Menjelaskan Hubungan Latar Cerpen dengan Realitas Sosial

B. Menjelaskan Hubungan Latar Cerpen dengan Realitas Sosial

Pada Pelajaran 8, telah dibahas tentang cerpen, yaitu cerita rekaan yang memusatkan diri pada satu tokoh dalam satu saat, hingga memberikan kesan tunggal terhadap pertikaian yang mendasari cerita tersebut.

Cerpen sebagai cerita rekaan, mengandung unsur-unsur berikut ini.

1. Tema, yaitu gagasan atau pokok persoalan yang menjadi dasar cerita.

2. Alur, yaitu perpaduan peristiwa yang membangun sebuah cerita.

3. Penokohan, yaitu cara pengarang menggambarkan dan menyambungkan watak para pelaku yang terdapat di dalam karyanya.

4. Latar, yaitu waktu, tempat, dan suasana terjadinya peristiwa yang dikisahkan dalam karya sastra atau drama.

134 Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII

Bacalah dengan saksama cerpen "Tamasya ke Masa Silam" berikut!

Tamasya ke Masa Silam

(Oleh: Didit Setyo Nugroho)

Liburan kali ini mungkin yang paling "Nanti kamu akan tahu bentuknya. menarik dalam hidupku. Bapak akan

Paman punya banyak di rumah." mengajakku berkunjung ke desa kela-

Kami menyusuri sepanjang pematang hirannya. Aku menyebutnya "Tamasya ke

sawah. Orang-orang yang berpapasan masa silam". Sebab, kata Bapak, aku akan

menyapa kami ramah. Perjalanan kami diajak ke tempat-tempat semasa Bapak

sering terhenti karena harus bercakap- kecil dulu.

cakap dengan mereka. Bapakku berasal dari sebuah desa

Setelah kami menyeberangi jembatan, kecil di pedalaman Purworejo. Desa Tambak

tibalah kami di depan rumah besar Lor namanya. Untuk mencapai desa itu,

berhalaman luas. Ada pohon rambutan dan kami harus naik bus jurusan Purworejo.

sawo di halaman itu. Seorang perempuan Kemudian, naik angkot sampai Pantok.

tua keluar begitu Bapak mengetuk pintu. Disambung naik dokar melewati perkam-

Matanya terlihat bersinar cerah. Wajah pungan sepanjung kira-kira tiga kilometer.

keriputnya berhiaskan senyum lebar. Dialah Lalu dilanjutkan jalan kaki melewati

nenekku. Nenek merangkulku erat. pematang dan bukit-bukit kecil sepanjang

"Di mana ibumu? Kenapa tidak ikut?" dua kilometer.

tanyanya.

"Kamu lelah, Rif?" tanya Bapak saat "Dia tidak bisa dapat cuti dari kantor," menyusuri pematang sepanjang tepian

ujar Bapak.

sungai yang jernih. Tangan Bapak yang kokoh memanggul tas kulit berisi oleh-oleh

Sesaat kemudian muncul Paman, untuk Nenek.

Bibi, dan Anto, anak Paman yang sebaya denganku. Setelah makan siang dan

"Lumayan lelah," kataku sambil beristirahat sejenak, aku lalu bermain menyeka keringat di dahiku. Tetapi aku dengan Anto dan kawan-kawanku. menyukai perjalanan ini. Baru kali ini Bapak

mengajakku sendiri tanpa Ibu. Ada beberapa permainan khas desa itu yang tak kumengerti. Seperti, permainan

"Lihatlah ikan-ikan itu. Bapak dulu gangsing, wayang orang, dan yang lain. sering memasang 'wuwu' untuk menang-

kapnya," tunjuk Bapak pada beberapa ikan "Kata bapakku, dulu bapakmu sering yang berlarian di sepanjang air sungai.

jadi Gatotkaca. Dan bapakku menjadi Antasena," kata Anto. Jari-jarinya yang

"Apa itu wuwu?" tanyaku tidak mengerti. kecil memasukkan lidi ke daun nangka "Wuwu itu alat penangkap ikan tradi-

kering. Aku mencoba meniru gerakan sional yang terbuat dari anyaman bambu.

Anto. Beberapa teman yang lain membuat Mulutnya lebar, namun makin ke dalam

keris pusaka dengan daun pohon kelapa. makin menyempit. Kalau ikan masuk ke

Kami lalu bermain wayang di bawah pohon dalamnya, tidak bisa keluar lagi karena

rindang di atas hamparan rerumputan. terhalang bagian yang runcing di pintu

Sedang asyiknya kami bermain masuknya." wayang, Paman datang menghampiri

Dahiku berkerut mendengar keterangan kami. Ia menenteng beberapa ekor ikan. Bapak.

Di sebelahnya ada seorang laki-laki tua "Aku tidak bisa membayangkan,"

yang lalu menyapaku ramah. sahutku pendek.

Menjaga Kelestarian Alam 135

"Ini ya, anak Haryono?" tanya laki-laki beralih profesi saja. Menangkap ikan di tua itu kepada Paman.

sungai seperti pamanmu. Tapi Kakek juga "Kakek siapa?" tanyaku ingin tahu.

tidak pernah mendapat banyak," lanjutnya Kakek itu tertawa lepas.

sambil menoleh kepada Paman. "Kalian berhenti main dulu, ya. Ayo

"Kakek yang dulu sering membetulkan bantu Paman membersihkan ikan," potong sepatu bapakmu waktu ia kecil," jawabnya Paman sambil melangkah duluan. ramah.

Liburan tak terasa berlalu begitu cepat. "Kakek Kromo?" tanyaku. Bapakku Hari-hari yang selalu diisi dengan cerita masa memang sering bercerita tentang keadaan kanak-kanak Bapak, tiba-tiba sudah selesai. kampung halamannya, juga tentang orang- Aku dan Bapak harus cepat kembali. Nenek, orang yang berjasa dalam kehidupannya. Paman, Bibi, dan Anto mengantar sampai Salah satunya adalah Pak Kromo, tukang pintu pagar. Ada rasa sepi yang merasuki sepatu.

perasaanku.

"Ah, jadi bapakmu sering mem- Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku bicarakan aku, ya?" tanya Pak Kromo. segera berbisik ke telinga Bapak. Kulihat

Aku mengangguk. dahi Bapak berkerut. Bapak lalu tersenyum "Mengapa Kakek Kromo tidak bekerja

lebar. Lalu, dari saku celananya Bapak sebagai tukang sepatu lagi?" tanyaku ingin

mengeluarkan beberapa lembar uang. tahu.

Bapak memberikan uang itu kepada Paman "Kakek sudah tua. Meskipun tubuh

sambil berkata perlahan, "Tolong berikan Kakek kuat, tetapi mata Kakek sudah mulai

ini kepada Pak Kromo untuk membeli rabun."

kacamata supaya Pak Kromo bisa "Mengapa tidak pakai kacamata?"

memperbaiki sepatu lagi." tanyaku lagi.

Paman tertawa lebar sambil mencubit Kakek itu tertawa lebar, "Kakek tidak

pipiku. Matahari begitu cerah mengantar punya uang untuk membelinya. Jadi Kakek

kepulangan kami. (Sumber: Tamasya ke Masa Silam, 2006)

Tugas

Buatlah kelompok yang terdiri atas empat orang, kemudian kerjakanlah tugas-tugas berikut!

1. Sebutkanlah tokoh-tokoh dalam cerpen di atas!

2. Tentukanlah alur cerita cerpen tersebut!

3. Jelaskan latar fisik maupun fiktif dalam cerpen tersebut!

4. Carilah sebuah cerpen lain, kemudian analisislah tentang tokoh, alur, dan latarnya!

136 Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII