Cara Rasulullah Saw. dan Sahâbat menghafal al Qur'an

F. Cara Rasulullah Saw. dan Sahâbat menghafal al Qur'an

142 Q.S. al Kahfî/18:63. 143 Q.S. al Taubah/9:67. 144

Muhammad bin Abd al Bâqi bin Yûsuf al Zarqânî, "L + , ) & (Beirut: Dâr al Kutub al Ilmiyyah, 1411), juz 2, h. 11.

Rasulullah Saw. dan sahâbatnya sangat antusias menghafal al Qur'an, tidak ada hal yang paling utama dalam kehidupan mereka kecuali al Qur'an. Hal ini dapat diketahui dari cara beliau menghafal ketika suatu ayat akan turun. Ketika suatu ayat diturunkan, beliau sangat sangat bergegas menghafalnya dan mengulanginya sampai hafal, karena beliau khawatir jika lupa atau keliru membacanya. Sikap inilah dilarang Allah Swt. sebagaimana dilukiskan dalam surat al Qiyâmah/75:16 19 H

& + - ,+-

G (“janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al Qur'an karena hendak cepat cepat menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah membacakan (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai membacakannya, ikutilah bacaannya

itu"). 145 maksudnya Rasulullah dilarang Allah Swt. menirukan bacaan Jibril as. kalimat demi kalimat, sebelum Jibril selesai membacanya, agar dapat Nabi menghafal

dan memahami betul betul ayat yang diturunkan. 146 Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam surat Tâhâ/20 ayat 114 yaitu ")

) ..." ("dan janganlah engkau tergesa gesa membaca al Qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu"). Ibn ‘Abbâs ra. berkata: "ketika Jibril menyampaikan wahyu kepada Rasul, beliau menggerak gerakkan lisan dan bibirnya dengan maksud menghafalnya, Jibril melarang itu dan mengajarkan cara yang baik, yaitu: jika kami selesai membaca, ikutilah bacaan itu, nanti Kami akan menjelaskan pula. Maka ketika Jibril datang, beliau diam dan mendengarkan bacaan Jibril, ketika pergi, beliau membacanya

sebagaimana dijanjikan Allah Swt”. 147 Dalam menjelaskan hadis ini Ibn Hajar berkata: "menyegerakan perbuatan baik adalah perintah Allah, namun Rasulullah

diingatkan akan sesuatu yang lebih mulia dari itu, yaitu mendengarkan bacaan wahyu yang akan turun dan memahami kandungannya. Karena menyibukkan diri dengan menghafal, kadang menghalangi proses transfer wahyu. Allah Swt. mengingatkan Rasulnya untuk tidak cepat cepat menghafal al Qur’an, karena Dia menjamin dan

menanggung hafalan itu kepadanya". 148

M& (Qâhirah, Dâr al Taqwa, 2000), h. 524.

Ibn Hajar al Asqalâni, F

& (Madinah, Majma‘ Khâdim al Haramain, t.t) h. 489,

Footnot no. 947, lihat

26 Maret 1990.

147 Al Bukhâri,

A& (Indonesia: Maktabah Dahlan, t.t), h. 7. 148 Ibn Hajar, F

M, h. 548.

Allah Swt. menjaga hati Rasulnya dengan al Qur'an dan menghilangkan beban berat dalam menghafal, sehingga Rasul Saw. tidak mungkin lupa atas apa yang diwahyukan. Allah Swt. berfirman dalam surat al A‘lâ/87:6 !

+ ! ("Kami akan membacakan (al Qur'an) kepadamu, maka kamu tidak akan lupa"). Walaupun Allah Swt. telah menanggung pemeliharaan al Qur'an, namun Nabi Saw. selalu bersemangat memelihara hafalannya di setiap waktu dan kesempatan baik ketika berdiri, berjalan, tidur, berbaring, berwudu atau

, kecuali kondisi . Ini beliau lakukan karena al Qur'an itu cepat hilang jika tidak diulang ulang. Beliau sering memberikan perhatian hal ini sebagaimana sabdanya. 149

Beberapa faktor yang mendorong Rasulullah menjaga hafalannya, yaitu: pertama: karena beliau adalah penerima wahyu dari Allah Swt. dan diberikan kewajiban untuk menyampaikannya secara sempurna. Kedua, karena Rasulullah sangat mencintai al Qur'an dibandingkan yang lainnya. Ketiga, Rasulullah sangat khawatir jika melupakan al Qur'an. Dan keempat, beliau ingin menguatkan hafalan al Qur'an dengan cara menjaga bacaannya. 150 Karena kegigihan ini, beliau adalah orang

pertama yang mendapat gelar

" * karena kesungguhannya mengulangi al Qur'an setiap waktu. 151

dan atau )

Sedangkan faktor yang mendorong sahabat menghafal al Qur'an menurut M. Quraish Shihab ada beberapa hal, yaitu: pertama, masyarakat arab adalah kaum yang tidak mengenal baca tulis, karena itu salah satu andalan mereka adalah hafalan. Kedua, masyarakat arab dikenal sebagai masyarakat yang sederhana dan bersahaja. Kesedarhanaan ini menjadikan mereka memiliki waktu luang yang cukup, disamping menambah ketajaman pikiran dan hafalan. Ketiga, masyarakat arab sangat gandrung lagi membanggakan kesustraan, mereka bahkan melakukan perlombaan perlombaan dalam bidang ini. Keempat, al Qur'an mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya dan sangat mengagumkan bukan saja bagi orang orang mukmin tapi juga orang kafir. Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh tokoh kaum musyrik seringkali secara sembunyi sembunyi berupaya mendengarkan bacaan al Qur'an yang

149 Rasulullah Saw. bersabda: ﺎﻬِﻠﹸﻘﻋ ﻲِﻓ ِﻞِﺑِﺈﹾﻟﺍ ﻦِﻣ ﺎﺘﱡﻠﹶﻔﺗ ﺪﺷﹶﺃ ﻮﻬﹶﻟ ِﻩِﺪﻴِﺑ ٍﺪﻤﺤﻣ ﺲﹾﻔﻧ ﻱ ِﺬﱠﻟﺍﻮﹶﻓ ﹶﻥﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ﺍﹶﺬﻫ ﺍﻭﺪﻫﺎﻌﺗ

"Peliharalah hafalan al Qur'an itu, sebaba demi dzat yang menguasai jiwaku, al Qur'an itu lebih cepat terlepas dari unta yang terikat dalam ikatannya". Lihat al Bukhâri,

" >& h. 233, dan Muslim bin al Hajjaj,

A& (Semarang: Toha Putra, t.t), h. 317

Muhammad Syar'î Abû Zaid, 9 *

* " & (Tesis, S2 Fakultas Syari'ah Universitas Kuwait, 1419 h.), h. 21. 151 Subhi Sâlîh,

"# $ & (Beirut: Dâr al Ilm, 1977), cet. ke 9, h. 65.

dibaca kaum muslimin. Kaum muslimin disamping mengagumi keindahan bahasa al Qur'an juga menggumi kandungannya serta meyakini sebagai petunjuk yang akan membawa kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Kelima, al Qur'an dan Rasul menganjurkan kepada kaum muslimin untuk membaca dan mempelajari al Qur'an. Keenam, ayat ayat al Qur'an berdialog kepada mereka, mengomentari keadaan dan peristiwa peristiwa yang mereka alami, bahkan menjawab pertanyaan pertanyaan mereka, disamping itu ayat al Qur'an turun sedikit demi sedikit. Hal itu lebih mempermudah pencernaan maknanya dan proses penghafalannya. Ketujuh, dalam al Qur'an demikian pula hadis hadis Nabi ditemukan petunjuk petunjuk yang mendorong sahabat untuk bersikap teliti dan hati hati dalam menyampaikan berita

lebih lebih kalau perintah itu adalah firman Allah dan sabda Rasulnya. 152 Dengan demikian perhatian sahabat terhadap al Qur'an tinggi sekali,

apalagi yang menyuruh mereka Allah dan Rasulnya. Sehingga menghafal al Qur'an bagi mereka merupakan perintah suci sekaligus ibadah yang sangat tinggi nilainya, karena dengan demikian mereka menjaga terpeliharanya agama Islam sampai hari kiamat. Berikut akan dikemukakan beberapa hal tentang bagaimana Rasul dan sahabatnya dalam menghafal dan menjaga hafalannya.

1. Rasulullah Saw. selalu mengulangi hafalannya dalam salat dan terlebih dalam sunnah +

Pada awalnya, Allah Swt. menurunkan perintah salat hanya dua waktu yaitu di pagi dan sore, sebagaimana surat Ghâfir/40:55 yaitu ") "*

) " !. Maqâtil bin Sulaiman berkata: "Allah mewajibkan salat dua rakaat pada pagi dan petang hari pada awal Islam". 153

Sedangkan salat + merupakan kewajiban bagi Nabi Saw. untuk menguatkan dakwahnya. Allah Swt. berfirman dalam surat al Muzammil/73:1 4. 154 Salat yang dilakukan Rasul memang

cukup lama, terutama dalam berdiri membaca al Qur'an. Riwayat riwayat yang menyebutkan bahwa beliau biasa membaca surat surat yang panjang dalam salat subuh. Dalam

al Bukhâri diriwayatkan bahwa Rasulullah biasa membaca

152 M. Quraish Shihab,

5 ' (Bandung, Mizan, 1999), cet. 19. h. 23 24.

"# $ ;F

3 Terjemah: Kathur Suhardi (Jakarta, al Kautsar, 1997), cet. ke 21, h. 105.

Safiyurrahmân al Mubarakfuri,

154 Allah Swt. berfirman: ﻞﻴِﺗﺮﺗ ﹶﻥَﺁﺮﹸﻘﹾﻟﺍ ِﻞﺗﺭﻭ ِﻪﻴﹶﻠﻋ ﺩِﺯ ﻭﹶﺃ ، ﺎﹰﻠﻴِﻠﹶﻗ ﻪﻨِﻣ ﺺﹸﻘﻧﺍ ِﻭﹶﺃ ﻪﹶﻔﺼِﻧ ، ﺎﹰﻠﻴِﻠﹶﻗ ﺎﱠﻟِﺇ ﹶﻞﻴﱠﻠﻟﺍ ِﻢﹸﻗ ، ﹸﻞﻣﺰﻤﹾﻟﺍ ﺎﻬﻳﹶﺃ ﺎﻳ

"Hai orang yang berselimut (Muhammad), Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari

seperdua itu, dan bacalah al Qur'an perlahan lahan."

155 enampuluh sampai seratus ayat setiap salah subuh. Menurut Ummu Salamah beliau membaca surat al Tûr, 156 dalam riwayat lain beliau membaca surat al Mu'minûn,

ketika disebutkan kisah nabi Musa dan Harun as. beliau memegang tongkatnya

kemudian 158 '. Pada hari jum'at beliau membaca surat al Sajdah dan al Insân. Dalam salat jum'at beliau juga biasa membaca surat al Jumu6ah dan al

Munâfiqûn. 159 Para sahabat mengikuti tradisi ini untuk menjaga hafalan al Qur'annya. Seperti ‘Umar bin Khattab, ia biasa membaca seratus duapuluh ayat dalam surat al

Baqarah dan surat yang dibawah seratus ayat pada salat subuh. 160 Al Ahnaf membaca surat al Kahfi dalam raka'at pertama dan Yûnus atau Yûsuf di rakaat kedua.

Sedangkan Ibn Mas'ûd membaca empat puluh ayat surat al Anfâl dan rakat kedua membaca surat yang pendek darinya. 161 Dengan demikian cara Rasul dan sahabatnya

menjaga hafalan al Qur'an adalah dalam salat, yaitu memanjangkan berdiri disetiap raka'at.

Adapun salat + yang dilakukan Rasul menghabisi waktu cukup lama, dalam satu raka'at beliau biasa membaca surat al Baqarah, Ali Imrân serta al Nisâ. Sebagaimana riwayat Muslim, Hudzaifah berkata: "Aku salat bersama Rasullah pada suatu malam, beliau membaca surat al Baqarah", aku berkata: mungkin beliau hanya membaca 100 ayat. Kemudian berlalu, beliau melanjutkan sampai akhir surat dan melanjutkan ke surat al Nisâ kemudian surat Ali Imrân tanpa berhenti. Jika melewati ayat ayat

, jika membaca ayat ayat do'a beliau berdo'a, dan jika melewati ayat ayat siksa beliau berlindung. Kemudian

, beliau

2* yang panjangnya seperti berdiri, beliau berdiri/ $

yang panjangnya menyerupai rukunya, begitupun sujudnya". 162 Dalam riwayat Abû Dâud dari sahâbat ‘Auf bin

Mâlik al Asyja'î berkata: "Saya salat malam dibelakang Rasulullah Saw., kemudian beliau membaca surat al Baqarah, jika melewati ayat

beliau berhenti dan berdo'a, dan jika melewati ayat adzab beliau berhenti dan memohon perlindungan. Kemudian beliau

‘ yang panjangnya seperti berdirinya, sambil membaca do'a !

155 Al Bukhârî,

A& h. 300.

156 Al Bukhârî,

A& h. 300.

157 Al Bukhârî,

A& h. 302.

158 Al Bukhârî,

A& h. 346.

159 Muslim,

;& h. 16.

160 Al Bukhârî,

A& h. 302.

161 Al Bukhârî,

A& h. 302.

162 Muslim,

J, h. 172.

beliau sujud dan membaca do'a tadi yang panjangnya seperti berdirinya. Kemudian beliau berdiri di raka'at kedua membaca surat Ali Imrân, kemudian surat selanjutnya

dan selanjutnya. 163 Salat dan bacaan yang lama ini tidak lain karena beliau ingin menjadi hamba yang bersyukur yaitu yang dicontoh umatnya walaupun harus berdiri

lama dan bengkak kedua kakinya. Dengan demikian beliau biasa membaca minimal lima juz dan atau lebih dari itu dalam satu malam untuk mengulangi hafalannya.

2. al Qur'an yang dilakukan Jibril as. kepada Rasulullah Saw. berasal dari kata

sama dengan kata * " * 164 artinya memberikan pelajaran. mengikuti )

4 dari kata "

yaitu saling memberikan pelajaran, al Qardawi mendefinisikan dengan salah satu pihak atau beberapa pihak mengajukan pertanyaan, dan pihak lainnya menjawab pertanyaan, pihak ketiga mengkaji lebih lanjut, dan pihak selanjunya

berusaha mengoreksi atau melengkapi. 165 al Qur’an diartikan dengan berusaha mengetahui lafaz lafaz dan redaksi, pemahaman dan maknanya, serta ibrah

yang dikandungnya, serta hukum hukum dan etika yang diajarkannya. Sedangkan yaitu saling memberikan pelajaran antara guru dengan murid, pengajaran al Qur'an yang dilakukan jibril yaitu membacakan dan menjelaskan ayat ayat yang akan diturunkan kepada Nabi, sedangkan pengajaran Nabi yaitu membacakan ulang ayat ayat yang disampaikannya Jibril as. Hal ini dilakukan di bulan suci Ramadan, Jibril selalu datang kepada Rasulullah setiap tahunnya. Biasanya beliau menghatam

kan sekali, sebagaimana riwayat Ibn ‘Abbâs. 166 Namun menjelang akhir usianya, Nabi Saw. menyetorkan hafalannya sampai dua kali dihadapkan Jibril, sebagaimana

163 Abû Dâud al Sijistâni& 2 >& (Indonesia, Maktabah Dahlan, t.t), h. 38. 164 Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, '

"% (Yogyakarta, Multi Karya Grafika, t.t), cet. ke 4, h. 890. 165 Yusuf al Qardawi,

"# $ & artikel diakses pada 14 Juni 2006 dari situs http://www.dakwah.info.html.

166 Ibn 6Abbâs berkata: ﻲ ِﻓ ﹶﻠٍﺔ ﹶﻟ ﻴ ﹼﻞ ﹸﻛ ﻲ ِﻓ ﻩﺎ ﹶﻘ ﻳ ﹾﻠ ﹶﻥﺎ ﹶﻛ ﻞ ﺒِﺮﻳ ِﺟ ﱠﻥﻷ ؛ ﻥﺎ ﻀ ﻣ ﺭ ﻬِﺮ ﺷ ﻲ ِﻓ ﻥ ﻮ ﹸﻜ ﻳ ﺎ ﻣ ﻮﺩ ﺟ ﹶﺃ ﻭ ، ﺮ ﻴ ﺨ ﹾﻟﺎ ِﺑ ﺱﺎ ﻨﻟﺍ ﻮﺩ ﺟ ﹶﺃ ﻢﻠ ﺳ ﻭ ﻪ ﹶﻠﻴ ﻋ ﷲﺍ ﻰ ﹼﻠ ﺻ ِﺒﻲ ﻨﻟﺍ ﹶﻥﺎ ﹶﻛ

"Rasulullah adalah orang yang paling dermawan, kedermawanan yang paling tinggi beliau lakukan di bulan Ramadan, karena Jibril menemuinya di setiap malam bulan Ramadan sampai berlalu, Rasulullah menyetorkan (hafalan) al Qur'an kepada Jibril, maka setelah bertemu Jibril, beliau adalah orang yang paling dermawan dari "

" " adalah ungkapan kiasan, yaitu "angin yang terbang", maksudnya kedermawanan Rasul bagaikan angin yang terbang. Beliau memberikan sesuatu kepada orang yang membutuhkan bagaikan angin yang begitu cepat. Pendapat lain mengatakan beliau memberikan sesuatu tanpa pikir pikiir panjang dan pertimbangan. Ibn Hajar mengatakan,

disini yaitu " /angin rahmat yang Allah turunkan sebagai sebab diturunkan hujan pada tahun itu, sehingga tanah yang gersang menjadi hidup kembali. Lihat al Bukhârî,

3, h. 2074, dan Ibn Hajar, F

" N, h. 160.

168 riwayat 6Âisyah ra. dan Ibn 6Abbâs ra. Dengan ini, hafalan Rasulullah selalu terjaga dan terbimbing wahyu, sehingga dengan sendirinya al Qur’an begitu melekat dalam diri beliau.

al Qur'an yang dilakukan Jibril kepada Rasul Saw. merupakan wujud janji Allah Swt. dalam menjaga hafalan al Qur'an kepada Rasulnya, kerena merupakan kewajiban beliau menyampaikan al Qur'an kepada sahâbatnya dan mengoreksi bacaan mereka. Jika sahabat keliru dan salah membaca, maka Rasul adalah yang pertama kali mengoreksi dan membenarkan mereka.

3. Pengajaran al Qur'an yang dilakukan Rasulullah Saw. kepada sahâbat.

Di Makkah, Rasulullah memiliki tempat pengajaran al Qur'an yaitu di

yang terletak di kaki bukit Safâ dekat masjid al Haram& tempat ini milik sahabat al Arqam bin Abû Arqam. Pengajian al Qur'an masih sembunyi sembunyi dan Rasul biasa menyampaikan wahyu yang turun kepada mereka dan membacakan

dihadapan mereka. 169 Di Madinah, Rasulullah memiliki banyak tempat pengajian, ada yang disebut

$ (rumah para pembaca al Qur'an) yaitu rumah milik Makrimah bin Naufal. Rumah ini adalah tempat tinggal sekaligus tempat belajar al Qur'an. Ada juga yang disebut AI? yang biasanya dipakai sebagai pendidikan

167 Aisyah ra. Menceritakan:

"Rasulullah Saw. bergegas menujuku dan berkata: "Jibril menyetorkan al Qur'an setiap tahun, dan beliau menyetorkan hafalannya tahun ini dua kali, dan aku tidak melihatnya kembali kecuali setelah tiba ajalku". Lihat Al Bukhârî,

3, h. 2073 2074.

168 Ibn ‘Abbâs ra. berkata:

"Jibril menyetorkan hafalan al Qur'an kepada Nabi sekali dalam satu tahun, kemudian beliau menyetorkan dua kali ketika dipanggil ajalnya. Beliau biasa , selama sepuluh hari, namun menjelang wafatnya sampai dua puluh hari". Lihat al Bukhârî,

3, h. 2074. 169 M.M. Azami,

& Penerjemah Ali Mustafa Yakub, (Jakarta: Putaka Firdaus, 2000), cet. ke 2, h. 84 85.

' adalah tempat belajar yang pertama dalam Islam, pada awalnya berfungsi untuk memberikan pelajaran menulis dan membaca bagi anak anak. '

sebenarnya sudah ada sebelum Islam tetapi belum dikenal. Diantara penduduk Makkah yang belajar yaitu: Sufyân bin Umayyah bin ‘Abd Syamsy dan Abû Qais bin ‘Abdul Manaf bin Zuhrah bin Kilâb keduanya belajar kepada Bisyr bin ‘Abdul Malik yang mempelajari dari Hirah. '

dalam bentuk awalnya berupa ruangan di rumah seorang guru. Ketika Islam datang, orang orang yang pandai menulis dan membaca semuanya diperkerjakan Nabi sebagai penulis wahyu. Hal ini semakin menyebar ketika perang Badr. Dalam perang itu banyak penduduk Makkah yang menjadi tawanan kaum muslimin, kepada mereka yang pandai menulis dan membaca diberikan kesempatan Nabi untuk menebus diri dengan mengajar dan membaca kepada kaum muslimin yang

3 Suatu hal yang amat penting diajarkan adalah al 3 Suatu hal yang amat penting diajarkan adalah al

sebanyak tujuh puluh surat di 171 ketika itu rambut Zaid masih berjambul. Menurut Ali Mustafa Yakub anak yang rambutnya masih berjambul biasanya sangat

muda dan penggunaan kata

menunjukan bahwa di Madinah ada tempat tempat khusus belajar al Qur'an untuk anak anak. 172 Dalam mengajarkan al

tidak

Qur'an, Rasulullah sangat hati hati dan tidak tergesa gesa, beliau membacakan al Qur'an perlahan lahan, jika ada hal yang perlu, beliau mengulanginya sampai tiga

kali, sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat al Isrâ/17:106. 173 Hal ini diakui para sahâbatnya, bahwa Rasulullah sangat bersemangat mengajarkan hafalan al Qur'an

kepada mereka, sebagaimana mengajarkan salat . Sebagaimana perkataan

Jâbir bin ‘Abdullâh ra., 176 Ibn Mas’ûd ra., dan Ibn 6Umar ra. Rasulullah selalu memotifasi sahabatnya yang pandai membaca al Qur'an

untuk mengajarkan anak anaknya, kerabatnya dan sanakfamilinya, bahkan mereka yang baru hijrah dari Makkah ke Madinah disuruh belajar al Qur'an dan dinikahkan

Rasulullah dengan mahar al Qur'an. 177 Mereka yang memiliki hafalan dan kemampuan lebih dalam membaca al Qur'an sering dipuji dan diutamakan beliau. Hal

Qur'an, dengan demikian materi pelajaran bertambah. lihat Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, C %

& (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), cet. 2. h. 86 87. 171 M.M. Azami,

8 ) , h. 85.

Ali Mustafa Yakub, ) 8 & (Jakarta: Pustaka firdaus, 2000), cet. ke 2, h. 136.

173 Allah Swt. berfirman:

"Dan al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur angsur agar kamu membacakannya perlahan lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian." 174 Jabir bin 6Abdullâh ra. berkata:

"Rasulullah mengajarkan kami salat dalam setiap urusan, sebagaimana beliau mengajarkan surat al Qur'an". lihat Muslim,

1, h. 302 303.

Ibn Mas'ûd ra. berkata:

"Kami bersama Nabi Saw. kemudian diturunkan surat al Mursalât, dan kami benar benar ber ++ surat al Mursalât itu dari mulutnya". Lihat al Bukhârî,

3, h. 2038. 176 Ibn ‘Umar ra. berkata:

"Rasulullah mengajarkan kami al Qur'an, jika melewati ayat sujud beliau sujud dan kami pun bersujud". Lihat Ahmad bin Hanbal,

;& (Beirut: ‘Âlim al Kutub, 1998), h. 157. 177 Al Bukhari,

J& h. 108.

ini sebagaimana dituturkan Abû Mûsa al Asy‘ari, ketika ia membaca al Qur'an dan Rasul mendengarkannya, beliau berkata H

” ("wahai Abû Mûsa, sungguh engkau telah diberikan seruling dari seruling keluarga Daud as."). 178

Dalam menghafal al Qur'an, para sahabat ingin ++ langsung dari Rasul dan mendengarkan penjelasannya sebagaimana beliau menerima dari Jibril as., namun mereka saling membagi waktu dengan yang lain, karena kesibukan dengan amaliah, keluarga disamping rumah mereka yang berjauhan. 6Umar bin al Khattâb berkata: "Saya dan tetangga (dari golongan al Ansâr Bani Umayyah bin Zaid) biasa bergantian mendatangi Rasulullah, dia mendatangi pada hari tertentu, saya juga mendatangi pada hari yang lain. Apabila dia mendatangi pada hari itu, maka saya mendatanginya dan menanyakan berita apa yang disampaikan Rasul dan wahyu yang diturunkan,

begitupun sebaliknya". 179 Dengan demikian pengajaran al Qur'an yang dilakukan Rasulullah Saw. begitu

sekali kepada sahâbatnya, karena beliau sangat memahami bahwa terpeliharanya al Qur'an bukan hanya olehnya namun juga harus diwarisi kepada sahâbatnya, generasi setelahnya dan umat Islam semuanya.

4. ) dan pengajaran al Qur'an yang dilakukan para sahâbat. Para sahabat memiliki perhatian yang sangat tinggi terhadap al Qur'an, terutama dalam menghatamkan al Qur'an dan mengajarkan kepada yang lain. Hal ini sebagai wujud sabda Rasulullah Saw. dalam hadis yang

beliau bersabda "

! (sebaik baiknya kalian adalah yang belajar al Qur'an dan mengajarkanya). 180 Hadis ini cukup menjadi bukti bahwa

para sahâbat begitu semangat mempelajari dan mengajarkan al Qur'an. Ibn ‘Umar ra. pernah memohon kepada Rasulullah Saw. untuk membaca al Qur'an, ia berkata:

"Aku telah mengumpulkan al Qur'an dan menghatamkan setiap malam, Rasulullah Saw. berkata: "saya khawatir waktu menyibukkanmu dan membuatmu bosan, maka hatamkanlah al Qur'an dalam sebulan ", aku berkata: "biarkanlah aku bersenang senang sebab kemampuan dan masa mudaku ", Rasul berkata: "hatamkan selama sepuluh hari", aku berkata: "Biarkanlah aku bersenang senang sebab kemampuan dan masa mudaku", Rasul berkata: "hatamkan dalam selama tujuh hari", aku berkata: "Biarkanlah aku bersenang senang sebab kemampuan dan masa

mudaku", namun Rasulullah menolaknya. 181

178 Al Bukhari,

4, h. 207. 179 Al Bukhâri,

>& h. 2090 dan Muslim,

A, h. 31.

180 Al Bukhâri,

>& h. 2084

181 Perkataan Ibn umar ra. yaitu :

Tradisi membaca al Qur'an dilakukan mayoritas sahabat, mereka berlomba lomba menghatamkan al Qur'an dan mengulanginya setiap malam, mereka juga mengajarkannya kepada anak anak dan istri istrinya.

sering dilakukan di malam terutama dalam +

, mayoritas sahabat melakukan ini sampai terdengar suara teriakan seperti suara lebah. 182 Rasulullah dan Abû Mûsa ketika

melewati rumah sahabat Anshâr dan mendengarkan terikan bacaan mereka beliau berkata kepada Abû Mûsa: ("Seandainya engkau melihatku dan aku mendengarkan bacaanmu pada malam ini, maka sungguh engkau telah diberikan seruling dari

keluarga Daud as."), 183 dalam riwayat lain Rasulullah Saw. bersabda: "Sesungguhnya saya mengetahui kerasnya bacaan kaum "

di malam hari, dan saya mengetahui rumah mereka disebabkan bacaan al Qur'an di malam hari, sekalipun saya

tidak mengetahui rumah mereka di siang hari". 184 Tradisi yang mulia ini tidak lain karena perintah Rasulullah Saw. untuk

menjaga terpeliharanya al Qur'an sekaligus menjadikan hafalan al Qur'an sebagai tradisi yang terus dipelihara oleh keturunan keturunan umat ini. Karenanya Rasulullah selalu memotivasi mereka dan memilih diantara mereka yang paling pandai untuk mengajarkan al Qur'an kepada yang lainnya. Sebagaimana perkataan ‘Ubâdah bin Samit ia berkata: "Apabila ada seorang yang baru hijrah ke Madinah, Rasulullah menyuruh salah seorang kami mengajarkan al Qur'an, dia mendengarkan di masjid Nabi suara teriakan bacaan al Qur'an, sehingga Nabi menyuruh mereka untuk

meringankan volume bacaannya agar tidak mengganggu. 185 Para sahabat selalu mempelajari al Qur'an dan mengajarkan setelah salat subuh, sebagaimana

dari Ibn ‘Abbâs ra. 186

Lihat Ahmad, ;& h. 163, dan Abû ‘Abd al Rahmân Al Nasâ‘i, " 8 K& (Semarang: Toha Putra, t.t), h. 24.

"# $ & (Qâhirah, Mansyurat al ‘Ashr al Hadîts, t.t), h. 120

Manna‘ al Qatân,

juz 4 , h . 208 . 184 Al Bukhâri,

183 Al Bukhâri ,

> , h . 2090 , dan Muslim ,

>, h. 1678, dan Muslim,

juz 4, h. 171.

Ahmad, & h. 1601, dan Muhammad bin ‘Abdillah al Hâkim, *

>, (Beirut: Dâr al Kutub al Ilmiyyah, t.t), h. 473. Al Hâkim berkata: hadis ini dan tidak diriwayatkan al Bukhâri dan Muslim. 186 Ibn 6Abbâs ra. berkata:

Dalam menghafal al Qur'an, para sahabat menerima langsung metodenya dari Nabi, metode tersebut ada tiga macam, yaitu: metode

++ , tulisan, dan praktek atau pengamalan. 187 Metode

++ yaitu menerima hafalan al Qur'an langsung dari mulut guru sehingga terhindar kekeluruan dan kesalahan.

++ berasal dari kata ++ " 188 ++ artinya saling bertemu/berjumpa. Dalam beberapa riwayat

sahabat menerima al Qur'an dari Rasulullah seperti ini, Ibn Mas‘ûd ra. ia berkata: "ketika kami berada disebuah gua di Mina, turun surat "

, kemudian beliau membacanya, dan saya

++ dari mulutnya, dan sesungguhnya mulutnya sangat harum, ketika itu kami hampir digigit ular. Rasulullah Saw. berkata: "bunuhlah ia maka kami mendahulukan ular itu kemudian ia hilang, Rasulullah berkata:

keburukanmu telah dijaga sebagaimana dijaga keburukannya". 189 Salah satu bukti pengajaran metode talaqqi yaitu penyetoran al Qur’an kepada nabi, karena diantara

mereka ada telah menyetorkan hafalan al Qur'an seluruhnya, seperti: ‘Utsmân bin ‘Affân, ‘Ali bin Abi Talib, Abû Mûsa al Asy‘ari, Zaid bin Tsâbit, ‘Abdullâh bin Mas‘ûd, dan Abû Dardâ. 190

Adapun metode kitâbah/tulisan diajarkan Rasulullah Saw. kepada sahabat sebagaimana beliau menerima dari Jibril as. Menurut al Zarqâni, ketika Jibril as. menyampaikan wahyu dia mengatakan kepada Rasulullah Saw. ! *2

* ) 191 ! ("Letakkanlah ayat ini di tempat sini"). Cara ini kemudian

diajarkan Rasul kepada kepada sahabatnya, beliau berkata "letakanlah surat ini yang menyebutkan tentang ini dan ini, dan ketika turun beberapa ayat beliau berkata: letakanlah ayat ayat ini di surat yang menyebutkan ini dan ini, jika turun sebuah ayat, beliau berkata: letakanlah ayat ini di dalam surat yang menyebutkan ini dan ini". 192

Rasulullah Saw. memilih sekretaris wahyu yang memiliki kemampuan dan mayoritas dari pemuda yang memiliki semangat belajar tinggi, seperti: ‘Ali bin Abi Tâlib, Zaid

"Para sahabat mereka jika selesai salat shubuh duduk secara berkelompok kelompok mereka saling membaca al Qur'an dan mempelajari ilmu farâ’id dan sunah sunnah". Lihat Abu Ya‘la al Mausîli,

D$

O& (Beirut: Dâr al Kutub al Ilmiyyah, t.t), h. 116.

7 & terjemah Meth Kieraha, (Jakarta: Lentera Basritama, 2003), cet. 3, h. 33.

M.M. Azami,

188 Atabik Ali, '

& h. 566.

189 Al Bukhâri,

1, h. 701.

"# $ & (Qâhirah: Dâr al Hadîts, 2006), h. 171

Abdullah al Zarkasyi, "

191 Al Zarqâni,

A& (Qâhirah: Dâr al Hadîts, 2001), h. 209. 192 Ahmad,

;& h. 57.

bin Tsâbit, Ubai bin Ka‘ab dan lain lain. Jumlah mereka menurut M.M. Azami sebanyak 50 orang belum lagi ditambah dengan sekretaris pribadi beliau. 193

Dalam menulis al Qur'an, sahabat didiktekkan dari hafalan Nabi, terkadang beliau juga membenarkan tulisan mereka, sebagaimana perkataan Zaid bin Sabit. 194

Sahabat yang mencatat al Qur'an ada yang memiliki tulisan masing masing, hal ini mereka lakukan karena rumah yang berjauhan dan kesibukan mereka sehingga mereka tidak dapat setiap waktu menemui Rasul, disamping banyak ayat ayat yang turun dalam kondisi tertentu seperti dalam peperangan, perjalanan, dan lain lain. Menurut al Zarqâni, biasanya mereka menghafal terlebih dahulu ayat turun itu kemudian menulisnya setelah pulang dari peperangan, di samping sebagian mereka

tidak berkenan menulisnya dan berpegang pada hafalan. 195 Sedangkan metode praktek adalah mengamalkan ayat yang dihafal dan

berusaha + dengan pengamalannya. Al Qur'an bukan hanya dibaca, dihafal, difahami dan diajarkan, lebih dari itu al Qur'an harus diamalkan dalam kehidupan sehari hari, karena kitab ini menunjukan jati dirinya sebagai petunjuk/ "

(al Baqarah/2:2, Luqmân/31:3) dan

(Yûnus/10:57, Yûsuf/12:111), bahkan al Qur'an mengecam orang berkata namun tidak mengamalkan perkataannya. 196 Dalam

mengamalkan al Qur'an para sahabat tidak berlebih lebihan, mereka lebih melihat contoh Rasulullah Saw., sesekali mereka bertanya kandungannya dan pengamalannya yang benar, karena Rasul melarang mereka yang mengamalkan al Qur'an berlebihan lebihan namun tidak mengerti keutamaannya, sebagaimana sabdanya ")

! ("menghomati orang yang hafal al Qur'an yang tidak berlebih lebihan dalam mengamalkan isinya dan tidak membiarkan

al Qur'an tidak diamalkan"). 197 Karenanya mereka lebih mengutamakan pengamalan daripada target, sebagaimana pengalaman Ibn Mas6ud ketika ia belajar al Qur’an. 198

193 M.M. Azami,

8 & h. 85.

194 Zaid bin Tsabit ra. berkata:

"Aku menulis wahyu di sisi Rasulullah, dan beliau yang mengimla'kan kepadaku, jika aku selesai menulis, beliau berkata: bacalah, maka aku membacanya. Jika terdapat kekeliruan beliau membenarkannya". Lihat Abû al Qâsim Al Tabrânî, " $

K, (Mausil: *= 2 )

"'

" & 1983), cet. ke 2, h. 142. 195 Al Zarqâni,

A& h. 210.

196 Q.S. al Saf/61:2 3. 197 Abû Dâud,

J& h. 261

198 Dalam riwayat al H âkim dari ‘Abdullâh bin Mas ' ûd ra . ia berkata :

Metode hafalan dengan pengamalan adalah metode yang paling baik dalam mempelajari al Qur'an, namun jika dihubungkan dengan target hafalan memang membutuhkan waktu cukup lama, apalagi melihat cara sahabat mempelajari al Qur'an hanya lima sampai sepuluh ayat. Ketika selesai, mereka tidak mau melanjutkan ayat setelahnya sampai mengamalkan. Dalam riwayat Abû al ‘Âliyah ra. ia berkata: pelajarilah al Qur'an lima ayat lima ayat, sesungguhnya Rasulullah Saw. juga

menerima lima ayat lima ayat. 199