SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

BAB 4. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN

I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2014 masih cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang tumbuh cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat meningkat sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 11,66% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh cukup signifikan sebesar 24,14% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 64,50% (yoy) pada triwulan I-2014 dari 58,01% (yoy) pada triwulan I-2013. Namun demikian, LDR tersebut masih dibawah target minimal sebesar 80% yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tabel 27. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar)

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Secara umum, total aktiva perbankan tumbuh sebesar 9,12% (yoy) yang mana pertumbuhan tersebut turut didorong oleh tumbuhnya angka penyaluran kredit sebesar 24,14% (yoy). Kredit konsumsi dan modal kerja masih menjadi porsi terbesar dalam kredit yang diberikan dengan total share mencapai +85% dan mengalami pertumbuhan yang cukup Secara umum, total aktiva perbankan tumbuh sebesar 9,12% (yoy) yang mana pertumbuhan tersebut turut didorong oleh tumbuhnya angka penyaluran kredit sebesar 24,14% (yoy). Kredit konsumsi dan modal kerja masih menjadi porsi terbesar dalam kredit yang diberikan dengan total share mencapai +85% dan mengalami pertumbuhan yang cukup

Tabel 28. Perkembangan NPL Persektor

NPL PAPUA & PAPUA BARAT

IV I II III IV I Pertanian

0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan

3.89% 4.86% 7.36% Listrik,Gas dan Air

2.98% 2.48% 2.55% Perdagangan, Hotel dan Restora 1.16%

2.57% 2.42% 2.67% Angkutan dan Komunikasi

1.47% 1.14% 1.21% Jasa Dunia Usaha

2.82% 1.95% 2.26% Jasa Sosial

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Pada sisi pasiva, peningkatan dana pihak ketiga terutama disumbang oleh peningkatan deposito dengan pertumbuhan sebesar 26,89% (yoy) dan diikuti oleh tabungan sebesar 12,15% (yoy) serta giro sebesar 6,18% (yoy). Peningkatan pertumbuhan deposito di wilayah Papua terutama disebabkan oleh tingginya animo masyarakat untuk mengalihkan bentuk simpanannya dari tabungan menjadi deposito.

II. Perbankan Provinsi Papua

2.1. Perkembangan Umum Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih sangat baik tercermin dari

beberapa indikator perbankan, antara lain: pertumbuhan aset sebesar 4,46% (yoy), DPK sebesar 11,04 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar 17,55% (yoy).

Besarnya pertumbuhan kredit yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhan DPK menyebabkan meningkatnya LDR perbankan di Provinsi Papua menjadi sebesar 62,05% (yoy) atau meningkat sebesar 3,44% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 58,62% (yoy). Meningkatnya LDR pada triwulan berjalan tidak diiringi oleh perbaikan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang pada triwulan I- Besarnya pertumbuhan kredit yang jauh lebih tinggi dari pertumbuhan DPK menyebabkan meningkatnya LDR perbankan di Provinsi Papua menjadi sebesar 62,05% (yoy) atau meningkat sebesar 3,44% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 58,62% (yoy). Meningkatnya LDR pada triwulan berjalan tidak diiringi oleh perbaikan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang pada triwulan I-

Tabel 29. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

2.2 Aset Perbankan Pada triwulan I-2014, total aset perbankan di Provinsi Papua tercatat sebesar Rp 36,03

triliun. Dari jumlah itu, Bank Umum Milik Pemerintah (BUMP) masih menjadi pelaku dominan dengan pangsa aset sebesar 78,57% dari total keseluruhan perbankan yang beroperasi di Provinsi Papua. Sementara itu, pangsa Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) berada pada urutan selanjutnya dengan pangsa sebesar 19,74% dan BPR hanya memiliki pangsa aset sebesar 1,69% (Periode Desember 2013). Adapun saat ini nilai aset secara nominal untuk Bank Umum Milik Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) masing-masing mencapai angka Rp 28,31 triliun dan Rp 7,11 triliun, sedangkan aset BPR mencapai Rp 609 miliar. Pertumbuhan aset tersebut terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan kredit yang mencapai 17,55% (yoy).

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan

DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 29,23 triliun yang terdiri dari giro sebesar Rp 9,74 triliun, tabungan sebesar Rp 12,79 triliun dan deposito sebesar Rp 6,75 triliun. Dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, pertumbuhan deposito tercatat paling besar yakni sebesar 21,45% (yoy) diikuti oleh pertumbuhan tabungan sebesar 10,12% (yoy) dan pertumbuhan giro yang tercatat sebesar 5,91% (yoy).

Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank Pemerintah masih mendominasi dengan share sebesar 77,28% diikuti kelompok bank swasta 22,29% dan kelompok BPR 0,79% (periode desember 2013). Salah satu penyebab masih tingginya dominasi Bank Pemerintah dalam menghimpun DPK di Provinsi Papua adalah besarnya dana APBD dan Dana Otonomi Khusus Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten yang ditempatkan pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) Papua ataupun Bank Pemerintah lainnya.

Tabel 30. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar)

Growth Kelomok Bank

IV I* (yoy)

Bank Pemerintah 6,447.11

4,635.00 3,836.00 11.60% Bank Swasta

154.90 - 60.82% Deposito

44.98 45.41 47.68 69.84 69.84 91.00 88.38 106.27 - 55.27% Tabungan

24.05 24.29 25.50 41.18 41.18 28.00 28.36 48.62 - 71.21% Total DPK

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

Grafik 29. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

2.4. Penyaluran Kredit Perbankan Walaupun sampai dengan awal tahun tahun 2014, tren suku bunga perbankan masih

belum mengalami penurunan, namun hal ini tidak mempengaruhi kinerja kredit perbankan di Provinsi Papua. Hal tersebut dapat terlihat dari perkembangan kredit di Provinsi Papua yang mampu tumbuh secara signifikan sebesar 17,55% (yoy). Kredit modal kerja tumbuh sebesar 15,70% (yoy), kredit konsumsi tumbuh sebesar 18,07% (yoy) dan kredit investasi tumbuh sebesar 20,72% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit tersebut, tidak terlepas dari tingginya tingkat konsumsi dan semakin membaiknya iklim dunia usaha di Provinsi Papua. Selain itu, pertumbuhan yang cukup pesat dari sektor-sektor produktif yang bersifat jangka menengah hingga panjang seperti pembangunan ruko, investasi berbagai alat berat untuk kebutuhan infrastruktur ditenggarai menjadi pendorong pertumbuhan kredit dari segi investasi.

Tabel 31. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

Grafik 30. Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua Grafik 31. Komposisi Kredit Perbankan

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

Jika dilihat dari penggunaannya maka penyaluran kredit konsumsi cukup dominan dengan share 48%, modal kerja 37%, investasi 15%. Besarnya kucuran kredit konsumsi antara lain untuk kendaraan bermotor dan kredit perumahan termasuk ruko, dan pembelian alat-alat rumah tangga. Sementara itu, kredit untuk sektor perdagangan hotel dan restoran umumnya adalah untuk hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian barang modal ( barang dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan minum bagi restoran, dan lain-lain.

2.5 LDR Dan NPL Peran perbankan sebagai lembaga intermediary antara pihak yang mengalami kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana di wilayah Papua masih belum sepenuhnya optimal, dimana hal tersebut dapat tercermin dari pencapaian LDR pada triwulan laporan sebesar 62,05%, angka tersebut masih dibawah target yang diterapkan. Terbatasnya jumlah lapangan usaha baik UMKM maupun usaha besar yang yang cukup layak untuk diberikan kredit menjadi salah satu penyebab rendahnya daya serap terhadap kredit perbankan. Selain itu, jaringan kantor perbankan dengan tingkat tertinggi adalah kantor wilayah (3 Bank Umum) serta 1 Bank Umum (BPD) ditengarai menjadi salah satu penyebab masih rendahnya LDR di Papua. Level jaringan kantor cabang Perbankan yang kecil menunjukkan kewenangan pemberian kredit yang juga lebih kecil. Selain itu, masih terbatasnya akses UMKM dalam mendapatkan fasilitas pendanaan dari Perbankan juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian LDR di Provinsi Papua.

Ditengah LDR yang masih dibawah target, kualitas kredit perbankan Papua masih tergolong cukup baik seperti tercermin dari pencapaian NPL sebesar 2,04% yang masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan. Berdasarkan sektor ekonomi; sektor listrik, gas dan air serta sektor Industri Pengolahan menjadi sektor yang cukup berisiko seperti terlihat dari NPL sektor ini masing-masing mencapai 9,09% dan 8,09%, walaupun penyaluran Ditengah LDR yang masih dibawah target, kualitas kredit perbankan Papua masih tergolong cukup baik seperti tercermin dari pencapaian NPL sebesar 2,04% yang masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan. Berdasarkan sektor ekonomi; sektor listrik, gas dan air serta sektor Industri Pengolahan menjadi sektor yang cukup berisiko seperti terlihat dari NPL sektor ini masing-masing mencapai 9,09% dan 8,09%, walaupun penyaluran

Tabel 32. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Grafik 32. Perkembangan NPL & LDR

2012 NPL PAPUA (%)

Industri Pengolahan 1.23% 1.30%

Listrik,Gas dan Air 8.57% 9.02%

Perdagangan, Hotel dan Restora 1.23% 1.30%

Angkutan dan Komunikasi 0.80% 0.84%

Jasa Dunia Usaha 0.19% 0.20%

Jasa Sosial 1.38% 1.46%

Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat

2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Pertumbuhan Kredit MKM di Provinsi Papua dinilai cukup signifikan. Hal itu tercermin dari

rasio kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap total kredit keseluruhan yang mencapai sebesar mencapai sebesar 39,42% (yoy) dengan nilai sebesar Rp 7,16 triliun. Nilai itu mengalami pertumbuhan sebesar 6,46% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua hampir setiap periode mengalami pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif konstan. Selain itu, target penyaluran kredit bagi UMKM yang ditetapkan diatas 30% dari total kredit keseluruhan telah tercapai. Hal tersebut merupakan suatu yang menggembirakan mengingat peningkatan penyaluran kredit UMKM mengindikasikan terjadinya pertumbuhan sektor riil yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua.

Tabel 33. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua

Sumber: KPWBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

2.7. Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua

2.7.1. Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Secara umum, kredit yang disalurkan kepada sektor usaha utama di Provinsi Papua masih menujukan tren yang mengalami peningkatan. Akan tetapi, khusus untuk kredit terhadap sektor pertambangan pada triwulan laporan mengalami penurunan. Hal tersebut disinyalir seiring terjadinya penurunan kinerja sektor pertambangan di Provinsi Papua. Hingga triwulan I-2014, dari total kredit sektor korporasi yang nilai penyalurannya mencapai sebesar Rp 9,56 triliun, sektor perdagangan mengambil pangsa tertinggi sebesar 27,27%. Selanjutnya sektor kontruksi mengambil pangsa sebesar 6,70%, sektor jasa sosial masyarakat sebesar 6,70% dan sektor pertanian sebesar 3,91%.

Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di Papua dapat dikatakan bahwa hampir seluruh sektor masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih berada dibawah 5%. Dengan demikian meskipun kondisi perekonomian Provinsi Papua dibayangi oleh adanya risiko terhadap kebijakan pengaturan ekspor hasil tambang mentah, namun sampai dengan saat ini risiko yang dapat membahayakan sistem keuangan di Papua dinilai masih sangat minim.

Grafik 34. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Prov. Papua

Grafik 33. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama

Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat

2.7.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua masih menunjukkan suatu pertumbuhan yang nilainya relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Barang (KKB) yang mana pada triwulan I-2014 masing-masing berhasil tumbuh 2.7.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua masih menunjukkan suatu pertumbuhan yang nilainya relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Barang (KKB) yang mana pada triwulan I-2014 masing-masing berhasil tumbuh

Grafik 35. Pertumbuhan Kredit RT

Grafik 36. Perkembangan NPL Kredit RT

Prov. Papua Prov. Papua

Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat

2.7.3. Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) di Provinsi Papua setiap waktunya selalu mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Pada triwulan I-2014, kredit UMKM di Papua tercatat berhasil tumbuh sebesar 40,57% (yoy). Kredit terhadap UMKM memiliki pangsa sebesar 30,42% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua adalah sebesar Rp 7,16 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 75,36% yang mana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM dengan peruntukan investasi yang hanya tercatat sebesar 24,56%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM merupakan suatu hal yang harus diberikan perhatian lebih, hal tersebut mengingat besarnya kontribusi UMKM dalam mendorong taraf hidup masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi.

Grafik 37. Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Prov. Papua

Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat

III. Perbankan Provinsi Papua Barat

3.1 Perkembangan Umum Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan yang sangat

baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti total aktiva, dan DPK Perbankan pada triwulan I-2014. Total aset perbankan Provinsi Barat pada triwulan I-2014 mencapai Rp 11,31 triliun atau meningkat cukup signifikan sebesar 18,33% (yoy) sementara total DPK mencapai Rp 10,29 triliun atau meningkat 9,68% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Searah dengan itu, penyaluran kredit mencapai Rp 7,35 triliun atau tumbuh sebesar 30,96% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 71,45%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut juga masih diimbangi oleh kualitas kredit yang cukup baik dengan pencapaian NPL yang cukup rendah sebesar 1,90%, atau masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan sebesar 5%.

Tabel 34. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

Papua Barat masih dibawah target yang disebabkan oleh relatif terbatasnya sektor usaha yang layak untuk dibiayai, sementara beberapa perusahaan besar memperoleh kebutuhan dana dari perbankan di luar Papua maupun dari perusahaan induknya (parent company).

3.2 Total Aset Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 11,31 triliun atau tumbuh

18,33% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sama seperti di Papua, dominasi Bank-bank Pemerintah di Papua Barat masih relatif cukup tinggi dengan pangsa terbesar mencapai 88,46% sedangkan bank swasta hanya 9,59% dan BPR 1,95%.

Grafik 39. Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat Grafik 40. Komposisi Aset Perbankan

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 10,29 triliun yang terdiri dari giro Rp

3,73 triliun, tabungan Rp 4,43 triliun dan deposito Rp 2,13 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing komponen mengalami pertumbuhan hanya produk deposito yang mengalami penurunan. Adapun rincian pertumbuhan untuk masing-masing jenis simpanan adalah sebagai berikut: giro sebesar 6,88% (yoy), deposito sebesar -44,88% (yoy), dan tabungan sebesar 171,79% (yoy). Searah dengan perkembangan aset, share bank pemerintah masih mendominasi sebesar 89,31% diikuti oleh kelompok bank swasta dengan pangsa 9,73% dan BPR sebesar 1,51%.

3.4. Penyaluran Kredit Perbankan Total penyaluran kredit sampai dengan triwulan I-2014 mencapai sebesar Rp 7,35 triliun

atau tumbuh sebesar 30,96% (yoy) dibanding periode yang sama tahun 2013. Berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja memiliki pangsa tertinggi sebesar 44,71%, diikuti oleh kredit konsumsi dengan share 39,55%, dan diikuti oleh kredit investasi 15,74%.

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

Tabel 35. Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat

2013 2014 Provinsi Papua Barat

IV I II III IV I* Modal Kerja

I II III

2574 2507.8 2698.8 2777.9 2884 3287 Pertumbuhan Modal Kerja

915.4 969.62 1004 1157.1 Pertumbuhan investasi

30.89% 51.74% 71.83% 59.56% 72.74% 75.36% 58.95% 54.22% 62.99% Kredit Konsumsi

2762 2843 2907.6 Pertumbuhan Kredit Konsumsi 42.60% 32.27% 36.94% 33.74% 28.09% 35.08% 37.21% 30.89% 22.63% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

Grafik 42. Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Grafik 43. Komposisi Kredit Perbankan

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

Tabel 36. Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

3.5. LDR dan NPL Pada triwulan I-2014, dicapainya pertumbuhan DPK yang lebih rendah dibandingkan

dengan pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan mengakibatkan meningkatnya pencapaian Loan To Deposit (LDR) menjadi sebesar 71,45% atau menurun sebesar 11,61% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Walaupun mengalami penurunan, pencapaian LDR pada perbankan di Provinsi Papua Barat masih cukup tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Papua Barat sudah menuju kearah yang lebih optimal. Namun demikian mengingat pencapaian tersebut masih dibawah target serta dengan mempertimbangkan masih besarnya peluang penyaluran kredit yang dapat dilakukan oleh perbankan di Provinsi Papua Barat, angka LDR tersebut diharapkan masih dapat ditingkatkan ke level yang lebih tinggi.

Pada triwulan laporan, kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Papua Barat masih berada dalam rentang yang cukup aman, meskipun adanya tren kenaikan yang cukup persisten juga perlu diwaspadai. Hal tersebut tercermin dari adanya kenaikan NPL yang mencapai sebesar 1,90% pada triwulan I-2014 dari 1,67% pada triwulan I-2013. Kedepannya perbankan di Provinsi Papua Barat diharapkan agar senantiasa dapat menjaga kualitas kredit, hal tersebut diperlukan guna mencegah timbulnya risiko gagal bayar (default risk) yang akan dihadapi oleh masing-masing bank.

3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah. Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) yang disalurkan perbankan Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2014 mencapai Rp 3,34 triliun atau tumbuh 50,55% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kredit MKM tersebut didominasi oleh kredit menengah dengan share 49,34%, kemudian kredit kecil sebesar 36,95% dan kredit usaha mikro sebesar 13,71%. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua Barat hampir setiap periode mengalami pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif signifikan. Selain itu, target penyaluran kredit bagi UMKM pada periode laporan sebesar 43,63% dari total kredit telah tercapai. Hal tersebut merupakan suatu hal yang menggembirakan mengingat terjadinya peningkatan penyaluran kredit UMKM mengindikasikan terjadinya pertumbuhan sektor riil yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua Barat.

Tabel 37. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat

Grafik 44. Perkembangan NPL & LDR

NPL PAPUA BARAT (%)

Pertanian 0.08% 0.10% 0.10% 8.81% 8.82% 17.74% 20.00% 6.48% 2.91% Pertambangan

0.33% 0.40% 0.39% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan

1.11% 1.37% 1.33% 1.53% 2.94% 3.56% 1.97% 4.03% 5.52% Listrik,Gas dan Air

0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Konstruksi

0.36% 0.45% 0.43% 0.20% 0.25% 1.59% 2.40% 1.34% 0.80% Perdagangan, Hotel dan Restora 1.00% 1.23% 1.20% 2.01% 3.16% 2.97% 3.34% 3.07% 2.99% Angkutan dan Komunikasi

1.28% 1.58% 1.53% 0.52% 0.00% 0.36% 1.74% 0.76% 0.36% Jasa Dunia Usaha

0.68% 0.84% 0.81% 0.98% 1.34% 1.54% 2.67% 1.82% 1.69% Jasa Sosial

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

Tabel 38. Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat (Rp Miliar)

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

* Data BPR Terbatas Periode Desember 2013

3.7. Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Barat

3.7.1. Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Barat Penyaluran kredit terhadap sektor usaha utama di Provinsi Papua Barat masih menunjukan peningkatan yang cukup baik. Seluruh sektor ekonomi pada triwulan I- 2014 mengalami akselerasi. Hingga bulan Maret 2014, dari total kredit sektor 3.7.1. Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Barat Penyaluran kredit terhadap sektor usaha utama di Provinsi Papua Barat masih menunjukan peningkatan yang cukup baik. Seluruh sektor ekonomi pada triwulan I- 2014 mengalami akselerasi. Hingga bulan Maret 2014, dari total kredit sektor

3.7.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Barat Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat masih menujukan pertumbuhan yang relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Barang (KKB) yang mana pada triwulan I-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar 141,00% (yoy) dan 129,41% (yoy). Namun demikian, untuk kredit multiguna pada triwulan laporan justru mengalami penurunan sebesar -23,11% (yoy). Dari total kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 2,91 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat sebesar 36,23%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-masing sebesar 16,82% dan 1.36%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah tangga maupun lapangan usaha lainnya. Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari pencapaian nilai NPL yang masih jauh dibawah angka 5 %.

Grafik 45. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama

Grafik 46. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama

Prov. Papua Barat Prov. Papua Barat

Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat

Grafik 47. Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Barat Prov. Papua Barat

Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat

3.7.3. Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) di Provinsi Papua Barat selalu mengalami pertumbuhan. Pada triwulan I- 2014, kredit UMKM di Papua Barat tercatat berhasil tumbuh sebesar 50,55% (yoy). Kredit terhadap UMKM memiliki pangsa sebesar 45,46% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua Barat. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua Barat adalah sebesar Rp 3,34 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 73,69% lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM untuk investasi yang tercatat sebesar 26,27%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM dinilai masih memiliki prospek yang cukup baik seiring dengan tingginya prospek perkembangan ekonomi di Provinsi Papua Barat kedepan.

Grafik 49. Pertumbuhan Kredit MKM

Grafik 50. Perkembangan NPL Kredit MKM

Prov. Papua Barat Prov. Papua Barat

Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat