OUTLOOK PEREKONOMIAN DAN INFLASI

BAB 7. OUTLOOK PEREKONOMIAN DAN INFLASI

I. PROSPEK PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Sepanjang tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua diperkirakan masih akan

mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 5,55%±1% (yoy), angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 14,72% (yoy). Adapun pada triwulan II-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar 2,62% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi yang masih positif didorong oleh tingginya kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya konsumsi rumah tangga dan pemerintah) dan investasi. Sementara dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi yang positif didorong oleh kontribusi dari sektor jasa-jasa, bangunan dan Perdagangan.

Konsumsi rumah tangga diperkirakan masih tumbuh positif sebagai akibat dari pelaksanaan Pemilu legislatif pada bulan April 2014. Selain itu, persiapan menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden pada bulan Juli 2014 juga diperkirakan dapat turut mendorong tingginya angka konsumsi pada triwulan II-2014. Di sisi lain, penyaluran dana perimbangan yang berasal dari Pemerintah Pusat kepada seluruh Pemda yang terdapat di wilayah Papua diperkirakan mulai akan meningkat pada triwulan II-2014. Hal tersebut diprediksi juga dapat mendorong bertumbuhnya kinerja konsumsi Pemerintah pada triwulan yang akan datang.

Pertumbuhan komponen Investasi di triwulan II-2014 diperkirakan cukup signifikan. Adanya realisasi proyek investasi baik yang sedang berjalan maupun yang baru akan mulai dilaksanakan pada triwulan II-2014, dinilai mampu memberi kontribusi yang besar bagi kinerja investasi pada triwulan yang akan datang. Selain itu, dengan disahkannya Provinsi Papua sebagai tuan rumah penyelenggaraan kegiatan Pekan Olah Raga Nasional (PON) pada tahun 2020, diperkirakan juga akan mendorong kegiatan investasi dalam beberapa waktu kedepan.

Dari sisi Sektoral, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 diperkirakan berasal dari kontribusi sektor jasa-jasa akibat adanya penerapan UU Otsus plus serta adanya kenaikan dana perimbangan dari Pemerintah Pusat. Secara historis, sektor pertambangan Papua selalu menjadi penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua. Akan tetapi, pada triwulan II-2014 kelangsungan usaha sektor pertambangan di Papua akan sedikit mengalami perlambatan seiring pemberlakukan UU Minerba. Namun demikian, berdasarkan hasil liaison pada salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Provinsi Papua menyatakan bahwa kinerja perusahaan sepanjang tahun 2014 tidak akan berbeda dengan Dari sisi Sektoral, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 diperkirakan berasal dari kontribusi sektor jasa-jasa akibat adanya penerapan UU Otsus plus serta adanya kenaikan dana perimbangan dari Pemerintah Pusat. Secara historis, sektor pertambangan Papua selalu menjadi penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua. Akan tetapi, pada triwulan II-2014 kelangsungan usaha sektor pertambangan di Papua akan sedikit mengalami perlambatan seiring pemberlakukan UU Minerba. Namun demikian, berdasarkan hasil liaison pada salah satu perusahaan pertambangan terbesar di Provinsi Papua menyatakan bahwa kinerja perusahaan sepanjang tahun 2014 tidak akan berbeda dengan

Namun, sampai dengan pertengahan bulan Mei 2014, larangan ekspor mineral mentah sebagaimana yang diamanatkan dalam UU Minerba belum dicabut/dihentikan. Sehingga, berdasarkan kondisi tersebut pertumbuhan sektor pertambangan sepanjang tahun 2014 diprediksi akan mengalami perlambatan kinerja jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara sektor usaha lainnya seperti sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor PHR dan sektor bangunan diprediksi masih tetap tumbuh postif. Hal tersebut terjadi seiring dengan pelaksanaan pemilu dan perayaan hari besar keagamaan sepanjang tahun 2014 serta adanya kenaikan dana perimbangan bagi Pemda yang terdapat di wilayah Papua.

Adapun pertumbuhan sektor lainnya seperti sektor pertanian pada triwulan mendatang diprediksi akan mengalami penurunan seiring telah berlalunya masa panen dan mulai masuknya masa tanam. Sektor bangunan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya. Sementara itu, sektor PHR pada triwulan yang akan datang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi seiring adanya ekspektasi meningkatnya permintaan konsumsi masyarakat menjelang pelaksanaan Pemilu 2014.

1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan

mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 6,53%±1% (yoy), angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 9,30% (yoy). Adapun pada triwulan I-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan akan tumbuh sebesar 6,50% (yoy). Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi yang masih positif didorong oleh tingginya kontribusi dari komponen konsumsi (khususnya konsumsi rumah tangga dan pemerintah) dan komponen investasi. Sedangkan dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi didorong oleh tingginya kontribusi dari sektor industri pengolahan, jasa-jasa dan bangunan.

Ekspektasi lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 dibandingkan dengan angka prediksi sebelumnya didorong oleh beberapa faktor. Dari Sisi Permintaan, kinerja ekspor Papua Barat diprediksi akan mengalami penurunan jika dibandingkan angka prediksi pada periode sebelumnya. Hal tersebut terjadi sebagai dampak menurunnya ekspor Migas dari Papua Barat sebagai akibat berlarut-larutnya proses renegosiasi harga jual LNG ke Sempra (China).

Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan diprediksi tidak akan menunjukan pertumbuhan yang signifikan seperti pada periode-periode sebelumnya. Hal tersebut terjadi sebagai akibat tertahannya kegiatan ekspor migas ke luar negeri (khususnya China) yang Dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan diprediksi tidak akan menunjukan pertumbuhan yang signifikan seperti pada periode-periode sebelumnya. Hal tersebut terjadi sebagai akibat tertahannya kegiatan ekspor migas ke luar negeri (khususnya China) yang

Adapun pertumbuhan sektor lainnya seperti sektor Bangunan pada triwulan mendatang diprediksi akan mengalami pertumbuhan positif yang cenderung mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut terjadi mengingat adanya asumsi bahwa sebagian pengeluaran pemerintah yang semula diperuntukan bagi sektor bangunan akan dialokasikan guna mendukung kegiatan Pemilu pada pertengahan tahun 2014. Seperti halnya yang terjadi di Provinsi Papua, sektor PHR pada triwulan yang akan datang juga diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi mengingat adanya dorongan konsumsi menjelang pelaksanaan Pemilu 2014.

II. PROSPEK INFLASI

2.1. Inflasi Provinsi Papua Pada triwulan II-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan berada level 7,54 ±

1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua pada triwulan mendatang disinyalir akan lebih rendah dibanding pencapaian pada triwulan sebelumnya seiring relatif membaiknya kondisi cuaca pada pertengahan tahun yang mana hal tersebut dapat mendukung aktivitas distribusi barang maupun produksi beberapa komoditas bahan makanan. Namun demikian, pada triwulan II-2014, terdapat beberapa potensi ancaman yang dapat meningkatkan inflasi ke level yang lebih tinggi dari prediksi sebelumnya seperti adanya rencana untuk menaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) bagi konsumen industri, adanya peningkatan konsumsi menjelang Pemilu Presiden 2014 serta potensi melemahnya nilai tukar yang dapat berdampak terhadap meningkatnya harga barang-barang impor.

Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami inflasi tahunan sebesar 5,29% (yoy). Pencapaian inflasi Provinsi Papua pada tahun 2014 secara optimis berada dalam rentang target yang telah ditetapkan, tentunya dengan catatan bahwa seluruh harga barang yang diatur oleh Pemerintah (administred price) serta kelancaran pasokan distribusi barang ke Papua tidak mengalami perubahan maupun gangguan yang signifikan.

Pada triwulan II-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat diperkirakan berada level 5,82 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua Barat pada triwulan mendatang dinilai cukup moderat seiring semakin lancarnya aktivitas pendistribusian barang-barang kebutuhan ke wilayah Papua Barat. Disamping itu, adanya program Pemerintah Daerah yang menggalakan sektor pertanian di Papua Barat (khususnya Manokwari) menjadi salah satu faktor yang dapat menekan inflasi pada triwulan yang akan datang.

Sampai dengan akhir tahun 2014, Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami inflasi tahunan sebesar 4,50% (yoy). Adanya rencana pembukaan salah satu retailer besar di wilayah Papua Barat juga disinyalir akan mempengaruhi pergerakan inflasi di Provinsi Papua Barat. Namun demikian, pelaksanaan pemilu di tahun 2014 dinilai dapat menjadi ancaman meningkatnya inflasi di tahun 2014.

III. PROSPEK PERBANKAN

3.1 Propek Perbankan Provinsi Papua Adanya kebijakan untuk menekan laju pertumbuhan kredit perbankan dalam mengantisipasi Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia akan berdampak terhadap melambatnya laju pertumbuhan kredit Papua pada tahun 2014. Meskipun demikian, pertumbuhan kinerja perbankan pada triwulan I-2014 diperkirakan masih akan tetap positif dengan rentang pertumbuhan jumlah kredit yang disalurkan, jumlah aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai rentang 15-17%. Namun demikian, tingkat pertumbuhan tersebut berada dibawah potensi yang sebenarnya dapat dicapai oleh Perbankan di Provinsi Papua.

3.2 Prospek Perbankan Provinsi Papua Barat Searah dengan kondisi yang terjadi di Provinsi Papua, Kondisi perbankan di Provinsi

Papua Barat diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang berada dibawah potensi sebenarnya yang dapat dicapai. Angka pertumbuhan untuk kredit yang disalurkan, jumlah aset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan mencapai 15-17%. Pertumbuhan kinerja perbankan di wilayah Papua Barat masih didorong oleh adanya beberapa pemekaran wilayah Tingkat II yang mana baik secara langsung maupun tidak langsung akan membutuhkan kehadiran perbankan. Selain itu masih bertumbuhnya tingkat konsumsi masyarakat serta tingginya dana perimbangan yang dimiliki oleh Pemda setempat juga dapat mendorong kinerja perbankan di Provinsi Papua Barat kearah yang lebih baik.