PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN

Terciptanya suatu sistem pembayaran yang aman, handal dan efisien merupakan salah satu prasyarat mutlak guna mendukung kegiatan perekonomian di suatu wilayah. Semakin tinggi frekuensi dan nilai transaksi melalui sistem pembayaran di suatu daerah dapat menggambarkan tingginya aktivitas maupun kapasitas perekonomiannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia selaku pemegang otoritas sistem pembayaran di Indonesia diharapkan dapat menyediakan serta menjaga kondisi sistem pembayaran dapat berjalan dengan baik guna mendukung kebutuhan sistem perekonomian. Secara umum, sistem pembayaran terbagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu sistem pembayaran tunai dan non tunai. Dalam sistem pembayaran tunai, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua dan Papua Barat senantiasa berupaya menjaga ketersediaan alat pembayaran tunai (uang kartal) baik dalam jumlah, denominasi, maupun tingkat kelayakan edar uang di seluruh wilayah kerjanya. Adapun terkait penyelenggaraan sistem pembayaran tunai, KPw BI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan pelayanan kas dalam kantor dan pelayanan kas luar kantor melalui kas keliling dan kas titipan. Terkait penyelenggaraan sistem pembayaran non tunai, KPw BI Provinsi Papua dan Papua Barat berupaya membantu kelancaran penyelesaian transaksi pembayaran non tunai dengan menyediakan alat penyelesaian transaksi melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Gen II yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan transaksi dengan jumlah yang besar serta tingkat urgensi yang tinggi. Selain itu, KPw BI Provinsi Papua & Papua Barat juga berlaku sebagai operator dalam penyelenggaraan kliring melalui Sistem Kliring Nasional (SKN) untuk mendukung transaksi yang dilakukan melalui kliring. Kedua sistem aplikasi ini termasuk sebagai aplikasi kritikal di Bank Indonesia. Sebagai aplikasi kritikal, prinsip keamanan, kehandalan dan efisiensi tentunya sangat ditekankan didalam pelaksanaannya.

I. Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Pada triwulan I-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS di Wilayah Papua mencapai nilai Rp 5,75 trilliun atau naik sebesar 36,92% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tingginya nilai transaksi keluar dari wilayah Papua kewilayah lain disinyalir terjadi pasca pembayaran terhadap sejumlah kontraktor proyek di Papua yang mana sebagian besar terafiliasi ke perusahaan lain yang berada luar Papua. Disisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 6,93 triliun, angka tersebut mengalami penurunan sebesar - 5,06% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun I. Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Pada triwulan I-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS di Wilayah Papua mencapai nilai Rp 5,75 trilliun atau naik sebesar 36,92% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tingginya nilai transaksi keluar dari wilayah Papua kewilayah lain disinyalir terjadi pasca pembayaran terhadap sejumlah kontraktor proyek di Papua yang mana sebagian besar terafiliasi ke perusahaan lain yang berada luar Papua. Disisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 6,93 triliun, angka tersebut mengalami penurunan sebesar - 5,06% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun

Tabel 39. Transaksi RTGS Wilayah Papua

Growth RTGS

IV I* (YoY) (qtq) Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,830.78 7,193.81 9,006.45 13,220.13 4,202.10 8,187.49

5,753.71 36.92% 38.37% Lembar Warkat

7,474.00 -6.49% 15.49% Inflow (to)

Nominal (Rp.milliar) 11,545.44 11,003.62 13,486.21 14,763.54 7,297.63 10,157.60 14,715.87

6,928.73 -5.06% 25.11% Lembar Warkat

9,241.00 3.45% 9.64% Net Inflow

1,175.02 -62.04% -2.40% Lembar Warkat

Nominal (Rp.milliar) -1,285.35 3,809.81 4,479.76 1,543.41 3,095.53 1,970.11

1,767.00 87.98% -10.21% Intra Papua

Nominal (Rp.milliar) 995.81 1,913.76 1,764.12 3,967.82 545.06 739.53

683.13 25.33% 69.93% Lembar Warkat

Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret

Grafik 51. Nilai Transaksi RTGS

* Data bulan belum termasuk bulan Maret

Sumber: KpwBI Papua & Papua Barat

Dengan demikian, pada triwulan I-2014 transaksi masuk bersih (net inflow) tercatat sebesar Rp 1,12 triliun. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar -62,04% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Menurunnya pertumbuhan net inflow pada triwulan I-2014, menandakan bahwa meningkatnya kegiatan pembayaran keluar wilayah papua (outflow) pada periode berjalan. Hal ini juga menunjukkan ketergantungan wilayah Papua terhadap daerah lain masih cukup tinggi, terutama dari segi pasokan kebutuhan barang-barang. Penurunan net inflow juga disebabkan oleh berkurangnya dana masuk bersih (net inflow) di wilayah Papua. Hal ini disinyalir sebagai akibat dari penurunan kegiatan ekspor yang dilakukan di wilayah Papua.

II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) Selain menyelenggarakan BI-RTGS, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat juga menyelenggarakan kegiatan kliring antar bank melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Kliring adalah jasa penyelesaian hak dan kewajiban antar peserta kliring (bank) dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang didukung oleh data elektronik yang akan dikliringkan dilembaga kliring (penagihan warkat seperti cek atau bilyet giro yang berasal dari dalam kota). Penyelesaian transaksi melalui SKNBI adalah untuk transaksi dengan nilai nominal yang relatif rendah (di bawah Rp 100 juta). Terdapat perbedaan jeda waktu settlement antara kiliring dan RTGS. Transaksi melalui kliring (SKNBI) membutuhkan proses settlement yang sedikit lebih lama (adanya jeda waktu) dibanding transaksi melalui RTGS yang settlementnya seketika (real time).

Tabel 40 . Transaksi Kliring Wilayah Papua

IV I (YOY) Total Volume (lembar)

I II III

IV I II III

46,393.00 47,304.62 39,426.52 45,039.00 49,407.00 48,418.86 44,343.00 32,208.00 26,604.00 -28.49% Total Nominal Kliring (Rp Miliar)

1,205.76 1,203.12 1,337.15 1,654.78 1,214.44 1,311.60 1,617.17 1,203.64 1,196.63 -27.26% Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari) Rata-Rata Volume (lembar)

800.86 813.06 691.69 805.88 849.00 832.02 703.07 516.64 454.17 -35.89% Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar)

26.62 20.71 23.46 29.55 23.59 21.70 25.67 19.29 20.40 -34.70% Nisbah Rata-Rata Penolakan

Volume (lembar) 1.49 1.12 1.45 1.95 2.19 1.18 1.92 2.03 1.46 3.86% Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp Milliar)

Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan I-2014 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai angka Rp 1,20 triliun, angka tersebut menurun sebesar -1,47% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya serta secara triwulanan menurun sebesar -0,58% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dari sisi volume, jumlah warkat tercatat sebanyak 26.604 lembar, menurun sebesar -46,15% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya dan secara triwulanan juga mengalami penurunan yaitu sebesar -17,40% (qtq). Penurunan volume dan nilai kliring pada triwulan I-2014 jika dibandingkan triwulan IV-2013 terjadi karena masih relatif rendahnya laju perekonomian wilayah Papua pada awal tahun berjalan.

Secara proporsional, penurunan nilai transaksi kliring yang terjadi pada triwulan I-2014 diiringi dengan penurunan rata-rata harian perputaran kliring sebesar Rp 20,40 milliar/hari, angka tersebut turun sebesar -13,54% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya justru mengalami peningkatan sebesar 5,71% (qtq). Rata-rata harian Secara proporsional, penurunan nilai transaksi kliring yang terjadi pada triwulan I-2014 diiringi dengan penurunan rata-rata harian perputaran kliring sebesar Rp 20,40 milliar/hari, angka tersebut turun sebesar -13,54% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, namun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya justru mengalami peningkatan sebesar 5,71% (qtq). Rata-rata harian

Grafik 52. Perkembangan Kliring Wilayah Papua

Sumber:KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

III. Perkembangan Uang Kartal Untuk mendukung aktivitas transaksi secara tunai, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk menjamin terselenggaranya transaksi tunai secara aman dan lancar. Ketersediaan uang di masyarakat diupayakan dapat memenuhi kebutuhan jumlah, pecahan/ denominasi maupun tingkat kelayakan edar.

Pada triwulan I-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua Barat mencapai Rp 2,85 triliun atau meningkat 5,60% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp 893.21 miliar atau menurun sebesar -12,44% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, pada triwulan I-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi net inflow sebesar Rp 1,96 triliun, yang artinya selama periode triwulan I-2014 jumlah uang yang masuk/ditarik lebih banyak dari jumlah uang yang keluar/diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua & Papua Barat.

Hal ini menunjukkan kecenderungan masyarakat untuk menyimpan uangnya selama periode berjalan. Kondisi ini juga searah dengan kebijakan perlambatan Hal ini menunjukkan kecenderungan masyarakat untuk menyimpan uangnya selama periode berjalan. Kondisi ini juga searah dengan kebijakan perlambatan

Tabel 41. Perkembangan Perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat

Uang Kartal

IV I (YOY) Inflow (Rp Miliar)

I II III

IV I II III

2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 2,853.48 5.60% Outflow (Rp Miliar)

1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 893.21 -12.44% Net Inflow (Rp Miliar)

1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) 1,960.27 16.54% Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar)

1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 3,725.24 32.72% - Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar)

1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 3,202.60 38.93% - Saldo Kas Titipan (Rp Miliar)

387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 522.64 4.20% Pemusnahan Uang kertas-TLE (Rp Miliar)

274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 395.49 267.61% Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat

Grafik 53. Perkembangan Uang Kartal

Sementara itu, untuk memastikan bahwa uang yang dipegang masyarakat tetap dalam kondisi layak edar, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan berbagai upaya diantaranya: mencabut uang yang sudah habis masa edar, memusnahkan uang tidak layak edar, dan mengedarkan uang layak edar kepada masyarakat. Adapun dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat telah melaksanakan kas keliling di beberapa wilayah di Papua serta membuka pelayanan kas titipan melalui perbankan di 4 (empat) kota yakni: Sorong, Merauke, Timika dan Biak. Saldo kas titipan sampai dengan posisi Maret 2014 dilaporkan mencapai Rp 522.64 miliar, atau meningkat 4,2% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini semakin mempertegas dampak penerapan kebijakan tight money policy yang dijalankan oleh Bank Indonesia dengan menahan laju ekspansi kredit.

H ALAMAN I NI S ENGAJA D IKOSONGKAN