologi di atas tidak berarti setiap orang hanya memiliki satu gaya belajar, akan tetapi dia memiliki kecenderungan un- tuk lebih mampu belajar dan menguasi suatu pengetahuan atau ketampilan dengan metode belajar yang sesuai dengan tipe dir- inya. Karena itulah guru sedapat mungkin menerapkan metode- metode belajar yang dapat memfasilitasi keberagaman tipe bela- jar dan membuat siswa aktif.
Active Learning juga didasarkan atas asumsi bahwa :
1. Pembelajaran hanya bisa terjadi jika siswa terlibat secara ak- tif
2. Setiap siswa memiliki potensi untuk bisa dikembangkan
3. Peran guru lebih sebagai fasilitator pembelajaran Dari pernyataan pertama dipahami bahwa meskipun siswa hadir di ruang kelas, bisa jadi dia tidak belajar kalau dia tidak merasa terlibat dalam kegiatan belajar karena dia hanya menja- di pihak yang pasif. Pernyataan kedua memberitahu guru agar memberi dorongan kepada siswa untuk mengembangkan poten- si-potensi yang dimilikinya melalui diskusi, presentasi, peragaan dsb. Sedangkan pernyataan ketiga memberi informasi bahwa pembelajaran pada masa sekarang ini tidak mengikuti banking concept yang mengandaikan siswa ibarat tabung kosong yang hanya pasif, menerima masukan apapun kedalamnya. Paradig- ma pembelajaran sekarang ini adalah Student Centered Learning,
164 | Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam 164 | Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Untuk menggunakan model pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, patut terlebih dahulu dipahami posisi model pembelajaran aktif terhadap ranah pembelajaran (kognitif, afektif dan afektif).dan penempa- tan strategi yang dipilih dalam urutan langkah pembelajaran di RPP. Menurut hemat panulis, tidak ada satu strategi pembela- jaran bisa dipakai untuk mencapai berbagai tujuan pembelaja- ran. Oleh karenanya penulis jelaskan penuangan langkah-lang- kah strategi pembelajaran di dalam skenario pembelajaran dan beberapa strategi pembelajaran aktif yang sesuai dengan ranah pembelajaran yang dimaksud, sebagai berikut:
Sesungguhnya komponen utama strategi pembelajaran dalam bentuk bagan strategi pembelajaran tampak pada tabel 7 sbb:
No. KEGIATAN
WAKTU 1. Kegiatan Awal
URUTAN LANGKAH
Dst.nya
2. Kegiatan Inti
2.1. Mengamati
2.2. Menanya 2.3. Menalar 2.4. Mencoba 2.5. Mengkomunikasikan
(Isi langkah-langkah setiap pendekatan saintifik tsb. di atas tergantung strategi pembelajaran yang dipilih)
Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam | 165
3 Kegiatan Akhir 3.1……………………… (Penutup
Dst.nya
Contoh scenario pembelajaran dalam RPP: Model Pembelajaran : Pembelajaran PAIKEM Strategi Pembelajaran : Every one is a Teacher Here Pendekatan
: Saintifik
No. KEGIATAN
WAKTU 1. Kegiatan Awal
URUTAN LANGKAH
1.1. Penjelasan singkat tentang isi pelaja- ran mengenai……..
1.2. Penjelasan relevansi isi A. pelajaran dgn pengalaman siswa. 1.3. Penjelasan tentang tujuan pmbelaja- ran/ komptensi
2. Kegiatan Inti
2.1. MENGAMATI
2.1.1. Anak menyimak penjelasan tentang seja- rah berdirinya Daulah Umayah 2.1.2. Tiap peserta didik diberikan kartu kosong. 2.2. MENANYA
2.2.1. Mintalah para peserta didik untuk menu- lis sebuah pertanyaan yang mereka miliki tentang sejarah berdirinya Daulah Uma- yah.
2.3. MENALAR
2.3.1. Kumpulakn kartu, kocok dan bagikan satu pada setiap siswa, mintalah siswa membaca diam-diam pertanyaan atau topik pada kartu dan memikirkan satu jawaban.
2.3.2. Panggilah sukarelawan yang akan mem- baca dengan keras kartu yang mereka dapat dan mencoba memberikan respon.
2.4. MENCOBA
2.4.1. Setelah diberi respon, mintalah yang lain di dalam kelas untuk menambahkan apa yang telah disumbang sukarelawan.
166 | Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
2.4.2. Selanjutnya lanjutkan selama masih ada sukarelawan.
2.5. MENGKOMUNIKASIKAN 2.5.1. Mintalah peserta didik untuk memba- cakan kelengkapan jawaban setiap per- tanyaan yang dibahas
3 Kegiatan Akhir
3.1. Tes formatif (terlampir)
(Penutup 3.2. Tindak lanjut : Anak diberi tugas un- tuk mencari informasi lanjut melalui internet..
Selanjutnya, perhatikan tawaran penulis tentang pemili- han strategi pembelajaran (model PAIKEM) berdasarkan ranah pembelajaran.