PEKAN NASIONAL KESELAMATAN JALAN 2018: TANAMKAN KESADARAN SAFETY RIDING

PEKAN NASIONAL KESELAMATAN JALAN 2018: TANAMKAN KESADARAN SAFETY RIDING

trans potret

S alah satu kota di perbatasan

Indonesia yang terus menggalakkan pembangunan

infrastruktur transportasi adalah Merauke. Sebagaimana kota-kota lain di Papua, pemerintah telah membangun dan mengembangkan infrastruktur transportasi di Merauke dengan baik. Kecuali moda angkutan

kereta api, kota paling timur Indonesia ini memiliki angkutan udara, darat, penyeberangan, laut, yang lengkap.

Selain layanan angkutan umum komersil, pemerintah juga menyediakan angkutan umum perintis untuk melayani masyarakat yang hendak menuju ke daerah pedalaman atau sebaliknya. Angkutan perintis tersebut telah berjalan baik (penyeberangan, laut, udara) telah berjalan dengan baik - Termasuk bus perintis, meski kondisi jalan di beberapa wilayah belum memadai. Layanan penerbangan perintis juga menjadi pilihan angkutan umum masyarakat yang berada di wilayah pedalaman, pinggiran dan perbatasan Papua.

Begitupun Begitu pun dengan kapal penyeberangan perintis yang menjangkau wilayah-wilayah pedalaman yang sulit dilalui angkutan jalan serta penerbangan. Masing- masing wilayah di Kabupaten Merauke memiliki karakteristik geografis yang berbeda satu sama lain, sehingga layanan moda angkutan umum yang tersedia pun relatif beragam.

Moda Angkutan Udara

Bandara Mopah Merauke telah memiliki landasan pacu sepanjang 2.250 meter, sehingga masyarakat yang hendak menuju Merauke dari kota-kota besar lainnya seperti Jayapura dan Jakarta bisa menggunakan pesawat udara berbadan besar sejenis Boeing seri 737. Bila dari Jakarta, umumnya harus

Aktivitas di Bandara Mopah, Merauke, Papua.

KM Leuser, Kapal Pelni ini melayari rute dari Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya), Agats hingga Merauke.

Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Merauke, Papua.

Menuju Kota di Ujung Paling Timur Indonesia

trans potret

transit di Makassar atau Jayapura sebelum melanjutkan penerbangan ke Merauke.

Lama penerbangan mencapai 6-7 Jam. Maskapai penerbangan yang melayani penerbangan menuju Merauke diantaranya Garuda Airlines, Lion Air, Batik Air, dan Sriwijaya Air. Sementara penerbangan perintis dilayani operator Susi Air yang menjangkau wilayah- wilayah pedalaman Kabupaten Merauke, seperti menuju Distrik Agats, Oksibil, Bokondini, Mindiptana, Bade, Tiom, Dabra, Senggo, Wagete, Bomakia, dan Okaba.

Layanan transportasi dari Bandara Mopah Merauke tersedia taksi bandara yang berbentuk minibus Avanza dengan warna hijau telur asin. Layanan taksi bandara ini melayani penumpang ke tujuan manapun baik di dalam maupun di luar kota sesuai

dengan jarak perjalanan. Rata-rata tarif angkutan taksi bandara ini mulai dari Rp 100.000 hingga Rp 200.000 per perjalanan. Namun jika masyarakat ingin memakai jasa layanan mobil rental, tarifnya mulai dari Rp 700.000 perhari di dalam kota. Sedangkan pemakaian untuk tujuan keluar kota seperti mengunjungi tempat-tempat wisata, penyewa dapat membuat kesepakatan dengan sopir, karena umumnya tarif akan lebih mahal.

Moda Angkutan Laut

Selain pesawat, masyarakat luar Merauke bisa memanfaatkan jasa layanan angkutan kapal laut penumpang PT Pelni yakni, KM Sirimau, KM Leuser, dan KM Tatamailau. Masing-masing kapal melayani satu kali perjalanan dalam sebulan yang berangkat dari Surabaya, Makassar dan Bitung. Rute perjalanan KM Sirimau ini kebanyakan

beroperasi di wilayah yang masuk kedalam zona Waktu Indonesia Tengah (WITA) dan Waktu Indonesia Timur (WIT). Rute perjalanan KM Sirimau berangkat dari Makassar, Bau-Bau, Wanci, Ambon, Sorong, Manokwari, Biak, Nabire, Merauke, Agats, Timika, Dobo, Tual, Saumlaki, Kalabahi, Tenau (Kupang), Lewoleba, Maumerea (Sikka), dan Makassar.

KM Tatamailau berangkat dari Bitung, Tidore, Babang (Bacan), Sorong, Fak- Fak, Kaimana, Tual, Timika, Agats, dan Merauke. Sedangkan KM Leuser melayani rute Merauke, Agats, Timika, Dobo, Tual, Larat, Saumlaki, Banda Naira, Ambon, Wanci, Bau- Bau, Makassar, Labuan Bajo, Bima, Benoa (Denpasar), dan Tanjung Perak (Surabaya). Waktu perjalanan setidaknya membutuhkan waktu sembilan hari dari Surabaya menuju Merauke bila cuaca bersahabat.

Pelabuhan Merauke juga melayani angkutan kapal barang termasuk angkutan kapal tol laut yang dioperasikan oleh kapal swasta. K apal barang yang melayani rute tujuan Merauke, diantaranya kapal Spil, Tanto, dan Temas Line. Kapal Tol Laut tujuan Merauke berlayar secara rutin dalam dua minggu sekali. Kapal Tol Laut mengangkut komoditas kebutuhan pokok dari Surabaya dan kota-kota lain yang dilewati rute Tol Laut. Kapal Tol Laut juga mengangkut komoditas gelembung ikan kakap yang diperdagangkan para nelayan Makassar sebagai muatan balik dari Merauke.

Layanan Angkutan Umum Darat dan Penyeberangan

Moda angkutan darat yang menjadi andalan masyarakat Merauke adalah Bus Perintis Damri. Angkutan ini melayani penumpang dari Terminal Kota menuju beberapa wilayah lain di Kabupaten Merauke. Diantara rute yang dilayani bus Damri dengan Moda angkutan darat yang menjadi andalan masyarakat Merauke adalah Bus Perintis Damri. Angkutan ini melayani penumpang dari Terminal Kota menuju beberapa wilayah lain di Kabupaten Merauke. Diantara rute yang dilayani bus Damri dengan

kapasitas penumpang 30 penumpang tersebut, Kota Sota-Semangga- Jagebob, trayek Merauke – Kurik Pasar (110 Km), Merauke – Erambu (160 Km), Merauke – Jagebob (160 Km) dan trayek Kokab (Wasur II – Kantor Capil sejauh 26 Km). Pada 2019 nanti, Perum Damri Merauke akan mengembangkan tiga trayek lagi, yakni trayek Merauke – Muting (250 Km), Merauke – Kurik V (150 Km), dan Merauke – Domande sejauh 107 Km.

Semua armada bus Damri di Merauke yang berjumlah 21 unit telah melayani daerah terpencil seperti Puri, Putting, Jegel, Semangga, Tanah Miring, Animha, Malind, Ngguti, Ilwayap, Kimaam, Tabonji, Waan, Tubang, Kaptel, Sota, Nauken, Jerai, Ulilin, dan Elikobel.

Rata-rata penumpang yang memanfaatkan jasa angkutan bus Damri ini masih tergolong sedikit. Rata-rata hanya 5-10 orang saja dari kapasitas bus 30 penumpang. Selain

itu, rata-rata penumpang angkutan bus perintis ini adalah penumpang jarak jauh. Artinya, sebagian besar penumpang bus Damri turun di tujuan akhir rute, dan ini membutuhkan ongkos perjalanan yang lebih mahal. Ironisnya, banyak dari penumpang tidak bersedia membayar tarif yang ditentukan. “Mereka kadang hanya mampu membayar separo saja dari biaya yang seharusnya,” ujar Kepala Kantor Cabang Perum Damri Merauke, M. Situmorang di Merauke.

Oleh karena itu, pemerintah perlu memberi subsidi agar warga pedalaman Papua dapat memanfaatkan layanan jasa angkutan bus tersebut dengan tarif yang terjangkau. Rata-rata tarif angkutan antara Rp 35 – Rp 50 ribu saja. Keberadaan angkutan bus perintis ini juga menunjang kegiatan pariwisata seperti layanan rute menuju Kecamatan Sota, lokasi perbatasan RI-Papua Nugini.

Selain bus kota, moda angkutan darat di Merauke adalah angkutan kota (Angkot). Angkot ini melayani masyarakat dengan trayek-trayek yang berbeda dan ditandai dengan warna yang berlainan sesuai dengan jalur trayek yang mereka layani. Angkutan Warna Kuning melayani jalur utama di dalam kota (Jl. Raya Mandala-Terminal Wamanggu). Angkutan Warna Merah melayani jalur khusus yang melewati Pelabuhan Laut Yos Sudarso Merauke. Angkutan Warna Hijau melayani jalur khusus dari daerah Mopah menuju Taman Nasional Wasur. Angkutan Warna Biru Muda melayani jalur menuju daerah pantai. Angkutan Warna Biru Tua melayani jalur khusus yang melewati Kelurahan Kelapa V Merauke. Ongkos angkot bervariasi, rata-rata sebesar Rp 5000 per penumpang.

Selain angkot, layanan

angkutan ojek motor dapat ditemui di beberapa lokasi pusat keramaian seperti di daerah sekitar Pelabuhan Laut Yos Sudarso

Merauke. Tarif ojek Rp

10.000 per orang. Namun, jika ada muatan maka tarifnya bisa bertambah mencapai Rp 20.000 sekali antar.

Kemudian, kapal penyeberangan juga menjadi sarana angkutan masyarakat pedalaman di Kabupaten Merauke yang diminati. Angkutan penyeberangan ASDP Ferry mampu menjangkau daerah-daerah di luar Kota Merauke dengan muatan baik penumpang maupun barang. Dengan demikian, moda angkutan penyeberangan khususnya kapal perintis ini menjadi salah satu sarana transportasi masyarakat dengan harga yang terjangkau. o

Bus Damri melayani Terminal Kota menuju beberapa wilayah lain di Kabupaten Merauke.

Senyum ceria anak Papua yang tengah menikmati angkutan umum di Merauke.

trans potret

M enerbangkan pesawat di

atas tanah Papua bukanlah perkara mudah. Apalagi

bagi pesawat-pesawat yang menuju bandara-bandara di pedalaman alias perintis. Salah satu penyebabnya adalah kondisi topografi atau bentuk permukaan bumi Papua yang banyak gunung dan lembah. Untuk mengakali topografi yang sulit tersebut, pilot harus menggunakan penerbangan visual (Visual Flight Rules).

Penerbangan visual dilakukan hanya dengan mengandalkan kompas, melihat kondisi sekitar, dan membaca tanda alam maupun cuaca.Dengan cara ini, keterampilan dan kemampuan sang pilot diuji untuk menerbangkan pesawat dengan selamat hingga ke lokasi tujuan.

Terbatasnya fasilitas pendukung teknologi di bandara-bandara pedalaman mengharuskan para pilot mengandalkan pengalaman mereka khususnya saat kondisi cuaca di bandara tujuan cepat berubah. Bandara sekelas Jayapura, Biak, Merauke, Sorong, Timika, semua radar sudah ada. Mereka fasilitasnya lengkap. Instrumennya juga lengkap. Akan

tetapi di pedalaman para pilot harus mampu menggunakan pengalaman dan intuisi mereka saat mendaratkan pesawat di landasan pacu yang panjangnya sangat

terbatas. Beberapa daerah pedalaman

yang cukup menantang bagi penerbangan perintis adalah Oksibil, Ilaga, Mapenduma, Tiom, Dekai dan lainnya. Seperti di Oksibil, walaupun bandara sudah adaradar non- directional beacon (NDB) dan VHF omnidirectional range (VOR) tapi sering mengalami masalah karena seringnya mati listrik. Selain itu, kondisi penerbangan di pedalaman Papua semakin sulit ketika informasi cuaca tidak dapat diterima dengan baik. Bahkan, pilot harus menelepon ke bandara tujuannya terlebih dahulu

untuk mengetahui kondisi cuaca. Minimnya petugas bandara di

pedalaman yang bisa memberi informasi cuaca menjadi tantangan tersendiri bagi para pilot.Ttidak memungkiri adanya kesulitan

Penerbangan Perintis Yang Menantang

pemantauan cuaca di tujuan penerbangan. Ia mengatakan hal ini disebabkan oleh minimnya stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di pedalaman. Kalau petugas BMKG tidak ada, maka petugas lapangan terbang yang notabene penduduk setempat, hanya menyampaikan informasi seputar kondisi angin dan awan sesuai dengan pandangan mereka saja. Sebagai misal, jika pilot bertanya tentang kondisi angin di bandara yang akan dituju, maka petugas bandara tujuan

yang belum mendapat

pengetahuan BMKG akan menjawab sebisa mereka. Umumnya mereka mengatakan kondisi angin hanya sepoi-sepoi saja dan tidak terlihat awan yang banyak.

Untuk meyelesaikan permasalahan penerbangan yang terjadi di Papua, Markus berharap ada penerapan inovasi Radar Navigasi Pesawat ADS-B (Automatic Dependent Surveillance Broadcast). Kalau perlu menggunakan sistem satelit dan transmisi data digital. Dengan beragam kondisi yang ada di lapangan, penerbangan perintis tetap menjadi pilihan masyarakat pedalaman khususnya di Papua, dalam layanan angkutan udara dari kota ke daerah pinggiran dan sebaliknya. o

Salah satu kokpit pesawat perintis yang beroperasi di Papua

trans potret