Menarik Minat dan Perhatian Siswa

2. Menarik Minat dan Perhatian Siswa

Kondisi belajar-mengajar yang efektif adalah adanya mi- nat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseo- rang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tan- pa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Misalnya seorang anak menaruh minat terhadap bidang kesenian, maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian

Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan si- fat-sifat siswa, baik yang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat maupun yang bersifat afektif seperti motiyasi, rasa percaya diri, dan minatnya.

William James (1890) melihat bahwa minat siswa mer- upakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar siswa. Jadi, efektif merupakan faktor yang menentukan keterli- batan siswa secara aktif dalam belajar.

Mengingat pentingnya minat dalam belajar, seorang tokoh pendidikan lain dari Belgia, yakni Ovide Decroly (1871 - 1932), mendasarkan sistem pendidikannya pada pusat minat yang pada umumnya dimiliki oleh setiap orang, yaitu minat terha- dap makanan, perlindungan terhadap pengaruh iklim (pakaian dan rumah), mempertahankan diri terhadap macam-macam

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam | 153 Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam | 153

Mengarahkan Perhatian Siswa

Perhatian bersifat lebih sementara dan ada hubungannya dengan minat. Perbedaannya ialah minat sifatnya menetap se- dangkan perhatian sifatnya sementara, adakalanya menghilang. Misalnya seorang anak sedang belajar di ruang depan, tiba-tiba adiknya menangis. la segera mendekatinya. Hilanglah perhatian anak itu terhadap beiajar. Sesudah adiknya diam, ia mulai lagi memusatkan perhatiannya terhadap belajar. Bila tidak ada per- hatian ia tidak mungkin dapat belajar. Jadi, perhatian itu seben- tar hilang, sebentar timbul kembali, sedangkan minat selalu atau tetap ada.

Apabila kita perhatikan, dalam kegiatan belajar-mengajar akan didapat dua macam tipe perhatian.

1. Perhatian terpusat (terkonsentrasi) Perhatian terpusat hanya tertuju pada satu objek saja. Mis- alnya seorang anak sedang belajar. la tidak memperhatikan adiknya yang menangis. Perhatiannya hanya tertuju kepada pelajaran. Apa pun yang terjadi di sekitar itu, tidak diper- hatikannya, dan ia terus belajar. Dalam kegiatan belajar di kelas, seorang siswa hendaknya menggunakan perhatian ter-

154 | Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam 154 | Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

2. Perhatian terbagi (tidak terkonsentrasi) Perhatian tertuju kepada berbagai hal atau objek secara seka- ligus. Misalnya seorang guru yang sedang mengajar mem- perhatikan bahan pelajarannya, memperhatikan setiap siswa yang dihadapinya, dan juga memperhatikan apa yang sedang diucapkannya. Dengan demikian, guru tidak hanya mem- perhatikan pelajarannya, tetapi juga harus memperhatikan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya.

3. Membangkitkan Motivasi Siswa Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorong- nya untuk melakukan sesuatu, atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan. Sedangkan mo- tivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi ke- butuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.

Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehing-

ga ia mau melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar dirinya. Hal ini akan diuraikan sebagai berikut.

a. Motivasi Intrinsik

Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam | 155

Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam diri in- dividu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain, tetapi atas kemauan sendiri. Misalnya anak mau belajar kare- na ingin memperoleh ilmu pengetahuan dan ingin menjadi orang berguna bagi nusa, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, ia rajin belajar tanpa ada suruhan dari orang lain.

b. Motivasi Ekstrinsik Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau pak- saan dari orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar. Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar mendapat peringkat pertama di kelasnya.

Untuk membangkitkan motivasi belajar siswa, guru hen- daknya berusaha dengan berbagai cara. Berikut ini ada beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi intrinsik.

1) Kompetisi (persaingan): Guru berusaha menciptakan per- saingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain.

2) Pace making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal kegiatan belajar-mengajar guru, hendaknya terlebih da- hulu menyam-paikan kepada siswa TIK yang akan dicapain- ya sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk menca- pai TIK tersebut.

3) Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk menca- pai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi

156 | Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam 156 | Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam

4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbul- kan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang se- baliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak mem- berikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses den- gan usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan guru.

5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.

6) Mengadakan penilaian atau tes: Pada umumnya semua siswa mau berlajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru menga- takan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.