Menemukan Realitas Kehidupan Anak dalam Buku Cerita

C. Menemukan Realitas Kehidupan Anak dalam Buku Cerita

Meskipun kalian hidup di zaman yang sudah modern, kalian tentu masih senang mendengarkan cerita, bukan? Misalnya, sebelum tidur, kalian masih terbiasa mendengarkan cerita yang dibacakan ayah, ibu, atau kakak kalian.

Sesungguhnya cerita yang disampaikan sebelum tidur mampu merekatkan dan mendekatkan jiwa dan hati kalian dengan orang tua kalian. Selain itu, cerita anak mengandung ajaran-ajaran yang baik bagi kalian. Seringkali ajaran dalam cerita yang didengarkan dapat lebih menyadarkan si anak (kalian) daripada petuah atau nasihat yang diucapkan langsung oleh orang tua kalian.

Dengarkanlah dengan saksama cerita anak yang dibacakan oleh teman kalian berikut ini. Sementara itu, kalian menutup buku kalian ini!

Ting Gegenting (Dongeng dari Provinsi Lampung)

Dahulu ada seorang anak yatim tinggal “Ibunya menjawab, “Tunggulah, dengan ibunya. Mereka hidup sebagai

anakku, sebentar, ibu mau menebas ladang petani. Tinggal di suatu dusun di tepi hutan.

dulu.”

Sunyi dan sepi. Setelah ibunya selesai menebas Pada suatu hari sang anak kelaparan.

ladang, si anak bangun dari tidurnya dan Ia berkata kepada ibunya, “Ting, gegenting,

merengek kembali, “Ting, gegenting, perutku perutku sudah genting kelaparan mau makan.”

sudah genting kelaparan, mau makan!”

108 Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII

Sekali lagi ibunya menjawab, “Tunggu, “Ting, gegenting, perutku sudah lapar, Nak, Ibu mau membakar ladang dulu.”

mau makan!” “Tunggu sebentar, Nak, Ibu Karena lemah, sang anak tidur lagi.

mau menampi gabah dulu.” Setelah ibunya selesai membakar ranting-

Si anak tidur dengan hati gelisah. ranting dan daun-daunan di atas ladang,

Perutnya yang lapar tak lama pun mem- si anak pun terjaga karena lapar perutnya.

bangunkannya. Ia merasa lapar lagi. Ia “Ting, gegenting, perutku sudah

menangis lagi.

genting kelaparan, mau makan,” tangisnya. “Ting, gegenting, perutku sudah Ibunya menjawab, “Tunggu, Nak, Ibu

genting kelaparan, mau makan!” mau menaman padi dulu.”

Ibunya menjawab, “Tunggu, Nak, Ibu Si anak pun tertidur lagi. Setelah

mau menjemur gabah dulu.” ibunya selesai menanam padi, si anak pun

Karena kecewa, si anak pun tidur lagi. terbangun lalu menangis minta makan.

Ia bangun dan menangis lagi. “Ting, gegenting, perutku sudah

“Ting, gegenting, perutku sudah kelaparan, mau makan!”

genting, kelaparan, mau makan!” Lagi-lagi ibunya menjawab, “Tunggu,

Ibunya menjawab, “Tunggu, Nak, Ibu Nak, Ibu masih mau merumput dulu.”

mau menumbuk gabah dulu.” Mendengar ini si anak tertidur kembali.

Selesai menumbuk gabah, terdengar Tidak lama kemudian si anak bangun dan

lagi suara anaknya merintih sedih, “Ting, menangis.

gegenting, perutku sudah genting, “Ting, gegenting, perutku sudah

kelaparan, mau makan!” genting, kelaparan mau makan!”

Jawab ibunya, “Tunggu, Nak, Ibu mau “Tunggu sebentar, Nak, padi sudah

menampi beras dulu.” berbuah. “Si anak pun kembali tidur.”

Si anak pun tertidur kembali. Tak lama “Ting, gegenting, perutku sudah

kemudian si anak bangun kembali. Me- genting, kelaparan mau makan!”

nangislah ia.

Jawab ibunya, “Tunggu, Nak, padi kita “Ting, gegenting, perutku sudah ke- sudah menguning ujungnya.”

laparan, mau makan!” Si anak pun tertidur kembali. Setelah

Ibunya menjawab segera, “Sabar, Nak, tidur cukup lama si anak terbangun lagi dan

Ibu mau mencuci beras dulu.” merengek.

Setelah ibunya selesai mencuci beras, “Ting, gegenting, perutku sudah

anaknya sudah terjaga sambil menangis, genting, kelaparan mau makan!”

“Ting, gegenting, perutku sudah kelaparan, mau makan!”

Lagi-lagi si ibu menjawab, “Tunggu, Nak, padi kita sudah masak, Ibu mau

“Sabar, Nak, Ibu masih mau menanak memotong padi dulu.” Mendengar janji ini

nasi dulu,” jawab ibunya. si anak segera tertidur. Tiba-tiba si anak

Si anak yang sudah lemah badannya bangun kembali dan menangis.

segera tertidur. Tapi tak lama ia bangun lagi. Ia terus merengek dan meringis ... suaranya

“Ting, gegenting, perutku sudah

terengah-engah.

genting, kelaparan mau makan!” “Ting ge ... genting ... pe ... rutku ... “Tunggu, Nak, ibu masih mau mengirik suuuu ... dah genting, ke ... laparan, mau (melepaskan butir-butir padi dari tangkainya)

maaa ... kaannn.

padi dulu.” Akhirnya, ibunya menjawab, “Sebentar Anak pun tertidur kembali. Lewat lagi, Nak, Ibu mau menempatkan nasi di beberapa waktu si anak pun bangun.

piring dulu.”

Peningkatan Hasil Pertanian 109

Akan tetapi, ketika si anak bangun mau Dengan hati sedih sang Ibu mendekati makan, tiba-tiba Ting Gegenting putuslah

anaknya. Tapi anaknya sudah meninggal perutnya yang sudah genting karena sudah

dunia. Menangislah ibu itu tersedu-sedu kelaparan, sehingga tidak dapat lagi

meratapi nasib anaknya yang malang. melanjutkan hidupnya di dunia ini.

(Sumber: Buku Pintar Mendongeng se- Nusantara, 2004)

Berikut ini realitas (kenyataan) kehidupan yang tergambar dari cerita “Ting Gegenting” di atas.

1. Tema cerita tersebut adalah makanan sangat penting sebagai sarana keberlangsungan hidup seseorang. Oleh karena itu, janganlah sekali- kali meremehkan nasi yang setiap hari disajikan oleh orang tua kalian.

2. Tema yang terkandung dalam cerita “Ting Gegenting” adalah dalam kenyataan hidup sekarang, masih banyak terjadi hal-hal berikut ini.

a. Banyak anak yang meninggal dunia karena busung lapar.

b. Banyak anak yang mengalami kelainan pertumbuhan karena kekurangan nutrisi (zat makan) yang mengandung gizi.

Tugas

Buatlah kelompok beranggotakan empat orang, lalu carilah sebuah buku cerita dan diskusikanlah hal-hal berikut!

1. Tema apakah yang terkandung dalam buku cerita tersebut?

2. Jelaskan realitas kehidupan (kenyataan hidup) anak yang terefleksi (tergambar) dalam buku cerita tersebut!

3. Serahkanlah hasil diskusi kalian beserta cerita yang telah kalian peroleh tersebut kepada guru kalian!