KESIMPULAN DAN SARAN

5. Peternak Sapi Perah

mengembangbiakkan dan membudidayakan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut (Anonim, 2011). Peternak sapi perah adalah orang yang melakukan kegiatan usaha mengembangbiakan dan membudidayakan sapi perah untuk diambil manfaatnya.

6. Budidaya Sapi Perah

Asupan gizi pangan bagi manusia yang dibutuhkan salah satunya adalah protein hewani, termasuk susu. Susu diyakini sebagai satu-satunya makanan yang mempunyai kandungan nutrisi lengkap yang dibutuhkan manusia selama periode awal kehidupan untuk tumbuh dan berkembang anak. Kandungan nilai gizi dalam susu segar sapi perah tiap 100 gram yaitu: Tabel 2.1 Komponen Kandungan dan Nilai Gizi Susu Sapi

Komponen Susu Sapi

Nilai Gizi

Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Besi Vitamin A Vitamin B1 Vitamin C Air

61,00 kkal

3,20 g 3,50 g 4,30 g

143,00 mg

60,00 g

1,70 g 130,00 SI

0,03 tiamin (mg) 1,00 mg

88,33 g

` Sumber: Massaidi (2011) Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani yang penting. Air susu sebagai sumber gizi berupa protein hewani sangat besar manfaatnya bagi bayi, bagi mereka yang sedang dalam proses tumbuh, bagi orang dewasa, dan bahkan bagi yang berusia lanjut. Efisiensi usaha ternak tergantung dari peternak itu sendiri dalam kaitannya dengan penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan teknologi pengelolaan ` Sumber: Massaidi (2011) Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani yang penting. Air susu sebagai sumber gizi berupa protein hewani sangat besar manfaatnya bagi bayi, bagi mereka yang sedang dalam proses tumbuh, bagi orang dewasa, dan bahkan bagi yang berusia lanjut. Efisiensi usaha ternak tergantung dari peternak itu sendiri dalam kaitannya dengan penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan teknologi pengelolaan

a. Seleksi bibit sapi perah Jenis sapi perah yang biasa dipelihara di Kecamatan Musuk adalah sapi FH (Fries Holland) dengan ciri-ciri seperti yang sebagai berikut :

1) Warna bulu putih dengan bercak hitam

2) Berat badan betina dewasa 625 kg dan jantan 900 kg

3) Pembawaan betina tenang dan jinak sedangkan jantan agak panas

4) Daya merumput (Grazing ability) hanya baik pada pasture baik

5) Dewasa kelamin sapi FH agak lambat, umur pertama kali dikawinkan

15 - 18 bulan

6) Produksi susu relatif lebih tinggi dibandingkan sapi perah lainnya.

b. Penyediaan pakan sapi perah Hijauan sebagai makanan bahan makanan ternak, merupakan salah satu bahan yang sangat diperlukan dan besar manfaatnya bagi kehidupan ternak ruminansia. Oleh karena itu hijauan sebagai salah satu bahan makanan sebagai dasar utama dalam perkembangan peternakan, sebab semua jenis hewan ternak hanya bisa hidup dan berkembang, serta berproduksi apabila tersedia makanan yang dimaksud, maka perlu dimiliki adanya pengetahuan dan keterampilan di bidang produksi hijauan makanan ternak (Girisonta, 1980).

Sapi yang sehat membutuhkan pakan yang cukup dan berkualitas, pakan yang kaya nutrisi sangat bermanfaat untuk pemeliharaan keseimbangan sapi mampu melaksanakan proses metabolisme secara baik. Sapi muda yang masih dalam masa pertumbuhan membutuhkan jumlah pakan yang terus meningkat sampai dicapai kenaikan pertumbuhan maksimal (Akoso, 1996).

Kandang yang dibuat harus memenuhi syarat antara lain terpisah dari rumah kurang lebih 10 meter, draenase dan ventilasi baik, lantai tidak licin, serta terdapat penampungan kotoran kandang. Girisonta (1980) myatakan bahwa hewan ternak yang bisa hidup aman, tenteram, akan mempunyai efek yang sangat baik bagi perkembangan serta produktivitas untuk keperluan itu maka perlu diciptakan konstruksi kandang yang optimal dan memadai.

d. Reproduksi Menurut Dasuki (1983) dalam Nurlina (2007) dengan adanya kegiatan kawin suntik (inseminasi buatan/IB) dari semen pejantan unggul terhadap betina impor dan keturunannya, maka jumlah bibit sapi cepat bertambah, dan pada gilirannya akan mempercepat pula peningkatan jumlah produksi susu. Selain itu menurut Nurlina (2007) Struktur populasi sapi perah diatur lebih seimbang terutama melalui program mengadopsi inseminasi buatan. Keseimbangan komponen struktur populasi dalam peternakan sapi perah rakyat yang tergabung dalam koperasi yang tersebar luas dengan pemilikan kecil, lebih sukar tercapai daripada dalam perusahaan sapi perah. Kendala lainnya adalah masalah penggalakkan fungsionalisasi sapi perah sesuai dengan potensi genetiknya yaitu mengutamakan tujuan produksi susu.

Lama kebuntingan sapi rata-rata 280 hari dengan variasi antara 274-291 hari dan akan berakhir dengan terjadinya kelahiran pedet. Kelahiran pedet yang normal terjadi secara alamiah, namun adakalanya tidak normal, dalam keadaan demikian perlu dibantu secara perlahan- lahan dengan menarik kaki pedet yang telah terjulur ke arah luar dan bawah. Apabila dengan bantuan masih sulit, sedangkan posisi pedet adalah normal, maka perlu minta bantuan seorang dokter hewan untuk membantu kelahiran apabila posisi kelahiran abnormal (Akoso, 1996).

Ternak dikatakan sehat apabila semua perbuatan hidupnya berjalan serasi dengan diri sendiri dan alam sekitarnya. Setiap makhluk hidup dipengaruhi oleh sesuatu dari luar yaitu iklim, tanah, racun dan lainnya. Bila terjadi pengaruh buruk itu lebih kuat sedangkan badan ternak dalam kondisi lemah, maka perbuatan hidup binatang menjadi goncang. Hal itu karena organ tubuh terganggu sehingga mempengaruhi kerja serta fungsi organ tersebut, yang membuat ternak menjadi sakit. Pencegahan penyakit merupakan tindakan yang pertama dalam melawan suatu penyakit. Metode yang biasa dilakukan antara lain ialah karantina, imunisasi (kekebalan) dan sanitasi (Girisonta, 1980).

Ternak sapi dari luar yang masih diragukan kesehatannya biasanya untuk sementara dilakukan karantina. Sesudah benar-benar sehat, barulah sapi itu bisa dimasukkan ke dalam suatu kelompok sapi- sapi yang sehat, sedangkan sapi yang sakit menular seperti radang mulut dan kuku atau penyakit lainnya harus dilakukan isolasi (pemisahan) di dalam kandang khusus yang jauh dari kelompok sapi sehat. Vaksinasi untuk menanggulangi kemungkinan-kemungkinan terjadinya infeksi penyakit asal bakteri dan virus, guna meningkatkan kekuatan tubuh dan tercipta kekebalan tubuh. Tindakan higienis (sanitasi) ialah usaha penjagaan kesehatan melalui melalui kebersihan agar ternak bebas dari suatu infeksi penyakit, baik bakteri, virus, maupun parasit. Tindakan higienis biasa dilakukan oleh para peternak untuk membebaskan infeksi penyakit (Sugeng, 2003).

Adapun penyakit-penyakit sapi perah yang dikemukakan oleh Girisonta (1990) antara lain:

1) Tuberculosis (TBC) Penyakit TBC disebabkan bakteri mycobacterium tuberculose yang merupakan penyakit kronis dan masa inkubasi tidak dapat ditentukan secara pasti, karena sering terjadi sapi yang tampaknya 1) Tuberculosis (TBC) Penyakit TBC disebabkan bakteri mycobacterium tuberculose yang merupakan penyakit kronis dan masa inkubasi tidak dapat ditentukan secara pasti, karena sering terjadi sapi yang tampaknya

2) Mastitis (radang kelenjar susu) Mastitis disebabkan bakteri streptococcus coccci dan staphylococcus cocci. Masa inkubasinya tidak pasti, cara penularannya bakteri masuk melalui putting ambing sapi dan berkembang biak pada saluran/kelenjar ambing. Gejala ini akan tampak bila ambing yang terserang bengkak dan bila diraba terasa panas, serta air susu yang dihasilkan encer nafsu makan sapi turun bulu tampak kasar dan kusam.

Pencegahan dapat dilakukan dengan memperhatikan cara pemerahan yaitu sebelum sapi diperah dibersihkan dahulu dan cara pemerahannya harus betul-betul higienis. Hindarkan kemungkinan hal-hal yang menyebabkan luka pada ambing melalui cara pemerahan maupun adanya lantai kandang yang dapat menyebabkan luka, menjaga kebersihan kandang dan alat-alat untuk pemerahan ambing. Bila sudah akut dapat diobati dengan penyuntikan Procainn penicillin G + hydrostreptomycin 2 cc/100 kg berat badan sapi setiap hari.

3) Milk fever (demam susu) Milk fever adalah penyakit yang menimpa sapi-sapi betina yang akan atau sedang melahirkan ataupun sesudah melahirkan. Sebagian besar penyakit ini menimpa sapi-sapi yang sedang berproduksi. Milk fever disebabkan karena kekurangan Ca yang 3) Milk fever (demam susu) Milk fever adalah penyakit yang menimpa sapi-sapi betina yang akan atau sedang melahirkan ataupun sesudah melahirkan. Sebagian besar penyakit ini menimpa sapi-sapi yang sedang berproduksi. Milk fever disebabkan karena kekurangan Ca yang

f. Pemerahan ambing sapi Susu yang bersih akan didapatkan dengan mengikuti langkah pemerahan yang dikemukakan oleh sebagai berikut:

1) Pemeriksaan terhadap penyakit menular perlu dilakukan karena apabila terdapat penyakit dikhawatirkan dapat menulari manusia.

2) Kesehatan para pekerja harus dijaga yaitu dengan mencuci bersih dan mengeringkan tangan sebelum pemerahan dilakukan serta pekerja tidak menderita penyakit menular. Kuku tangan pekerja harus dipotong pendek agar tidak melukai puting sapi.

3) Membersihan sapi yang diperah agar kotoran tidak mencemari susu

yang dapat merusak kualitas susu (asam).

4) Pemerahan dilakukan 2 kali sehari pada jam-jam yang sudah pasti dilaksankan dan pemerahan yang lembut, sebab dengan adanya kejutan pada sapi akan menurunkan produksi sapi.

Mahanta dalam Williamson (1993) sapi perah yang sehat dengan ambing yang sehat memproduksikan susu yang mengandung bakteri yang relatif sedikit. Pada waktu pemerahan susu, dua atau tiga aliran susu yang pertama dari puting mengandung lebih banyak bakteri dari pada aliran susu yang belakangan, oleh karena itu menurut Williamson, aliran susu pertama ini sering dibuang. Sapi perah atau ambing yang sakit mungkin mengakibatkan susu mengandung mikroorganisme dalam jumlah yang lebih besar.

g. Pemasaran susu sapi perah Pemasaran dapat dilakukan melalui kelompok atau koperasi. Produk yang dipasarkan dapat berupa susu dan hasil olahannya, daging g. Pemasaran susu sapi perah Pemasaran dapat dilakukan melalui kelompok atau koperasi. Produk yang dipasarkan dapat berupa susu dan hasil olahannya, daging

1) Melalui pedagang pengumpul yang datang ke peternakan-peternakan, namun keburukannya adalah harga yang diterima peternak merupakan harga pedagang dan mereka lebih berkuasa dalam menentukan harga.

2) Memasarkan langsung ke pengecer.

3) Memasarkan langsung ke konsumen.

7. Permodalan

Modal dapat diperoleh dari dua sumber yaitu modal sendiri dan pinjaman. Modal sendiri terdiri atas modal disetor atau modal saham dan laba ditahan. Pinjaman dapat berupa pinjaman jangka pendek maupun jangka panjang (Hidayat, 2001). Lebih lanjut sumber modal menurut Sulhadi (2010) meliputi:

a. Dana sendiri, melalui mencairkan tabungan, deposito, menjual barang berharga.

b. Keluarga, tidak banyak persyaratan, tidak terbebani bunga, jangka waktu fleksibel.

c. Lembaga non formal, contohnya pinjaman arisan, PKK, pengajian.

d. Kemitraan, bekerjasama dengan pihak yang memiliki modal.

e. Lembaga gadai, menggadaikan barang berharga, proses cepat.

f. Lembaga non bank, contohnya meminjam dari koperasi simpan pinjam dan lembaga keuangan mikro, tidak memerlukan agunan, jumlah pinjaman bisa dinegosiasi.

g. Bank, contohnya KPR, PRK atau multi guna, dan KTA. Relatif aman, jumlah pinjaman bisa besar dan unlimited, prosedur dan persyaratan ketat.

Usaha sapi perah dalam penelitian ini adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang dengan memelihara sapi perah sebagai penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Baik yang dimulai dari kegiatan teknis budidaya sampai pada pemasaran, dan para peternak ini Usaha sapi perah dalam penelitian ini adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang dengan memelihara sapi perah sebagai penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Baik yang dimulai dari kegiatan teknis budidaya sampai pada pemasaran, dan para peternak ini

B. Kerangka Berpikir

Kegiatan peternak dalam usaha sapi perah di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyol ali dapat membantu dalam melengkapi kebutuhan pangan dan nutrisi. Peternak harus meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi susu sapi yang dihasilkan. Peternak dalam mengusahakan sapi perah membutuhkan informasi untuk menangani masalah-masalah yang dihadapinya yang meliputi teknis usaha sapi perah, permodalan dan pemasaran susu sapi.

Peternak sapi perah terdorong untuk melakukan pencarian informasi guna untuk menangani masalah, seperti yang diungkapkan Dervin dalam Ihsaniyati (2010) pada saat melintasi ruang dan waktu, seseorang menghadapi situasi bermasalah. Situasi problematik ini terjadi karena adanya kesenjangan. Kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki peternak dengan harapan yang diinginkan menjadi kebutuhan informasi. Kebutuhan informasi mendorong seseorang melakukan pencarian informasi sehingga kebutuhan informasinya dapat terpenuhi dan seseorang dapat melintasi ruang dan waktu.

Dalam penelitian ini perilaku pencarian informasi mengikuti pola Ellis, Cox dan Hall (1993) dalam Wilson (1999) yang mengambarkan 8 strategi perilaku pencarian informasi yang meliputi memulai (starting), merangkaikan (chaining), menelusur (browsing), membeda-bedakan (differentiating), mengawasi (monitoring), menyarikan (extracting), memverifikasi (verifying), dan menyelesaikan (ending). Dimana pada kegiatan (1) Memulai (starting) yaitu kegiatan awal dimana peternak memulai pencarian informasi. (2) Merangkaikan (chaining) yaitu kegiatan peternak yang mengikuti mata rantai yang menghubungkan sarana penelusuran berupa orang terdekat, ahli kesehatan ternak (mantri hewan), dan media lainnya dengan bahan acuan. (3)Menelusur (browsing) yaitu kegiatan penelusuran pada bidang potensial yang diminati. (4) Membeda-bedakan (differentiating) yaitu penggunaan

kualitas bahan. (5) Mengawasi (monitoring) yaitu kegiatan untuk mengikuti dan mengetahui perkembangan-perkembangan dalam bidang tertentu melalui sumber-sumber informasi yang terpilih. (6) Menyarikan (extracting) yaitu kegiatan yang lebih bersifat sistematis melalui sumber-sumber yang terpilih untuk menemukan informasi yang diminati. (7) Memverifikasi (verifying), atau pengujian ketepatan, yaitu tahap dimana peternak mengecek apakah informasi yang didapat tepat atau sesuai dengan minatnya. (8) Ending atau pengakhiran, yaitu tahap dimana pencari informasi mengakhiri proses kegiatan pencariannya pada saat berakhirnya masalah yang dihadapi peternak atau juga kemungkinan peternak tidak mendapatkan solusi sehingga memilih mengakhiri.

Dalam pencarian informasi peternak sering mengahadapi kendala atau hambatan. Seperti yang diungkapkan Ihsaniyati (2010) bahwa kendala yang ditemui pada saat melakukan pencarian informasi antara lain kendala personal, interpersonal, dan lingkungan. Kendala personal yang meliputi keterbatasan ekonomi, karakteristik/sifat, rasa sungkan dan usia. Kendala interpersonal

meliputi

ketidakpercayaan,

ketidakterbukaan dan ketidakakraban. Kendala lingkungan antara lain keterbatasan penyuluh dan penyuluhan pertanian, alur dan waktu pencarian yang panjang, keterbatasan akses petani terhadap media audio dan cetak, dan jarak dengan informasi.

Alur kerangka berfikir dalam usaha sapi perah di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali yaitu sebagai berikut :

Gambar 2.2 Diagram Kerangka Berpikir Mengenai Penelitian Kebutuhan dan

Perilaku Pencarian Informasi Peternak dalam Usaha Sapi Perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali

C. Dimensi Penelitian

1. Informasi yaitu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul disaat seseorang berada dalam situasi bermasalah, yang mengurangi ketidakpastian, dan bermanfaat dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya.

2. Kebutuhan informasi yaitu informasi yang dibutuhkan untuk memenuhi keinginan peternak sapi sehingga mereka mengakses informasi terkait usaha ternak, meliputi informasi teknis usaha ternak, informasi permodalan dan informasi pengolahan dan pemasaran, yang muncul karena peternak memiliki masalah dalam kegiatan usahanya namun tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.

3. Perilaku pencarian informasi peternak dalam penelitian ini adalah aktivitas perilaku peternak untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dibutuhkan oleh peternak sapi perah yang berguna untuk mengatasi permasalahan

Kebutuhan informasi peternak dalam kegiatan usaha sapi perah : 1) Teknis budidaya sapi

perah 2) Permodalan usaha sapi perah 3) Pengolahan susu dan pemasaran hasil produksi sapi perah

Kendala : 1. Personal

2. Interpersonal 3. Lingkungan

Perilaku pencariaan informasi peternak sapi perah:

1. Starting (memulai) 2. Chaining (merangkaikan) 3. Browsing (menelusur) 4. Differentiating (membedakan) 5. Monitoring (mengawasi) 6. Extracting (menyarikan) 7. Verifying (memverifikasi) 8. Ending (menyelesaikan).

9. (Ellis, et all)

dapat meningkatkan produktivitas hasil sapi perah. Model perilaku pencarian informasi dalam penelitian ini mencoba menerapkan model pencarian informasi dari Ellis et all.

4. Kendala yang dihadapi oleh peternak dalam pencarian informasi ini adalah kendala yang berasal dari dalam diri peternak maupun dari luar, yang ditemui ketika melakukan usaha pencarian informasi yang digunakan untuk mengatasi permasalahan pada usaha ternak sapi perah.

5. Usaha sapi perah dalam penelitian ini adalah usaha yang dijalankan oleh seseorang dengan memelihara sapi perah sebagai penghasilan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Baik yang dimulai dari kegiatan teknis budidaya sampai pada pemasaran.