PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN

BAB 6 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN

I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Walaupun dalam beberapa periode terahir ekonomi Provinsi Papua mengalami

pertumbuhan yang cukup baik, namun kondisi ketenagakerjaan belum menunjukan perkembangan yang cukup signigfikan. Hal ini dapat terlihat dari masih tumbuhnya angka tingkat pengangguran terbuka serta masih relatif rendahnya angka tingkat partisipasi angkatan kerja di Provinsi Papua.

1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua 7

Jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua pada Februari 2014 mencapai 1.689.030 orang, atau mengalami pertumbuhan sebesar 2,66% (yoy) dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, tingkat partisipasi kerja di Provinsi Papua mencapai 80,54% atau mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,56% dibandingkan dengan peride yang sama pada tahun sebelumnya. Di sisi lain, tingkat pengangguran terbuka mengalami kenaikan dari 2,86% pada Februari 2013 menjadi 3,48% pada Februari 2014. Peningkatan jumlah angkatan kerja ternyata tidak dapat diimbangi dengan ketersediaan lapangan kerja sehingga mengakibatkan jumlah pengangguran terbuka mengalami peningkatan.

Tabel 42. Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama

Sumber: BPS Provinsi Papua

Jika kita membandingkan pertumbuhan pendapatan perkapita diantara beberapa sektor ekonomi, maka sektor pertanian menjadi sektor ekonomi dengan nilai pendapatan perkapita yang paling rendah diantara sektor lainnya yang mana nilainya hanya berkisar Rp. 910,048.83,-. Sementara itu, sektor industri dan pertambangan menempati urutan tertinggi dengan nilai pendapatan perkapita sebesar Rp 12.825.621,20,-. Namun, jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, pendapatan per kapita seluruh sektor mengalami peningkatan.

PDRB Papua Per Kapita

Agustus Februari

Industri Pengolahan

Perdagangan, Hotel & Restoran

5,244,089.86 5,842,682.57 Sumber: BPS Provinsi Papua Diolah

Jasa - jasa

1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Jumlah tenaga kerja yang berhasil diserap pada Februari 2014 mengalami sedikit peningkatan sebesar 2,00% dibandingkan dengan periode tahun laporan sebelumnya. Sektor yang mengalami peningkatan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja diantaranya adalah sektor pertanian (3,10%), sektor perdagangan (6,00%) dan sektor lainnya (pertambangan, listrik dan PHR) sebesar 3,80%.

Sektor pertanian masih tetap mendominasi penyerapan tenaga kerja. Pada Februari 2014, tenaga kerja yang berhasil diserap oleh sektor pertanian mencapai 73,43% diikuti oleh sektor jasa-jasa yang menyerap tenaga kerja sebesar 9,40%. Namun demikian jika dibandingkan dengan nilai tukar petani yang mengalami penurunan maka sektor pertanian masih perlu dibenahi, sehingga kesejahteraan masyarakat secara umum dapat ditingkatkan.

Tabel 44. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2012 – Februari 2014 Provinsi Papua

2014 Lapangan Pekerjaan Utama

Agustus Februari Pertanian

1,548,011 1,500,267 1,598,196 1,559,675 1,630,219 Pertumbuhan Tenaga Kerja Semester

-8.1% -39.9% Perdagangan

-1.7% -2.2% Lainnya

8.9% -4.7% TOTAL

Pertumbuhan Tenaga Kerja Tahun

26.4% -44.7% Perdagangan

0.2% -3.8% Lainnya

Sumber: BPS Provinsi Papua (diolah)

II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat

2.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat Sampai dengan periode bulan Februari 2014, jumlah angkatan kerja di Provinsi Papua Barat mencapai 407.707 orang, atau mengalami peningkatan sebesar 8,67% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Meningkatnya jumlah angkatan kerja diikuti secara positif oleh peningkatan pastisipasi angkatan kerja dari 67,44% pada Februari 2013 menjadi 71,05% pada Februari 2014. Hal itu mengindikasikan bahwa terdapat peningkatan lapangan kerja di Propinsi Papua Barat meskipun secara perekonomian pertumbuhannya pada triwulan I-2014 tidak terlampau besar. Selain itu, meningkatnya partisipasi angkatan kerja juga turut menekan tingkat pengangguran terbuka dari 4,47% pada Februari 2013 menjadi 3,70% pada Februari 2014.

Ke depan diharapkan daya serap lapangan kerja akan semakin baik lagi baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya seiring dengan masih terus digiatkannya kegiatan pembangunan di wilayah di Papua Barat. Pembangunan yang dilakukan di wilayah Papua Barat diharapkan dapat mendorong investor untuk menanamkan modalnya sehingga jumlah lapangan kerja yang diciptakan juga turut bertambah.

Tabel 45. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama

Februari 2012 – Februari 2014 Provinsi Papua Barat

Sumber: BPS Provinsi Papua Barat

2.2 Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Pada Februari 2014, seluruh sektor perekonomian dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar jika dibandingkan dengan posisi Februari 2013. Sektor Pertanian masih menjadi sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja (48,71%) dikuti oleh sektor jasa-jasa (19,86%).

Walaupun sektor pertanian, menjadi sektor penyerap tenaga kerja terbesar secara keseluruhan, namun dari sisi pertumbuhan secara tahunan penyerapan tenaga kerja terbesar dilakukan oleh sektor industri. Hal ini seiring dengan besarnya minat investor untuk mengembangkan sektor industri pengolahan di Provinsi Papua Barat kedepan, terutama untuk industri pengolahan migas, industri pengolahan kayu dan indusri semen.

Pertumbuhan tenaga kerja per semester

Pertumbuhan tenaga kerja per tahun

10% Sumber: BPS Provinsi Papua Barat

III. Kemiskinan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Sampai dengan Akhir tahun 2013, Provinsi Papua dan Papua Barat masih menjadi

daerah dengan presentase penduduk miskin tertinggi di Indonesia. Pada dasarnya, setiap kebijakan yang ditempuh oleh Pemerintah ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat Papua, Pemerintah Pusat telah memberikan otonomi khusus kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat yang kemudian juga diikuti dengan adanya pemekaran wilayah/daerah tingkat II. Namun demikian, berbagai kebijakan tersebut dinilai masih belum sepenuhnya berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik di Provinsi Papua maupun Papua Barat.

Masalah kemisikinan bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata. Perlu adanya suatu koordinasi antara Pemerintah Daerah maupun Pusat, pengusaha/pemilik modal, tokoh adat, perbankan serta stakeholder lainnya yang mana hal tersebut diharapkan dapat mempermudah penanaman modal maupun pendirian perusahaan di wilayah Papua. Sehingga dengan demikian baik ketersediaan lapangan kerja maupun peluang usaha bagi masyarakat Papua akan semakin meningkat .

3.1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua hingga September 2013 tercatat sebanyak 1.057.980 Jiwa atau sebanyak 31,53% dari jumlah penduduk Provinsi Papua, angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan posisi September 2012 yang tercatat sebesar 976.400 Orang atau sebanyak 30,66% dari jumlah penduduk Provinsi Papua. Sementara itu, angka garis kemiskinan di Provinsi Papua pada bulan September 2013 sebesar Rp 339.096 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp 41.594 per kapita per bulan jika dibandingkan dengan posisi per September 2012 yang tercatat sebesar Rp 297.502 per kapita per bulan.

Selain itu, rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan dengan angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) di Provinsi Papua menjadi salah satu permasalahan yang dapat mengurangi kesejahteraan masyarakat. Sehingga kedepannya pemerintah perlu menerapkan suatu kebijakan yang komprehensif guna menghilangkan kemiskinan dan juga menigkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.

Tabel 47. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua

Mar Sept Jumlah Penduduk Miskin

944,800 946,400 966,600 976,400 1,017,400 1,057,980 Presentase Penduduk Miskin

30.66% 31.13% 31.53% Garis Kemiskinan

Sumber: BPS Provinsi Papua

Grafik 54. Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua Grafik 55. Perkembangan UMR Prov. Papua

Sumber: BPS Provinsi Papua diolah

3.2. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat Jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat hingga September 2013 tercatat sebanyak 234.230 Jiwa atau sebanyak 27,14% dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barat, angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan posisi September 2012 yang tercatat sebanyak 223.241 Jiwa atau sebanyak 27,04% dari jumlah penduduk Provinsi Papua Barat. Terbatasnya jumlah lapangan kerja yang tersedia di Provinsi Papua Barat menjadi salah satu faktor masih tingginya kemisikinan di Provinsi Papua Barat. Namun seiring dengan penurunan jumlah pengganguran pada bulan Februari 2014, diharapkan angka kemiskinan di bulan Maret 2014 dapat meningkat.

Sementara itu, angka garis kemiskinan di Provinsi Papua Barat pada bulan September 2013 sebesar Rp 307.003 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp 42.377 per kapita per bulan jika dibandingkan dengan posisi per September 2012 yang tercatat sebesar Rp 354.626 per kapita per bulan. Meningkatnya angka garis kemiskinan yang cukup signifikan disinyalir disebabkan oleh meningkatnya harga beberapa kebutuhan pokok masyarakat. Selain itu, rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) jika dibandingkan dengan angka Kebutuhan Hidup Layak (KHL) menjadi salah satu permasalahan yang dapat mengurangi kesejahteraan masyarakat.

Tabel 48. Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat

2013 Uraian Maret September Maret September Maret September

Jumlah Penduduk Miskin 249,838 227,118 229,989 223,241 224,273 234,230 Presentase Penduduk Miskin

27.04% 26.67% 27.14% Garis Kemiskinan