Teknik Pengumpulan Data
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data sangat dibutuhkan adanya teknik yang tepat dan relevan dengan jenis data yang ingin dicari. Adapun data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Observasi Observasi yaitu kegiatan pengamatan secara langsung ke tempat penelitian di MTs Al-Falah IV, Jl. Mirah Kencana Jakarta Selatan untuk mengetahui keadaan sekolah tersebut.
2. Tes "Tes adalah suatu percobaan yang dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab". 10 Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa mengenai agama
Islam. Dari hasil tes yang diadakan, sampel yang ada akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang lebih memahami agama dengan nilai 76 sampai 100, dan kelompok yang kurang memahami agama dengan nilai 50 sampai 75.
10 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1997), cet. 1, h. 11
3. Angket "Angket adalah daftar pertanyaan yang setiap pertanyaan sudah disediakan jawabannya untuk dipilih, atau telah disediakan tempat untuk mengisi
jawabannya". 11 Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan ibadah siswa setelah memperoleh pengetahuan
mengenai agama. Angket ini disusun berdasarkan skala nilai model likert. "Skala likert menurut Kinnear, yaitu cara mengukur secara sistematis dengan memberikan skor
pada respon yang terjadi pada setiap pertanyaan". 12 Angket ini terdiri dari 15 pertanyaan mengenai pelaksanaan ibadah.
4. Wawancara Teknik wawancara penulis lakukan karena peranan guru agama dan kepala sekolah sangat besar untuk meningkatkan pengetahuan dan bisa menambah kesadaran para siswa untuk melaksanakan ibadah. Karena itulah penulis menganggap penting mencari informasi dari kepala sekolah Madrasah Tsanawiyah Al-Falah.
11 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : CV. Rajawali, 1993), h. 32
12 Ibid., h. 35
Tabel 1 Kisi-Kisi atau Indikator Pemahaman Pendidikan Agama
1. Memahami pengertian shalat
2. Mengetahui hukum shalat
3. Mengetahui rukun shalat
4. Mengetahui syarat sah shalat
5. Mengetahui hikmah melaksanakan shalat
Kognitif
1. Memahami arti puasa
2. Mengetahui hukum puasa
3. Mengetahui hal yang membatalkan puasa
4. Mengetahui hal yang sunnah ketika berpuasa
5. Mengetahui hikmah melaksanakan puasa
Kognitif
1. Memahami makhraj huruf
2. Memahami hukum bacaan nun mati dan tanwin
3. Memahami hukum bacaan mim mati
4. Mengetahui macam-macam mad
Tabel 2 Kisi-Kisi atau Indikator Pelaksanaan Ibadah
1. Melaksanakan shalat wajib
2. Melaksanakan shalat berjamaah
3. Melaksanakan shalat sunnah
4. Melaksanakan shalat di awal waktu
5. Membaca al-Qur'an setelah shalat
6. Melaksanakan puasa bulan Ramadhan
7. Melaksanakan ibadah lain ketika berpuasa
5 Keteladanan
Melalui
1. Bersikap ikhlas dalam melaksanakan shalat
2. Bersikap khusu' dalam membaca al-Qur'an
3. Bersikap ikhlas dalam membaca al-Qur'an
4. Bersikap ikhlas dalam berpuasa
Jumlah Soal
F. Teknik Analisis Data
Data-data yang telah terkumpul, selanjutnya diolah untuk kemudian dianalisa. Tujuan dari analisa data adalah untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang
mudah dibaca dan diinterpretasi.
Dalam proses penyederhanaan ini, penulis menggunakan teknik komparatif, "yaitu salah satu teknik analisa kuantitatif atau salah satu teknik analisa statistik yang dapat digunakan untuk menguji hipotesa mengenai ada tidaknya perbedaan antar
variabel yang sedang diteliti". 13 Dalam hal ini penulis menggunakan teknik analisis test “t”, hal ini mengingat terdapat dua kelompok mean yang dibedakan, yaitu
kelompok yang lebih memahami agama (kelompok X) dan kelompok yang kurang memahami agama (kelompok Y), maka rumus yang digunakan adalah :
t o = Mx – My SE
Mx – My
Prosedur test “t” dimulai dengan :
1. Mencari mean kelompok 1 (kelompok X), dengan rumus : Mx atau M1 = ∑X
Nx
2. Mencari mean kelompok II (Kelompok Y), dengan rumus : My atau M2 = ∑Y
Ny
3. Mencari deviasi standar sekor kelompok X dengan rumus : SDx atau SD1 = ∑X²
Nx
4. Mencari deviasi standar sekor kelompok Y dengan rumus : SDy atau SD2 = ∑Y²
Ny
13 Anas Sudijono, op. cit., h. 261
5. Mencari standar error mean kelompok X, dengan rumus :
SE
atau SE = SD1 Mx M1
Nx - 1
6. Mencari standar error mean kelompok Y, dengan rumus :
SE
atau SE = SD2 My M2
Ny - 1
7. Mencari standar error perbedaan antara mean kelompok X dan mean kelompok Y, dengan rumus :
8. Mencari t o dengan rumus yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu :
= Mx – My
SE Mx – My
9. Menguji kebenaran/kepalsuan
diajukan dengan membandingkan besarnya t hasil perhitungan (t o ) dan t yang tercantum pada tabel “t”, dengan terlebih dahulu menentukan derajat kebebasannya, dengan rumus :
hipotesa
yang
df atau db = (Nx + Ny) - 2
G. Pengajuan Hipotesis
Untuk mengetahui apakah memang secara signifikan terdapat perbedaan atau tidak tingkat pelaksanaan ibadah antara kedua kelompok, yakni kelompok yang lebih memahami agama dan kelompok yang kurang memahami agama, maka sebelum melakukan perhitungan, penulis terlebih dahulu mengajukan hipotesa alternatif (Ha) dan hipotesa nihil (Ho) sebagai berikut :
Ha : Antara kelompok yang lebih memahami agama dan kelompok yang kurang memahami agama, terdapat perbedaan tingkat pelaksanaan ibadah secara signifikan.
Ho : Antara kelompok yang lebih memahami agama dan kelompok yang kurang memahami agama, tidak terdapat perbedaan tingkat pelaksanaan ibadah secara signifikan.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Al-Falah
1. Sejarah Berdiri dan Letak Geografisnya
Yayasan Tarbiyah Islamiyah Al-Falah adalah suatu yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, dakwah dan sosial. Lahirnya YTIA diawali pada kegiatan pendidikan yang dilatarbelakangi oleh kondisi masyarakat sekitarnya.
Di penghujung tahun 1960-an, tepatnya tahun 1968, mencari anak-anak lulusan Tsanawiyah sangat langka. Kala itu banyak terjadi pernikahan pada usia muda, karena kebanyakan mereka melangsungkan pernikahan belum menamatkan Sekolah Dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Ini berarti murid-murid SD dan MI sudah berguguran, sebelum sampai kelas VI.
Dengan berpedoman pada khittah Yayasan dan latar belakang seperti tergambar di atas, para tokoh Al-Falah bertekad untuk memperbaiki kondisi masyarakat. Jalan yang paling tepat adalah membuka lembaga pendidikan yang lebih tinggi dari SD atau MI.
Dalam tempo dua tahun, MI Al-Falah berkembang pesat. Setelah memperhatikan berbagai kemungkinan dan menyimak berbagai pendapat di lingkungan tenaga pendidik, maka pada tahun 1969 didirikan Madrasah Tsanawiyah Al-Falah.
Pada awalnya MTs Al-Falah menempati lokasi Al-Falah I di Kp. Baru Sukabumi Selatan Jakarta Barat. Saat itu ada kelas I dan II. Untuk menampung siswa tamatan SD, dikelola kelas khusus yang dikenal dengan kelas persiapan yang hampir semua adalah pelajaran agama. Saat itu kepala sekolahnya adalah H. Ubaidillah Isa yang juga merangkap sebagai kepala sekolah Al-Falah I pagi dan petang. Karena tidak mungkin terus-menerus merangkap, maka terhitung sejak tahun 1970, diangkatlah Husni Mansyur, BA sebagai kepala sekolah MTs Al- Falah.
Di bawah kepemimpinan Bapak Husni Mansyur dan sekretarisnya H.A. Dumyati, MTs Al-Falah terus berkembang. Atas kerjasama KH. Rahmatullah Shiddiq selaku pendiri YTIA dan KH. Azhari, tahun 1972 MTs Al-Falah hijrah menempati lokasi Jl. Masjid An-Nuur Grogol Utara Jakarta Selatan yang diberi nama Al-Falah III, dan kegiatan belajar mengajar dilakukan pagi hari. Kendati sampai tahun 1972 MTs Al-Falah sudah menamatkan siswanya beberapa kali, tetapi baru pada tahun 1973 MTs Al-Falah mengikutsertakan muridnya dalam ujian negara yang menginduk pada MTs AIN (sekarang MTsN).
Al-Falah terus berkembang seperti harapan semula, sehingga pada tahun 1973, MTs Al-Falah menempati tiga lokasi, yaitu : Al-Falah III di Jl. Masjid An- Nuur Jakarta Selatan, Al-Falah V di Kemandoran, dan Al-Falah VI di Pondok Pesantren Al-Falah Kp. Baru Jakarta Barat. Untuk memudahkan realisasi dan pelaksanaan tugas, ditetapkan pimpinan di tiap-tiap lokasi sekolah. Untuk Al- Falah III ditunjuk KH. Hibatullah Shiddiq selaku kepala sekolah MTs Al-Falah Al-Falah terus berkembang seperti harapan semula, sehingga pada tahun 1973, MTs Al-Falah menempati tiga lokasi, yaitu : Al-Falah III di Jl. Masjid An- Nuur Jakarta Selatan, Al-Falah V di Kemandoran, dan Al-Falah VI di Pondok Pesantren Al-Falah Kp. Baru Jakarta Barat. Untuk memudahkan realisasi dan pelaksanaan tugas, ditetapkan pimpinan di tiap-tiap lokasi sekolah. Untuk Al- Falah III ditunjuk KH. Hibatullah Shiddiq selaku kepala sekolah MTs Al-Falah
Seiring dengan perkembangan, mulai tahun pelajaran 1997/1998, MTs Al- Falah menempati tiga lokasi, yaitu : MTs Al-Falah II di Jl. Pos Pengumben Sukabumi Selatan Jakarta Barat. Kegiatan pembelajaran dilangsungkan siang hari, pimpinan harian dipegang oleh Yusri HK, dengan pembina OSIS Muhammad Yasin Yahya. MTs Al-Falah III di Jl. Masjid An-Nuur Grogol Utara Kebayoran Lama Jakarta Selatan, pimpinan harian dipegang oleh H. Fudhail Salim dengan pembina OSIS H. Syahril Murodi, BA. MTs Al-Falah IV berada di Jl. Mirah Kencana Permata Hijau Kebayoran Lama Jakarta Selatan, pimpinan harian dipegang oleh Drs. Ibnu Umar Susilo dengan pembina OSIS Helmi Yusuf, M.Ag.
Secara keseluruhan MTs Al-Falah sejak tahun 1983 sampai tahun 2002 dipegang oleh KH. Hibatullah Shiddiq. Sedangkan mulai tahun pelajaran 2002/2003 hingga saat ini, kepala MTs Al-Falah dipegang oleh H. Fudhail Salim dan Wakil Kepala dipegang oleh H. Royani Husin. Pimpinan harian dipegang oleh Yusri HK untuk unit kelas II dan H. Chozin Mas’ud, BA untuk unit kelas VII (mulai tahun pelajaran 2004/2005).
2. Visi dan Misi Madrasah Tsanawiyah Al-Falah
Dalam menjalankan proses pendidikannya, Madrasah Tsanawiyah Al- Falah memiliki visi dan misi yang ingin dicapai. Visi dan misi tersebut adalah:
a. Visi Madrasah Tsanawiyah Al-Falah Madrasah Tsanawiyah Al-Falah memiliki visi : “mengembangkan sumber daya manusia yang berakhlak mulia dan berkualitas dalam pengamalan IMTAQ dan IPTEK.
b. Misi Madrasah Tsanawiyah Al-Falah Misi Madrasah Tsanawiyah Al-Falah yaitu :
1) Melaksanakan pendidikan dengan berbekal iman dan taqwa dalam meningkatkan akhlakul karimah.
2) Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan siswa sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dijiwai ajaran Islam.
3) Meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru dalam menyikapi era globalisasi.
4) Mengantarkan siswa ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
5) Menjalin ukhuwah antar sesama.
3. Struktur Organisasi
Dalam suatu organisasi dan perkumpulan diperlukan kerjasama yang terstruktur dengan baik. Demikian halnya dengan MTs Al-Falah. Dalam mengelola sekolah ini, kepala sekolah tidak dapat bekerja sendiri dan memerlukan Dalam suatu organisasi dan perkumpulan diperlukan kerjasama yang terstruktur dengan baik. Demikian halnya dengan MTs Al-Falah. Dalam mengelola sekolah ini, kepala sekolah tidak dapat bekerja sendiri dan memerlukan
STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH TSANAWIYAH AL-FALAH
Kepala Madrasah
H. Fudhail Salim
Wakil Kepala Madrasah Pimpinan Harian Al-Falah III Pimpinan Hartian Al-Falah II Ass. Bidang Sarana Prasarana Ass. Bid. Sarana Kurikulum Ass. Bid. Kesiswaan
H.A. Royani Husin Yusri HK, S.Pd.I H. Chozin Mas’ud, BA
Bendaharawan Kepala Tata Usaha
Drs. Ibnu Umar Susilo H. Ahmad Shopi
Bidang Kerjasama Masyarakat Wali Kelas dan Guru
KH. Achfasj HT Rusli Sahal
Koordinator Laboratorium Koordinator BK Pustakawan Bidang Kesiswaan
Drs. A. Sofyan Hz EM. Sofyan, S.Pd. Ahmad Syarifuddin Helmi Yusuf, M.Ag Jasmani HM Ahmad Fadhil Iwan Anshori
4. Keadaan Guru, Pegawai, dan Siswa
Tabel 3 Daftar Jumlah Staf Pengajar, Tata Usaha, dan Pembantu Sekolah MTs Al-Falah Tahun 2006/2007
Staf Pengajar
Tata Usaha
Pembantu Sekolah
Dari 47 staf pengajar, hampir semuanya sudah menyelesaikan pendidikan sampai jenjang strata 1 sesuai dengan bidangnya masing-masing, hanya sekitar 5 orang pengajar yang masih dalam proses pendidikan untuk mencapai strata 1, bahkan ada seorang pengajar yang sudah menyelesaikan studinya sampai jenjang strata 2. Hal ini sangat menunjang keberhasilan pendidikan yang ada di MTs Al-Falah karena para pengajarnya sudah mempunyai kompetensi di bidangnya masing-masing untuk mentransfer ilmu kepada para siswanya.
Tabel 4 Daftar Pegawai Administrasi MTs Al-Falah Tahun 2006/2007
1. Bidang Kurikulum
Yusri HK, S.Pd.I
2. Bidang Kesiswaan
H. Chozin Mas’ud, BA
3. Bidang Keorganisasian Helmi Yusuf, M.Ag., Iwan Anshori, dan Ahmad Fadhil
4. Bidang Humas KH. Achfasj HT dan Rusli Sahal
5. Bidang Sarana dan Prasarana
H. A. Royani Husin
6. Koordinator Laboratorium Drs. A. Sofyan Hz. Dan Jasmani HM
7. Koordinator Bimbingan dan Konseling EM. Sofyan, S.Pd.
8. Pustakawan Ahmad Syarifuddin
Tabel 5 Daftar Jumlah Siswa MTs Al-Falah Tahun 2006/2007
5. Sarana dan Prasarana
Untuk keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, sarana dan prasarana dalam pendidikan akan memberikan pengaruh baik pada peningkatan mutu serta kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
Dalam hal ini, sarana dan prasarana yang tersedia di MTs Al-Falah sangat memadai untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran. Sarana dan prasarana yang dimiliki MTs Al-Falah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6 Sarana dan Prasarana MTs Al-Falah
1. Ruang Kantor
5 buah
2. Ruang Guru
3 buah
3. Ruang BK
3 buah
4. Ruang Kelas
6. Laboratorium Komputer
1 buah
7. WC. Guru
3 buah
8. WC. Siswa
6. Kurikulum yang Digunakan
Sesuai dengan perkembangan kurikulum, mulai tahun pelajaran 2004/2005, MTs Al-Falah telah menerapkan Kurikulum Berbasis Kompetensi atau Kurikulum 2004 untuk kelas VII. Sementara kelas II dan III tetap menggunakan Kurikulum 1994. Untuk memenuhi tuntutan Kurikulum 2004, MTs Al-Falah telah menggunakan media audiovisual dalam kegiatan pembelajaran. Penerapan Kurikulum 2004 untuk tahun pelajaran 2005/2006 berlaku untuk kelas
VII dan VIII, dan pada tahun ini, yakni tahun pelajaran 2006/2007 Kurikulum 2004 tetap diterapkan untuk kelas VIII dan kelas IX, sedangkan untuk kelas VII digunakan kurikulum 2006.
B. Deskripsi Data
Untuk mendapatkan gambaran mengenai pemahaman pendidikan agama dan pelaksanaan ibadah, penulis memberikan tes untuk mengetahui tingkat Untuk mendapatkan gambaran mengenai pemahaman pendidikan agama dan pelaksanaan ibadah, penulis memberikan tes untuk mengetahui tingkat
perhitungan jumlah soal benar x 100, sehingga dari tes tersebut diperoleh dua
jumlah soal
kelompok yang berbeda, yaitu kelompok yang lebih memahami agama dengan nilai
76 sampai 100 yang berjumlah 19 siswa dan kelompok yang kurang memahami agama dengan nilai 50 sampai 75 yang berjumlah 19 siswa. Dan angket yang telah diisi diberi skor masing-masing skor 3 untuk jawaban a, skor 2 untuk jawaban b, dan skor 1 untuk jawaban c.
Di bawah ini penulis sajikan data-data yang telah diperoleh dalam bentuk tabel :
Tabel 6 Daftar Siswa Yang Lebih Memahami Agama
No Pemahaman Agama Pelaksanaan Ibadah
No Pemahaman Agama Pelaksanaan Ibadah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ada 6 siswa yang memperoleh nilai
80, 5 siswa memperoleh nilai 87, 5 siswa memperoleh nilai 93, dan 3 siswa memperoleh nilai 100. Kesemuanya dikategorikan sebagai siswa yang lebih memahami agama karena kriteria nilai yang diberikan sudah terpenuhi, yakni nilai 76 sampai 100. Nilai-nilai pemahaman di atas penulis peroleh dari hasil tes yang penulis lakukan sendiri dan nilai pelaksanaan ibadah diperoleh dari hasil penyebaran angket yang penulis lakukan.
Tabel 8 Daftar Siswa Yang Kurang Memahami Agama
No Pemahaman Agama Pelaksanaan Ibadah
No Pemahaman Agama Pelaksanaan Ibadah
Dari tabel di atas, terlihat bahwa terdapat 2 siswa yang memperoleh nilai 53, 4 siswa memperoleh nilai 60, 8 siswa memperoleh nilai 67, dan 5 siswa memperoleh nilai 73. Kesemuanya dikategorikan sebagai siswa yang kurang memahami agama karena kriteria nilai yang diberikan sudah terpenuhi, yakni nilai 50 sampai 75.
Dari tabel 7 dan 8 di atas, siswa yang lebih memahami agama akan dilambangkan dengan X dan siswa yang kurang memahami agama akan dilambangkan dengan Y. Di bawah ini, data di atas penulis rangkum dalam bentuk tabel yang lebih sederhana :
Tabel 9 Sekor Pelaksanaan Ibadah Siswa Yang Lebih Memahami Agama dan Siswa Yang Kurang Memahami Agama
No Siswa Yang Lebih Memahami Siswa Yang Kurang Memahami
C. Analisis Data
Untuk memudahkan mengetahui tingkat perbedaan pelaksanaan ibadah antara siswa yang lebih memahami agama yang dilambangkan dengan X dengan siswa yang kurang memahami agama yang dilambangkan dengan Y, penulis memasukkan data yang diperoleh melalui angket ke dalam tabel berikut :
Tabel 10 Tabel Perhitungan Untuk Memperoleh Mean Dan Standar Deviasi Dari Kelompok X (Siswa Yang Lebih Memahami Agama) dan Kelompok Y (Siswa Yang Kurang Memahami Agama)
Dari tabel 8 telah kita peroleh ∑X = 721, ∑Y = 665, ∑ x² = 101, ∑ y² = 212, Nx = 19, dan Ny = 19. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pelaksanaan ibadah antara siswa yang lebih memahami agama dengan siswa yang kurang memahami agama, dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : Dari tabel 8 telah kita peroleh ∑X = 721, ∑Y = 665, ∑ x² = 101, ∑ y² = 212, Nx = 19, dan Ny = 19. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pelaksanaan ibadah antara siswa yang lebih memahami agama dengan siswa yang kurang memahami agama, dapat diperoleh dengan menggunakan rumus :
Mx – My
Namun sebelum menggunakan rumus di atas, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Mencari mean kelompok I (kelompok X), dengan rumus : Mx atau M1
= ∑X = 721 = 38,25 dibulatkan menjadi 38
Nx 19
2. Mencari mean kelompok II (Kelompok Y), dengan rumus : My atau M2
= ∑Y = 665 = 35
Ny 19
3. Mencari deviasi standar sekor kelompok X dengan rumus : SDx atau SD1 = ∑x² = 101 = 5,3158 = 2,3056
Nx 19
4. Mencari deviasi standar sekor kelompok Y dengan rumus :
SDy atau SD2 = ∑y² = 212 = 11,1579 = 3,3403
Ny 19
5. Mencari standar error mean kelompok X, dengan rumus : SE atau SE = SDx = 2,3056 = 2,3056 = 2,3056 = 0,5434
Mx M1 4,2426
Nx – 1 19 – 1 18
6. Mencari standar error mean kelompok Y, dengan rumus :
SE atau SE = SDy = 3,3403 = 3,3403 = 3,3403 = 0,78732
My M2 4,2426
Ny – 1 19 – 1 18
7. Mencari standar error perbedaan antara mean kelompok X dan mean kelompok Y, dengan rumus : SE
= SE ² + SE ² = 0,5434 ² + 0,78732 ² Mx – My Mx My
Dengan diperolehnya SE akhirnya dapat diketahui harga t o , yaitu :
Mx – My
o t = M1 – M2 = 38 – 35 = 3 = 3,1348 SE 0,957 0,957 M1 – M2
D. Interpretasi Data
Setelah diketahui besar t o = 3,1348, kemudian dilakukan interpretasi dengan membandingkan t o yang diketahui sebesar 3,1348 dengan t tabel . Untuk mendapatkan t tabel terlabih dahulu dicari df atau db dengan rumus df = (Nx + Ny) – 2 = (19 + 19) – 2 = 38 – 2 = 36.
Dengan df sebesar 36, kemudian berkonsultasi dengan tabel nilai t, baik pada taraf signifikansi 5 % maupun pada taraf signifikansi 1 %. Ternyata pada taraf signifikansi 5 % t tabel = 2,03, sedangkan pada taraf signifikansi 1% t tabel = 2,72.
Karena t o telah diperoleh sebesar 3,1348 sedangkan t tabel = 2,03 dan 2,72, pada taraf signifikansi 5 % t o lebih besar dari t tabel (3,1348 > 2,03), maka hipotesis nihil (Ho) ditolak sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti bahwa untuk taraf signifikansi 5 % terdapat perbedaan tingkat pelaksanaan ibadah antara Karena t o telah diperoleh sebesar 3,1348 sedangkan t tabel = 2,03 dan 2,72, pada taraf signifikansi 5 % t o lebih besar dari t tabel (3,1348 > 2,03), maka hipotesis nihil (Ho) ditolak sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti bahwa untuk taraf signifikansi 5 % terdapat perbedaan tingkat pelaksanaan ibadah antara
Selanjutnya pada taraf signifikansi 1 % t o lebih besar dari t tabel (3,1348 > 2,72), maka hipotesis nihil (Ho) ditolak sedangkan hipotesis alternatif (Ha) diterima. Ini berarti bahwa untuk taraf signifikansi 1 % pun terdapat perbedaan tingkat pelaksanaan ibadah antara siswa yang lebih memahami agama dengan siswa yang kurang memahami agama. Dan pada taraf ini dapat dikatakan bahwa pemahaman pendidikan agama berpengaruh terhadap pelaksanaan ibadah.
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa baik pada taraf signifikansi 5 % atau taraf signifikansi 1 % t o lebih besar dari t table , sehingga dapat dikatakan bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak. Ini membuktikan bahwa ada perbedaan tingkat pelaksanaan ibadah secara signifikan antara siswa yang lebih memahami agama dengan siswa yang kurang memahami agama.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini merupakan penelitian awal, yang mana peneliti hanya meneliti dari satu sudut permasalahan saja, yaitu pengaruh pemahaman pendidikan agama terhadap pelaksanaan ibadah. Berdasarkan data-data yang telah dihimpun, penulis memperoleh kesimpulan bahwa dari sekitar 38 responden siswa kelas III MTs Al- Falah Jakarta Selatan yang diteliti, diketahui bahwa siswa yang mempunyai pemahaman yang lebih mengenai agama sekitar 19 siswa dan ada sekitar 19 siswa yang kurang memahami agama.
Dari 38 siswa yang diteliti, kebanyakan mereka melaksanakan ibadah dengan baik, baik siswa yang mempunyai pemahaman lebih mengenai agama maupun siswa yang kurang pemahamannya mengenai agama. Hal ini terlihat dari tabel 7 dan 8 mengenai data siswa yang lebih memahami agama dan siswa yang kurang memahami agama. Dari kedua tabel tersebut tidak terlihat perbedaan yang mencolok, hasil skor angket yang telah disebarkan tidak jauh berbeda antara tabel 7 dan tabel 8.
Setelah dianalisa lebih lanjut, ternyata terdapat perbedaan tingkat pelaksanaan ibadah antara siswa yang lebih memahami agama dengan siswa yang kurang memahami agama baik pada taraf signifikansi 5 % maupun pada taraf signifikansi 1%. Hal ini disebabkan karena dari hasil perhitungan yang dilakukan t o lebih besar Setelah dianalisa lebih lanjut, ternyata terdapat perbedaan tingkat pelaksanaan ibadah antara siswa yang lebih memahami agama dengan siswa yang kurang memahami agama baik pada taraf signifikansi 5 % maupun pada taraf signifikansi 1%. Hal ini disebabkan karena dari hasil perhitungan yang dilakukan t o lebih besar
B. Saran – Saran
Melihat hasil penelitian yang dilakukan penulis, pada akhirnya penulis ingin memberikan saran yang mudah-mudahan dapat diterima oleh semua pihak yang terkait sebagai berikut :
1. Kepada para siswa, hendaklah selalu melaksanakan ibadah, terutama ibadah- ibadah yang memang sudah menjadi kewajiban manusia sebagai hamba Allah. Walaupun adik-adik belum memahami secara sempurna mengenai ibadah tersebut, adik-adik harus tetap rutin melakukannya, karena yakinlah di setiap ibadah yang adik-adik lakukan pasti akan diberikan ganjaran berupa pahala oleh Allah.
2. Kepada pihak sekolah, hendaklah selalu memberikan pemahaman secara baik dan gamblang kepada para anak didiknya terutama mengenai agama supaya mereka benar-benar mengetahui dan memahami apa yang harus mereka lakukan ketika hidup di dunia ini. Selain itu sebaiknya para anak didik dilatih 2. Kepada pihak sekolah, hendaklah selalu memberikan pemahaman secara baik dan gamblang kepada para anak didiknya terutama mengenai agama supaya mereka benar-benar mengetahui dan memahami apa yang harus mereka lakukan ketika hidup di dunia ini. Selain itu sebaiknya para anak didik dilatih
3. Untuk para orang tua, hendaklah selalu mengingatkan ketika anak lupa akan kewajibannya dan memberi contoh kepada anak-anaknya dalam pelaksanaan ibadah sehingga jika hal ini dilakukan secara terus-menerus, maka anak-anak akan terbiasa melaksanakan ibadah secara rutin walaupun sebenarnya anak belum benar-benar memahami arti ibadah tersebut.
4. Untuk semua pihak perlu diketahui bahwa ibadah tidak hanya tradisi dari ritual saja, tetapi juga harus dari pemahaman agar pelaksanaan ibadah yang dilakukan benar-benar diketahui makna dan manfaatnya. Karena itu hendaklah pemahaman mengenai agama harus terus diberikan supaya anak dapat lebih mendalami dan menghayati ibadah yang dilakukan dari pemahaman yang dimilikinya.