Kajian Ekonomi Regional Triwulan I 2014

H ALAMAN I NI S ENGAJA D IKOSONGKAN

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ii

Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkatNya, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan I tahun 2014 ini dapat terbit tepat waktu. Ditengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisa makro ekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah menjadi sangat penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi bagi masyarakat luas.

Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua menunjukkan pertumbuhan yang positif menggembirakan sebesar 0,57% (yoy), angka tersebut lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I-2014 sebesar 5,21% (yoy). Sementara itu, ekonomi Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2014 tumbuh positif sebesar 1,54% (yoy), angka tersebut lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan I-2014 sebesar 5,21% (yoy).

Sampai dengan periode triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua 1 tercatat sebesar 9,58% (yoy) atau lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 7,75% (yoy). Sementara, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat 2 pada triwulan I-2014 tercatat sebesar 5,77% (yoy) atau lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 7,75% (yoy). Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2013 masih cukup baik. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup meningkat seperti tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 11,04% (yoy) sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh signifikan sebesar 17,55% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 62,05% pada triwulan I-2014 dari triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 58,62%.

Pada triwulan I-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp 5,75 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 7.474 lembar. Disisi lain, dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp 6,93 triliun. Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan IV-2013 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai Rp 1,19 triliun dengan jumlah warkat sebesar 26.604 lembar. Jika dibandingkan dengan periode

1 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota. Jayapura dan Kab. Merauke.

2 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari pergerakan harga-harga barang dan jasa di Kab. Manokwari dan Kota. Sorong.

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iii KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iii

Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan yang atkan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami kiranya lapbaik ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan kerjasama yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkoran triwulan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat.

Jayapura, Mei 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT Kepala Perwakilan,

Hasiholan Siahaan

Deputi Direktur

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iv

3.2. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat ........................................... 62 BAB 7. PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH ............................................................... 63

I. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah ................................................................... 63

1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua ................................................................. 63

1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat ....................................................... 64

II. Prospek Pencapaian Inflasi ........................................................................................ 65

2.1. Inflasi Provinsi Papua ............................................................................................. 65

2.2. Inflasi Provinsi Papua Barat ................................................................................... 66

III. Prospek Pertumbuhan Perbankan ............................................................................. 66

3.1. Propek Perbankan Provinsi Papua......................................................................... 66

3.2. Prospek Perbankan Provinsi Papua Barat............................................................. 66

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vii

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT viii

H ALAMAN I NI S ENGAJA D IKOSONGKAN

TABEL INDIKATOR PDRB DAN INFLASI

2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pertanian

Growth PDRB Papua

3.63% 8.26% 12.67% Pertambangan & Penggalian

-39.74% -23.93% -13.52% 54.67% 31.83% -24.61% 43.04% 64.24% -28.50% Industri Pengolahan

5.16% 4.91% 13.34% Listrik,Gas & Air Bersih

4.76% 2.02% 8.82% Perdagangan, Hotel & Restoran

8.68% 7.41% 9.99% Angkutan & Komunikasi

7.64% 8.26% 13.85% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

14.92% 23.08% 17.77% Jasa - jasa

15.15% 9.61% 21.89% TOTAL PDRB

2014 Growth PDRB Papua Barat 1 2 3 4 1 2 3 4 1

5.84% 2.12% 0.97% Pertambangan & Penggalian

2.84% 2.99% 1.78% Industri Pengolahan

9.58% 28.23% -3.25% Listrik,Gas & Air Bersih

11.31% 10.74% 15.75% Perdagangan, Hotel & Restoran

11.11% 10.75% 9.39% Angkutan & Komunikasi

10.65% 8.90% 9.30% Keuangan, Persewaan & Jasa

10.65% Perusahaan

9.57% 14.85% Jasa - jasa

7.43% 6.19% 5.75% TOTAL PDRB

2014 Kelompok Komoditi

Bahan Makanan -5.71 -2.05 -2.05 0.43 -8.14 0.12 0.12 10.66 122.27 1.56 5.71 5.71 13.81 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

0.47 0.78 0.78 2.72 0.22 0.90 0.90 4.14 113.14 0.19 1.98 1.98 9.50 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

0.38 0.71 0.71 2.13 0.14 4.51 4.51 7.17 112.80 0.07 1.90 1.90 6.30 Sandang

0.93 106.35 0.44 0.71 0.71 5.09 Kesehatan

0.08 0.36 0.36 8.47 -0.64 -1.15 -1.15

0.25 0.48 0.48 1.19 0.00 0.21 0.21 0.30 104.60 0.09 0.16 0.17 4.33 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

0.00 0.01 0.01 0.41 0.02 0.04 0.04 4.99 106.60 0.00 0.00 0.00 3.92 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan

0.19 -0.95 -0.95 2.11 -0.89 -1.24 -1.24

1.99 110.93 1.01 -0.48 -0.48 9.91

Inflasi Jayapura -1.52 -0.46 -0.46 1.94 -2.63 0.84 0.84 5.89 113.68 0.68 2.12 2.12 9.07

2014 Kelompok Komoditi

Bahan Makanan -0.18 -2.02 -2.01 0.17 2.81 4.17 4.17 13.74 109.88 -0.95 -0.18 -0.18 4.15 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau

0.27 0.66 0.66 2.96 0.57 1.60 1.60 4.40 108.67 0.12 0.57 0.57 5.66 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar

0.10 0.64 0.64 3.41 0.07 1.30 1.30 2.75 107.10 0.35 0.81 0.81 5.03 Sandang

0.15 0.37 0.37 2.59 0.11 0.40 0.40 4.24 100.81 0.11 0.28 0.28 -1.26 Kesehatan

0.56 1.33 1.33 3.30 0.30 0.35 0.35 1.56 106.47 0.04 0.65 0.65 4.95 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga

0.17 0.62 0.62 3.27 -0.08 0.35 0.35 3.21 105.29 0.02 0.00 0.00 3.36 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan

-0.44 -3.62 2.22 6.08 1.50 -4.32 -4.32

Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = -0.05 -0.98 -0.98 2.65 1.37 1.31 1.31 7.41 108.41 -0.10

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiii

TABEL PERBANKAN

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiv

TABEL SISTEM PEMBAYARAN

Tabel Transaksi Kliring

IV I (YOY) Total Volume (lembar)

I II III

IV I II III

46,393.00 47,304.62 39,426.52 45,039.00 49,407.00 48,418.86 44,343.00 32,208.00 26,604.00 -46.15% Total Nominal Kliring (Rp Miliar)

1,205.76 1,203.12 1,337.15 1,654.78 1,214.44 1,311.60 1,617.17 1,203.64 1,196.63 -1.47% Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari) Rata-Rata Volume (lembar)

800.86 813.06 691.69 805.88 849.00 832.02 703.07 516.64 454.17 -46.51% Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari

26.62 20.71 23.46 29.55 23.59 21.70 25.67 19.29 20.40 -13.54% (Rp Milliar)

Nisbah Rata-Rata Penolakan Volume (lembar)

1.49 1.12 1.45 1.95 2.19 1.18 1.92 2.03 1.46 -33.66% Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp

1.25 1.40 1.86 1.07 2.50 1.45 2.12 2.81 2.32 -7.27% Milliar)

Tabel Transaksi RTGS

RTGS 2014 Growth

2012

2013

IV I* (YoY) Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,830.78 7,193.81 9,006.45 13,220.13 4,202.10 8,187.49

13,739.36 5,753.71 36.92% Lembar Warkat

9,929.65

13,586.00 7,474.00 -6.49% Inflow (to)

10,341.50 7,366.00 12,730.00 13,917.00 7,993.00 7,743.18 11,764.00

Nominal (Rp.milliar) 11,545.44 11,003.62 13,486.21 14,763.54 7,297.63 10,157.60 14,715.87 18,410.79 6,928.73 -5.06% Lembar Warkat

16,698.00 9,241.00 3.45% Net Inflow

12,090.36 13,374.00 16,177.00 17,372.00 8,933.00 11,314.36 15,230.00

Nominal (Rp.milliar) -1,285.35 3,809.81 4,479.76 1,543.41 3,095.53 1,970.11

4,671.43 1,175.02 -62.04% Lembar Warkat

4,786.22

3,112.00 1,767.00 87.98% Intra Papua

1,748.86 6,008.00 3,447.00 3,455.00 940.00 3,571.18

3,466.00

Nominal (Rp.milliar) 995.81 1,913.76 1,764.12 3,967.82 545.06

5,199.31 683.13 25.33% Lembar Warkat

2,197.00 1,250.00 -6.99%  Data belum termasuk bulan Maret

Tabel Perkasan KPwBI Papua & Papua Barat

2014 Growth Uang Kartal

2012

2013

IV I (YOY) Inflow (Rp Miliar)

I II III

IV I II III

2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 2,853.48 5.60% Outflow (Rp Miliar)

1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 893.21 -12.44% Net Inflow (Rp Miliar)

1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) 1,960.27 16.54% Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar)

1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 3,725.24 32.72% - Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar)

1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 3,202.60 38.93% - Saldo Kas Titipan (Rp Miliar)

387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 522.64 4.20% Pemusnahan Uang kertas-TLE (Rp Miliar)

274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 395.49 267.61%

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xv

H ALAMAN I NI S ENGAJA D IKOSONGKAN

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xvi

R INGKASAN E KSEKUTIF

1. GAMBARAN UMUM

Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan percepatan pertumbuhan yang semakin meningkat. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang masih positif. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 0,57% (yoy) sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 1,54% (yoy). Pertumbuhan kedua provinsi tersebut mengalami pelemahan jika dibandingkan dengan pencapaian pada triwulan IV-2013.

2. MAKRO EKONOMI

Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh pertumbuhan pada sektor jasa-jasa; sektor pertanian; sektor angkutan dan transportasi; sektor bangunan; sektor perdagangan, hotel &restoran; sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan. Sementara itu, sektor bangunan; sektor perdagangan hotel dan restoran; sektor jasa-jasa; sektor angkutan & komunikasi serta sektor Keuangan menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi Papua Barat.

2. KEUANGAN DAERAH

Pada tahun 2014, target Pendapatan didalam APBD Provinsi Papua tercatat sebesar sebesar Rp 10,489 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 28,15% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Besarnya APBD dari segi pendapatan sebagian besar di topang oleh tingginya dana perimbangan dan dana otonomi khusus yang dialokasikan oleh pemerintah pusat. Hal ini seiring dengan peningkatan target pendapatan didalam APBN secara nasional. Dari sisi belanja, Pemerintah Daerah Provinsi Papua pada tahun 2014 menargetkan sebesar Rp 11,21 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 39,46% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tingginya kenaikan anggaran belanja Pemda Papua terutama disebabkan oleh meningkatnya belanja modal, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan bagi pemda lain serta belanja tidak langsung pegawai.

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xvii

4. INFLASI

Sampai dengan periode triwulan I-2014, inflasi Provinsi Papua 3 tercatat sebesar 9,58% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 8,27% (yoy). Angka tersebut mengalami peningkatan yang cukup signifikan seiring adanya peningkatan harga komoditas bahan makanan. Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi Provinsi Papua tercatat lebih tinggi, dimana inflasi nasional pada triwulan I-2014 tercatat sebesar 7,75% (yoy). Sementara itu, inflasi gabungan di Provinsi

Papua Barat 4 tercatat sebesar 5.77% (yoy).

5. PERBANKAN

Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2014 mengalami pertumbuhan yang cukup besar. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup meningkat sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 11,66% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh cukup signifikan sebesar 24,14% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 64,50% (yoy) pada triwulan I-2014 dari sebesar 58,01% (yoy) pada triwulan I-2013. Namun demikian, LDR tersebut masih dibawah angka yang ditargetkan.

Secara umum, kinerja Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di Papua dapat dikatakan bahwa hampir seluruh sektor masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih berada dibawah 5%. Sementara itu, ketahanan penyaluran kredit terhadap sektor utama di Papua Barat masih cukup sehat, namun khusus untuk sektor industri pengolahan perlu mendapatkan perhatian lebih karena memiliki NPL lebih dari 5% (tercatat sebesar 5,52%).

3 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura dan Kab. Merauke.

4 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari pergerakan harga barang di Kab. Manokwari dan Kota Sorong.

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xviii

6. SISTEM PEMBAYARAN

Pada triwulan I-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp 5,75 trilliun atau naik sebesar 36,92% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya atau turun sebesar -58,12% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Besarnya transaksi keluar wilayah Papua merupakan akibat terjadinya pembayaran atas pasokan barang-barang kebutuhan yang sebagian berasal dari luar wilayah Papua. Disisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 6,93 triliun, angka tersebut mengalami penurunan sebesar - 5,06% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya serta turun sebesar -62,37% (qtq) jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Tingginya nilai transaksi masuk berasal dari besarnya dana alokasi umum dan dana otonomi khusus bagi Pemerintah daerah di wilayah Papua. Adapun nilai transaksi keuangan antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua tercatat sebesar Rp 683,13 miliar atau naik sebesar 25,33% (yoy) dibandingkan dengan tahun lalu atau turun sebesar -86,86% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

6. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI

Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan tahunan positif sebesar 5,55%±1% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 14,72% (yoy). Adapun pada triwulan II-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,62% (yoy). Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 6,53%±1% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 9,30% (yoy). Pada tahun triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 6,50%±1% (yoy).

Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami inflasi tahunan sebesar 5,29% (yoy). Pencapaian inflasi

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xix

Provinsi Papua pada tahun 2014 secara optimis berada dalam rentang target yang telah ditetapkan dengan catatan semua harga barang yang diatur oleh Pemerintah (administred price) serta kelancaran pasokan distribusi barang ke Papua tidak mengalami perubahan maupun gangguan yang signifikan. Pada triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan berada level 7,54 ± 1% (yoy). Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami inflasi tahunan sebesar 4,50% (yoy). Pada triwulan I-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat diperkirakan berada level 5,82±1% (yoy).

KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xx

BAB 1. MAKROEKONOMI REGIONAL

Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan pertumbuhan yang masih positif meskipun melambat dibandingkan periode sebelumnya. Rilis data BPS pada triwulan I-2014 menunjukan bahwa perekonomian Papua tumbuh sebesar 0,57% (yoy) sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 1,54% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Papua dan Papua Barat terutama ditopang oleh sektor konsumsi dan investasi. Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor menjadi pendorong perekonomian di Provinsi Papua dan Papua Barat. Hanya sektor pertambangan di Provinsi Papua dan sektor industri pegolahan di Provinsi Papua Barat yang mengalami penurunan.

Sektor pertambangan yang secara historis selalu menjadi penopang ekonomi Papua justru pada triwulan laporan justru mencatatkan pertumbuhan yang negatif sebesar -28,50% (yoy), hal oni terjadi sebagai akibat dari penerapan UU Minerba pada awal tahun 2014 yang jugamempengaruhi perusahaan pertambangan di Provinsi Papua. Oleh karena itu, pada triwulan I-2014 perekonomian Papua justru sebagaian besar didorong oleh pertumbuhan dari sektor jasa-jasa. Sementara itu, untuk Provinsi Papua Barat pada triwulan laporan perekonomiannya sebagian besar ditopang oleh sektor bangunan yang tumbuh sebesar 15,75% (yoy). Hal tersebut sedikit berbeda dari keadaan biasanya, dimana secara histroris perekonomian Papua Barat selalu bergantung pada sektor industri pengolahan. Penurunan kinerja dari salah satu perusahaan penghasil gas alam disinyalir menjadi penyebab terjadinya hal tersebut.

I. Provinsi Papua

1.1. Sisi Permintaan Pada triwulan I-2014, perekonomian Provinsi Papua tumbuh sebesar 0,57 % (yoy) atau jauh lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2013 yang mengalami pertumbuhan sebesar 23,86% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja ekonomi Papua ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang tumbuh cukup signifikan. Membaiknya kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi terjadi seiring dengan pelaksanaan Pemilu Legislatif pada tahun 2014. Di samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan seiring tingginya prospek untuk berinvestasi di Papua dan juga akibat tingginya alokasi dari dana perimbangan yang digunakan untuk investasi infrastruktur di daerah. Kedepan, ekpektasi konsumsi masyarakat yang tetap tinggi akan turut menjaga kinerja ekonomi di Provinsi Papua untuk tetap tumbuh positif.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat

Harga Konstan Dari Sisi Sektoral (%)

Growth PDRB Papua 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pertanian

3,63% 10,04% 12,67% Pertambangan & Penggalian

-39,74% -23,93% -13,52% 54,67% 31,83% -24,61% 43,04% 64,24% -28,50% Industri Pengolahan

5,16% 4,91% 13,34% Listrik,Gas & Air Bersih

4,76% -1,11% 8,82% Perdagangan, Hotel & Restoran

8,68% 7,41% 9,99% Angkutan & Komunikasi

7,64% 8,26% 13,85% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

14,92% 23,08% 17,77% Jasa - jasa

15,15% 10,44% 21,89% TOTAL PDRB

2014 Growth PDRB Papua Barat 1 2 3 4 1 2 3 4 1

5,84% 2,12% 0,97% Pertambangan & Penggalian

2,84% 2,99% 1,78% Industri Pengolahan

9,58% 28,23% -3,25% Listrik,Gas & Air Bersih

11,31% 10,74% 15,75% Perdagangan, Hotel & Restoran

11,11% 10,75% 9,39% Angkutan & Komunikasi

10,65% 8,90% 9,30% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

9,57% 14,85% 10,65% Jasa - jasa

7,43% 6,19% 5,75% TOTAL PDRB

Sumber : BPS Provinsi Papua & BPS Provinsi Papua Barat

Tabel 2.

Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Dari Sisi Permintaan (%)

2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Konsumsi Rumah Tangga

2013 Growth PDRB Papua

6,10% 6,97% 7,87% Konsumsi Nirlaba

6,89% 7,02% 7,72% Konsumsi Pemerintah

7,23% 5,20% 7,07% Perubahan Stok

81,19% 104,72% -86,28% Ekspor

-33,74% -37,16% 121,17% 91,27% -12,54% 60,24% 94,94% -29,47% Dikurangi Impor

2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Konsumsi Rumah Tangga

2013 Growth PDRB Papua Barat

9,72% 9,90% 10,83% Konsumsi Nirlaba

8,65% 7,11% 3,17% Konsumsi Pemerintah

18,24% 17,82% 18,60% 3,41% Perubahan Stok

-111,50% -113,18% -112,39% -142,89% -257,14% -236,79% -220,62% -233,53% -3,67% Ekspor

22,99% 28,81% 47,84% 1,12% Dikurangi Impor

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat

Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%)

2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Konsumsi Rumah Tangga

Kontribusi PDRB Papua

6,93% 7,77% 8,76% Konsumsi Nirlaba

6,06% 6,00% 6,81% Konsumsi Pemerintah

3,56% 2,52% 3,38% Perubahan Stok

-11,65% -27,24% 33,77% Ekspor

19,45% 41,29% -13,65% Dikurangi Impor

18,01% 23,90% 0,57% Kontribusi PDRB Papua

1 2 3 4 1 2 3 4 1 Konsumsi Rumah Tangga

4,77% 5,14% 4,96% Konsumsi Nirlaba

3,25% 2,83% 1,20% Konsumsi Pemerintah

3,36% 3,76% 0,73% Perubahan Stok

-13,86% -14,63% -14,23% -16,01% 0,28% Ekspor

19,08% 29,79% 0,87% Dikurangi Impor

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat

Tabel 4.

Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy)

Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (%)

2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pertanian

2013 Kontribusi PDRB Papua

0,70% 1,71% 2,20% Pertambangan & Penggalian

12,36% 18,16% -8,95% Industri Pengolahan

0,14% 0,13% 0,35% Listrik,Gas & Air Bersih

0,61% -0,15% 1,05% Perdagangan, Hotel & Restoran

0,81% 0,70% 0,96% Angkutan & Komunikasi

0,74% 0,79% 1,33% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

0,64% 0,95% 0,74% Jasa - jasa

1,96% 1,56% 2,86% TOTAL PDRB

17,98% 23,86% 0,57% Kontribusi PDRB Papua

0,86% 0,33% 0,14% Pertambangan & Penggalian

0,24% 0,26% 0,15% Industri Pengolahan

4,45% 12,17% -1,58% Listrik,Gas & Air Bersih

0,75% 0,76% 1,01% Perdagangan, Hotel & Restoran

0,74% 0,76% 0,62% Angkutan & Komunikasi

0,59% 0,52% 0,50% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan

0,16% 0,27% 0,17% Jasa - jasa

0,70% 0,65% 0,51% TOTAL PDRB

Sumber: BPS Provinsi Papua & Papua Barat Diolah

Pada triwulan I-2014, komponen konsumsi rumah tangga tumbuh mencapai 7,87% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 6,97% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan konsumsi pada triwulan berjalan didorong oleh beberapa aspek seperti: adanya perayaan beberapa hari besar keagamaan di wilayah Papua, Pemilu Legislatif 2014 serta penyelenggaraan event oleh pemerintah daerah. Pertumbuhan konsumsi juga terekam dari survei konsumen di Kota Jayapura. Hasil Survei Konsumen menunjukkan terdapat kecenderungan meningkatnya konsumsi sebagai akibat adanya kenaikan indek ketersediaan lapangan pekerjaan dengan Indeks mencapai 139,7 di triwulan I-2014 yang lebih tinggi dibandingkan indeks pada triwulan IV-2013 sebesar 134,7. Sementara itu, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) secara keseluruhan juga meningkat menjadi sebesar 134,1 dari triwulan IV-2013 yang tercatat hanya sebesar 130,9.

Grafik 1. Survei Konsumen

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

Peningkatan komponen konsumsi juga terekam dari perkembangan konsumsi listrik rumah tangga yang tumbuh 1,36% (yoy) pada triwulan I-2014. Tingginya aktivitas konsumsi tersebut juga tercermin dari tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang pada periode laporan tumbuh sebesar 18,07% (yoy). Pada triwulan I-2014, peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin pada peningkatan jumlah kendaraan baru yang didaftarkan yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 7,23% (yoy).

Grafik 2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua Grafik 3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua

Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah

Dari sisi, konsumsi Pemerintah sampai dengan triwulan I-2014 juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,42% (yoy), angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 6,83% (yoy). Peran pemerintah dalam peningkatan konsumsi juga cukup besar seperti terlihat dari peningkatan realisasi belanja pegawai pemda yang terealisasi cukup besar pada triwulan berjalan dari alokasi anggaran yang tersedia.

Secara tahunan, konsumsi swasta juga mengalami pertumbuhan sebesar 7,72% (yoy). Komponen konsumsi swasta merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan terbesar kedua setelah konsumsi pemerintah. Peningkatan pendapatan secara tahunan yang dirasakan oleh masyarakat Papua (melalui kenaikan UMR) juga turut mendorong peningkatan konsumsi dari waktu ke waktu walaupun hal tersebut tidak seluruhnya dapat dirasakan oleh masyarakat Papua secara merata.

Grafik 4. Jumlah Kendaraan Baru Papua

Grafik 5. Belanja Pegawai PEMDA Prov. Papua

Sumber:Dispenda Prov. Papua, diolah Sumber: BKAD Prov. Papua, diolah

1.1.2 Investasi Realisasi investasi (PMTB) pada periode triwulan I-2014 menunjukkan pertumbuhan yang cukup menggembirakan yaitu tumbuh sebesar 7,07% (yoy) atau lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 5,20% (yoy).

Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari semakin membaiknya prospek bisnis di Papua yang mendorong tingginya minat investor untuk melakukan ekspansi bisnis yang tercermin dari semakin tingginya penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan investasi. Pada periode triwulan I-2014, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp 2,65 triliun atau tumbuh sebesar 20,72% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Tingginya minat ekspansi bisnis tersebut mencerminkan adanya peningkatan peran investasi swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi Papua. Selain faktor pembiayaan perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan I-2014 juga didorong oleh meningkatnya belanja modal Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Papua sebesar 28,83% Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari semakin membaiknya prospek bisnis di Papua yang mendorong tingginya minat investor untuk melakukan ekspansi bisnis yang tercermin dari semakin tingginya penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan investasi. Pada periode triwulan I-2014, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp 2,65 triliun atau tumbuh sebesar 20,72% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Tingginya minat ekspansi bisnis tersebut mencerminkan adanya peningkatan peran investasi swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi Papua. Selain faktor pembiayaan perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan I-2014 juga didorong oleh meningkatnya belanja modal Pemerintah Daerah (PEMDA) Provinsi Papua sebesar 28,83%

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

Sumber:BKAD Provinsi Papua

1.1.3 Ekspor dan Impor Ekspor Provinsi Papua pada triwulan I-2014 mengalami penurunan sebesar -29,47%

(yoy) sedangkan impor tumbuh cukup signifikan sebesar 47,82% (yoy). Pada triwulan I-2014, berdasarkan data bea cukai, nilai ekspor non migas Provinsi Papua ke luar negeri (LN) tercatat sebesar US$135,23 Juta atau mengalami penurunan yang signifikan sebesar -73,47% (yoy), sementara secara volume tercatat sebesar 83,09 ribu ton atau mengalami penurunan sebesar -68,64% (yoy). Penyebab utama menurunnya kinerja ekspor ke LN pada periode laporan terjadi seiring penerapan UU Minerba yang melarang perusahaan tambang yang ada di Papua untuk mengekspor hasil tambang mentah. Penerapan ketentuan tersebut sangat berdampak terhadap kinerja ekspor Papua ke LN mengingat 90% dari ekspor Provinsi Papua LN merupakan ekspor bahan tembang mentah. Tren pertumbuhan ekspor Papua secara historikal memiliki hubungan yang searah dengan pertumbuhan penjualan Perusahaan Pertambangan yang terdapat di Papua baik untuk komoditas tembaga maupun emas yang pada triwulan I-2014 mengalami penurunan masing-masing sebesar -44,95% (yoy) dan -15,18% (yoy).

Grafik 8. Volume Ekspor Non Migas Papua Grafik 9. Nilai Ekspor Non Migas Papua

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah

Sumber: Laporan Keuangan Perusahaan

mpor non-migas Papua dari LN justru mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan laporan mencapai 19,41% (yoy). Sejalan dengan peningkatan nilai, volume impor Papua juga mengalami peningkatan sebesar 100,68% (yoy). Peningkatan kinerja impor dikhawatirkan dapat mendorong terjadinya defisit neraca transaksi perdagangan secara nasional.

Grafik 10. Volume Impor Non Migas Papua Grafik 11. Nilai Impor Non Migas Papua

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah

1.2. Sisi Penawaran Pada sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi di Provinsi Papua didorong oleh

pertumbuhan positif dari seluruh sektor ekonomi kecuali sektor pertambangan yang mencatatkan penurunan. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor jasa-jasa yang berhasil tumbuh sebesar 21,89% (yoy), sedangkan petumbuhan terendah terjadi pada sektor pertambangan yang turun sebesar -28,50% (yoy). Adapun pertumbuhan tahunan untuk sektor- sektor lainnya adalah sebagai berikut: sektor pertanian sebesar 12,67%; sektor bangunan sebesar 8,82%; sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 17,77%; sektor industri pengolahan sebesar 13,34%, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 9,99%; sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 13,85%; dan sektor listrik dan air bersih sebesar 10,37%.

Sektor pertanian pada periode triwulan I-2014 mengalami pertumbuhan sebesar 12,67% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,30% (yoy). Hal ini disebabkan pada triwulan berjalan, produksi dan produktivitas beberapa komoditas tanaman pangan mengalami kenaikan sebagai akibat dari terjadinya panen raya dengan hasil yang lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini sejalan dengan tren kenaikan ARAM dimana untuk tingkat produksi padi sawah mengalami peningkatan tahunan secara rata-rata sekitar 5-10%.

Tabel 6. Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua

Ubi Kayu

Growt h (%) 2012

2013 Produksi Ubi Kayu (Ton)

5.10 6.06 Luas Panen (Ha)

5.34 5.00 Produktivitas (Ton/Ha)

11.89 12.17 12.15 12.27 -0.22 1.01 J agung

Growt h (%) 2012

2013 Produksi Ubi Jalar (Ton)

-7.15 10.03 Luas Panen (Ha)

-7.11 -15.42 Produktivitas (Ton/Ha)

1.75 1.80 1.80 2.34 -0.04 30.09 Kacang Tanah

Growt h (%) 2012

2013 Produksi Ubi Jalar (Ton)

4.98 10.92 Luas Panen (Ha)

5.16 0.48 Produktivitas (Ton/Ha)

Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah

Salah satu faktor pendukung tercapainya pertumbuhan di sektor pertanian adalah pertumbuhan di sub sektor perikanan. Pada triwulan I-2014, sub sektor perikanan mengalami peningkatan volume produksi pada hampir seluruh jenis komoditas perikanan terutama ikan dari perairan umum dan perikanan budidaya yang secara keseluruhan mengalami pertumbuhan sebesar 5,38% (yoy) dan 9,50% (yoy). Secara kuantitas, sepanjang periode triwulan I-2014 total volume hasil produksi perikanan diperkirakan mencapai 79.427 ton atau tumbuh 3,4%

Pertumbuhan sektor pertanian di Papua justru bertolak belakang dengan pencapaian nilai NTP Papua pada triwulan I-2014 yang mengalami penurunan sebesar 0,55 poin dari pencapaian pada triwulan I-2013 sebesar 101,24 menjadi 99,69 pada triwulan I-2014. Angka NTP yang berada di bawah nilai 100 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh petani lebih besar dari keuntungan yang diterima. Hal ini menunjukkan, walaupun sektor pertanian di Prov. Papua mengalami pertumbuhan namun kesejahteraan petaninya justru mengalami penurunan.

2013 2013 No

TW 3 TW 4 TW 1 LAUT

71,188 73,440 75497 Pertumbuhan Tahunan (%)

1 Produksi (Ton)

PERAIRAN UMUM (axis kanan)

2 Produksi (Ton)

1,963 1,993 1990 Pertumbuhan Tahunan (%)

BUDIDAYA (axis kanan)

3 Produksi (Ton)

1,422 2,223 1940 Pertumbuhan Tahunan (%)

74,573 77,656 79,427 PERTUMBUHAN TAHUNAN (%)

TOTAL PRODUKSI (Ton)

3.40 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua,

17.20 8.27 5.60 4.78 7.28 -6.29

diolah Grafik 12. Nilai Tukar Petani Papua Grafik 13. PDRB Sektor Pertanian Papua

Sumber: BPS Provinsi Papua

Sumber: BPS Provinsi Papua

1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2014 mengalami penurunan yang signifikan sebesar -28,50% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan IV-2013 yang tercatat tumbuh sebesar 64,24% (yoy). Sebagai penopang utama sektor tambang, penurunan produksi tambang oleh salah satu perusahaan tambang terbesar yang ada di Papua turut memberikan kontribusi yang signifikan terhadap menurunnya kinerja sektor tambang.

Tabel 8. Perkembangan Produksi Pertambangan Papua

Laporan produksi periode triwulan I-2014 dari salah satu perusahaan pertambangan besar di Papua menunjukkan adanya penurunan produksi tembaga dan emas masing-masing Laporan produksi periode triwulan I-2014 dari salah satu perusahaan pertambangan besar di Papua menunjukkan adanya penurunan produksi tembaga dan emas masing-masing

1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan I-2014 tercatat tumbuh

sebesar 9,99% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tumbuh 7,41%(yoy). Positifnya pertumbuhan kinerja sektor perdagangan papua juga tercermin dari tingginya kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan Papua. Pada triwulan I- 2014, arus bongkar muat barang mengalami pertumbuhan sebesar 1,16% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan arus barang juga mengakibatkan volume bongkar muat pelabuhan pada triwulan I-2014 juga mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya sebesar 216.786 ton menjadi sebesar 258.649 ton.

Tabel 9. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua Perkembangan Arus Bongkar

2013 2014 Muat Barang

TW 3 TW 4 TW 1 Volume Bongkar Muat

284.266 302.668 259.997 205.380 255.672 295.761 265.424 216.786 258.649 Pertumbuhan Tahunan Arus Barang (%)

13,64% 1,65% 2,06% -27,27% -10,06% -2,28% 2,09% 5,55% 1,16%

Sumber: PT Pelindo Papua

Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan juga terlihat dari peningkatan occupancy rate hotel di Provinsi Papua yang mencapai angka 72% atau lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 70%. Adanya penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2014 menjadi salah satu pendorong meningkatnya tingkat hunian hotel di Provinsi Papua. Pertumbuhan sektor perdagangan pada triwulan I-2014 juga sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit perdagangan yang disalurkan oleh perbankan di Provinsi Papua yang tercatat meningkat sebesar 19,52% (yoy).

Grafik 14. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 15. Tingkat Hunian Hotel Papua

Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I-2014 tumbuh mencapai 13,85% (yoy) lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 8,26% (yoy). Pertumbuhan pada sektor ini didorong oleh peningkatan kinerja pada subsektor angkutan laut, angkutan udara, komunikasi, serta sub sektor angkutan jalan raya yang mengalami pertumbuhan pada periode triwulan laporan dibadingkan triwulan sebelumnya.

Tabel 10. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua

2013 2013 Indikator

IV I II III IV I Perkembangan Arus Penumpang

I II III

47.419 65.378 67.298 65.012 47.883 50.309 67.545 68.633 57846 (orang)

Pertumbuhan Tahunan (%) -10,48% 34,29% -17,00% 16,89% 0,98% -23,05% 0,37% 5,57% 20,81% Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua

Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara memegang peranan penting dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun orang. Pertumbuhan yang terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi juga tercermin dari peningkatan jumlah penumpang Kapal Laut yang pada triwulan I-2014 mencapai 57.846 orang atau tumbuh sebesar 20,81% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan tersebut terjadi seiring tingginya mobilitas penduduk di wilayah Papua terutama menjelang perayaan Pileg 2014 serta adanya beberapa perayaan hari besar keagamaan. Selain itu, khusus untuk subsektor telekomunikasi dalam beberapa waktu kedepan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan investasi di sektor ini berupa pemasangan jaringan fiber optik di seluruh wilayah Papua.

1.2.5. Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan I-2014 tumbuh mencapai 17,77% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 23,08% (yoy). Salah satu parameter pertumbuhan sektor ini tercermin dari nilai tambah bank yang pada triwulan I-2014 berhasil tumbuh sebesar 25,63% (yoy) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan IV-2013 sebesar 35,19% (yoy).

Kinerja sektor keuangan mengalami perlambatan seiring dengan kebijakan Bank Indonesia untuk menahan ekspansi penyaluran kredit pada tahun 2014 dari 25-30% pada tahun sebelumnya menjadi hanya sebesar 15-20% pada tahun 2014.

A. PENDEKATAN PENDAPATAN

1. Biaya Tenaga Kerja

130,972 137,215 173,271 124,953 139,876 185,417 197,748 137,561 2. Surplus

250,948 244,635 211,358 239,135 302,060 274,697 322,080 316,628 3. Pajak Tak Langsung Neto

PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH B

392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349 468,823 B. PENDEKATAN PRODUKSI

1. Hasil imputasi jasa

398,489 442,250 481,548 417,886 509,608 538,904 648,429 532,608 2. Penerimaan neto dari transaksi de

(4,777) (1,191) 2,238 3. Provisi dan komisi

43,771 47,035 50,932 48,926 54,043 55,951 59,375 55,620 4. Pendapatan operasional lainnya

GROSS OUTPUT

5. Biaya-biaya antara

392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349 468,823 PERTUMBUHAN TAHUNAN (YoY)

NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK B

Sumber: Bank Indonesia

II. Provinsi Papua Barat

2.1. Sisi Permintaan Pada triwulan I-2014, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 1,54% (yoy) lebih rendah

dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,74% (yoy). kinerja ekonomi Papua Barat ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang tumbuh cukup baik. Membaiknya kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) secara signifikan terjadi seiring adanya pelaksanaan Pemilu Legislatif pada tahun 2014. Di samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan seiring tingginya prospek untuk berinvestasi di wilayah Papua Barat akibat digiatkannya pembangunan infrastruktur di wilayah Papua Barat. Menurunnya kinerja produksi industri pengolahan migas pada triwulan laporan menjadi salah satu faktor mendorong melemahnya pertumbuhan perekonomian di Provinsi Papua Barat. Kinerja ekonomi Papua Barat pada triwulan laporan juga ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi seiring adanya perayaan hari beberapa hari besar keagamaan dan adanya Pemilu Legislatif 2014.

Tabel 12. Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat

PDRB Papua Barat

1 2 3 4 1 2 3 4 1 Konsum si

1.570,24 1.647,71 1.710,77 1.770,76 1.708,85 1.779,93 1.877,07 1.946,11 1.894,00 Konsumsi RT & Nirlaba

1.229,48 1.263,13 1.308,84 1.360,24 1.414,53 1.370,72 1.422,04 1.456,97 1.459,36 Konsumsi Pemerintah

384,58 401,93 410,52 427,54 408,04 455,03 489,14 434,64 PM TB

621,07 657,79 689,71 802,47 734,34 774,99 818,02 829,83 Perubahan Stok

214,62 224,94 234,10 (288,63) (293,57) (271,32) (312,59) (278,04) Ek spor

2.364,29 2.336,51 2.309,15 2.125,98 2.894,37 2.873,70 2.974,50 3.143,14 2.926,81 Im por

1.314,49 1.346,50 1.416,34 1.406,33 1.518,15 1.497,85 1.571,71 1.642,93 1.582,97 PDRB

3.407,22 3.473,40 3.486,32 3.414,22 3.732,15 3.595,38 3.783,51 3.951,75 3.789,63 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2014 tumbuh sebesar 10,83% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 9,90% (yoy). Masih bertumbuhnya tingkat konsumsi tersebut secara tidak langsung mencerminkan bahwa pendapatan masyarakat masih menunjukan adanya peningkatan. Perbaikan pendapatan masyarakat tersebut juga terekam dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia di Kota Manokwari yang menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I-2014, Indeks Penghasilan Saat Ini naik menjadi sebesar 154 dari 152 pada triwulan IV-2013. Hal ini menandakan bahwa konsumen masih tetap optimis terhadap kondisi ekonomi yang secara tidak langsung terefleksi dari meningkatnya pendapatan pada triwulan laporan. Selain itu, tingginya konsumsi masyarakat pada triwulan berjalan juga terlihat dari meningkatnya indeks pembelian durable goods atau barang tahan lama yang pada triwulan I-2014 mengalami peningkatan menjadi sebesar 108 dari triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 107,4.

Grafik 16. Grafik Survey Konsumen 1 Grafik 17. Kredit Konsumsi Papua Barat

Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat

Komponen konsumsi masyarakat memberikan kontribusi sebesar 4,96% terhadap pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan I-2014. Kontribusi konsumsi masyarakat merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya, hal tersebut turut didorong oleh peningkatan penyaluran kredit konsumsi perbankan. Pada periode triwulan I-2014, realisasi kredit konsumsi tercatat sebesar Rp 2,91 trilliun atau tumbuh sebesar 22,63% (yoy). Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin dari meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga sebesar 4,34% (yoy) atau mencapai 121,49 juta Kwh.

Kinerja konsumsi rumah tangga pada awal tahun 2014 di Provinsi Papua Barat relatif cukup baik.Meningkatnya lapangan kerja yang ditunjang oleh terus meningkatnya belanja pemerintah dari tahun ke tahun mendorong peningkatan konsumsi masyarakat Papua Barat. Selain itu, pemekaran wilayah yang akan dilakukan baik pada tahun ini maupun tahun depan juga akan semakin meningkatkan konsumsi masyarakat seiring dengan pemerataan kesejahteraan sebagai akibat dari proses pemekaran wilayah tersebut.

Sumber: PLN Wilyah Papua

2.1.2. Ekspor – Impor Kinerja ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan I-2014 mengalami pertumbuhan sebesar 1,12% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV- 2013 sebesar 47,84% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh menurunnya kontribusi ekspor gas oleh industri pengolahan migas yang mengalami penurunan kinerja pada triwulan laporan setelah pada beberapa triwulan sebelumnya sempat mengalami lonjakan kinerja yang signifikan. Menurunnya ekspor gas tersebut sebagai akibat dari berlarut-larutnya proses negoisasi harga yang dilakukan antara produsen dengan konsumen.

Grafik 19. Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat Grafik 20. Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat

Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah

Sementara itu, kinerja impor mengalami pertumbuhan sebesar 4,27% (yoy) atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,82% (yoy). Pembelian berbagai barang modal baik oleh pemerintah maupun swasta seiring dengan kegiatan investasi yang dilakukan menjadi penyebab pertumbuhan impor Papua Barat. Kedepan, kegiatan impor ke Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan ditemukannya sumber gas baru di daerah Provinsi Papua Barat.

Dari sisi penawaran, hampir seluruh sektor utama ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif kecuali sektor industri pengolahan yang mencatatkan penurunan kinerja. Secara rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi adalah sebagai berikut: sektor pertanian (0,97%); sektor pertambangan dan penggalian (2,99%): sektor industri pengolahan (-3,25%); sektor listrik, gas & air bersih (8,33%); sektor bangunan (15,75%); sektor perdagangan, hotel & restoran (9,39%); sektor angkutan & komunikasi (9,30%); sektor keuangan, perwewaan & jasa perusahaan (10,65%); dan sektor jasa-jasa (5,75%).

2.2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan IV-2013 tumbuh sebesar 0,97% (yoy), tumbuh melambat jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 sebesar 2,12% (yoy). Namun demikian, perlambatan pertumbuhan sektor pertanian tidak menyebabkan penurunan kesejahteraan petani. Hal tersebut terlihat dari Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat pada triwulan I-2014 yang mengalami peningkatan menjadi sebesar 102,11 atau lebih tinggi dari NTP pada akhir triwulan I-2013 yang tercatat sebesar 99.98. Pencapaian Indeks NTP diatas 100 pada triwulan laporan menunjukan bahwa para petani di Provinsi Papua Barat telah memperoleh penghasilan yang lebih besar dari biaya yang harus mereka keluarkan.

Grafik 21. Nilai Tukar Petani Papua Barat

Grafik 22. PDRB Sektor Pertanian Papua Barat

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat

2.2.2. Sektor Industri Pengolahan Sektor-sektor Industri Pengolahan mengalami penurunan sebesar -3,25% (yoy) atau berbalik arah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 28,23% (yoy). Secara proporsional, sektor ini memegang 2.2.2. Sektor Industri Pengolahan Sektor-sektor Industri Pengolahan mengalami penurunan sebesar -3,25% (yoy) atau berbalik arah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 28,23% (yoy). Secara proporsional, sektor ini memegang

Grafik 23. Penggunaan Listrik

Sumber: PLN Wilayah Papua

2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan I-2014 tumbuh

sebesar 9,39% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 10,75% (yoy). Tinggi pertumbuhan pada sektor PHR ditenggarai sebagai akibat dari perayaan hari-hari besar keagamaan serta pelaksanaan Pemilu 2014, yang mana di wilayah Papua event ini selalu dirayakan secara meriah. Selain itu, pertumbuhan sektor PHR juga tercermin dari meningkatnya penyaluran kredit oleh perbankan terhadap sektor perdagangan yang meningkat sebesar 32,19% (yoy) atau mencapai Rp 2,34 triliun.