METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Metode penelitian yang cocok digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu metode penelitian kualitatif yang sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang natural setting (Sugiyono, 2010). Penelitian kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai kebutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, serta mengadakan analisis data secara induktif. Selain itu pada penelitian kualitatif mengarahkan sasaran pada usaha menemukan teori dari dasar, lebih mementingkan proses dari pada hasil serta memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data dan rancangan penelitiannya bersifat sementara (Sutopo, 2002).

Peneliti kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data. Peneliti kualitatif harus bersifat “perspektif emic” yang maksudnya dalam memperoleh data bukan “sebagaimana seharusnya”, bukan berdasarkan apa yang difikirkan

oleh peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang dialami, dirasakan, dan difikirkan oleh informan (sumber data) (Sugiyono, 2010).

Penelitian ini dianalisis dengan deskriptif, karena penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini juga berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2003).

Pengembangan deskripsi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan perspektif fenomenologi. Perspektif ini mengarahkan bahwa apa yang dicari peneliti dalam kegiatan penelitiannya bagaimana melakukan kegiatan dalam Pengembangan deskripsi dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan perspektif fenomenologi. Perspektif ini mengarahkan bahwa apa yang dicari peneliti dalam kegiatan penelitiannya bagaimana melakukan kegiatan dalam

Penelitian dengan pengembangan deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan keadaan atau situasi yang sebenarnya terjadi pada saat ini dengan menganalisis data dari bentuk aslinya seperti pada waktu dicatat tanpa memotong cerita maupun datanya dengan simbol-simbol angka. Pada penelitian ini akan mendiskripsikan tentang keadaan peternak sapi perah di Desa Sruni Kecamatan Musuk dalam hal kebutuhan informasi dan perilaku dalam melakukan pencarian informasi mengenai usaha sapi perah serta kendala yang menghalangi pencarian informasi.

B. Penentuan Lokasi

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu berdasarkan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang diambil berdasarkan ciri-ciri dan sifat-sifat yang diketahui sebelumnya sesuai dengan tujuan tertentu (Sugiyono, 2010). Lokasi yang diambil adalah Kabupaten Boyolali yang mendapat julukan atau icon “kota susu” sejak tahun 1950. Kemudian memilih Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali dengan pertimbangan karena Kecamatan Musuk adalah salah satu kecamatan terkenal sebagai penghasil susu sapi perah dengan populasi sapi betina (berproduksi) terbanyak yaitu rata-rata sebesar 109.980 liter per bulan di Kabupaten Boyolali dan memilih Desa Sruni karena merupakan desa yang memiliki populasi sapi perah betina berproduksi terbanyak yaitu sejumlah 611 ekor di Kecamatan Musuk. Jumlah populasi sapi betina perah dan jumlah produksi susu dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Kabupaten Boyolali Tahun 2011

No

Desa

Produksi susu

Populasi sapi betina

bertelur (ekor)

Produksi susu (liter) /bulan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.

Lampar Dragan Karanganyar Jemowo Sangup Mriyan Lanjaran Karangkendal Sumur Keposong Pagerjurang Sukorejo

Sruni

Cluntang Ringinlarik Kebon Gulo Kembangsari Musuk Sukorame Pusporenggo

Sumber: Balai Penyuluh Pertanian Musuk 2011

C. Metode Penentuan Informan

Penelitian kualitatif, posisi sumber data manusia (informan) sangat penting peranannya sebagai individu yang memiliki informasinya. Peneliti dan informan di sini memiliki posisi yang sama, dan informan bukan sekedar memberikan tanggapan pada yang diminta peneliti, tetapi ia bisa memilih arah dan selera dalam menyajikan informasi yang ia miliki. Karena posisi ini, sumber data yang berupa manusia di dalam penelitian kualitatif lebih tepat disebut sebagai informan dari pada responden (Sutopo, 2002). Syarat yang digunakan untuk memilih informan antara lain, jujur, taat pada janji, patuh pada peraturan, suka berbicara, tidak termasuk anggota tim yang menentang penelitian (Moleong, 2007).

Penelitian Perilaku Pencarian Informasi ini memilih gatekeepers sebagai informan awal, kemudian dilanjutkan dengan snowball sampling.

pertimbangan penyuluh lebih mengetahui peternak yang aktif dalam mencari informasi. Sugiyono (2010) menyatakan bahwa informan awal sebaiknya

memilih orang yang bisa ”membukakan pintu” untuk menggali keseluruhan medan secara luas (mereka yang tergolong gatekeepers/penjaga gawang). Penentuan informan selanjutnya menggunakan teknik snowball sampling. Moleong (2007), menyebutkan tahapan-tahapan penarikan bola salju (snow ball ), yaitu:

1. Menentukan satu atau beberapa informan untuk diwawancarai sebagai titik awal penarikan sampel.

2. Informan selanjutnya ditetapkan berdasarkan pengetahuan atau informasi yang diperoleh dari informan awal.

3. Demikian seterusnya hingga pada satu peneliti memutuskan jumlah informan sudah mencukupi.

Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiyono (2010) mengemukakan bahwa penentuan sampel dalam penelitian kualitatif sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian kuantitatif. Informan yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. Dalam hubungan ini Nasution dalam Sugiyono (2010) menjelaskan bahwa penentuan unit informan dianggap telah memadai apabila telah sampai taraf data yang telah memadai dan bila ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi baru.

Penelitian kebutuhan dan perilaku pencarian informasi di Desa Sruni dapat mengumpulkan informan sebanyak 17 orang, yang terdiri dari , 6 orang peternak sapi, 1 orang kepala desa Sruni, 1 orang mantri hewan, 1 orang penyuluh lapang, 1 orang ketua kelompok tani 2 orang petugas KUD Musuk,

2 pemilik toko (toko pakan ternak dan toko bahan-bahan es), 1 orang Mantri Bank BRI Cabang Musuk dan 1 orang petugas Dinas Peternakan dan Perikanan, 1 orang petugas Dinas Kesehatan Boyolali.

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2007), sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Adapun jenis sumber data dalam penelitian ini adalah: sumber data manusia (informan) dan dokumen atau arsip.

Tabel 3.2 Tabel Jenis Data dan Sumber Data yang Dibutuhkan

Data yang diperoleh

Cara memperoleh

data

Sifat data Sumber data

Data Pokok

1. Identitas a. Nama b. Umur

c. Pekerjaan pokok d. Pekerjaan sampingan

2. Kebutuhan informasi peternak a. Teknis budidaya sapi perah b. Permodalan usaha sapi perah c. Pemasaran hasil produksi

3. Kegiatan pencarian informasi

a. Starting (memulai) b. Chaining (merangkaikan) c. Browsing (menelusur) d. Differentiating (membedakan) e. Monitoring (mengawasi) f. Extracting (menyarikan) g. Verifying (memverifikasi) h. Ending (menyelesaikan)

4. Kendala Pencarian Informasi

a. Personal b. Interpersonal c. Lingkungan

Data Pendukung

1. Keadaan Alam 2. Keadaan Penduduk 3. Keadaan Pertanian

Informan Informan Informan Informan

Informan Informan Informan

Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan Informan

Informan Informan Informan

Dokumen atau Arsip

1. Sumber Data Manusia (Informan)

Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang sangat penting adalah berupa manusia dengan kata-kata dan tindakannya. Penentuan informan dilakukan dengan mendatangi langsung. Moleong (2007) menyebutkan Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang sangat penting adalah berupa manusia dengan kata-kata dan tindakannya. Penentuan informan dilakukan dengan mendatangi langsung. Moleong (2007) menyebutkan

Penyuluh Pertanian Lapang Desa Sruni merupakan pihak yang memberikan penyuluhan terkait kegiatan sapta usaha ternak sapi perah. Kepala Desa Sruni, karena mengetahui informasi mengenai kegiatan perilaku peternak dalam mencari informasi yang ada di desa. Peternak di sini adalah peternak sapi perah yang terlibat dalam kegiatan sapta usaha ternak sapi perah yang melakukan pencarian informasi dan dianggap mengetahui tentang masalah yang akan diteliti.

2. Arsip atau Dokumen

Sutopo (2002), menyebutkan arsip dan dokumen merupakan bahan tertulis yang bersangkutan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu. Ia merupakan rekaman tertulis (tetapi juga berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu aktivitas atau peristiwa tertentu). Bila ia merupakan catatan rekaman yang lebih bersifat formal dan terencana dalam organisasi, ia cenderung disebut arsip.

Penelitian ini membutuhkan dokumen dan arsip yang dapat menjelaskan lebih rinci informasi yang dibutuhkan berdasarkan kerangka berpikir yang telah dibuat dan dapat berkembang sesuai keadaan di lapangan. Arsip atau dokumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu yang berasal dari data monografi Desa Sruni, data BPP di kecamatan Musuk dan data lainnya yang diperlukan dalam penelitian ini.

E. Teknik Pengumpulan data

Teknik mengumpulkan data merupakan kegiatan bagaimana dan dengan cara apa data dapat dikumpulkan dengan benar. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara, observasi pencatatan dan dokumentasi.

Lebih lanjut Moleong (2007) mengartikan wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara dalam penelitian kualitatif pada umumnya tidak dilakukan secara terstruktur ketat dengan menggunakan teknik wawancara mendalam karena peneliti merasa tidak mengetahui apa yang belum diketahuinya (Sutopo, 2002).

Penelitian ini menggunakan wawancara berencana karena peneliti menyusun daftar pertanyaan yang dijadikan pedoman saat melakukan wawancara dan dapat berkembang saat melakukan wawancara. Selain itu menggunakan teknik wawancara mendalam di mana peneliti menghendaki jawaban secara luas dan lebih mendalam dari subyek dan informan karena peneliti merasa belum tahu tentang masalah yang akan diteliti. Wawancara menggunakan instrumen panduan wawancara.

Gambar 3.1 Kegiatan Wawancara dengan Pegawai PPL Musuk dan Pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali

Gambar 3.2 Kegiatan Wawancara dengan Informan Peternak Sapi

Perah di Desa Sruni

2. Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti di lapangan yang dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung (Bungin, 2003).

Spradley dalam Sutopo (2002) menjelaskan bahwa pelaksanaan teknik dalam observasi dapat dibagi menjadi dua, yakni observasi tak berperan sama sekali dan observasi berperan (yang terdiri dari: berperan pasif, berperan aktif, dan berperan penuh). Dalam observasi tak berperan, kehadiran peneliti sama sekali tidak diketahui oleh subjek yang diamati, sehingga apapun yang dilakukan oleh peneliti sebagai pengamat tidak akan mempengaruhi segala yang terjadi pada sasaran yang sedang diamati.

Pada observasi berperan, kehadiran peneliti di lokasi diketahui oleh informan. Observasi berperan pasif, peneliti hanya mendatangi lokasi tetapi sama sekali tidak berperan sebagai apapun selain sebagai pengamat Pada observasi berperan, kehadiran peneliti di lokasi diketahui oleh informan. Observasi berperan pasif, peneliti hanya mendatangi lokasi tetapi sama sekali tidak berperan sebagai apapun selain sebagai pengamat

Pada penelitian ini menggunakan observasi berperan pasif karena peneliti hanya mengamati kebutuhan informasi dan perilaku peternak dalam mencari informasi serta kendala yang dihadapi peternak sapi perah.

3. Pencatatan

Pencatatan merupakan cara pengumpulan data dengan mencatat berbagai informasi yang dibutuhkan dan berkaitan dengan penelitian dari sumber-sember data yang berkaitan. Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2007), adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif. Pencatatan terhadap apa yang didengar, dialami dan dipikirkan didapat dari hasil wawancara. Sedangkan pencatatan tentang apa yang dilihat dapat berasal dari dokumen dan arsip yang mendukung data-data yang diteliti. Hasil wawancara harus segera dicatat agar tidak lupa atau hilang. Dari berbagai sumber data, perlu dicatat mana yang dianggap penting, dan yang tidak penting, data yang sama dikelompokkan (Sugiyono, 2010).

Walaupun data yang diperoleh dari hasil wawancara telah terekam dalam bentuk suara, namun peneliti juga tetap menulis data-data penting yang diperoleh baik saat wawancara maupun saat pengamatan sebagai pelengkap hasil rekaman wawancara. Setelah data terkumpul kemudian peneliti memberikan tanggapan terhadap data tersebut berdasarkan teori yang telah ada. Selama kegiatan penelitian ini peneliti juga perlu mendokumentasikan sebagai data bukti.

Data yang diperoleh Teknik Pengumpulan

Data Pokok

1. Identitas informan 2. Kebutuhan informasi peternak

a. Teknis budidaya sapi perah

b. Permodalan usaha sapi perah c. Pemasaran hasil produksi sapi perah

3. Kegiatan pencarian informasi

a. Starting (memulai)

b. Chaining (merangkaikan) c. Browsing (menelusur)

d. Differentiating (membedakan) e. Monitoring (mengawasi)

f. Extracting (menyarikan)

g. Verifying (memverifikasi) h. Ending (menyelesaikan)

4. Kendala Pencarian Informasi

a. Personal b. Interpersonal c. Lingkungan

Data Pendukung

1. Keadaan Alam 2. Keadaan Penduduk 3. Keadaan Pertanian dan peternakan

Aktivitas peternak dalam kegiatan bekerja menjalankan usaha ternak, usaha tani dan usaha lainnya

4. Pola interaksi peternak-peternak, peternak-pedagang, peternak-KUD, peternak-penyuluh, peternak dengan anggota keluarga lainnya, peternak dan kelompok tani

5. Kondisi transportasi dan komunikasi

Wawancara, Pencatatan

Wawancara, Pencatatan Wawancara, Pencatatan Wawancara, Pencatatan

Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi

Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi Wawancara, Pencatatan, Observasi

Pencatatan, Observasi Pencatatan, Observasi Pencatatan, Observasi Observasi

F. Validitas Data

Data yang telah berhasil dikumpulkan dan dicatat dalam penelitian harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya. Untuk membuktikan validitas data menggunakan trianggulasi dan review informan. Trianggulasi merupakan teknik yang didasari pola pikir fenomologi yang bersifat multiperspektif yaitu menarik kesimpulan yang mantap tidak hanya menggunakan cara pandang.

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas dalam Sugiyono (2010) terdapat tiga macam yaitu triangulasi sumber (data), triangulasi metodologi Triangulasi dalam pengujian kredibilitas dalam Sugiyono (2010) terdapat tiga macam yaitu triangulasi sumber (data), triangulasi metodologi

Penelitian ini menggunakan dua macam triangulasi, yaitu triangulasi sumber (data) dan triangulasi metode. Trianggulasi sumber pada penelitian ini menggunakan informan. Informan terdiri dari, PPL Desa Sruni, Kepala Desa Sruni, peternak sapi perah dan orang-orang yang terlibat dalam pencarian informasi di Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali. Triangulasi metode yang digunakan penelitian ini, yaitu penggunaan berbagai metode untuk meneliti sesuatu hal, seperti metode wawancara, metode observasi dan juga dicocokan dengan dokumen yang diperoleh di lapang.

Gambar 3.3 Skema Trianggulasi Sumber (Data) Selain itu, penelitian ini juga menggunakan review informan dengan cara

diskusi kelompok (FGD). Menurut Sutopo (2002), review informan dilakukan pada saat peneliti sudah mendapatkan data yang cukup lengkap dan berusaha menyusun sajian datanya, walaupun mungkin masih belum utuh dan menyeluruh, maka laporan yang telah disusunnya perlu dikomunikasikan

review informan

D Dokumen/Arsip

Observasi Aktivitas Observasi Aktivitas

Gambar 3.4 Kegiatan Diskusi Kelompok (Review Informan)

G. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model analisis interaktif , yang berupa:

1. Reduksi Data

Menurut Miles dan Huberman (1992), reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Secara sederhana dapat dijelaskan, dengan reduksi data, data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam cara, melalui seleksi ketat, ringkasan atau uraian singkat, menggolongkannya dalam satu pola yang lebih luas, dan sebagainya.

Dari lokasi penelitian, data lapang dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terperinci. Data dan laporan lapangan kemudian Dari lokasi penelitian, data lapang dituangkan dalam uraian laporan yang lengkap dan terperinci. Data dan laporan lapangan kemudian

2. Sajian Data

Sajian data merupakan rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan dapat dilakukan. Sajian data ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis sehingga bila dibaca, akan mudah dipahami yang mengacu pada rumusan masalah yang telah dibuat sebagai pertanyaan penelitian sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab setiap permasalahan yang ada. Selain data dalam bentuk kalimat, dalam sajian data ini juga dapat meliputi berbagai matriks, gambar/skema, jaringan kerja kaitan kegiatan dan juga tabel sebagai pendukung narasi. Semuanya dirancang guna merakit informasi secara teratur supaya mudah dilihat dan dapat lebih dimengerti dalam bentuk yang lebih kompak (Sutopo, 2002). Penelitian ini disajikan dalam bentuk foto, dan cuplikan pernyataan, dan narasi hasil wawancara.

3. Penarikan Kesimpulan

Pada waktu pengumpulan data sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat dalam reduksi atau sajian datanya. Bilamana kesimpulan dirasa kurang mantap karena kurangnya rumusan dalam reduksi maupun sajian datanya, maka peneliti akan mengulangi kembali pengumpulan data yang terfokus untuk mencari pendukung simpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data (Sutopo, 2002).

Menurut Sutopo (2002), proses analisis dengan tiga komponennya saling menjalin dan dilakukan secara terus-menerus di dalam proses Menurut Sutopo (2002), proses analisis dengan tiga komponennya saling menjalin dan dilakukan secara terus-menerus di dalam proses

Pengumpulan data

Reduksi data

Sajian data

Penarikan simpulan/ verifikasi

Gambar 3.5 Model Analisis Interaktif

A. Keadaan Umum Desa Sruni

Desa Sruni merupakandesa yang terdapat diSebelahTimur Lereng Gunung Merapi dan merupakan salah satu desa di Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah.Jarak Desa Sruni dari pusat pemerintahan Kecamatan Musuk adalah 5km, dari pusat administrasi dan pemerintahan kabupaten adalah 10 km sedangkan jarak Desa Sruni dari Ibukota Propinsi adalah 77 km. Adapun batas-batas wilayah Desa Sruni di sebelah utara adalahDesa Ringinlarik dan Desa Cluntang, sebelah timur adalah Desa Karang Kendal dan Desa Sukorejo, sebelah selatan adalah Desa Lanjaran dan batas sebelah barat adalah Desa Mriyan.

Desa Sruni terletak pada ketinggian 750 m di atas permukaan laut dan berdasarkan kondisi iklimnya dapat digolongkan sebagai wilayah dengan karakteristik lembab dengan curah hujan 2.478 mm/th dan jumlah bulan

kering 5 bulan dengan rata rata suhu maksimum/minimum 3 0 C/18 0 C. Luas wilayah Desa Sruni adalah 337,2787 ha yang terdiri dari lahan pertanian dan non pertanian atau tempat fasilitas umum lainnya.

Desa Sruni memiliki karakteristik lingkungan berupa dataran tinggi dengan lingkungan kering dan jenis tanah yang pada umumnya termasuk jenis aluvial. Karakter lingkungan wilayah ini mempengaruhi jenis usaha pertaniandan peternakan. Tanah kering sangat cocok untuk pengembangan pertanian tanaman lahan kering, seperti tanaman rumput-rumputan untuk makan ternak,tembakau, bunga mawar, pepaya, cengkeh, cabai, palawija, sawi,dan sayuran. Suhu yang rendah di Desa Sruni juga sangat berpotensi untuk usaha ternak sapi perah dari pada ternak lainnya, usaha ternak merupakan sebagai sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat.

Gambar 4.1(a), (b),(c) dan (d)Kondisi Wilayah Desa Sruni

B. Keadaan Penduduk

Keadaan penduduk di suatu daerah erat hubungannya dengan kondisi sosial ekonomi di daerah tersebut. Desa Sruni berpenduduk 3.367 jiwa dengan 990 Kepala Keluarga (KK). Berikut adalah data keadaan pendudukDesa Sruni menurut umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian. Adapun penjelasan secara lebih rinci yaitu sebagai berikut:

1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Penduduk merupakan sejumlah orang yang bertempat tinggal di suatu wilayah pada waktu tertentu. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan.Keadaan penduduk menurut jenis kelamin di Desa Sruni adalah sebagai berikut:

c. Kondisi Jalanan

b. Kondisi Sungai Kering a. Kondisi Lahan Tegal Terasering

b. Kondisi Lahan Tegal Terasering

d. Kondisi Jembatan

No

Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan

100,00 Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki- laki sebesar 1.602 jiwa (47,58persen) dan jumlah penduduk perempuan sebesar 1.765 jiwa (52,42persen). Perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dapat mempengaruhi pembagian pekerjaan dalam pembangunan termasuk bidang peternakan. Nilai sex ratiosebesar 91 atau 90,76 persen tersebut menunjukkan pekerjaan dalam bidang peternakan yang dikerjakan oleh laki-laki dapat dikerjakan oleh perempuan. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk perempuan yang hampir sama dengan jumlah penduduk laki-laki.

2. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Penduduk menurut umur dapat digambarkan menurut jenjang yang berhubungan dengan kehidupan produktif manusia yaitu 0 –14 tahun merupakan kelompok umur non-produktif, umur 15 –64 tahun merupakan kelompok umur produktif dan penduduk umur 64 tahun keatas adalah kelompok umur sudah tidak produktif(Mantra, 1995). Adapun besarnya jumlah penduduk menurut umur di Desa Sruni yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Desa Sruni Menurut Umur

100,00 Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa prosentase terbesar terdapat pada kelompok umur 15-64 tahun yaitu sebesar 73,92 persen atau sebesar 2.489 orang. Umur 15-64tahun tergolong dalam usia produktif sehingga dengan penduduk yang besar maka kontribusi penduduk terhadap Berdasarkan Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa prosentase terbesar terdapat pada kelompok umur 15-64 tahun yaitu sebesar 73,92 persen atau sebesar 2.489 orang. Umur 15-64tahun tergolong dalam usia produktif sehingga dengan penduduk yang besar maka kontribusi penduduk terhadap

3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan di semua sektor. Tingkat pendidikan penduduk menunjukkan kualitas sumber dayamanusia di wilayah tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka keadaanpenduduk akan semakin baik jika diukur dari aspek pengetahuannya. Selain itu, penduduk dengan tingkat pendidikan tinggi akan lebih mudah dalam menerima suatu inovasi dan perubahan. Namun hal ini belum tentu dapat menjamin kesadaran masyarakat dalam menerima inovasi. Apabila dalam suatu masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi dan didukung dengan kesadaran masyarakat untuk berkembang, maka tatanan masyarakat yang lebih baik akan dapat terwujud. Secara rinci tingkat pendidikan penduduk Desa Sruni dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Sruni Menurut Tingkat Pendidikan

No

Tingkat Pendidikan

Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)

1. Tamat Perguruan Tinggi

2. Tamat SLTA

3. Tamat SLTP

4. Tamat SD

5. Tidak Tamat SD

6. Belum Tamat SD

7. Belum Sekolah

100,00 Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010 100,00 Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010

BerdasarkanTabel 4.3 dapat diketahui bahwa keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Sruni adalah tergolong sedang yaitu dengan prosentase tertinggi pada penduduk tamat SD yaitu sebanyak 1.365 orang atau 40,54 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran penduduk Desa Sruni akan pendidikan cukup tinggi, sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan wilayah tersebut karena pendidikan yang tinggi, maka masyarakatnya memiliki pengetahuan yang lebih banyak dan akan lebih mudah dalam menerima suatu inovasi dan perubahan.

4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Salah satu penunjang keberhasilan pembangunan daerah yaitu tersedianya lapangan pekerjaan bagi penduduk sehingga mampu meningkatkan pendapatan asli daerah.Keadaan penduduk menurut mata pencaharian adalah jumlah penduduk pada suatu wilayah yang bekerja berdasarkan mata pencaharian tertentu. Mata pencaharian penduduk disuatu wilayah dapat dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya alam atau potensi lokal, ketersediaan jumlah tenaga kerja, serta kondisi sosial ekonomi penduduk di suatu wilayah tersebut yang meliputi umur, tingkat pendidikan, ketrampilan, modal dan sebagainya. Keadaan penduduk di Desa Sruni berdasarkan mata pencahariannya dapat dilihat pada tabel berikut :

No

Lapangan Pekerjaan

Jumlah (Jiwa)

4. Buruh Tani

5. Pengusaha/pengrajin

6. Buruh Industri

7. Buruh Bangunan

100,00 Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010 dan BPP Musuk 2010

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk di Desa Sruni bermata pencaharian di sektor peternakan hampir semua penduduk Desa Sruni memiliki ternak sapi perah, hal ini terlihat dari data yang diperoleh diketahui bahwa penduduk yang bermata pencaharian peternak menempati urutan terbesar, yaitu penduduk bermata pencaharian sebagai peternaksebesar 41,41 persen (BPP Musuk, 2010).Penduduk di Desa Sruni bermata pencaharian sebagai peternak karena kondisi geografis yang cocok untuk menjalankan kegiatan usahaternak perah selain bekerja di peternakan masyarakat desa sruni juga melakukan pekerjaan sebagai petani. Mata pencarian sebagai petani tanaman pangan terdapat 8,25 persen dan petani perkebunan ada 10,99 persen. Sehingga masyarakatDesa Sruni dengan bekerja di lahan pertanian juga akan mendapatkan pakan hijauan dari sisa tanaman pertanian untuk diberikan ke ternak sapi yang mereka pelihara.

C. KeadaanPertaniandan Peternakan

Pertanian dan Peternakan merupakan suatu bidang untuk menghasilkan produk untuk mencukupi kebutuhan pangan. Tidak terbatas pada pemenuhan pangan penduduk setempat tetapi juga bagi penduduk wilayah lainnya. Berikut ini data mengenai komoditas pertanian dan peternakan di Desa Sruni:

Tabel4.5Jumlah KomoditasTanaman Desa Sruni No Jenis komoditas

Jumlah (ha) 1.

2. 3. 4. 5.

Pangan Sayuran Perkebunan Buah-buahan Lain-lain

37,1000 28,3000 40,4000 26,3400 52,6040

Jumlah 185,2046 Sumber : Monografi Desa Sruni Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 4.5jenis komoditas yang menggunakan lahan terluas adalah tanaman perkebunan yang berupa cengkeh, sehingga tanaman cengkeh dan tembakau merupakan produk pertanian utama dari desa Sruni. Tanaman lainnya yang ditanam di lahan Desa Sruni adalah rumput gajah untuk pakan ternak dan mawar.

Gambar 4. 2(a) dan (b) Jenis Komoditas Tanaman Desa Sruni

Tabel4.6Peternakan di Desa Sruni No Jenis Ternak

Jumlah (ekor)

1.

2. 3. 4. 5.

Sapi perah

Sapi Biasa Kambing Domba Ayam Kampung Itik, dan lain lain

Sumber : Monografi Desa Sruni Tahun 2010 dan BPP Musuk 2011

Jenis ternak yang diusahakan adalah ternak sapi perah (FH) dari hasil pendataan PPL Musuk tahun 2011 sebesar 1.847 ekor(BPP Musuk, 2011) yang merupakan jumlah ternak terbesar di Desa Sruni 1 . Ternak lain yang diusahakan masyarakat Desa Sruni adalah sapi biasa, kambing domba, ayam

b. Kebun Kebun Cengkeh, Pepaya dan Tembakau

a. Kondisi Mawar

ternak sapi perah(FH). Jumlah populasi ternak di Desa Sruni ini berubah- ubah atau tidak pasti karena setiap hari masyarakat melakukan aktivitas jual

beli 2 . Rata-rata masyarakat di Desa Sruni lebih banyak beternak sapi perahkarena kondisi lingkungan yang mendukung untuk dapat menghasilkan susu yang dapat membantu perekonomian bagi peternak.

Gambar 4. 3 Kondisi Ternak Kambing dan Ternak Sapi Perah Desa Sruni

D. Keadaan Sarana Perekonomian

Keberadaan sarana perkonomian di suatu wilayah merupakan salah satu hal yang dibutuhkan untuk mendukung laju kegiatan perekonomian penduduk. Sarana perkonomian merupakan tempat dimana terjadi kegiatan jual beli atau pemindahan barang dan jasa dari produsen ke konsumen, yang merupakan kegiatan saling menguntungkan diantara kedua belah pihak. Dengan adanya sarana perekonomian maka dapat mempermudah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan juga dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Keadaan lembaga perekonomian di Desa Sruni dapat dilihat pada Tabelberikut:

Tabel4.7 Keadaan Lembaga Perekonomian di Desa Sruni No.

Jenis Sarana

Jumlah

1. Pasar Umum

2. Toko/Kios/Warung

3. Koperasi Simpan Pinjam

1 Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang terdapat di Desa Sruni dapat dikatakan sudah cukup memadai yaitu Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang terdapat di Desa Sruni dapat dikatakan sudah cukup memadai yaitu

Gambar 4.4 Bangunan Koperasi Gapoktan “Karya Manunggal” Desa Sruni Pasar hewan juga terdapat di Kabupaten Boyolali dimana pasar ini

sering digunakan oleh peternak untuk kegiatan jual beli hewan. Pasar hewan hanya ramai pada saat pasaran jawa yaitu hari “ pahing”. Masyarakat memanfaatkan pasar ini selain kegiatan jual beli juga kegiatan mencari informasi mengenai perkembagan harga pedet dan indukan sapi untuk dipelihara.

Gambar 4.5 Pasar Hewan di Kabupaten Boyolali

E. KeadaanSarana Pendidikan

Sarana pendidikanmerupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar Sarana pendidikanmerupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar

Tabel 4.8 Keadaan Sarana Pendidikan di Desa Sruni No.

Sarana Pendidikan

Jumlah (unit)

1. Taman Kanak-kanak

2. SD Negeri

3. SLTP Negeri

1 Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa sarana pendidikan paling banyak di wilayah Desa Sruni yaitu SD Negeri sebanyak 3 unit, dikarenakan tingkat sekolah dasar ini penting sebagai modal awal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain lembaga pendidikan sekolah dasar, di Desa Sruni juga terdapat sarana pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) sebanyak dua unit sekolah dan SLTP Negeri sebanyak satu unit. Dengan adanya sarana pendidikan di Desa Sruni maka diharapkan penduduk usia sekolah dapat memperoleh pendidikan yang layak. Sehingga kualitas sumber daya manusia yang ada juga semakin baik.

F. Keadaan Sarana Transportasi dan Komunikasi

Sarana transportasi dan komunikasi dapat mendukung penduduk dalam memperlancar perkembangan di suatu wilayah. Penduduk Desa Sruni selalumembutuhkan sarana transportasi dan komunikasi untuk menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Sarana transportasi dan komunikasi sangat membantu untuk berhubungan antara individu yang satu dengan individu yang lain. Angkutan masyarakat merupakan faktor yang dapat membantu masyarakat dan memperlancar perkembangan suatu wilayah. Sarana tranportasi merupakan salah satu indikator modernisasi suatu wilayah.Dampak dari modernisasi diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Mantra, 1995).Berikut ini adalah sarana transportasi yang dapat digunakan oleh penduduk Desa Sruni:

Tabel 4.9 Sarana Transportasi di Desa Sruni No.

Sarana Transportasi

Jumlah (buah)

1. Mobil/motor

10

2. Sepeda/ojek

231

3. Lain-lain

59 Sumber: Monografi Desa Sruni Tahun 2010

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui terdapat tiga jenis sarana transportasi yang terdapat di Desa Sruni. Sarana transportasi tersebut diantaranya, mobil atau motor sebanyak 10 buah, sepeda atau ojek 231 buah, dan lain-lain (bisa berupa truk, dan gluthuk) sebanyak 59 buah. Sarana transportasi yang paling banyak dimiliki oleh penduduk adalah sepeda motor atau ojek, sedangkan yang paling sedikit adalah mobil atau motor. Sepeda motor/ojek paling banyak dimiliki karena harganya yang terjangkau dan hampir setiap penduduk dapat mengendarainya. Ketersediaan sarana transportasi umum yang ada di Desa Sruniadalah angkutan umum dan ojek. Dengan adanya kendaraan umum yang melintasi Desa Sruni, maka pola arus penumpang dan barang banyak terjadi.

Kegiatan warga Desa Sruni untuk mengakses informasi, pusat kegiatan ekonomi, kesehatan, ataupun pemerintahan biasanya dilakukan dengan menggunakan angkutan umum atau mengendarai sepeda motor. Namun dengan keadaan jalan yang sering rusak, maka mempersulit warga untuk pergi ke luar desa.Terlebih lagi jika harus membawa barang hasil panen, air, susu, maupun barang kebutuhan dalam jumlah yang banyak dari desa ke pasar atau sebaliknya, warga desa akan kesulitan.

Gambar 4.6Sarana Transportasi Desa Sruni

Sarana komunikasi yang ada di Desa Sruni diantaranya adalah televisi, radio, dan telepon genggam . Televisi dan radio biasanya dimanfaatkan sebagai tempat mencari hiburan dan informasi-informasi baru sedangkan telepon genggam dimanfaatkan untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk sinyal jaringan telepon genggam di Desa Sruni cukup sulit, hanya ada satu operator yang bisa dimanfaatkan masyarakat Desa Sruni. Pusat layanan komunikasi umum di Desa Sruni untuk seperti kantor pos, warung telepon (wartel), dan warung internet (warnet) belum tersedia. Untuk memenuhi kebutuhan yang harus menggunakan ketiga sarana tersebut, biasanya penduduk akan datang ke pusat Kecamatan Musuk atau Kabupaten Boyolali.Informasi yang bersifat umum, misalnya pengumuman adanya lelayu, penduduk akan menggunakan microphone atau bisa juga dengan “gethok tular”.

Tingkat kepemilikan telepon genggam(Hp) di desa ini juga masih rendah. Keadaan tersebut membuat warga desa lambat dalam menerima Tingkat kepemilikan telepon genggam(Hp) di desa ini juga masih rendah. Keadaan tersebut membuat warga desa lambat dalam menerima

G. Kondisi Khusus Peternakan Desa Sruni

Desa Sruni Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali merupakan daerah pegunungan bersuhu rendah yang menjadikan usaha ternak perah lebih berkembang dari pada usaha ternak lain. Sapi perah yang menjadi icon nyaKabupaten Boyolali, dari tahun 1950-an sampai sekarang menjadi kabupaten dengan sentra ternak perah yang memproduksi susu di Jawa Tengah. Desa Sruni terletak di lereng Sebelah Timur Gunung Merapi dengan mata pencaharian penduduk sebagian besar sebagai peternak sapi perah dan petani. Sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya dengan hasil susu sapi perah. Hal ini terjadi karena sapi perah membutuhkan kondisi suhu lingkungan yang lebih rendah dibanding dengan ternak lain. Meskipun usaha ternak sapi perah lebih menjanjikan dibanding usaha pertanian, namun Desa Sruni juga memiliki potensi komiditi lain, antara lain mawar, cengkeh, tembakau, sayuran, cabe dan tanaman lainnya.

Usaha ternak sapi perah yang dijalankan masyarakat Desa Sruni ini sudah turun temurun, sehingga modal awal yang dimiliki peternak sapi biasanya dalam usaha sapi perah berasal dari warisan orang tua dan menggunakan modal tabungan sendiri yang telah terkumpul. Potensi yang dimiliki Desa Sruni ini menarik perhatian pemerintah untuk mengembangkannya sehingga pada tahun 2007 mendapat sapi perah gaduhan sebanyak 41 ekor sapi dari pemerintah. Sebelum Tahun 2010 setiap para peternak dapat memelihara lebih dari 8 ekor sapi, namun saat ini peternak sudah tidak mampu memelihara sebanyak itu karena selain kekurangan air, ternak terkena penyakit yang disebabkan malnutrisi (kelumpuhan, mastitis, dan penyakit lainnya), disisi lain menurut peternak Desa Sruni penyebab ternak sapi saat ini kurang menguntungkan karena,harga jual sapi dan susu Usaha ternak sapi perah yang dijalankan masyarakat Desa Sruni ini sudah turun temurun, sehingga modal awal yang dimiliki peternak sapi biasanya dalam usaha sapi perah berasal dari warisan orang tua dan menggunakan modal tabungan sendiri yang telah terkumpul. Potensi yang dimiliki Desa Sruni ini menarik perhatian pemerintah untuk mengembangkannya sehingga pada tahun 2007 mendapat sapi perah gaduhan sebanyak 41 ekor sapi dari pemerintah. Sebelum Tahun 2010 setiap para peternak dapat memelihara lebih dari 8 ekor sapi, namun saat ini peternak sudah tidak mampu memelihara sebanyak itu karena selain kekurangan air, ternak terkena penyakit yang disebabkan malnutrisi (kelumpuhan, mastitis, dan penyakit lainnya), disisi lain menurut peternak Desa Sruni penyebab ternak sapi saat ini kurang menguntungkan karena,harga jual sapi dan susu

pihak-pihak yang ingin diuntungkan secara sepihak.... contohnya itu... pemerintah memberi ijin impor sapi dan susu sehingga... ya... dampaknya sapi lokal peternak Indonesia kurang meningkat karena harga jual yang rendah.. ” (Hasil wawancara dengan Syn tanggal 17 September 2011).

Desa Sruni terdapat kelompok tani yang bergerak dalam melakukan pengolahan limbahsapi dan pengolahan susu sapi, dengan adanya pengolahan ini diharapkan peternak mendapatkan penghasilan tambahan. Peternakan di Desa Sruni memiliki banyak potensi untuk dikembangkan. Peternakan sapi perah yang dapat mencukupi kebutuhan gizi masyarakat luas akan tetapi warga Sruni tidak mengetahui harus bertindak bagaimana untuk meningkatkan produksi dan nilai jual yang tinggi, karena selama ini produksi susu sapi perah hanya berkisar 10 sampai 12 liter saja padahal harga pakan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidak sebanding dengan harga susu. Hal ini membuat para peternak tidak mau menggunakan pakan katul sehingga sapi perah hanya menghasilkan susu rata-rata 10 liter perhari. Seperti informan Skmengungkapkan bahwa:

“Sapi yang dimilikisekarang sudah berkurang mbak, karena tidak mampu ngasih pakan, karena pada saat ini harga katul brand itu mahal ”(Hasil wawancara dengan Sk 19 September 2011).

Kondisi peternakan sapi perah di Desa Sruni kesehatan dan sanitasi ternak sangat kurang, karena keadaan desa yang sulit sumber air, membuat peternak tidak membersihkan kotoran di badan sapi dan kandang sapi. Kurang perhatiannya akan kebersihan ini dapat menimbulkan beberapa penyakit sapi seperti yang diungkapkan informan Ytmyang juga berperan sebagai mantri hewan :

“Peternak kurang memperhatikan kebersihan kandang sapi sehingga sapi sering terkena penyakit kudis/koreng, selain itu peternak enggan untuk melengkapi nutrisi sapi, sapi mudah terkena penyakit lumpuh

yang disebabkan mallnutrisi” (wawancara tanggal 24 September 2011). Keadaan ini juga diperparah dengan kesadaran peternak Desa Sruni yang disebabkan mallnutrisi” (wawancara tanggal 24 September 2011). Keadaan ini juga diperparah dengan kesadaran peternak Desa Sruni

Para peternak sapi perah dalam melakukan pekerjaan setiap hari akan menemui suatu masalah dalam aktivitas kegiatan beternak sehari-hari, akan tetapi karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki ini menjadi suatu kesenjangan. Kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki peternak dengan kondisi yang dihadapi oleh informan peternak sapi perah Desa Sruni dalam melakukan kegiatan usaha ini menimbulkan suatu kebutuhan informasi. Informasi yang dibutuhkan peternak meliputi perkembangan ternak sapi perah, penyediaan pakan sapi perah, pencegahan dan pengendalian penyakit, dan penjualan susu sapi perah, serta pengolahan susu sapi perah dan pemasarannya. Kebutuhan informasi setiap peternak berbeda-beda, sesuai dengan kondisi yang dihadapi oleh peternak.

Penelitian kebutuhan dan perilaku pencarian informasi peternak sapi di Desa Sruni akan dibahas menurut informasi yang dibutuhkan dari peternak. Informasi yang dibutuhkan setiap peternak sapi perah akan berbeda. Dari masing- masing kebutuhan informasi informan peternak sapi perah akan dibahas pada sub bab sebagai berikut:

A. Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah

Kebutuhan informasi teknis budidaya sapi perah ini muncul karena kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki peternak dalam budidaya sapi masih kurang dengan harapan untuk menyelesaikan kondisi masalah pemeliharaan sapi perah yang dihadapi peternak pada saat ini. Informasi teknis budidaya sapi perah yang dibutuhkan oleh peternak Desa Sruni ini meliputi informasi pada kegiatan penanganan penyakit lumpuh, pakan sapi alternatif dan perkembangan harga “pedet” (bibit sapi). Salah satunya adalah peternak Syn yang mengungkapkan bahwa ia membutuhkan informasi harga bibit sapi sebagai berikut: “butuh itu...informasi perkembangan harga sapi...mbak ” karena menurut Syn setiap peternak pasti akan membutuhkan informasi perkembangan harga bibit sapi di daerahnya maupun di daerah lain, hal ini akan berguna untuk mengatasi ketidakpastian atau kekhawatiran Kebutuhan informasi teknis budidaya sapi perah ini muncul karena kesenjangan antara pengetahuan yang dimiliki peternak dalam budidaya sapi masih kurang dengan harapan untuk menyelesaikan kondisi masalah pemeliharaan sapi perah yang dihadapi peternak pada saat ini. Informasi teknis budidaya sapi perah yang dibutuhkan oleh peternak Desa Sruni ini meliputi informasi pada kegiatan penanganan penyakit lumpuh, pakan sapi alternatif dan perkembangan harga “pedet” (bibit sapi). Salah satunya adalah peternak Syn yang mengungkapkan bahwa ia membutuhkan informasi harga bibit sapi sebagai berikut: “butuh itu...informasi perkembangan harga sapi...mbak ” karena menurut Syn setiap peternak pasti akan membutuhkan informasi perkembangan harga bibit sapi di daerahnya maupun di daerah lain, hal ini akan berguna untuk mengatasi ketidakpastian atau kekhawatiran

Informasi lain yang dibutuhkan peternak sapi Desa Sruni adalah penyakit yang sering menyerang sapi yaitu kelumpuhan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh informan (Sk) sebagai berikut: “butuh ...ee... informasi penanganan penyakit sapi lumpuh itu” (hasil wawancara 19 September 2011). Banyak peternak yang menginginkan informasi penanganan kelumpuhan pada sapi, karena memang pada saat ini banyak ternak sapi yang terkena penyakit lumpuh. Kebutuhan informasi penyakit lumpuh sapi juga dinyatakan oleh Penyuluh di Desa Sruni yang mengatakan bahwa “...informasi yang dibutuhkan... mengenai penyakit sapi itu ya... kelumpuhan sapi yang sulit cara mencegahnya...mbak ” (hasil wawancara 8 September 2011). Menurut Penyuluh pencegahan lumpuh sapi untuk kondisi saat ini sangat sulit karena ada beberapa sikap peternak yang sulit dirubah untuk memakai pakan yang memiliki nutrisi penting dan menjaga kebersihan kandang. Untuk menjaga kebersihan kandang sapi perah sebenarnya sangat

sulit dilakukan karena terbatasnya air yang mereka dapatkan 3 . Peternak menyatakan untuk masalah kurangnya air bersih bukan masalah yang besar, karena peternak masih mampu membeli. Akan tetapi yang menjadi masalah di Desa Sruni adalah harga susu sapi yang terlalu rendah bagi peternak. Hal ini dikuatkan oleh salah satu informan (Sk) sebagai berikut: sulit dilakukan karena terbatasnya air yang mereka dapatkan 3 . Peternak menyatakan untuk masalah kurangnya air bersih bukan masalah yang besar, karena peternak masih mampu membeli. Akan tetapi yang menjadi masalah di Desa Sruni adalah harga susu sapi yang terlalu rendah bagi peternak. Hal ini dikuatkan oleh salah satu informan (Sk) sebagai berikut:

Sebenarnya keinginan peternak sapi perah dalam memperoleh atau mengetahui berbagai informasi untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi sangat tinggi. Akan tetapi peternak kadang beranggapan bahwa pengalaman mereka tidak mampu untuk menjawab masalah yang mereka hadapi yaitu cara mencegah agar sapi tidak mengalami kelumpuhan atau penyakit lainnya seperti demam susu, dan kembung perut. Selain itu peternak selalu membutuhkan informasi mengenai harga-harga pakan sapi, susu sapi, pedet dan induk sapi. Mereka perlu memantau harga tersebut karena peternak kadang takut jika harga sapi atau susu tiba-tiba rendah seperti tahun lalu yang dipengaruhi oleh impor sapi dari luar negeri, hal ini membuat mereka merasa

dirugikan 4 . Berikut dibawah ini dicantumkan tabel matrik jenis kebutuhan informasi teknis budidaya sapi perah yang dibutuhkan oleh peternak sapi perah Desa Sruni untuk lebih jelas secara rinci dapat dilihat pada halaman lampiran.

Tabel 5.1 Matrik Kebutuhan Informasi Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah

oleh Peternak Sapi Perah Desa Sruni

No. Jenis Kebutuhan Informasi Teknis Budidaya

Sapi Perah

Kebutuhan Informasi Peternak Sapi Perah 1. Pengendalian Penyakit Sapi

 2. Pakan Alternatif

 3. Perkembangan Harga Bibit Sapi Dan Harga Pakan

Sumber : Data Primer 2011

B. Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah

Kebutuhan informasi mengenai modal tambahan untuk usaha sapi perah ataupun usaha lainnya sangat diperlukan oleh setiap peternak. Setiap kegiatan yang diusahakan oleh peternak tidak akan cukup kalau hanya dicukupi dengan modal sendiri, sehingga peternak memerlukan modal tambahan untuk melakukan aktivitas dalam memenuhi kebutuhan Kebutuhan informasi mengenai modal tambahan untuk usaha sapi perah ataupun usaha lainnya sangat diperlukan oleh setiap peternak. Setiap kegiatan yang diusahakan oleh peternak tidak akan cukup kalau hanya dicukupi dengan modal sendiri, sehingga peternak memerlukan modal tambahan untuk melakukan aktivitas dalam memenuhi kebutuhan

Informasi permodalan usaha sapi perah dimanfaatkan oleh peternak untuk menambah atau memperluas usaha baik untuk menambah ternak, membeli pakan ternak atau untuk keperluan rumah tangga mereka. Salah satu peternak Desa Sruni mengungkapkan bahwa membutuhkan informasi mengenai modal yaitu sebagai berikut:

“Butuh informasi sumber modal sama jumlah modal niku... dingge nambah usaha sapi perah misalnya beli pakan atau pun untuk beli

pedet lagi”(hasil wawancara dengan Yt, 22 September 2011).

Hal ini alasan mengenai sumber modal juga dinyatakan dari petugas KUD yang mengurus keuangan, berikut adalah ungkapan dari petugas KUD:

“ Ya ... jumlah modal yang bi sa dipinjam… untuk biaya pakan ternak itu... masalae nek nasabah gitu nganune ... makanan, kalau biaya sendiri itu ya.. agak sulit mbak... ya macam-macam ya ada yang pinjem untuk makanan terna k, untuk biaya sekolah juga ada...”

Meminjam modal di KUD Musuk peternak harus menyesuaikan antara jumlah pinjaman dengan jumlah produksi susu sapi yang dihasilkan sebagai jaminan pengembalian. Selain itu menurut pegawai Bank BRI peternak membutuhkan informasi mengenai persyaratan mengajukan modal yang akan dipinjam dan waktu jatuh tempo pinjaman. Informasi mengenai permodalan ini juga dibutuhkan oleh peternak lain untuk memperluas usaha memproduksi sabun susu, yogurt dan olahan susu lainnya. Usaha pengelolaan susu ini membutuhkan modal yang tidak sedikit. Sehingga informasi sumber modal ini juga diperlukan yang berasal dari pemerintah ataupun dari instansi lainnya dengan cara pengembalian yang lebih mudah. Peternak yang telah mendapatkan informasi mengenai sumber pinjaman namum petrnak tidak berani mengambilnya karena takut bagaimana cara mengembalikan pinjaman itu karena menurut mereka pendapatan dari sapi perah tidak seberapa.

Berikut dibawah ini dicantumkan tabel matrik jenis kebutuhan informasi permodalan usaha sapi perah yang dibutuhkan oleh peternak sapi Berikut dibawah ini dicantumkan tabel matrik jenis kebutuhan informasi permodalan usaha sapi perah yang dibutuhkan oleh peternak sapi

Sapi Perah Desa Sruni

No. Jenis Kebutuhan Informasi Permodalan Usaha

Sapi Perah

Kebutuhan Informasi Peternak Sapi Perah 1. Sumber Modal

 2. Besar Bunga Pinjaman

 3. Syarat Pinjaman

 4. Jangka Pengembalian

Sumber : Data Primer 2011

C. Informasi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Produksi Sapi Perah

Peternak sapi perah di Desa Sruni tidak cukup hanya dengan informasi dalam kegiatan beternak saja. Mereka masih membutuhkan informasi untuk mengelola hasil susu guna meningkatkan harga jual susu. Sebagaimana informan Mrj sebagai warga masyarakat Desa Sruni, turut prihatin akan kondisi peternakan di desanya di mana kondisi masyarakat belum mengetahui dalam pengolahan susu untuk meningkatkan harga jual dari susu yang dikembalikan dari KUD karena kualitas yang rendah itu, sehingga beliau sangat gigih mencari informasi.

Susu sapi kualitas rendah yang dikembalikan dari KUD Musuk membuat peternak merasa sangat dirugikan, karena susu yang tidak diambil oleh KUD itu akan rusak dan hanya akan terbuang sia-sia. Dalam benak peternak (Mrj) bertanya-tanya bagaimana caranya supaya susu yang dikembalikan dari KUD itu bisa dimanfaatkan. Namun ada juga sebagian peternak memilih tidak menyetorkan ke KUD melainkan ke Tengkulak susu dimana harga susu tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan peternak.

Peternak di Desa Sruni mencari informasi dari berbagai sumber informasi yang sekiranya bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi dirinya dan peternak lain di lingkungannya. Informan mau mengunjungi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali untuk menemukan berbagai macam informasi guna mendapatkan informasi bermanfaat untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, sampai mengikuti diklat ke Batu Peternak di Desa Sruni mencari informasi dari berbagai sumber informasi yang sekiranya bisa memberikan informasi yang bermanfaat bagi dirinya dan peternak lain di lingkungannya. Informan mau mengunjungi Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali untuk menemukan berbagai macam informasi guna mendapatkan informasi bermanfaat untuk mengatasi masalah yang dihadapinya, sampai mengikuti diklat ke Batu

“ Peternak itu untuk... saat ini membutuhkan informasi...ya mengenai informasi pemasaran.... untuk memasarkan pupuk cair yang dibuat di Kelompok Tani Subur... dan sabun susu...mbak ”(hasil wawancara 8 September 2011).

Peternak membutuhkan informasi mengenai cara mengolah susu sapi, mendapatkan ijin dari BPOM, serta pemasaraan produk-produk yang dihasilkannya. Berikut ungkapan salah satu peternak (Mrj) ketika membutuhkan informasi macam cara pengolahan susu sapi agar dapat meningkatkan nilai jual yang lebih tinggi adalah sebagai berikut: “butuh... informasi gimana caranya ngolah susu supaya harganya lebih tinggi dibanding dengan susu segar ”. Dengan mendapatkan informasi pengolahan susu sapi kebutuhan informasi oleh Informan masih belum terselesaikan peternak yang tetap gigih dalam mencari informasi karena masih menemui permasalahan mengenai informasi jaringan pemasaran produk sabun susu, krupuk susu dan juga pupuk organik dari kotoran sapi yang telah dibuat bersama kelompok tani. Informasi mengenai jaringan kerja dalam pemasaran produk-produk itu sangat dibutuhkan, berikut adalah ungkapan Mrj mengenai kebutuhan informasi jaringan pemasaran:

“Membutuhkan informasi Jaringan kerja pemasaran produk sabun susu dan produk pupuk cair organik PJPR itu, dan modal untuk memperluas bangunan produksi agar bisa mendapatkan ijin dagang dari B POM”

"Selama ini pemerintah belum membantu dalam penyaluran pemasaran... kalau mau ijin ke BPOM kita harus membayar sekitar

25 jutaan padahal kita hanya peternak kecil. ” (hasil wawancara 9 September 2011).

Sama halnya juga dengan kisah yang dialami informan lain yaitu informan Jrw yang juga peternak sapi perah dan juga mengelola susu menjadi minuman segar di warung miliknya. Beliau membutuhkan informasi mengenai variasi rasa dari susu segar olahan yang dijual di warungnya, berikut yang pernyataan yang diungkapkan oleh Informan Jrw, “carane bikin Sama halnya juga dengan kisah yang dialami informan lain yaitu informan Jrw yang juga peternak sapi perah dan juga mengelola susu menjadi minuman segar di warung miliknya. Beliau membutuhkan informasi mengenai variasi rasa dari susu segar olahan yang dijual di warungnya, berikut yang pernyataan yang diungkapkan oleh Informan Jrw, “carane bikin

Kebutuhan informasi mengenai jaringan pemasaran selalu dibutuhkan peternak sapi perah di Desa Sruni dimana informasi ini merupakan kebutuhan informasi yang digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi ketika melakukan aktivitas pekerjaan mereka. Peternak juga perlu memantau perkembangan dari harga-harga bahan baku untuk pengolahan susu sapi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kerugian dari usaha pengolahan susu yang mereka jalankan. Jenis informasi yang dibutuhkan ini sesuai dengan aktivitas usaha ternak sapi perah setiap peternak Desa Sruni. Setiap peternak sapi perah memiliki kebutuhan informasi yang berbeda-beda hal ini dipengaruhi oleh minat dari peternak untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi peternak. Berikut dibawah ini dicantumkan tabel matrik jenis kebutuhan informasi permodalan usaha sapi perah yang dibutuhkan oleh peternak sapi perah Desa Sruni untuk lebih jelas secara rinci dapat dilihat pada halaman lampiran. Tabel 5.3 Matrik Jenis Kebutuhan Informasi Pengolahan dan Pemasaran Susu

Sapi Perah oleh Peternak Sapi di Desa Sruni

No. Jenis Kebutuhan Informasi Pengolahan dan

Pemasaran Susu

Kebutuhan Informasi Peternak Sapi Perah 1. Pengolahan Susu Sapi

 2. Pemasaran Produk Olahan Susu Sapi

 3. Harga Bahan Baku Pengolahan Susu

Sumber: Data Primer 2011

D. Ikhtisar

Informasi yang sering dibutuhkan peternak Desa Sruni adalah jenis informasi sumber permodalan, yang mana modal dibutuhkan untuk mempertahankan ataupun untuk memperluas usaha yang dimiliki peternak Informasi yang sering dibutuhkan peternak Desa Sruni adalah jenis informasi sumber permodalan, yang mana modal dibutuhkan untuk mempertahankan ataupun untuk memperluas usaha yang dimiliki peternak

Kebutuhan informasi peternak sapi perah Desa Sruni merupakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau informasi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi peternak. Informasi merupakan kebutuhan mendasar tiap manusia yang harus dipenuhi. Kebutuhan informasi perlu untuk diketahui karena berperan penting dalam memenuhi kebutuhan tersebut dan menjaga agar peternak mendapat informasi yang efektif dan bermanfaat pada aktivitas peternak.

Pemenuhan informasi yang dibutuhkan peternak yaitu informasi teknis budidaya sapi perah, permodalan usaha sapi dan informasi pengolahan serta pemasaran produk olahan susu peternak sapi perah di Desa Sruni melakukan pencarian informasi ke berbagai sumber informasi yang mereka percayai. Pencarian informasi ini peternak akan memulai dengan beberapa tahapan kegiatan sebelum mengambil atau mempergunakan informasi yang didapat oleh peternak.

Tahapan pencarian informasi oleh peternak sapi perah melakukan banyak tahapan kegiatan pencarian informasi. Perilaku peternak sapi perah ini merupakan usaha yang dilakukan untuk mendapatkan informasi guna mengatasi masalah- masalah dalam melakukan kegiatan usaha budidaya sapi perah yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya. Usaha mencari informasi yang dilakukan peternak dengan cara mendatangi atau menggunakan sumber informasi. Melalui pola tahapan seperti yang diungkapkan oleh Ellis et all mengambarkan langkah perilaku pencarian informasi yang meliputi starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, extracting, verifying, dan ending. Berbeda dengan penelitian terdahulu, yang mana bisa melakukan 8 tahapan pencarian informasi, sedangkan di Desa Sruni tidak semua peternak tahapan pencarian informasi, hal ini terjadi karena sangat dipengaruhi perbedaan kebutuhan informasi dan sumber informasi yang ditemui oleh peternak. Setiap informasi yang dibutuhkan peternak berbeda maka tahapan kegiatan yang dilalui peternak untuk memenuhi informasinya juga akan berbeda. Peternak sapi perah Desa Sruni hanya melalui beberapa tahapan saja yaitu starting, chaining, browsing, differentiating, monitoring, verifying, dan ending yang akan diuraikan sesuai dengan informasi yang dibutuhkan oleh peternak Desa Sruni dibawah ini.

A. Perilaku Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi Perah

Aktivitas pencarian informasi mengenai teknis budidaya sapi perah oleh peternak sapi perah Desa Sruni dilakukan dengan menemui beberapa sumber informasi yang dipercayai oleh peternak misalnya mantri hewan, sesama peternak, pedagang ternak, dan penyuluh. Peternak dalam mencari informasi memilih menemui sumber informasi manusia dari pada melalui media cetak hal ini terjadi karena media cetak yang ada di wilyah Desa Sruni terbatas dan untuk membeli buku-buku mengenai budidaya sapi peternak tidak mampu untuk membelinya. Sehingga peternak mengandalkan pengalaman sendiri dan informasi dari sesama peternak atau mantri hewan.

pencarian informasi akan dijelaskan lebih lanjut:

1. Starting (memulai)

Tahap Starting atau memulai merupakan langkah awal pencarian informasi yang dilakukan peternak sapi perah Desa Sruni ketika memulai usaha untuk memenuhi kebutuhan informasi. Setiap peternak yang mencari informasi yang dibutuhkan selalu melakukan aktivitas memulai yang merupakan tahap pertama dalam memulai mencari informasi.

Sumber informan awal pada aktivitas memulai yang ditemui peternak sapi perah di Desa Sruni antara lain adalah mantri hewan, sesama peternak, pedagang sapi, dan penyuluh. Perbedaan kebutuhan informasi oleh peternak akan mempengaruhi juga pada perbedaan sumber informasi yang dipilih. Peternak Desa Sruni sebagian besar mencari informasi masalah teknis beternak sapi, yaitu terutama mencari informasi penanganan penyakit sapi melalui tahapan starting langsung menemui informan yang dipercaya yaitu Penyuluh di Kecamatan Musuk dengan menemui penyuluh peternak berharap mendapatkan informasi yang diinginkannya, hal ini seperti pernyataan yang diungkapkan salah satu informan peternak sebagai berikut:

“Mengenai informasi beternak sapi saya langsung menemui penyuluh yang di BPP Musuk karena yang paling dekat dan jaraknya terjangkau, untuk minta materi penyuluhan pencegahan

penyakit sapi di Kelompok Tani... “ ( Hasil wawancara dengan Mrj,

13 September 2011). Informan Mrj sebagai peternak dan juga menjabat ketua kelompok

tani harus memenuhi kebutuhan informasi anggota kelompoknya yaitu kelompok “Tani Subur” mengenai kebutuhan informasi teknis

pemeliharaan sapi dan inovasi lain untuk menghasilkan suatu produk (seperti pupuk dan cair, biogas). Demi mendapatkan informasi itu maka peternak langsung menemui penyuluh BPP Musuk untuk memberikan materi penyuluhan. Berikut ini adalah pernyataan dari penyuluh BPP pemeliharaan sapi dan inovasi lain untuk menghasilkan suatu produk (seperti pupuk dan cair, biogas). Demi mendapatkan informasi itu maka peternak langsung menemui penyuluh BPP Musuk untuk memberikan materi penyuluhan. Berikut ini adalah pernyataan dari penyuluh BPP

Informan peternak Desa Sruni memiliki permasalahan dalam menangani penyakit lumpuh pada sapi perah, peternak mengaku lebih mempercayakan kepada mantri hewan yang paling berpengalaman di daerah Sruni yang terdekat, sehingga peternak langsung menemui mantri di Desa Sruni untuk mencari informasi mengenai lumpuh sapi miliknya dan cara mencegahnya. Hal ini seperti yang diungkapkan salah satu peternak (Sk) sebagai berikut:

“Dulu... saya ya langsung tanya sama mantrinya soal ee.... sapi .e. yang lumpuh itu... tak suruh ngobati gitu... sama tanya... ee... kok bisa lumpuh itu gimana to pak... padahal sudah dikasih obat gini... Kenapa saya langsung ke mantri... ya ....e... disini itu banyak petugas mantri jadi ee ndak usah jauh-jauh cari orang to mbak... ya saya pilih pak Yatman itu karena orangnya yang supel sama terbuka blak- blakan itu istilahe...” (hasil wawancara dengan Sk, 19 September 2011).

“Langsung panggil mantri hewan….di Sruni ada 3 orang..jadi tidak nyari jauh- jauh… Kalo manggil ya biasa yang kita suruh ngobati....dulu sewaktu milih yang paling berpengalaman ”(hasil wawancara dengan Ds, 24 September 2011).

Sebagai peternak sapi pasti membutuhkan informasi mengenai perkembangan harga bibit sapi di pasaran. Informasi ini dibutuhkan oleh informan karena sebagai peternak perlu mengetahui perkembangan harga sapi, untuk mengetahui keuntungan dan kerugian sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan keberlanjutan usaha ternak sapi, mengingat kondisi pada saat musim kemarau perlu menambah biaya produksi untuk membeli pakan ternak. Peternak Desa Sruni memulai mencari informasi dengan menghubungi sesama peternak terdekat atau pedagang sapi di pasar sapi yang ada di Boyolali. Peternak memilih sumber informan yang mengetahui perkembangan harga sapi di pasaran sehingga ia memilih sesama peternak dan pedagang sapi, seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan (Syn) yaitu: Sebagai peternak sapi pasti membutuhkan informasi mengenai perkembangan harga bibit sapi di pasaran. Informasi ini dibutuhkan oleh informan karena sebagai peternak perlu mengetahui perkembangan harga sapi, untuk mengetahui keuntungan dan kerugian sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan keberlanjutan usaha ternak sapi, mengingat kondisi pada saat musim kemarau perlu menambah biaya produksi untuk membeli pakan ternak. Peternak Desa Sruni memulai mencari informasi dengan menghubungi sesama peternak terdekat atau pedagang sapi di pasar sapi yang ada di Boyolali. Peternak memilih sumber informan yang mengetahui perkembangan harga sapi di pasaran sehingga ia memilih sesama peternak dan pedagang sapi, seperti yang diungkapkan oleh salah satu informan (Syn) yaitu:

tanggal 18 September 2011)

Gambar 6.1 Kegiatan Peternak Sapi Perah Memulai Mencari Informasi dengan Menemui Sesama Peternak

Informasi mengenai kebutuhan pakan alternatif selain katul yang harganya lebih terjangkau dan tidak mengurangi produksi susu sapi juga dibutuhkan oleh setiap peternak Desa Sruni. Salah satunya adalah informan Syn memulai kegiatan mencari informasi dengan menemui sumber informasi awal yaitu penyuluh yang terpercaya, ia menemui pada saat kegiatan penyuluhan di kelompok tani, berikut pernyataan dari informan:

“Nyari tahu di pelatihan saat penyuluhan mengenai pakan sapi selain katul itu , ee kan kalau pake katul terus bisa tidak untung trus saya disuruh nyoba ampas tahu ” (hasil wawancara dengan Syn, 18 September 2011).

Pencarian informasi pada tahap starting yang dilakukan oleh peternak belum menemukan beberapa penyelesaian masalah yang dihadapi oleh peternak. Informasi yang masih belum lengkap perlu dilakukan beberapa tahapan yaitu aktivitas menelusur informasi lebih lanjut.

2. Browsing (menelusur)

Menelusur dapat diartikan sebagai aktivitas menelusur informasi secara semi langsung atau semi terstruktur karena telah mengarah pada kebutuhan informasi yang dicari. Tahap menelusur ini dilakukan oleh

sesama peternak. Setelah memulai mencari informasi di kegiatan penyuluhan peternak menemui sesama peternak di desa lain yang juga berada di daerah Boyolali untuk menelusuri informasi mengenai pakan alternatif yaitu ampas tahu. Selanjutnya informan juga mencari informasi orang-orang yang menjual ampas tahu. Selain itu peternak (Syn) juga ingin mendengar langsung dari pengalaman peternak lain yang sudah memakai ampas tahu, apakah ampas tahu bagus untuk sapi-sapinya dan cara memperoleh ampas tahu, sehingga peternak juga bertanya ke teman peternak lain di sekitar Desa Sruni yang sudah pernah menggunakan ampas tahu ketika bertemu pada saat penyetoran susu di TPS. Berikut pernyataan yang diungkapkan Syn: “saya pun ya tanya sama peternak-peternak di desa lain yang sudah pakai ampas tahu pas ketemu di TPS”.

Gambar 6.2 Peternak Mencari Informasi dengan Menelusuri ke Teman Sesama Peternak yang Ditemui di TPS KUD Musuk

Peternak yang memiliki masalah mengenai penyakit sapi (kelumpuhan) itu juga melakukan aktivitas browsing untuk mencari informasi mengenai obat-obat yang digunakan untuk mencegah kelumpuhan pada mantri Desa Sruni dan penyuluh di kegiatan penyuluhan kelompok tani. Peternak mengaku saat mencari informasi ini sudah menemukan solusi untuk mengatasi kelumpuhan seperti yang di ungkapkan peternak sebagai berikut: Peternak yang memiliki masalah mengenai penyakit sapi (kelumpuhan) itu juga melakukan aktivitas browsing untuk mencari informasi mengenai obat-obat yang digunakan untuk mencegah kelumpuhan pada mantri Desa Sruni dan penyuluh di kegiatan penyuluhan kelompok tani. Peternak mengaku saat mencari informasi ini sudah menemukan solusi untuk mengatasi kelumpuhan seperti yang di ungkapkan peternak sebagai berikut:

“Dulu... saya ya langsung tanya sama mantrinya yang pak Yatman itu...soal ...ee.... sapi .e. yang lumpuh itu... tak suruh ngobati gitu... sama tanya... ee... kok bisa lumpuh itu gimana to pak... padahal sudah dikasih obat gini... Lha kata mantrinya itu disuruh ngasi pakan katul yang ada nutrisinya juga jangan Cuma bonggol kates gitu....ya bener sapi ne malnutrisi.... ” (hasil wawancara dengan Sk, 24 September 2011).

3. Monitoring (mengawasi)

Setelah aktivitas memulai, peternak sapi perah melanjutkan pencariannya dengan mengaitkan (chaining), browsing kemudian monitoring . Monitoring atau mengawasi adalah memantau perkembangan yang terjadi dalam usaha ternak sapi perah yang ditekuni. Peternak sapi perah yang melalui tahapan monitoring pencarian informasi mengenai budidaya sapi adalah kegiatan ketika peternak mengamati harga pakan ternak, perkembangan harga hewan ternak dan kualitas susu yang dihasilkan ternak perah. Kegiatan mengawasi (monitoring) ini dilakukan dengan menemui sesama ternak, dan pedagang katul di toko.

Informan peternak di Desa Sruni dalam kegiatan memantau adalah mengamati perkembangan mengenai harga pakan katul dan harga susu sapi dimana kondisi pada saat ini adalah kondisi yang tidak memihak peternak rakyat. Seperti yang sudah diceritakan di awal, peternak (Syn) setelah menemui sesama peternak juga mencari pakan ampas, untuk bisa mendapatkan keuntungan dari hasil setor susu sapi. Syn mengamati perkembangan harga brand, ampas tahu, dan harga bibit sapi dengan menemui pedagang di pasar sekitar Desa Sruni.

“Mengamati harga sapi dan harga pakan dengan tanya ke tempat/toko yang penjual pakan di pasar,karena akan berpengaruh juga pada pendapatan dari hasil setor susu, ” (hasil wawancara dengan Syn tanggal 18 September 2011).

Gambar 6.3 Kegiatan Monitoring Informasi Harga Pakan oleh Peternak dengan Menemui Pemilik Toko Pakan Ternak

Informan peternak lain juga menyatakan bahwa juga memantau perkembangan kambing etawa (kambing perah) di pasar selain harga bibit sapi perah, salah satunya adalah peternak Mrj. Hal ini dilakukan karena Mrj juga memiliki ternak kambing etawa untuk di ambil susunya dan diolah menjadi susu pasteurisasi. Berikut ungkapan Mrj:

“Saya juga mengamati harga kambing di pasar mbak... selain sapi perah itu saya juga piara etawa untuk diambil susunya juga... kan harganya bisa lebih mahal... dari pada susu sapi...mbak ”.

Terus juga susu kambing etawa, dengan membandingkan susu sapi dengan cari-cari informasi ke daerah lain kadang melalui penyuluh atau orang-orang yang berkunjung ke Kelompok Tani Subur ”(hasil wawancara 16 September 2011).

Gambar 6.4 Kegiatan Monitoring Perkembangan Harga Kambing oleh Peternak dengan Menemui Pedagang Ternak di Pasar Gambar 6.4 Kegiatan Monitoring Perkembangan Harga Kambing oleh Peternak dengan Menemui Pedagang Ternak di Pasar

4. Verifying (memverifikasi)

Memverifikasi dapat diartikan sebagai kegiatan melakukan pengecekan apakah informasi yang didapat dari berbagai sumber telah sesuai atau tepat dengan yang diinginkan. Informasi dari sumber manakah yang akan digunakan oleh peternak sapi perah tergantung dari keakuratan, kesesuaian informasi dengan keinginan dan kemampuan peternak sapi perah di Desa Sruni. Hasil dari verifikasi yaitu keputusan penggunaan informasi oleh peternak dari sumber informasi terpilih.

Informan juga mengaku melakukan pengecekan atau verifikasi ini perlu dilakukan untuk mengurangi resiko ketika peternak telah menggunakan informasi yang diperolehnya. Aktivitas memverifikasi ini dilakukan peternak dengan berkonsultasi kepada penyuluh dan melakukan percobaan sendiri dengan memberikan pakan ampas pada sapi serta mengamati hasil produksi susu sapi setelah pemberian ampas tahu. Berikut ini adalah ungkapan dari salah satu informan (Syn):

“Saya juga tanya ke penyuluhnya apa nanti tidak mengurangi jumlah produksi susu sapi karena lemak pada ampas tidak ada....

saya mencoba sedikit.... ternyata produksi susu tetap” (hasil wawancara dengan Syn tanggal 18 September 2011).

5. Ending (menyelesaikan)

Ending atau menyelesaikan pencarian informasi merupakan aktivitas pencarian informasi diselesaikan dengan memanfaatkan informasi yang diperoleh dari sumber informasi yang ditemui peternak Desa Sruni. Pemanfaatan informasi yang dibutuhkan berarti peternak sapi perah dapat menyelesaikan masalah secara tuntas atau sementara. Secara tuntas berarti pencarian informasi ini dihentikan atau diakhiri karena informasi yang

Sruni untuk melakukan memulai mencari informasi yang belum lengkap. Aktivitas pencarian informan peternak Desa Sruni mengenai pakan alternatif pengganti katul pun berakhir dengan memilih ampas tahu untuk diberikan ke sapinya, karena tidak akan mempengaruhi produksi susu sapi peliharaanya, informan mengaku bahwa informasi mengenai efek samping ampas tahu terhadap ternaknya sudah terpenuhi seperti yang diungkapkan salah satu peternak sebagai berikut: “Ya sudah terpenuhi sampai saat ini saya ee.... masih minta dikirim ampas tahu….” (hasil wawancara dengan Syn, tanggal 18 September 2011). Untuk informasi harga pakan katul dan harga susu sapi ini masih selalu dibutuhkan oleh peternak karena peternak sapi membutuhkan informasi – informasi yang akurat untuk menjawab pertanyaan dalam melakukan aktivitas budidaya sapi.

Pengakhiran pencarian informasi oleh peternak lain Desa Sruni ada yang bersifat sementara karena informasi yang didapat belum lengkap atau belum dilakukan oleh peternak. Informan mengaku informasi yang dibutuhkan dan sudah melakukan pencarian namun belum membuahkan hasil adalah informasi mengenai lumpuh sapi seperti yang diungkapkan oleh peternak Sk yaitu:

“...Masalah sapi yang lumpuh niku... belum tau sampai sekarang ya

akhirnya cuma dijual.... karena

diobati mantri ndak...sembuh...kalau harus ngasih pakan yang mahal ya peternak yang ndak sanggup ..” (hasil wawancara dengan Sk,tanggal 19 September 2011).

Berbagai jenis informasi yang dibutuhkan peternak sapi perah Desa Sruni diperoleh melalui beberapa tahapan. Tahapan yang dilalui peternak pada saat starting dilakukan dengan menemui sumber informasi awal yaitu mantri hewan, sesama peternak, pedagang sapi dan penyuluh. Tahap Browsing dilakukan dengan menemui pedagang pakan ternak, dan teman sesama peternak. Tahap monitoring dilakukan dengan menemui sesama peternak, dan pedagang pakan/ katul. Tahap verifying dilakukan oleh Berbagai jenis informasi yang dibutuhkan peternak sapi perah Desa Sruni diperoleh melalui beberapa tahapan. Tahapan yang dilalui peternak pada saat starting dilakukan dengan menemui sumber informasi awal yaitu mantri hewan, sesama peternak, pedagang sapi dan penyuluh. Tahap Browsing dilakukan dengan menemui pedagang pakan ternak, dan teman sesama peternak. Tahap monitoring dilakukan dengan menemui sesama peternak, dan pedagang pakan/ katul. Tahap verifying dilakukan oleh

Sebagian peternak Desa Sruni memilih tidak melanjutkan pencarian informasi karena keterbatasan ekonomi untuk memakai infornasi tersebut sehingga peternak di Desa Sruni mengurungkan dan menunda niatnya untuk memenuhi informasi yang dibutuhkan. Akan tetapi banyak peternak sapi yang masih ingin melanjutkan mencari informasi yang sangat dibutuhkan terkait perkembangan budidaya sapi perah sehingga ketidakpastian dalam budidaya sapi perah yang dialami peternak terselesaikan. Informan peternak hanya melakukan beberapa tahap pencarian informasi hal ini karena terdapat kendala yang dihadapi oleh peternak saat melakukan pencarian yang nantinya akan dibahas pada pembahasan kendala pencarian informasi. Berikut dibawah ini tercantum tabel matrik perilaku pencarian informasi teknis budidaya sapi perah di Desa Sruni. Tabel 6.1 Matrik Perilaku Pencarian Informasi Teknis Budidaya Sapi

Perah

No. Kebutuhan Informasi Strarting Browsing Monitoring Verifying Ending

1. Pengendalian Penyakit

2. Pakan Alternatif

3. Perkembangan Harga Bibit Ternak, Pakan, Susu Segar

Sumber: Data Primer 2011

B. Perilaku Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi Perah

Peternak sapi perah Desa Sruni dalam melakukan suatu usaha pasti akan membutuhkan informasi permodalan. Sebelum mendapatkan modal peternak terlebih dahulu adalah mencari informasi mengenai sumber tambahan untuk permodalan usaha sapi perah. Perilaku peternak mencari informasi mengenai modal untuk usaha sapi perah ataupun usaha lainnya dilakukan dengan menemui berbagai sumber informasi. Perilaku pencarian Peternak sapi perah Desa Sruni dalam melakukan suatu usaha pasti akan membutuhkan informasi permodalan. Sebelum mendapatkan modal peternak terlebih dahulu adalah mencari informasi mengenai sumber tambahan untuk permodalan usaha sapi perah. Perilaku peternak mencari informasi mengenai modal untuk usaha sapi perah ataupun usaha lainnya dilakukan dengan menemui berbagai sumber informasi. Perilaku pencarian

1. Starting (memulai)

Tahap starting atau memulai mencari informasi permodalan yang dilalui oleh peternak Desa Sruni dilakukan dengan menemui sumber informasi yang ia percayai. Sumber informasi ditemui peternak pada saat memulai yaitu dengan memilih merembug dengan istri atau keluarga mengenai pilihan tempat pinjaman dan besar pinjaman yang akan diminta, karena istri atau keluarga lain sangat penting perannya untuk pertimbangan dan peminjaman. Kemudian peternak bisa langsung melanjutkan mencari informasi melalui pengurus KUD Musuk dan pegawai bank, seperti yang dinyatakan peternak Desa Sruni adalah sebagai berikut:

“Iya membutuhkan informasi mengenai pinjaman modal untuk menambah sapi. sehingga awal dalam menentukan pililihan tempat

pinjaman merembug dengan istri saya dahulu, mau..di KUD Musuk atau ke bank saja” (Hasil wawancara dengan Try, 13

September 2011). “Membutuhkan informasi mengenai pinjaman modal... Nggeh

pertama ya ngrembug keluarga......nak mboten enten jalan keluare... ya... tanya-tanya tetangga niku... modale mau ngambil di penyetoran susu... lokal ya bisa, trus pinjam di KUD Musuk ya bisa mbak.... ”(hasil wawancara dengan Yt, 22 september 2011).

Peternak sapi di Desa Sruni lainnya yang membutuhkan informasi modal tambahan untuk melanjutkan usaha yang ditekuninya, yaitu sumber modal mengenai pengelolaan susu dan pengelolaan limbah kotoran sapi. Informan peternak sebenarnnya membutuhkan sumber modal dari kelompok tani. Akan tetapi karena kurangnya dana di Kelompok tani maka

peternak memulai mencari informasi sumber modal ke tempat lain 6 . Peternak (Mrj) mengaku memulai mencari informasi langsung ke pegawai Bank BRI Musuk mengenai jumlah pinjaman dan besar bunga pinjaman. Ia melakukan ini agar lebih jelas karena pegawai di Bank lebih mengetahui dan akan melayani dengan baik. Berikut yang diungkapkan oleh Mrj: peternak memulai mencari informasi sumber modal ke tempat lain 6 . Peternak (Mrj) mengaku memulai mencari informasi langsung ke pegawai Bank BRI Musuk mengenai jumlah pinjaman dan besar bunga pinjaman. Ia melakukan ini agar lebih jelas karena pegawai di Bank lebih mengetahui dan akan melayani dengan baik. Berikut yang diungkapkan oleh Mrj:

16 September 2011).

Selain informasi sumber modal peternak di Desa Sruni masih melakukan pencarian informasi untuk menyelesaikan dan menjawab masalah-masalah yang dihadapinya.

Menurut informan kebutuhan informasi peternak sapi pada tahap starting ini belum terpenuhi. Informan peternak sapi masih melanjutkan tahap pencarian informasi selanjutnya, untuk menjawab pertanyaan masalah aktivitas yang mereka lakukan.

2. Monitoring (Mengawasi)

Mengawasi adalah memantau perkembangan sumber permodalan yang terjadi untuk menambah usaha ternak sapi perah yang ditekuni. Peternak sapi perah yang melalui tahapan monitoring adalah kegiatan ketika peternak mengamati besar bunga pinjaman. Mengawasi dilakukan oleh peternak Desa Sruni dengan mencari informasi dan berdiskusi dengan petugas KUD Musuk dan Bank BRI cabang Musuk.

Monitoring juga dilakukan informan pada pemilihan sumber pinjaman. Sebenarnya banyak peternak menginginkan pinjaman di koperasi gapoktan akan tetapi koperasi saat ini sedang vakum sehingga informan memilih informasi di KUD dan Bank, berikut pernyataan dari informan (Mrj):

“Karena di kelompok tani tidak ada dana ... ee.... untuk dipinjamkan maka... Saya perlu mengamati bunga dari kedua sumber modal itu baik dari Bank dan KUD, sehingga saya dapat memilih pinjaman mana yang lebih ringan bagi saya. Baik dari besar persen bunga dan jangka waktu cicilan yang lebih mudah

langsung ke pegawai Bank dan KUD”(hasil wawancara dengan

Mrj, 16 September 2011). Informan peternak lain juga perlu mengamati besar bunga bank dan

besar bunga di KUD untuk pertimbangan pengambilan keputusan pinjaman modal dengan mempercayai informasi dari petugas KUD Musuk dan petugas Bank karena sumber informasi ini lebih mengetahui dan besar bunga di KUD untuk pertimbangan pengambilan keputusan pinjaman modal dengan mempercayai informasi dari petugas KUD Musuk dan petugas Bank karena sumber informasi ini lebih mengetahui dan

dari bank dan KUD, sehingga saya dapat memilih pinjaman mana yang lebih ringan bagi saya. Baik dari besar persen bunga dan jangka waktu cicilan yang lebih mudah langsung ke pegawai Bank dan KUD. ..” (hasil wawancara 8 September 2011).

3. Verifying (Memverifikasi)

Memverifikasi diartikan sebagai kegiatan melakukan pengecekan apakah informasi yang didapat dari berbagai sumber telah sesuai atau tempat dengan yang diinginkan. Informasi dari sumber manakah yang akan digunakan oleh peternak sapi perah tergantung dari keakuratan, kesesuaian informasi dengan keinginan dan kemampuan peternak sapi perah di Desa Sruni. Hasil dari verifikasi yaitu keputusan penggunaan informasi oleh peternak dari sumber informasi terpilih.

Kegiatan verifying yang dilakukan oleh peternak dalam mencari informasi modal yaitu dengan mendatangi petugas pegawai KUD dan pegawai Bank, dalam mencari informasi ke sumber informasi dengan harapan peternak akan mendapatkan informasi yang paling akurat dan terpercaya untuk mengambil keputusan. Seperti kisah informan Try melakukan pencarian informasi mengenai besar bunga pinjaman dari dua sumber modal pinjaman.

Gambar 6.5 Peternak Melakukan Verifikasi Informasi Pinjaman Modal dengan Petugas Keuangan Bank BRI Cabang Musuk Gambar 6.5 Peternak Melakukan Verifikasi Informasi Pinjaman Modal dengan Petugas Keuangan Bank BRI Cabang Musuk

“Langsung ngecek dan tanya dengan pengelola pinjaman di KUD Musuk, sama.... yang di Bank BRI Cabang Musuk itu.... mengenai besar yang dipinjam sama bunga dan waktu setornya.... (hasil wawancara dengan Try,13 September 2011).

“Pas di Bank BRI Cabang Musuk cicilannya ternyata lebih mudah dan bunga yang tidak terlalu tinggi... dan syaratnya juga tidak

rumit.... jadi ya saya meminjam di bank, lagi pula istri juga sudah setuju ” (hasil wawancara dengan Mrj, 16 September 2011).

4. Ending (Menyelesaikan)

Peternak yang melalui tahap ending atau penyelesaian pencarian informasi ini hampir semua peternak melaluinya antara lain Informan Try mengakhiri pencarian informasi dengan memilih pinjam modal di KUD karena sudah merasa yakin dan cocok dengan informasi yang diberikan oleh petugas seperti yang Try ungkapkan sebagai berikut: “Saya pilih yang pinjam di KUD no... mbak selain bunganya ringan juga syaratnya mudah... ” (hasil wawancara 8 September 2011).

Berbeda dengan kisah informan Yt dalam mencari informasi tempat pinjaman setelah kegiatan awal dengan merembug bersama keluarga akhirnya langsung menentukan pinjaman di pengumpul setor susu lokal (tengkulak), sebagaimana yang informan ungkapkan:

“Ngeeh sampun soale sudah biasa pun kebiasaan niku ngeh mendet modal pinjaman di penyetor lokal niku mawon....ya selain

itu cara mengembalikannya ya mudah tinggal memotong bayaran dari susu setoran itu... ” (hasil wawancara dengan Yt, 22 September 2011).

Informan Mrj merasa puas dengan informasi pinjaman modal yang diperolehnya di Bank BRI dan mengambil keputusan untuk menambah modal dari pinjaman tersebut. Seperti yang diungkapkan informan Mrj berikut: “Karena sudah yakin dan puas.... langsung memutuskan untuk pinjam modal di Bank BRI “. Informan peternak di Desa Sruni banyak yang merasa puas karena petugas dari Bank BRI juga menjelaskan Informan Mrj merasa puas dengan informasi pinjaman modal yang diperolehnya di Bank BRI dan mengambil keputusan untuk menambah modal dari pinjaman tersebut. Seperti yang diungkapkan informan Mrj berikut: “Karena sudah yakin dan puas.... langsung memutuskan untuk pinjam modal di Bank BRI “. Informan peternak di Desa Sruni banyak yang merasa puas karena petugas dari Bank BRI juga menjelaskan

“ Ya memang yang lebih aktif kita jadi kalau saya dan teman-teman yang bekerja dilapang pertimbangannya ya kemanusiaan... kalau dikasih mahal ya kasih an...” (hasil wawancara 27 Desember 2011).

Perilaku peternak Desa Sruni dalam mencari informasi permodalan dengan 4 tahapan. Tahap starting dilakukan oleh peternak Desa Sruni dengan menemui keluarga peternak. Tahap monitoring dan tahap verifying dilakukan dengan menemui petugas KUD Musuk dan Bank BRI cabang Musuk. Tahap ending pencarian informasi permodalan ini ada yang belum terselesaikan. Perilaku pencarian informasi permodalan terutama mengenai

tempo pinjaman ini masih selalu dibutuhkan oleh peternak sapi 7 . Informasi sumber modal lain masih dibutuhkan oleh peternak sapi perah di Desa Sruni misalnya dari modal bantuan pemerintah untuk mempermudah dalam perluasan usaha pengolahan susu sapi.

Tabel 6.2 Matrik Perilaku Pencarian Informasi Permodalan Usaha Sapi

Strarting Monitoring

Verifying Ending

1. Sumber modal

2. Besar Bunga Pinjaman

3. Syarat pinjaman

4. Jangka pengembalian

Sumber: Data Primer 2011

C. Perilaku Pencarian Informasi Pengolahan dan Pemasaran Produk Olahan Susu

Usaha yang dijalankan oleh peternak sapi perah di Desa Sruni sangat membutuhkan informasi mengenai pemasaran produk-produk olahan, misalnya informasi pemasaran olahan susu seperti sabun susu, susu pasteurisasi dan krupuk susu. Pencarian informasi ini dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu starting, chaining, browsing, monitoring, verifying, dan ending :

Peternak Desa Sruni pada aktivitas starting atau memulai mencari informasi pemasaran produk olahan susu sapi dilalui dengan menemui beberapa orang penyuluh yang berada di dinas karena awalnya informasi

pengolahan susu juga berasal dari Dinas 8 . Peternak Desa Sruni sangat berharap untuk memperoleh informasi disana, seperti yang diungkapkan salah satu peternak Desa Sruni (peternak Mrj) sebagai berikut “Untuk pemasaran ya saya langsung menemui dan tanya ke dinas ”. Dalam benak peternak pihak Dinas tidak hanya memberi informasi mengenai pengolahan saja tetapi juga memberi informasi mengenai jalur pemasaran produk-produknya.

Pihak Dinas Peternakan dan Perikanan Boyolali juga mengaku mengenai aktivitas peternak Desa Sruni yang mencari informasi pemasaran produk olahan susu sapi. Berikut ungkapan dari Pegawai Dinas:

“ Iya ada mbak yang tanya mengenai informasi pemasaran krupuk susu itu ... tapi pihak dinas kan tidak bisa membantu banyak... jadi

kami menyarankan pak Marjo itu tindak ke Dinas Kesehatan untuk mengurus perijinan dagang dulu (BPOM)...” (hasil wawancara 4 November 2011)

Selain informan Mrj ada juga sebagian peternak lain yang juga menjual susu hasil perahan dengan cara menjadikan minuman hangat di warung miliknya sendiri. Peternak ini memulai mencari informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi yang sudah dibahas pada kebutuhan informasi di atas. Saat memulai mencari informasi, informan memilih berkonsultasi dengan keluarga, dan kemudian informan juga menemui beberapa pembeli susu yang juga menjadi pelanggannya, teman sesama pemilik warung. Berikut pernyataan informan:

“Perasa susu itu ya tanya sama ibunya anak-anak, mau di variasi dengan rasa apa saja, selain itu ya sama pelanggan di warung kan

kalau pembeli suka, bisa laris dagangan kulo mbak” (hasil wawancara dengan Jrw, 4 November 2011).

Tahapan memulai ini juga dilakukan oleh peternak Desa Sruni untuk mencari informasi mengenai perkembangan harga bahan baku

Informasi yang dibutuhkan peternak antara lain informasi harga gula, harga bakteri dalam membuat susu pasteurisasi, pencarian informasi ini dilakukan dengan menemui pedagang atau dengan keluarga peternak

sendiri 9 . Informasi mengenai perkembangan susu pasteurisasi ini juga dilakukan dengan berkonsultasi dengan keluarga atau dengan pembeli.

2. Chaining (Merangkaikan)

Merangkaikan (chaining) pada kegiatan mencari informasi pengolahan dan pemasaran dilakukan peternak sapi Desa Sruni dengan membentuk pola merangkaikan yang dilakukan peternak sapi perah yaitu mengaitkan ke belakang. Informan dalam mencari informasi perijinan pemasaran masih belum lengkap mereka meneruskan mencari informasi yang belum lengkap dari sumber informasi pertama yang ditemui peternak.

Pola mengaitkan ke belakang, informan memilih menanyakan kepada orang-orang dinas yang mengurusi perijinan industri seperti yang dilakukan Mrj, dan orang yang menjadi pembeli dan pelanggan milik informan (Jrw dan Mrj) untuk mencari informasi mengenai variasi rasa dari minuman susu.

Gambar 6.6 Peternak (Mrj) Mencari Informasi Variasi Tambahan Perasa kepada Pembeli Susu Olahan yang Ditemui Ketika Membeli Susu

Informan setelah datang ke dinas mendapatkan sumber informasi baru yaitu meminta izin ke Dinas Kesehatan atau Badan POM di Boyolali. Peternak (Mrj) menyatakan bahwa: “setelah dari Dinas itu saya disuruh Informan setelah datang ke dinas mendapatkan sumber informasi baru yaitu meminta izin ke Dinas Kesehatan atau Badan POM di Boyolali. Peternak (Mrj) menyatakan bahwa: “setelah dari Dinas itu saya disuruh

“Saya suka nawari sama pelanggan di warung, mau ditambah variasi rasa susu apa yang disukainya. Selain itu saya juga lihat- lihat dengan warung yang lainya, sekiranya dapat informasi buat

nambah dagangan” (hasil wawancara dengan Jrw, 4 November 2011).

3. Browsing (Menelusur)

Aktivitas menelusur informasi pemasaran secara semi langsung atau semi terstruktur karena telah mengarah pada kebutuhan informasi yang dicari. Tahap menelusur informasi pengolahan susu dan pemasaran yang dilakukan oleh peternak sapi perah Desa Sruni, dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan mengunjungi toko bahan es, mengunjungi Dinas Peternakan dan Perikanan, dan Dinas Kesehatan di Kabupaten Boyolali.

Setelah informan memulai mencari informasi tentang variasi perasa tambahan ke pelanggan di warungnya dan belum mendapatkan informasi yang lengkap, informan menelusur ke toko bahan es di daerah Boyolali, ia mencari informasi bahan tambahan perasa yang tepat untuk susu yang dijualnya. Berikut pernyataan informan Jrw:

”Langsung ke toko bahan-bahan es di sekitar pasar Boyolali, saya nanya-n anya mengenai bahan perasa makanan buat susu segar”.

Informan lain (Mrj) melakukan browsing informasi dengan menelusuri ke dinas – dinas yang berada di Kabupaten Boyolali. Dari dinas itu informan mendapatkan informasi dari berbagai pihak. Informan

Mrj juga menelusuri informasi jaringan pemasaran melalui internet, tetangga terdekat yang bekerja di luar kota dan beberapa orang yang menjadi pelanggannya, teman sesama peserta diklat di Batu Malang, termasuk peneliti sendiri juga diminta untuk mencari tempat pemasaran sabun susu hasil produksinya.

4. Monitoring (Mengawasi)

Monitoring (mengawasi) pada bagian pengolahan dan pemasaran ini adalah memantau perkembangan yang terjadi dalam usaha yang dilaksanakan peternak sapi perah dan usaha lain dalam menjual produk pengolahan susu yang ditekuni peternak sapi perah di Desa Sruni. Monitoring dilakukan peternak sapi perah dengan berdiskusi, memonitor perkembangan harga gula atau bahan –bahan untuk pembuatan pengolahan susu dan harga susu sapi, berkonsultasi ke orang yang dianggap tahu dan ahli (pemilik toko bahan-bahan es, sesama teman seprofesi) memonitor perkembangan harga produk di toko atau warung, dan memonitor kualitas bakteri untuk susu pasteurisasi.

Peternak ( Mrj dan Jrw) yang melalui tahapan monitoring adalah kegiatan ketika informan peternak mengamati kualitas susu, harga gula yang bagus dan terjangkau dengan cara mengunjungi pedagang di toko dan berkonsultasi dengan teman-teman seprofesi mengenai perkembangan harga susu dan perkembangan macam cara pengolahan susu. Informan Mrj memonitor dengan berkonsultasi teman kelompok tani mengenai perkembangan produk sabun susu, selain itu informan juga mengamati macam produk olahan susu yang disukai para konsumen.

Gambar 6.7 Informan Melakukan Kegiatan Monitoring Perkembangan Harga Bahan Baku Pembuatan Susu Pasteriusisasi dengan Menemui Pedagang di Pasar

Informan lain (Jrw) juga mengamati harga susu yang sering dijual oleh pedagang di warung lain, selain itu juga memperhatikan variasi rasa yang digemari oleh pembeli di warungnya. Berikut adalah pernyataan informan:

“Saya suka tanya-tanya sesama pedagang susu segar untuk harga susu yang dijual harganya ya harus sama dengan yang lain agar

tidak rugi”. “ ya, saya juga memperhatikan variasi rasa yang paling disukai pembeli susu di warung....” (hasil wawancara dengan Jrw, 4 November 2011).

Informan peternak juga melakukan diskusi dengan istrinya mengenai perkembangan produk sabun susu, krupuk susu dan susu pasteurisasi yang sulit mendapatkan ijin dari Dinas Kesehatan, sehingga

peternak memutuskan untuk memproduksi jika ada pesanan saja 10 . Seperti informan Mrj yang memilih berdiskusi dengan istrinya, karena dalam pembuatan produk produk pengolahan susu, istri juga terlibat didalamnya sehingga harus diambil keputusan bersama.

Gambar 6. 8 Peternak Sapi Perah Melakukan Monitoring Perkembangan Produksi Sabun Susu dan Susu Pasteurisasi dengan memilih Berdiskusi bersama Istri

Monitoring perkembangan produksi sabun susu dan susu pasteurisasi ini juga di ungkapkan oleh istri dari peternak Desa Sruni: “Yo saya sering membahas sama bapak mengenai keputusan

usaha sabun ini mbak... kan untuk bisa menembus pasaran yang luas kita harus mendapatkan ijin Dinas, sedangkan kita kan hanya peternak kecil, jadi kalau harus membiayai perijinan yang mahal kita ndak mampu. Perijinan itu kita harus mendaftar 25 juta kita kan hanya peternak kecil jadi ya jangan dibikin sulit, belum lagi syarat bangunan ini... ini kan masih kurang luas, untuk mbangun lagi ya sulit biaya nya…” (hasil wawancara dengan Ptn, 18

September 2011).

5. Verifying (memverifikasi)

Memverifikasi dapat diartikan sebagai kegiatan pengecekan apakah sumber informasi telah sesuai dengan kebutuhannya informasi yang diinginkan. Sumber informasi mana saja yang akan dipercayai dan dipakai peternak sapi perah, tergantung dari kesesuaian informasi dengan keinginan dan kemampuan peternak sapi di Desa Sruni untuk menggunakannya.

Verifikasi dilakukan peternak untuk perijinan produk olahan susu. Peternak sangat berharap mendapatkan perijinan dari Dinas Kesehatan ataupun di Badan POM untuk produk-produk olahan susu 11 . Ia gigih untuk mencari informasi dengan menemui orang-orang yang berada di Dinas agar mendapat keringanan mengenai persyaratan untuk perijinan tersebut. Beliau juga menghubungi pegawai dinas di Batu Malang untuk Verifikasi dilakukan peternak untuk perijinan produk olahan susu. Peternak sangat berharap mendapatkan perijinan dari Dinas Kesehatan ataupun di Badan POM untuk produk-produk olahan susu 11 . Ia gigih untuk mencari informasi dengan menemui orang-orang yang berada di Dinas agar mendapat keringanan mengenai persyaratan untuk perijinan tersebut. Beliau juga menghubungi pegawai dinas di Batu Malang untuk

Peternak selalu meminta keringanan kepada Pemerintah Daerah Boyolali, akan tetapi sampai saat ini belum terkabulkan, sehingga untuk saat ini semua produk hasil pengolahan susu sapi tidak dapat masuk ke

pasar yang lebih luas dan ke pasar modern (supermarket) 12 .

6. Ending (menyelesaikan)

Tahap ending atau menyelessaikan pencarian informasi pengolahan dan pemasaran produk olahan susu sapi dilalui oleh peternak Desa Sruni. Peternak sapi perah yang membutuhkan informasi mengenai pengelolaan susu pasca panen, menyelesaikan pencarian informasi dengan memanfaatkan informasi yang telah diperolehnya. Pemanfaatkan informasi yang dibutuhkan berarti peternak sapi perah dapat menyelesaikan masalah secara tuntas atau sementara.

Informan peternak Desa Sruni merasa yakin akan informasi pengolahan susu yang ia dapatkan dari Dinas Peternakan dan Perikanan. Disisi lain ia juga melihat pangsa pasar yang mendukung untuk berwirausaha, maka peternak langsung memakai dan mempraktekkan informasi pengolahan susu yang diperolehnya, seperti yang diutarakan oleh salah satu informan sebagai berikut:

“ Dulu saya begitu dikasi tau cara membuatnya dan melihat peluang pasar di Kartosuro yang bagus ya saya langsung mencoba bikin susu pasteurisasi, sampe saat ini ....” (hasil wawancara dengan Mrj,16 September 2011).

Informan Jrw pun juga menyelesaikan pencarian informasinya, karena sudah merasa cukup dengan informasi yang telah dicarinya dan siap untuk menggunakan informasi itu. Seperti yang ia ungkapkan sebagai berikut: “Sudah terselesaikan ya karena sudah marem tadi dengan informasi yang saya dapat ”. Ia merasa marem dengan informasi yang

temui. Peternak belum mampu untuk bisa masuk ke pasaran yang luas (supermarket), karena belum mendapatkan ijin dari Dinas Kesehatan dan Badan POM, maka produk sabun susu, krupuk susu dan susu pasteurisasi hanya melalui pengawasan dan bimbingan PEMDA Boyolali, hal ini seperti yang disampaikan oleh Mrj “...hanya dijual di sekitar sini saja itu pun masih Peng awasan PEMDA Boyolali” (hasil wawancara 16 September 2011). Sulitnya informasi jaringan pemasaran lain, membuat peternak memilih mengakhiri pencarian informasi meskipun informasi yang didapat belum menyelesaikan masalah yang dihadapi, namun peternak masih berusaha untuk mencari informasi pemasaran lain. Tabel 6.3 Matrik Perilaku Pencarian Informasi Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Produksi Sapi Perah

No. Informasi Strarting Chaining Browsing Monitoring Verifying Ending

1. Pengolahan Susu

2. Pemasaran

3. Perkembangan Harga Bahan Pengolahan Susu

4. Perkembangan Susu Pasteurisasi

Sumber: Data Primer 2011

D. Ikhtisar

Tahap pencarian informasi yang dibutuhkan peternak Desa Sruni dari berbagai jenis informasi mereka menemui banyak sumber informasi. Sumber informasi yang sering ditemui peternak untuk mencari informasi mengenai teknis budidaya sapi perah adalah teman sesama peternak, penyuluh dan pedagang ternak. Informasi yang belum terselesaikan yaitu mengenai informasi penyakit lumpuh peternak memilih menemui pedagang ternak

“blanthik” untuk menjual peternak yang sulit disembuhkan. Hal ini dilakukan untuk menghindari penularan penyakit sapi ataupun kematian sapi yang dapat

merugikan peternak.

Sruni ini sebagian besar terselesaikan karena kemudahan pinjaman modal untuk memajukan peternak Desa Sruni meskipun ada beberapa lembaga yang masih kekurangan dana yaitu Koperasi Gapoktan sehingga peternak membutuhkan informasi lembaga yang bisa dijadikan sumber modal usaha pemasaran susu Sumber informasi yang ditemui peternak yang dipercayai bisa memberikan informasi mengenai bunga pinjaman, persyaratan pinjaman dan waktu pengembalian adalah pegawai KUD dan Pegawai Bank.

Tahap pencarian informasi mengenai pengolahan dan pemasaran produk olahan susu merupakan informasi yang memerlukan tahapan paling banyak. Pada tahap ending dalam pemasaran produk olahan susu ini masih belum terselesaikan sehingga peternak Desa Sruni perlu melakukan starting lagi guna mencari informasi yang dibutuhkan. Sumber informasi yang dipercayai peternak untuk memberikan informasi mengenai pengolahan susu adalah penyuluh dari Dinas Perternakan dan Perikanan, sedangkan untuk pemasaran atau perijinan dagang peternak harus mengurus atau mencari informasi mengenai cara perijinan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali.