Menceritakan Kembali Cerita Anak yang Dibaca
C. Menceritakan Kembali Cerita Anak yang Dibaca
Cerita anak adalah cerita yang dikemas untuk didengarkan anak-anak. Cerita anak biasanya
Jeda Info
berisi ajaran moral, keteladanan, dan contoh budi
Orang yang pandai
pekerti yang baik. Upaya yang dapat kalian
membawakan atau
gunakan untuk menarik perhatian para pendengar
menceritakan
anak yaitu dengan menceritakan sebuah cerita cerita anak atau
dongeng disebut
disertai ekspresi wajah dan gestur yang menarik.
narator.
Pada umumnya, cerita anak bersifat menghibur, berisi lelucon dan mengandung pesan moral.
Sebelum menceritakan suatu cerita anak, kalian perlu membaca atau mendengarkan suatu cerita. Semakin banyak referensi cerita yang kalian miliki, semakin banyak ide yang dapat kalian ceritakan.
Bacalah cerita anak berikut ini! Carilah hal-hal yang menurut kalian menarik!
Telepon Genggam
“Yang bener, Ver? Masa papamu “He-eh” angguk Eko. “Jangan cuma punya telepon genggam?” tanya Mia. “Iya,”
omong saja. Buktinya mana?” Dipanas- Vera mengangguk mantap. “Besarnya
panasi begitu, Vera menjadi tersinggung cuma segini, nih!” Ditunjukkan telapak
juga. “Baik, baik. Akan aku buktikan. Lihat tangannya.
saja nanti!” katanya. “Ada antena kecil di ujungnya. Bentuk-
“Begitu dong!” senyum Mia. Dia nya lucu, deh.”
senang sekali siasatnya berhasil. “Aku jadi ingin lihat,” kata Eko. “Bawa
Seminggu telah berlalu. Sebuah ke sekolah dong, Ver!”
telepon itu tergeletak di meja makan. Papa “Aduh bagaimana, ya? Telepon itu
baru saja memakainya dan lupa selalu dibawa Papa ke mana-mana. Mana
membawanya. Vera ragu-ragu. Dilihatnya boleh kubawa ke sekolah?”
sekeliling. Tak ada orang. Cepat-cepat “Ah, kan cuma sehari! Papamu tentu
diambilnya telepon itu dan dimasukkannya tidak akan keberatan,” kata Linda.
ke dalam tas.
“Sehari juga tidak akan diizinkan,”
“Vera ...?”
kata Vera. “Ah-yaa!” Vera tergagap. Dikiranya dia “Aku jadi ragu, nih,” kata Mita.
akan tertangkap basah. Ternyata tidak. “Papamu benar punya telepon geng-
Mama sama sekali tidak kelihatan. Hanya gam? Jangan-jangan itu hanya karangan-
suaranya saja.
mu saja.” “Cepat! Sudah hampir terlambat, nih!” “Tentu saja Papa punya! Memangnya
aku pembohong?” kata Vera melotot. “Iya, Mam!” Buru-buru Vera minum. Lalu setengah berlari ke depan. “Vera berangkat
“Yah, siapa tahu. Kita kan belum lihat ya, Ma!” Diciumnya pipi Mama kemudian buktinya. Betul, kan teman-teman?” Mita
membuka pintu mobil dan duduk di sebelah memandang yang lainya. Dikerdipkannya
Papa. Papa sedang asyik menyetir. sebelah matanya.
34 Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII
Dalam perjalanan ke sekolah, hati Vera Wajah Vera memucat. Semua anak bergumul. Papa sama sekali tidak sadar
serentak memandangnya. Tiiit ... . Telepon kalau tidak membawa telepon genggamnya.
itu terus berbunyi. Bu Agnes mendekat. Ditanyakan tidak, ya? Tanya hati Vera. Tapi
“Suara apa itu, Vera?” suaranya ... apa kata teman-teman nanti, sekarang
lantang. Vera ingin pingsan mendengarnya. satu-satunya kesempatan. Besok-besok
“Vera?”
tak mungkin Vera dapat membawa telepon genggam papanya lagi.
“Te .. telepon genggam, Bu!” “Kenapa?” tanya Papa. “Vera kok
“Coba dijawab. Siapa tahu penting!” kelihatan gelisah? Ada ulangan ya!”
“Halo!”
“Ah, tidak, Pa!” Vera cepat tersenyum. “Selamat pagi,” sapa seorang bapak. Papa berhenti di depan gerbang
“Pak Lukasnya ada?” sekolah.
“Papa ... papa ada di kantor.” “Halo, semua!” senyum Vera sangat
ceria. Ketika Vera masuk kelas. Kebetulan “Oh. Ini siapa ya? Boleh tahu nomor sekali Mita, Eko, dan Linda sedang
telepon kantor Pak Lukas? Saya ada janji berkumpul di pojok kelas.
penting ini.”
“Coba lihat apa yang kubawa!” Vera Terbata-bata Vera menyebut nomor membuka tasnya.
telepon Papa. Untung sekali dia hafal nomor “Wah, telepon genggam beneran!” seru
itu. Setelah mengucapkan terima kasih, Eko.
telepon di seberang ditutup. “Vera, untuk “Hebat sekali!” teriak Linda.
apa kamu membawa telepon genggam ke “Boleh dicoba kan, Ver?” tanya Mita.
sekolah?” tegur Bu Agnes. “Silakan!” Vera tersenyum bangga.
Vera tertunduk. Tiit ... Tiit ... “Masih berani bilang kalau aku
“Hayo teleponnya dijawab!” bohong?”
Telepon itu berbunyi sambung- “Nggak! Kamu memang hebat!”
menyambung. Semua itu dari relasi bisnis Sebentar saja kelas jadi ramai. Semua anak
papa. Vera merasa sangat tersiksa. Dia ingin melihat telepon itu. Mereka juga
harus menjawab telepon-telepon itu padahal penasaran ingin mencoba.
mengganggu suasana belajar. “Kembalikan Vera sangat senang akan pandangan
telepon itu kepada papamu. Jangan lupa, kagum teman-temannya. Dadanya terasa
besok ajak kedua orang tuamu datang ke sesak karena bangga.
sekolah!”
Bel masuk berbunyi. Pelajaran pertama Mau tak mau Vera menurut. Lemas, Matematika dengan guru Bu Agnes yang
dikemasinya barang-barangnya. Sudah terkenal disiplin. Vera buru-buru menyimpan
terbayang bagaimana marahnya Papa- telepon genggamnya. Dia tidak mau
Mama. Dalam hati Vera menyesal. Aduh, mengambil risiko kalau sampai ada anak
kalau saja dia tidak membawa telepon yang mencoba telepon saat pelajaran
genggam itu. Kalau saja dia tidak terhasut berlangsung. Bu Agnes bisa marah besar.
oleh teman-temannya. Kalau saja dia tak Bu Agnes menerangkan tentang penjumlah-
ingin pamer ... Aduh. Vera menyesali diri an angka pecahan. Kemudian memberikan
sendiri habis-habisan. soal latihan. Kelas sangat hening. Tiit ...
tiit ... telepon genggam itu berbunyi tiba- (Sumber: Bobo, September 2003 dengan tiba. pengubahan seperlunya)
Perkembangan Sarana Komunikasi
Tugas
Setelah kalian membaca cerita di atas, kerjakanlah tugas berikut ini!
1. Hal menarik apa saja yang kalian temui dari cerita di atas?
2. Pesan moral apa saja yang kalian jumpa dari cerita di atas?
3. Ceritakan hal menarik dan pesan moral cerita tersebut di depan kelas!
4. Gunakanlah bahasa yang runtut, gestur, serta mimik yang menarik sehingga teman-teman kalian tertarik mendengarkan cerita tersebut!