MENDORONG PEMBANGUNAN MELIBATKAN BADAN USAHA

TRANS DARAT

22 MENYATUKAN TIKET ANTARMODA SUMBER DAYA MANUSIA

SISTEM 40 E-LEARNING PADA DIKLAT TRANSPORTASI MENDORONG PEMBANGUNAN MELIBATKAN BADAN USAHA

MENGGANDENG DUNIA USAHA

Pembaca Budiman

Kebutuhan pembangunan infrastruktur transportasi di Indonesia cukup besar. Dari kebutuhan biaya sekitar Rp 1.283 triliun per tahun, pemerintah hanya mampu menyediakan dana APBN sekitar Rp 792 triliun per tahun. Besarnya kekurangan anggaran membutuhkan strategi penanganan khusus. Salah satunya adalah dengan melibatkan sektor usaha untuk mendatangkan sumber alternatif pendanaan baru disamping alokasi dari APBN.

Oleh karenanya, pemerintah kini gencar mendorong keterlibatan dunia usaha dalam pembangunan melalui beragam cara. Kerja sama dengan BUMN, BUMD, maupun pihak swasta baik dari dalam dan luar negeri, akan mendatangkan arus investasi sehingga dana APBN dapat dialihkan untuk pembangunan infrastruktur lainnya.

Ada banyak skema kerja sama yang memungkinkan dilakukan dengan sektor swasta. Beberapa diantaranya

Kerja sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU), Kerja Sama Pemanfaatan (KSP), Kerja Sama Manajemen (KSM) dan Kerja Sama Operasional (KSO), serta skema-skema lain yang menjanjikan keuntungan kedua belah pihak.

Beberapa contoh kerja sama yang ditawarkan pemerintah mendapat respon positif dari kalangan usaha. Salah satunya, ketertarikan investor pada proyek perkeretaapian Makassar – Pare-Pare di Sulawesi Selatan yang menggunakan skema KPBU. Proyek tersebut menjadi salah satu pilot project kerja sama pembangunan disamping proving ground BPLJSKB (Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor) di Bekasi, Bandar Udara Komodo di Labuan Bajo, TOD (transit oriented development) Poris Plawad, dan Pengembangan Pelabuhan Anggrek di Gorontalo, serta Pelabuhan Bau-Bau di Sulawesi Tenggara.

Menurut Menteri Perhubungan, ada banyak investor asing lainnya yang tertarik berinvestasi di bandara-bandara besar nasional. Di antara mereka ada yang dari India, Korea Selatan, Prancis, Cina, dan Jepang. Upaya sosialisasi terus dilakukan. Salah satunya, melalui ajang International Monetary Fund (IMF)-World Bank Group Annual Meetings 2018 di Nusa Dua Bali awal Oktober lalu. Keterlibatan investor diharapkan menunjang kemajuan transportasi di tanah air.

Demikian pembaca, pada Transmedia edisi 7 2018 ini, topik kerja sama pembangunan dengan beragam skema menjadi topik utama pembahasan disamping topik lain yang terangkum dalam rubrik-rubrik Trans Darat, Trans Laut, Trans Udara, Trans Perkeretaapian, dan rubrik-rubrik menarik lainnya. Semoga bermanfaat. o

MENDORONG PEMBANGUNAN

MELIBATKAN BADAN USAHA

www.dephub.go.id

SUMBER DAYA MANUSIA 40 SISTEM E-LEARNING TRANSPORTASI PADA DIKLAT

TRANS DARAT 22 MENYATUKAN TIKET ANTARMODA

Cover : Bandara Komodo Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur

PEMBINA:

Menteri Perhubungan Republik Indonesia,

PENASEHAT:

Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan, Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan, Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Direktur Jenderal Perkeretaapian, Kepala Badan Pengembangan SDM Perhubungan, Kepala Badan Litbang Perhubungan, Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek

PENANGGUNG JAWAB:

Baitul Ihwan

PEMIMPIN REDAKSI:

Bambang Wijonarko

REDAKTUR PELAKSANA:

Tinitah S. Amrantasi, Muhammad Pamungkas

REDAKSI:

Anna Nurjanah, Arifatmi, Christanto Agung, Daniel Pietersz, Deni Hendra M, Destrirani, Dona Devianti, Dwi Wisnu, Gatut Aribowo S, Hari Buyung, Hari Supriyono, Oktavian, R. Achmad Herdin, Revi Yohana, Romauli Fransiska, Wisnu Kuncoro

TIM REDAKSI:

Andesrianta Rakhmad, Andung Bayumurti, Prayogie, Syarifah Noor Hidayati,

REDAKSI FOTO:

Abdullah Baraja, Chairudi Bharata Dharma, Dyota Laksmi Tenerezza, Muhamad Nurcholis, Okto Berbudi, Ria Efriani Pratiwi, Laila Rezvina Baswedan, Afrilia Mayasari, Arya Manggala

ALAMAT REDAKSI:

Jl. Medan Merdeka Barat No.8, Jakarta Pusat, Telp. (021) 3504631, 3811308 Ext. 1122, 1419 Fax (021) 3504631, 3511809

E-MAIL:

transmedia@dephub.go.id

PENERBIT:

Kementerian Perhubungan Republik Indonesia

Majalah Kementerian Perhubungan No.STT. No. 349 SK/Ditjen PPG/STT 1976

ISSN : 0853179X

DAFTAR ISI

EDISI 07 / 2018

10 TRANS UTAMA MENDORONG PEMBANGUNAN MELIBATKAN BADAN USAHA

Pemerintah terus berupaya mendorong partisipasi sektor usaha dalam program pembangunan infrastruktur di Indonesia melalui berbagai bentuk kerja sama. Kerja sama dengan pihak swasta, BUMN, maupun BUMD, diharapkan dapat menunjang ketersediaan sumber alternatif pendanaan di luar anggaran APBN (Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara) untuk pembangunan.

TRANS SEJARAH 60 Condcordski Pesawat Supersonik Pertama Negara Tirai Besi, Uni Soviet

50 TRANS POTRET

Wisata Bernilai Nasionalisme di Tapal Batas Negeri Sebagai wilayah paling timur di Indonesia, Merauke menjadi teras

negeri yang berbatasan langsung dengan Papua Nugini. Tepatnya, TRANS HIJAU di Distrik Sota. Di distrik inilah berdiri sebuah tugu penanda batas

62 EC04, Kereta Futuristik timur wilayah Nusantara, yaitu Tugu Nol Kilometer Merauke-

dan Ramah Lingkungan Sabang.

TRANS INTERNASIONAL 64 Daocheng Yadhing, 3 EDITORIAL

43 Kemenhub, Dukung

Bandara di Atas Awan

Negeri Tibet 6 TRANS INFOGRAFIS

Gelaran Akbar Se-Asia

44 Tindak Tegas Odol:

8 TRANS MATA

Kemenhub Siapkan Alternatif Angkutan

TRANS DARAT

Logistik

22 Menyatukan Tiket Antarmoda

45 Pekan Nasional

Keselamatan Jalan 2018:

TRANS LAUT

Tanamkan Kesadaran

26 Memperlancar Distribusi

Safety Riding

Daging Nasional

TRANS POTRET

TRANS UDARA

46 Menuju Kota di Ujung

32 Potret Jembatan Udara

TRANS SEHAT di Tapal Batas Negeri

Paling Timur Indonesia

66 Atasi Telinga Berdengung

Setelah Terbang TRANS PERKERETAAPIAN

49 Penerbangan Perintis

yang Menantang

36 Modernisasi Stasiun Meningkatkan Layanan

52 Ragam Jembatan

di Papua, Perlancar

SUMBER DAYA MANUSIA

Mobilitas Masyarakat

40 Sistem E-Learning Pada Diklat Transportasi

54 Menyantap Kuliner Serba

Rusa di Kota Rusa

KILAS BERITA 42 Jalin Konektivitas

TRANS PERSPEKTIF

Pascabencana:

56 Pelabuhan Sungai

Kemenhub Optimalkan

Aki Betawol Perlu

Layanan Bandara dDan

Pengawasan

Pelabuhan TRANS SENGGANG

TRANS TEKNOLOGI

68 Mengintip

58 Stasiun Kereta Vertikal

Kura-Kura Raksasa Aldabra

PILOT PROJECT KPBU KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Pilot Project Ditjen Hubla

Pelabuhan Anggrek

Pelabuhan Bau-Bau

• Pelabuhan Anggrek terletak di Kabupaten Gorontalo Utara. • Pelabuhan Bau-Bau berlokasi di Kecamatan Wolio, Sejauh ini kegiatan perdagangan dan distribusi barang

Kota Bau-Bau Provinsi Sulawesi Tenggara. khususnya di Wilayah Gorontalo Utara dan sekitarnya

• Pelabuhan ini merupakan salah satu simpul transportasi bergantung dari Pelabuhan Anggrek.

stategis di wilayah Indonesia Timur. • Dalam hal pengembangan Wilayah Gorontalo Utara.

• Pelabuhan Bau-Bau disediakan sebagai pintu gerbang Sulawesi Pelabuhan Anggrek di masa akan datang akan digunakan

Tenggara menuju daerah lain di wilayah timur Indonesia seperti untuk membantu perdagangan internasional bentuknya

Maluku, Maluku Utara, Luwuk, dan daerah sekitarnya. Bau-Bau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Gorontalo Utara.

memiliki potensi besar dari beragam sumber daya alam seperti Pelabuhan Anggrek mempunyai potensi besar dan berperan

perikanan, perkebunan, dan perhutanan sebagai komoditi utama dalam rute perdagangan internasional.

dalam perdagangan antar daerah, regional, dan nasional.

Proving Ground BPLJSKB ToD Poris Plawad

Rencana Pembangunan Proving Ground BPLJSKB Bekasi Terminal Poris Plawad adalah terminal Type A di sebagai salah satu upaya untuk memenuhi standard

KotaTangerang yang didalamnya terdiri dari Angkutan Kota UNECE sebagai pedoman penyusunan standard pengujian

(Angkot) dan Bus yang menghubungkan Antar Kota Dalam kelaikan jalan kendaraan bermotor di Indonesia.

Provinsi (AKDP) dan Antar Kota dalam Provinsi (AKAP), juga terdapat Bus Transjakarta dan Bus Trans Tangerang.

Bandara Komodo

• Bandara Komodo merupakan bandara dibawah Unit

Kereta KA Makassar-Parepare

Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Kementerian Makassar – Parepare Pembangunan jalur kereta api untuk Perhubungan.

Transportasi Publik, sepanjang 142 KM dari Makassar • Merupakan salah satu dari 10 Destinasi Wisata Indonesia.

ke Parepare di Sulawesi Selatan, Sebagai bagian dari • Potensi Wisata terletak di kabupaten Manggarai Barat.

pembangunan KA Trans Sulawesi.

PROGRES KSP BMN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

KSP PELABUHAN

5 TERNATE, BIMA,

KSP PELABUHAN

1 SORONG, ARAR,

3 LEMBAR, BADAS,

KSP PELABUHAN

BITUNG, MANOKWARI,

MERAUKE, KENDARI,

KSP BIAK, FAK-FAK

TG. WANGI, KALABAHI,

WAINGAPU

7 TERMINAL

KUPANG

Telah terbit persetujuan

Posisi saat ini proses

Telah dilakukan penilaian

KSP dari Kemenkeu dan

TIRTONADI

Proses pemilihan oleh PT Pelindo.

perbaikan proposal

lapangan dan selanjutnya

sedang dalam pembahasan

perumusan KT dan PK.

perjanjian KSP.

mitra KSP.

2 KSP BANDARA TJILIK

KSP ENDE

KSP PELABUHAN

4 PARE-PARE,

6 RIWUT

Posisi saat ini

menunggu jadwal

Telah terbit persetujuan tim penilai ke

PANTOLOAN

KSP dari Kemenkeu dan lapangan.

Menunggu persetujun KSP

KT dari Menteri Keuangan.

sedang dalam pembahasan perjanjian KSP.

PENINGKATAN PNBP TAHUN 2015 S/D 2018 DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

a. Peningkatan PNBP Tahun 2015

dibandingkan 2014 meningkat sebesar 6,131 4,266

(Realisasi sampai dengan

25 Oktober 2018) Pendorong kenaikan dari penerapan PP Nomor 11 Tahun 2015

DALAM

Triliun b. Peningkatan PNBP Tahun 2016

dibandingkan 2015 meningkat sebesar

Pendorong kenaikan dari penerapan 2017

PP Nomor 15 Tahun 2016

c. Peningkatan PNBP Tahun 2017 dibandingkan 2016 naik sebesar REALISASI PNBP SAMPAI 25 OKTOBER 2018

Rp 24,383 Triliun

PERAN PEMBANGUNAN JALUR KERETA MAKASSAR-PAREPARE DENGAN MEKANISME KPBU

(PANJANG MAINTENANCE TRACK 111,8 KM)

KM 142+000 KM 119+150

KM 76+200

KM 12+150 KM 0+00

PAREPARE CITY MAKASSAR CITY

22,8 KM

27,0 KM + 16,1 KM

(43,1 KM)

12,1 KM

2018 64 KM 2019

Segmen A (Pemerintah)

Mandai Makassar Parepare

Pangkep

Palanro Segmen E

(Pemerintah)

Segmen F

Segmen F

Tonasa

Bosowa

Segmen B

Segmen C

Segmen D

Penanggung Jawab Proyek Kerja Sama (PJPK)

Ruang Lingkup Proyek

Estimated Investmanet Cost:

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian

Belanja Modal : Lebih kurang 1,01 Triliun Perhubungan Republik Indonesia

Konstruksi, Operasi, Perawatan

Biaya Operasional Kerja sama : Lebih Kurang 1,9 Triliun

Area Layanan:

(selama periode kerja sama)

Skema

Sulawesi Selatan meliputi 5 Kabupaten/Kota: Kabupaten

Kerja sama Pemerintah Badan Usaha - Bangun Guna

Maros, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan,

Periode Kerja Sama:

Serah (BOT)

Kabupaten Barru, Kota Makassar dan Kota Parepare

19 Tahun

1 Bus Damri yang menjadi

andalan transportasi darat masyarakat Papua (Foto : M. Pamungkas)

Kegiatan bongkar muat barang

Jalur Kereta Api Double Track

Bandara Mopah Merauke,

di Pelabuhan Merauke, Papua

sebagai moda transportasi di

Papua

(Foto : M. Pamungkas)

Sumatera Selatan.

(Foto : M. Pamungkas)

(Foto : Istimewa)

MENDORONG PEMBANGUNAN MELIBATKAN BADAN USAHA

Pemerintah terus berupaya mendorong partisipasi sektor usaha dalam program pembangunan infrastruktur di Indonesia melalui berbagai bentuk kerja sama. Kerja sama dengan pihak swasta, BUMN, maupun BUMD, diharapkan dapat menunjang ketersediaan sumber alternatif pendanaan di luar anggaran APBN (Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara) untuk pembangunan.

K ebutuhan pembangunan

infrastruktur Indonesia menurut Menteri Perhubungan

(Menhub) Budi Karya Sumadi, mencapai Rp 1.283 triliun per tahun. Sedangkan APBN hanya mampu menyediakan anggaran Rp 792 triliun per tahun. Alhasil, keterlibatan badan usaha dalam proses pembangunan diharapkan dapat mengatasi persoalan anggaran yang terjadi.

Kerja sama pembangunan dengan BUMN, BUMD, maupun pihak swasta baik dari dalam maupun luar negeri penting dilakukan agar anggaran yang dialokasikan APBN dapat dialihkan untuk pembangunan infrastruktur lain yang membutuhkan percepatan. Ada banyak skema kerja sama yang memungkinkan dilakukan dengan BUMN, BUMD, maupun pihak swasta baik dari dalam dan luar negeri.

Beberapa diantaranya adalah skema kerja sama PPP (public private partnership) atau Kerja sama

Kerja sama pembangunan dengan BUMN, BUMD, maupun pihak swasta baik dari dalam maupun luar negeri penting dilakukan agar anggaran yang dialokasikan APBN

dapat dialihkan untuk pembangunan infrastruktur lain yang membutuhkan percepatan.

Pemerintah Badan Usaha (KPBU), Kerja Sama Pemanfaatan (KSP), Kerja Sama Operasional (KSO) dan Kerja Sama Manajemen (KSM). KSO dan KSM merupakan alternatif kerja sama untuk pemanfaatan infrastruktur yang dikelola oleh satuan kerja (Satker) Kementerian Perhubungan yang sudah berstatus Badan Layanan Umum (BLU).

Skema Kerja Sama KPBU

Pada 2018 ini, pemerintah telah menawarkan skema KPBU untuk enam infrastruktur transportasi sebagai pilot project pembangunan. Keenam prasarana tersebut adalah proving ground BPLJSKB (Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor) di Bekasi, Bandar Udara Komodo di Labuan Bajo, TOD (transit oriented development) Poris Plawad, Jalur Kereta Api Makassar – Parepare, Pelabuhan Anggrek di Gorontalo, dan Pelabuhan Bau-Bau di Sulawesi Tenggara.

Saat ini menurut Kepala Pusat Fasilitasi Kemitraan Dan Kelembagaan Internasional Kemenhub Agus Prihatin Saptono, tahapan kerja sama dengan pihak ketiga untuk pembangunan proving ground BPLJSKB sudah sampai pada tahap penyusunan dokumen OBC (outline business case). Rencana pembangunan dilakukan secara outdoor dan dengan pengadaan sirkuit untuk pengujian kendaraan bermotor. Langkah ini merupakan salah satu upaya pemerintah memenuhi standar pengujian kendaraan bermotor dari United Nations Economic Commission for Europe (UNECE). “Dengan adanya ketentuan yang merujuk UNECE, pedoman penyusunan kelaikan jalan kendaraan bermotor di Indonesia telah memenuhi standar internasional,” ujar Agus kepada Transmedia di Jakarta.

Selain BPLJSKB, pemerintah terus mempercepat upaya kerja sama pembangunan infrastruktur jalur kereta api Makassar-Parepare. KA Makassar – Parepare tidak hanya melayani angkutan barang, tapi juga angkutan penumpang. Saat ini proses KPBU dengan BUP (Badan Usaha Perkeretaapian) sudah dalam tahap klarifikasi dokumen perjanjian konsorsium untuk Request for Proposal (RFP). Ada beberapa badan usaha yang bersaing untuk menggarap konstruksi jalur kereta sejauh 15,48 Km. Panjang jalur tersebut merupakan porsi badan usaha sedangkan sisanya menjadi porsi Kementerian Perhubungan.

Sesuai Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 18 tahun 2018 tanggal 6 Agustus 2018, pengembangan trase Makassar – Parepare khususnya segmen F telah ditetapkan menjadi tanggung jawab BUP. Badan usaha perkeretaapian juga berperan pada pembangunan fasilitas operasi, depo kereta, operasional, dan perawatan. BUP

Bandara Kalimarau, Kalimantan Utara. Pembangunan Jalur KA Trans Sulawesi

Makassar-Parepare segmen B dan C sepanjang 43 km’sp

memperoleh hak atas perawatan selama periode kerja sama 19 tahun sesuai perjanjian.

Pembangunan jalur KA Makassar - Parepare, terbagi ke dalam beberapa segmen pembangunan. Peran pemerintah dalam pembangunan infrastruktur perkeretaapian di Sulawesi Selatan tersebut meliputi Jalur Palanro - Barru yang merupakan Segmen B sepanjang 16,85 Km, Jalur Barru - Pangkep yang merupakan Segmen C sepanjang 16,5 Km dan Jalur Pangkep - Mandai yang merupakan Segmen D sepanjang 64,05 Km, dengan total sepanjang 107,1 Km.

Selain itu pemerintah juga bertugas membangun siding track sejauh 4,7 Km menuju Pelabuhan Laut Garongkong, pembangunan depo lokomotif, depo rolling stock dan stabling yard di Maros, stasiun penumpang mainline dan perawatannya serta pengadaan fasilitas operasi mainline seperti persinyalan, telekomunikasi, dan sistem elektrifikasi.

Sedangkan, bagian pengoperasian dan perawatan untuk jalur kereta api dan fasilitas operasi segmen B-C-D menjadi tanggung jawab BUP. BUP juga bertugas atas konstruksi segmen

F sepanjang 8,85 Km menuju pabrik F sepanjang 8,85 Km menuju pabrik

20 September 2018. Dengan sistem ini, menurut Agus

Prihatin, pembangunan konstruksi sepenuhnya menjadi tanggungan investor di awal. Pihak investor akan membangun infrastruktur terlebih dulu dalam rentang waktu sesuai perjanjian. Setelah infrastruktur selesai, maka pemerintah akan membayar biaya pembangunan

semen Tonasa, segmen F sepanjang 6,63 Km menuju pabrik semen Bosowa Maros, fasilitas operasi siding track, konstruksi stasiun penumpang di jalur menuju kedua pabrik semen tersebut, dan pengoperasian serta tanggung jawab atas perawatan.

Selain pemerintah dan BUP, peran operator sarana KA ikut menentukan pembangunan khususnya konstruksi jalur KA dari stasiun menuju tiga tujuan (Semen Tonasa, Semen Bosowa, dan Pelabuhan Laut Garongkong). PT Semen Bosowa Maros dan PT Semen Tonasa sudah menyatakan komitmen mereka untuk mendukung pembangunan perkeretaapian melalui berita acara rapat yang diselenggarakan pada 26 September 2018.

Saat ini proses pengadaan lahan di segmen D dan segmen F membutuhkan perhatian khusus. Pembebasan lahan akan didanai sesuai dengan mekanisme Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN)

dan ditargetkan selesai sebelum Desember 2019. Di samping itu, proses pembangunan jalur Palanro – Barru (Segmen B) telah mencapai 86% dan jalur Barru – Pangkep (segmen C) telah mencapai 99%.

Pembangunan jalur kereta api sepanjang 111,8 Km dari Makassar ke Parepare merupakan bagian dari pembangunan jalur KA Trans Sulawesi, yang melewati Kabupaten Maros, Pangkajene dan Kepulauan, Barru, Kota Makassar dan Kota Parepare.

Skema KPBU menjadi alternatif pemerintah untuk menggalang investasi di bidang infrastruktur transportasi di Tanah Air. Pemerintah menyediakan skema AP sebagai salah satu dari beragam alternatif pembiayaan pembangunan yang ditawarkan kepada badan usaha.

Proyek perkeretaapian Makassar - Parepare merupakan proyek percontohan kerja sama

Saat ini proses KPBU dengan BUP (Badan Usaha Perkeretaapian) sudah dalam tahap klarifikasi dokumen perjanjian konsorsium untuk Request for Proposal (RFP).

Indikasi Proyek KPBU Sektor Laut

Status Kesiapan Pilot Project KPBU

No. Nama Proyek Lokasi

Posisi Saat Ini

Skema Pengembalian

Investasi

Rencana Konstruksi

Nilai Proyek Total (Rp. Miliar)

Nilai KPBU Tahun 2019 (Rp. Miliar)

Proyek Indikasi Direktorat Jenderal Perhubungan laut 1. Pengembangan dan Pengoperasian Pelabuhan Anggrek

Q2-2019

350 200 2. Pengembangan dan Pengoperasian Pelabuhan Bau Bau

Sulawesi Tenggara

Q2-2019

200 100

Proyek KPBU

Pencapaian Signing Contract

KA Makassar- Parepare

83%

Desember 2018 Bandara Komodo

53%

Desember 2018 TOD Poris Plawad

67%

Desember 2018 BPLJSKB

37%

Maret 2019 Ditjen PHB Laut

0%

Belum Ditentukan

83%

Makassara- KA Parepare

Pencapaian Tahapan KPBU

Status Kesiapan Pilot Project KPBU

Bandara Komodo

53%

Poris Plawad TOD

67%

BPLJSKB Ditjen Laut

KA Makassara Parepare Bandara Komodo TOD Poris Plawad Proving Ground

PHB Laut Ditjen

100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20%

10% 0%

Transaksi

konstruksi tersebut secara periodik. “Setelah beroperasi negara siap membayar biaya pembangunan itu, namun dengan syarat dan ketentuan yang telah dituangkan dalam perjanjian kerja,” jelasnya.

Pembangunan jalur KA Makassar – Parepare ditargetkan selesai dalam 4 tahun. Setelah pembangunan selesai, pemerintah akan membayar kembali modal yang dikeluarkan pihak ketiga selama periode kesepakatan. Sistem pembayaran seperti ini menurut Agus, telah dijalankan oleh kementerian lain khususnya di Kementerian PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat).

Selain AP, pemerintah juga menyiapkan skema pembayaran user charge (UC) melalui penerapan tiket selama pengelolaan infrastruktur oleh badan usaha.

Salah satu contoh penerapan UC adalah kerjasama dalam proyek LRT Jabodebek. Pihak ketiga yang mendapat hak pengelolaan dan pengoperasian proyek LRT Jabodebek akan memperoleh penerimaan dari penjualan tiket selama periode kerja sama. Jika periode konsesi selesai, infrastruktur yang dibangun akan dikembalikan ke pemerintah. “Jadi tidak ada penjualan asset negara dalam kerja sama yang akan dilakukan, karena setelah periode perjanjian berakhir, semua aset dan pengelolaannya akan dikembalikan ke negara,” ujar Agus.

Dengan skema UC itu, pemerintah tidak menggunakan anggaran APBN tapi dengan modal alternatif dari badan usaha baik BUMN, BUMD, maupun swasta untuk membiayai pembangunan infrastruktur. Dengan konsep KPBU, baik yang solicited (usulan pemerintah) maupun uinsolicited (yang diusulkan oleh

swasta), maka diharapkan pencarian sumber pendanaan di luar APBN dapat tercapai.

Pemerintah berupaya agar proses KPBU berjalan lancar dan tidak menghadapi beragam kendala di lapangan. Salah satu upaya yang dilakukan dengan membentuk kantor bersama yang khusus menangani proses KPBU atau lebih dikenal dengan Simpul KPBU.

Simpul KPBU terdiri dari perwakilan masing-masing stakeholder yang terlibat dalam proses pembangunan dengan skema KPBU. Pihak terkait yang masuk ke dalam Simpul KPBU antara lain PJPK (Penanggung Jawab Proyek Kerja sama), Bappenas, Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan, PT PII (Penjaminan Infrastruktur Indonesia), BPN (Badan Pertanahan Negara) dan LMAN (Lembaga Manajemen Aset Negara), serta masyarakat.

Simpul KPBU melayani proses penyiapan kerja sama, penetapan

skema kerja sama yang tepat, perencanaan (studi kelayakan, OBC, FBC (final business case), hingga proses lelang).

Menurut Agus, skema KPBU memiliki beberapa keunggulan. Salah satunya, adanya penjaminan dari pemerintah melalui PT PII yang ditunjuk Kemenkeu, sehingga pihak investor merasa aman dari kemungkinan terjadinya risiko investasi. “Investor lebih secure, dan model penjaminan baik dengan user charge maupun availability payment (AP) di KPBU inilah yang menarik sektor usaha melakukan investasi mereka. Skema pembiayaan itu pula yang membedakan dengan bentuk kerja sama lain, seperti KSP (Kerja Sama Pemanfaatan) maupun KSM (Kerja Sama Manajemen) dan KSO (Kerja Sama Operasional).

Ketetapan terkait skema kerja sama, tergantung pada potensi masing- masing infrastruktur. Skema yang dipilih akan diputuskan setelah proses kajian awal terlebih dulu atau

Bandara Hanandjoedin Tanjung Pandan, Bangka Belitung.

Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Merauke, Papua.

Bandara Sis Al-Jufri, Palu, Sulawesi Tengah.

feasibility study (FS). Hasil dari kajian awal, pemerintah dapat menawarkan kerja sama kepada badan usaha dengan skema KPBU, KSP, KSM dan KSO maupun skema lainnya.

Selain Makassar - Parepare, skema KPBU juga diberlakukan untuk program pengembangan Bandara Komodo di Labuan Bajo, TOD Poris Plawad, Proving Ground BPLJSKB Bekasi, dan Pelabuhan Bau-Bau serta Pelabuhan Anggrek.

Saat ini, perkembangan masing- masing prasarana berbeda-beda tahapan prosesnya. Tahapan KPBU untuk Pelabuhan Baubau akan dilakukan review dokumen FBC. Selain itu, sudah ada proses transaksi yang mendapat pendampingan dari PT PII. Sedangkan proses KPBU pada Pelabuhan Anggrek akan dilakukan studi pendahuluan, OBC, FBC, dan pendampingan transaksi oleh PT PII.

Hal serupa terkait perkembangan KPBU untuk Bandara Labuan Bajo

4 yang kini sudah pada proses OBC dan kini sedang dalam proses

penyelesaian oleh konsultan. Proses lanjutan untuk penjajakan minat pasar

5 di Kantor BKPM, sudah dilakukan. “Untuk program TOD Poris Plawad saat ini dokumen OBC sudah selesai disusun oleh calon pemrakarsa

Simpul KPBU melayani proses penyiapan kerja sama, penetapan skema kerja sama yang tepat, perencanaan (studi kelayakan, OBC, FBC (final business case), hingga proses lelang).

dan hasilnya sudah direview oleh Bappenas untuk proses penyesuaian. Jika sudah FBC, maka akan dilakukan lelang,” ungkap Agus.

Tahapan OBC juga berlaku pada proving ground Bekasi dengan

BMN menurut Ari, Terminal Tirtonadi Solo, Pelabuhan Sintete di Kalimantan Barat dan Pelabuhan Probolinggo di Jawa Timur. Pengelolaan Pelabuhan Sintete dan Pelabuhan Probolinggo dikerjasamakan melalui skema KSP dengan PT. Pelindo.

Selain dasar hukum berbeda, KSP BMN tidak mensyaratkan adanya penjaminan seperti halnya di KPBU. Cara menjalin kerja sama dengan pihak ketiga juga tidak sama. Jika KPBU harus melalui proses lelang, maka KSP BMN umumnya cukup melalui penunjukan langsung (PL) jika yang menjadi mitra adalah BUMN. “Namun jika pihak ketiga yang diajak kerja sama adalah swasta, maka proses lelang tetap harus dijalankan,” tutur Ari.

KSP BMN yang dilakukan dengan BUMN contohnya PT. Pelindo untuk pelabuhan dan PT. Angkasa Pura untuk bandara. Salah satu pilot project kerja sama pembangunan infrastruktur transportasi yang menggunakan skema KSP adalah Terminal Tirtonadi di Solo. Saat ini terminal tipe A yang berada di bawah Kementerian Perhubungan ini sedang melakukan proses pemilihan mitra KSP.

Dalam perkembangannya, banyak metode kerja sama baru muncul karena ada banyak

UPT/Satker Kemenhub yang berubah statusnya

menjadi BLU (Badan Layanan Umum).

aset lahan yang cukup luas untuk pengujian kendaraan bermotor. Semua proses KPBU tersebut mengharuskan adanya proses lelang di dalamnya. Seperti KPBU untuk jalur KA Makassar-Pare-Pare juga telah melalui proses lelang yang melibatkan beberapa perusahaan dari dalam dan luar negeri. “Inilah yang membedakan skema KPBU dengan skema lainnya,” tandas Agus.

Skema KSP BMN dan KSO BLU

Kepala Biro Layanan Pengadaan dan Pengelolaan Barang Milik Negara Kementerian Perhubungan, Raden Ari Widianto, pilihan skema kerja sama untuk pembangunan infrastruktur tergantung dari kondisi dan potensi masing-masing infrastruktur yang ada. Apabila kajian awal menunjukkan potensi infrastruktur yang lebih komersial, maka pemerintah menawarkan skema Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) BMN (Barang Milik Negara). “KSP BMN diterapkan untuk infrastruktur bandara, pelabuhan, terminal dan prasarana lainnya yang secara perhitungan di awal jelas-jelas akan mendatangkan keuntungan,” ujar Ari.

Beberapa infrastruktur yang siap dikerjasamakan dengan skema KSP

DATA POSISI KSP BMN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

6 Bandara Radin Inten II, Lampung

No. Nama Proyek

Keterangan

7 Bandara Tjilik Riwut Kalteng 1 KSP PELABUHAN SORONG,

Posisi saat ini proses perbaikan proposal oleh

ARAR, MERAUKE, KENDARI,

8 Terminal Tirtonadi Solo, Jawa Tengah BIAK, FAK-FAK 2 KSP ENDE

PT Pelindo.

Posisi saat ini menunggu jadwal tim penilai ke lapangan.

3. KSP PELABUHAN LEMBAR,

Telah dilakukan penilaian lapangan dan

BADAS, TG. WANGI, KALABAHI,

Pengelolaan terminal menurut KUPANG

selanjutnya perumusan KT dan PK.

Ari, dapat dilakukan dengan 4. KSP PELABUHAN PARE-PARE,

pembangunan fasilitas komersil untuk PANTOLOAN

Menunggu persetujun KSP KT dari Menteri

meningkatkan pelayanan kepada 5. KSP PELABUHAN TERNATE, BIMA, Telah terbit persetujuan KSP dari Kemenkeu

Keuangan.

masyarakat. Hal serupa dilakukan BITUNG, MANOKWARI, WAINGAPU dan sedang dalam pembahasan perjanjian KSP.

untuk infrastuktur lainnya yang 6. KSP BANDARA TJILIK RIWUT

Telah terbit persetujuan KSP dari Kemenkeu

dikembangkan dengan mekanisme

dan sedang dalam pembahasan perjanjian KSP.

KSP.

7. KSP TERMINAL TIRTONADI

Proses pemilihan mitra KSP.

Kepala Biro Keuangan dan Perlengkapan Kemenhub Martha Hardisarwono menambahkan, skema KPBU dan KSP bertolak dari upaya optimalisasi aset yang dikelola oleh satuan kerja (Satker) Kemenhub. Aset-aset tersebut tercatat menjadi kekayaan negara (BMN) dan dapat dikelola dengan cara kerja sama dengan BUMN maupun swasta agar menghasilkan sumber pendanaan di luar APBN.

“Akan tetapi jika semua aset dari Satker / UPT (Unit Pelaksana Teknis) Kemenhub itu diambil alih oleh BUMN (pengalihan aset), maka skema kerja sama yang terjadi adalah PMN (penanaman modal negara),”

7 ungkap Martha. Salah satu contoh infrastruktur UPT Kemenhub yang sudah PMN adalah Bandara Juanda Surabaya yang sudah di kelola PT Angkasa Pura I.

Dalam perkembangannya, banyak metode kerja sama baru muncul karena ada banyak UPT/Satker Kemenhub yang berubah statusnya menjadi BLU (Badan Layanan Umum). Saat ini, pemerintah juga sedang mendorong investasi di lima bandara BLU untuk dikerjasamakan dengan BUMN, BUMD, dan swasta, diantaranya Bandara Sentani Jayapura, Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu, Bandara Radin Inten II Lampung, Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu, dan Bandara Hanandjoeddin Belitung.

Dengan status BLU, skema kerja sama yang memungkinkan adalah Kerja Sama Operasional (KSO) dan Kerja Sama Manajemen (KSM).

9 Aktivitas layanan jasa angkutan kargo udara di Bandara Sentani Jayapura Papua.

10 Pelabuhan Anggrek Gorontalo salah satu pengembangan melalui KPBU.

11 Pelabuhan Probolinggo salah satu infrastruktur yang dikembangkan melalui mekanisme KSP.

KSM adalah kerja sama di bidang SDM seperti bandara BLU yang membutuhkan tenaga ahli atau manajer profesional yang menunjang optimalisasi manajemen. Sedangkan ruang lingkup KSO adalah kerja sama dalam pengoperasian jasa layanan kebandarudaraan secara parsial. Ini berbeda dengan KSP yang memiliki lingkup kerja sama meliputi jasa kebandarudaraan secara keseluruhan. Umumnya infrastruktur perhubungan yang berstatus BLU adalah lembaga pendidikan dan beberapa bandara di daerah. “Kalau di sekolah-sekolah perhubungan, uang SPP (sumbangan pembinaan pendidikan) dari para

siswa dapat dipakai oleh pihak BLU untuk kebutuhan mereka secara langsung,” jelas Martha. Ini berbeda dengan UPT yang belum berstatus BLU. Penerimaan UPT langsung

10

masuk menjadi PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak).

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pemerintah terus berupaya mendorong kerja sama untuk pembangunan dan pemanfaatan infrastruktur agar mendatangkan keuntungan. Selain keuntungan berupa kontribusi tetap, pemerintah juga akan mendapat pembagian keuntungan dari revenue dan keuntungan lainnya berupa peningkatan layanan kepada masyarakat.

Pemerintah juga menawarkan pengembangan infrastruktur transportasi di Sumatera Utara, Sulawesi Utara, dan Bali. Potensi investasi dunia usaha di bidang transportasi di Sumatera Utara meliputi kerja sama investasi untuk pembangunan jalur KA Pematang Siantar – Parapat dan Rantau Prapat - Duri - Dumai sepanjang 505,1 Km. Kebutuhan investasi untuk infrastruktur tersebut mencapai 1.208 juta dolar AS.

Bandara Kualanamau, Labuan Bajo, Yogyakarta, dan Bali,” ungkap Budi.

Dorongan kerja sama swasta nasional maupun asing serta Badan Usaha Milik Negara diharapkan dapat menutupi kebutuhan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga lima tahun ke depan. Karena itu, sejumlah pelabuhan atau bandara yang dinilai menguntungkan akan ditawarkan untuk dikerjasamakan, baik dengan BUMN maupun dengan swasta. Sedangkan bandara yang masih berada di daerah pedalaman tetap akan dikelola oleh pemerintah.

Pemerintah telah memanfaatkan gelaran International Monetary Fund (IMF)-World Bank Group Annual Meetings 2018 pada 8-14 Oktober di Nusa Dua Bali, sebagai ajang untuk mempromosikan peluang investasi infrastruktur transportasi di Indonesia kepada dunia internasional. Pemerintah juga menyampaikan skema kerja sama yang dapat dilakukan untuk semakin memajukan pembangunan transportasi di Indonesia. Sebagian dari tawaran investasi pembangunan infrastruktur tersebut sudah berjalan dengan skema KPBU, KSP, KSM maupun KSO BLU, serta skema lain yang bertujuan mendatangkan sumber pendanaan alternatif bagi program pembangunan infrastruktur di Tanah Air. o

Dengan status BLU, skema kerja sama yang memungkinkan adalah Kerja Sama Operasional (KSO)

dan Kerja Sama Manajemen (KSM).

Di samping itu, ada program pembangunan Kuala Tanjung Industrial Gateway Port yang mengintegrasikan pelabuhan dengan kawasan industri dan pembangunan terminal kontainer Pelabuhan Kuala Tanjung. Nilai investasi untuk dua proyek pembangunan tersebut mencapai 3.800 juta dolar AS. “Pada sektor perhubungan udara, pemerintah juga mengundang investasi pengembangan Bandara dan kawasan aerotropolis Kualanamu, pengembangan Bandara Sibolga, dan pembangunan Bandara Silangit yang membutuhkan investasi sekitar 796 juta dolar AS,” ujar Budi Karya Sumadi.

Tawaran kerja sama kepada pihak investor juga meliputi sejumlah program pembangunan infrastruktur transportasi di Sulawesi Utara. Pemerintah membutuhkan dukungan dunia usaha untuk pembangunan Pelabuhan Internasional Bitung dengan total investasi mencapai 2.550 juta dolar AS dan

pembangunan jalur KA sepanjang 116,8 km dengan rute Pantai Paal - Bitung - Manado - Tomohon - Tondano, dengan total investasi mencapai 1.078 juta dolar AS.

Hal serupa untuk program pengembangan transportasi di Bali. Proyek infrastruktur yang berpotensi dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah pembangunan jalur KA rute Denpasar – Singaraja di Bali dengan nilai investasi mencapai 1.747 juta dolar AS. Selain itu program pembangunan bandara di Bali Utara dan pengembangan Bandara Internasional Ngurah Rai yang membutuhkan investasi sekitar 3.668 juta dolar AS.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menambahkan investor asing sudah banyak yang membidik bandara-bandara besar di Indonesia. Di antara mereka ada yang dari India, Korea Selatan, Perancis dan Jepang. “India merupakan salah negara yang cukup berminat mengelola

TOD Poris Plawad Ditargetkan Rampung 2020

perkantoran, dan lapis terakhir adalah permukiman (apartment).

Bambang menjelaskan jenis transportasi yang akan melintas di TOD ini seperti Kereta Listrik Jabodetabek, Bus Rapid Transport (BRT), kereta bandara Soekarno- Hatta, sertas Bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP). Selain itu juga ada Bus Transjakarta, Bus Trans- Tangerang.

“Nantinya, akan direncanakan Pembangunan LRT yang menghubungkan Kota Tangerang ke Kota Tangerang Selatan,

pembangunan ruas Toll Jakarta Outer Ring Road (JORR2) dan akan direncanakan juga pembangunan jalan layang (Elevated) busway

B pengembangan kawasan transportasi

adan Pengelola Transportasi

Terusan Ciledug,” ujar Bambang. Jabodetabek (BPTJ) mulai

target kami, tahun 2019 atau 2020

sudah selesai semua,” ujar Kepala

melakukan pelelangan proyek

BPTJ Bambang Prihartono di Jakarta.

Selain Terminal Poris Plawad,

akan ada tiga terminal yang sudah terintegrasi properti (Transit Oriented

direncanakan untuk dibangun proyek Development / TOD) Terminal Poris

Skema proyek yang bernilai investasi

TOD oleh BPTJ bersama dengan Plawad, Kota Tangerang, Banten,

Rp 1,7 triliun ini menggunakan skema

swasta di luar Jakarta. Ketiganya kepada swasta pada awal September

Kerja Sama Pemerintah dengan

adalah Terminal Baranangsiang 2018 lalu. Targetnya pembangunan

Badan Usaha (KPBU) Unsolicited.

di Kota Bogor, Terminal Jatijajar proyek ini akan selesai pada 2020.

Dengan skema ini, pembangunan dan

pengoperasian proyek tersebut akan

di Kota Depok, dan Terminal

Pondok Cabe di Kota Tangerang groundbreaking bulan April, langsung

“Harapan kami kalau dapat dipegang oleh swasta. Sementara,

Selatan. Secara keseluruhan, ada mulai pembangunan fisiknya. Jadi,

pemerintah hanya menyiapkan lahan

untuk proyeknya.

47 kawasan berpotensi TOD yang dapat dikerjasamakan secara

Pembangunan proyek TOD Terminal

KPBU di Jabodetabek Kementerian

Poris Plawad ini diusulkan dan

Perhubungan telah menjalin

diprakarsai oleh PT Mina Trasindo

sinergi dengan BUMN, swasta dan

Totabuan. Pemerintah kemudian

BUMD untuk menyediakan layanan

menyetujui segera melakukan proses

infrastruktur angkutan umum massal.

lelang kepada swasta, termasuk

Mina Transindo. BPTJ ingin TOD

KPBU TOD LRT Cibubur

Transjakarta yang menjadi transportasi

1 massal yang melayani masyarakat

Poris Plawad memiliki empat lapisan.

Kerja sama dengan pihak swasta juga

Tangerang.

Lapisan pertama perpindahan

dilakukan di salah satu titik simpul

transportasi antarmoda, lapis kedua

LRT Cibubur Bogor, Jawa Barat.

Bis Antar Kota Antar Provinsi yang berada

2 di Terminal Poris.

area komersial, lapisan selanjutnya

PT Agung Podomoro Grup telah

mendapatkan rekomendasi di BPTJ untuk membangun kawasan TOD di Cibubur.

Beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah masuk pengembangan TOD antara lain PT PP (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, Perumnas, hingga PT Adhi Karya (Persero) Tbk.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Prasarana BPJT Suharno menjelaskan Agung Podomoro telah mengajukan rekomendasi teknis untuk menggarap proyek TOD di beberapa kawasan transportasi. BPTJ akan menyesuaikan apakah konsep yang diajukan pengembang tersebut sudah sesuai dengan delapan prinsip integrasi yang diharapkan. “Kalau sesuai prinsip baru kami berikan rekomendasi,” ujarnya.

Suharno menyatakan pihaknya juga mendorong Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk mengembangkan TOD ini. Dari data BPTJ, paling tidak ada

22 TOD perkotaan yang berpotensi dikembangkan hingga tahun 2019 mendatang. “Tapi yang kami dorong saat ini terutama di stasiun Tanah Abang, Senen, hingga Juanda,” lanjutnya.

Bukan hanya itu, BPTJ juga akan membuat rencana induk penataan dan pengintegrasian 17 stasiun di Jabodetabek. Penataan dilakukan karena masih ada kerumitan dalam integrasi antarmoda. “Misalnya kendaraan umumnya masih berhenti sembarangan, nanti kami tata juga ojek online dan ojek (pangkalan) di situ,” jelas dia.

Sinar Mas Jajaki Proyek MRT Hingga Cisauk, Tangerang

PT Sinar Mas Land menyatakan berminat untuk menggarap proyek MRT. Saat ini Grup Sinar Mas tersebut sedang menjajaki kemungkinan masuk ke proyek MRT yang rencananya akan diperpanjang hingga stasiun Cisauk di Kabupaten Tangerang.

CEO Strategic Development & Service Sinar Mas Land Ishak Chandra mengatakan proses pembicaraan dengan PT MRT masih panjang. Karena itulah, pihaknya belum dapat menjelaskan lebih jauh mengenai rencana ini. “Memang sedang dalam pembicaraan dan kami jajaki, tapi kami tidak dapat berbicara (lebih jauh) lagi,” kata Ishak di Jakarta.

Direktur PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSD) Hermawan Wijaya

mengaku tertarik dengan konsep pengembangan properti di kawasan MRT ini. MRT Jakarta saat ini sedang berbicara dengan sejumlah investor untuk memperpanjang rute MRT dari Jakarta hingga ke Rawa Buntu. Salah satu investor yang dianggap mampu diajak bekerja sama adalah Sinar Mas Land, yang ingin memperpanjang hingga Cisauk.

Namun hingga saat ini proses perizinan dari Pemerintah Daerah (Pemda), yakni Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten dan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan (Tangsel) sedang berjalan. Pemkot Tangsel sudah menyatakan keinginannya memperpanjang rute MRT ini hingga Rawa Buntu.

Dengan banyaknya infrastruktur transportgasi yang berpotensi dikembangkan menjadi TOD, maka peluang keterlibatan swasta dalam program pembangunan terbuka lebar. Pemerintah menyiapkan ketersediaan lahan dan fasilitas pendukung lainnya termasuk payung hukum regulasi serta koordinasi dengan semua instansi terkait, maka peluang percepatan pembangunan diharapkan berjalan lancar sesuai harapan. o

(Perpres) RI Nomor 55 Tahun 2018 dan menjadi rujukan pemerintahan kabupaten/Kota se-Jabodetabek dalam pembangunan sistem transportasi perkotaan.

Pengintegrasian sistem pembayaran merupakan langkah lanjutan dari pengintegrasian sarana dan prasarana angkutan umum massal perkotaan. Sesuai rencana integrasi antarmoda meliputi angkutan umum massal berbasis rel (kereta rel listrik (KRL), light rail transit (LRT), mass rapid transit (MRT)), maupun bus rapid transit (BRT). Integrasi merupakan solusi terbaik penanganan kemacetan di kawasan perkotaan khususnya Jakarta dan kota-kota sekitarnya.

Kepala Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) Bambang Prihartono mengatakan dengan adanya integrasi antarmoda maka upaya pengintegrasian sistem pembayaran angkutan umum dapat dilakukan. BPTJ kini terus berupaya merealisasikan program e-ticketing ini untuk meningkatkan pelayanan transportasi yang lebih baik kepada masyarakat. “Ini merupakan langkah lanjutan dari

R ancangan pengintegrasian

sistem pembayaran angkutan umum menjadi salah satu

pilihan kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Rencana Induk Transportasi Jabodetabek (RITJ) 2018 - 2029. RITJ telah ditetapkan Presiden melalui Peraturan Presiden

kebijakan pengintegrasian sarana dan prasarana antarmoda angkutan massal yang hingga kini juga sedang berjalan,” ujar Bambang.

BPTJ berupaya merealisasikan target pengintegrasian sistem pembayaran angkutan umum (e-ticketing) itu melalui koordinasi secara intensif dengan pihak Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KRL, LRT dan MRT Jakarta. BPTJ akan menjadi regulator dalam skema e-ticketing ini. Dengan skema itu, masyarakat dapat memanfaatkan layanan angkutan LRT, MRT, KA Bandara, KRL, dan Transjakarta dengan menggunakan satu kartu pembayaran yang terintegrasi.

Saat ini, langkah pengintegrasian e-ticketing ini sudah berjalan melalui pembentukan konsorsium yang terdiri dari para operator angkutan umum massal perkotaan. Dengan adanya konsorsium yang menjadi institusi badan hukum tersebut maka upaya pengintegrasian e-ticketing akan lebih mudah. “Pemberian subsidi maupun kebijakan lain terkait penataan angkutan umum massal perkotaan yang ada, juga dapat dilakukan dengan baik, melalui institusi badan hukum transportasi yang tetap,” jelas Bambang.

Bambang melanjutkan di Indonesia umumnya tantangan yang dihadapi dalam menata angkutan umum adalah sistem angkutan umum lebih banyak dimiliki oleh perseorangan dan bukan perusahaan. Dampaknya, pemerintah mengalami kesulitan saat akan memberi subsidi tarif angkutan umum seperti subsidi public service obligation (PSO). Subsidi PSO hanya dapat diberikan kepada angkutan umum yang berbadan hukum tetap.

Pengintegrasian sistem pembayaran antarmoda melalui single ticketing juga akan menghapus kompetisi di antara moda angkutan umum. “Pengintegrasian tiket semua angkutan umum merupakan salah satu kiat pemerintah meningkatkan pelayanan transportasi yang lebih baik dari sebelumnya,” ujar Bambang.

Ia menambahkan, upaya mendorong pengintegrasian e-ticketing dan antarmoda di perkotaan semakin

Pengintegrasian sistem pembayaran (e-ticketing) antarmoda merupakan bagian dari bentuk peningkatan pelayanan angkutan umum massal perkotaan. Pengintegrasian sistem pembayaran (integrated payment) semua angkutan umum yang telah terkoneksi satu sama lainnya, diharapkan menarik minat masyarakat khususnya pengguna kendaraan pribadi beralih ke angkutan umum.

Sistem pembayaran e-ticketing

Light Rail Transit (LRT) salah satu transportasi massal yang menjadi andalan masyarakat perkotaan.

MENYATUKAN TIKET ANTARMODA

mudah dengan dukungan aplikasi passenger information system (PIS). PIS adalah sistem yang berfungsi sebagai penyedia layanan informasi terkait rute angkutan, jadwal keberangkatan angkutan, dan pilihan moda angkutan umum. Sistem ini memudahkan masyarakat memanfaatkan jasa angkutan umum massal perkotaan yang tepat. BPTJ bekerja sama dengan perusahaan multinasional Google meluncurkan aplikasi passenger information system yang dikenal dengan moovit. Melalui aplikasi moovit, masyarakat akan dengan mudah mengakses Transjakarta dan angkutan umum lainnya secara real time.

Bambang menambahkan upaya peningkatan pelayanan angkutan umum massal perkotaan mutlak dilakukan agar penggunaan kendaraan pribadi dapat dikurangi dan pelayanan yang baik akan menjadi solusi terhadap tingginya kebutuhan perjalanan (travel demand) masyarakat.

Untuk membangun sistem transportasi perkotaan, memang perlu mempertimbangkan tiga komponen. Pertama, sistem pemanfaatan lahan (land use). Kedua, infrastruktur transportasi. Dan ketiga, perilaku masyarakat (human behavoiour). Ketiga komponen tersebut saling memengaruhi. Infrastruktur yang ideal tidak akan berfungsi secara optimal jika tidak didukung oleh human behaviour yang baik. Semua komponen harus berfungsi secara optimal untuk membentuk sistem transportasi yang ideal seperti halnya di negara- negara maju. Pengalaman di kota- kota Eropa menunjukkan persentase penggunaan angkutan massal yang cukup besar berhasil mengatasi kemacetan.

Menurut Bambang, untuk mencapai tujuan tersebut, pelayanan angkutan umum massal harus dapat diandalkan dan didukung pengembangan tata ruang yang terpusat (intensive / compact) dan

Saat ini, langkah pengintegrasian

e-ticketing ini sudah berjalan melalui pembentukan konsorsium yang terdiri dari para operator angkutan umum massal perkotaan.

bukan melebar (extensive / sprawl). Apabila kebijakan terkait tata ruang perkotaan cenderung melebar maka penanganan transportasi tidak akan berhasil.

Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Manajemen Lalu Lintas BPTJ, Hananto Prakoso menilai kondisi kota-kota besar di Indonesia termasuk Jakarta dan daerah- daerah sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi/Bodetabek), tidak memungkinkan adanya pengembangan sistem transportasi yang mengikuti model extensive.

Contoh pengembangan sistem transportasi perkotaan yang menerapkan konsep extensive ini adalah kota-kota Amerika dan Australia. Kebijakan di bidang transportasi di dua negara tersebut mendukung penggunaan kendaraan pribadi dengan pembangunan infrastruktur jalan yang memadai. “Ini berbeda dengan pembangunan sistem transportasi di Eropa yang lebih mengutamakan peran angkutan umum massal perkotaan sebagai sarana transportasi utama masyarakat dari pada kendaraan pribadi,” jelas Hananto.

Hananto menilai tata kota untuk Jabodetabek lebih sesuai dengan

konsep tata ruang perkotaan yang bersifat intensive/compact (memusat). Sistem transportasi yang mendukung tata ruang seperti itu adalah dengan optimalisasi penggunaan angkutan umum massal perkotaan seperti di kota-kota Eropa.

Pengembangan Sistem Angkutan

Umum Massal (SAUM) Pengamat Transportasi dan Anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Iskandar Abubakar menyebut sistem transportasi di Jakarta membutuhkan perubahan fundamental terkait pembatasan jumlah kendaraan pribadi, dan peningkatan pelayanan angkutan umum.

Menurutnya, ada banyak kelebihan mengembangkan angkutan umum massal perkotaan. Dengan kemampuan angkut penumpang yang banyak, angkutan umum massal perkotaan juga memudahkan mobilitas masyarakat secara lebih cepat, murah, efektif dan efisien.

Untuk mencapai itu, Iskandar menyebut beberapa hal terkait pembangunan angkutan umum

yang terintegrasi. Pengintegrasian angkutan umum dapat berhasil apabila mempertimbangkan tiga aspek pengembangan. Pertama, tempat (lokasi) pengintegrasian harus berdekatan antara moda yang satu dengan yang lain. Kalau tempatnya berjauhan maka penumpang merasa tidak nyaman karena harus berjalan lagi. Kedekatan prasarana halte bus dengan stasiun maupun prasarana terintegrasi lainnya akan memperpendek jarak perpindahan antarmoda dan tentunya akan mempersingkat waktu perjalanan. Kecepatan dan kemudahan inilah yang menentukan minat masyarakat untuk menggunakan angkutan umum.

Aspek kedua terkait penerapan sistem pembayaran angkutan umum yang terintegrasi dan dengan harga terjangkau. Aspek ketiga, waktu integrasi harus singkat. Iskandar berpandangan, perpindahan rute satu ke rute lainnya tidak berlangsung lama sehingga penumpang cepat sampai ke tujuan. Ketersediaan angkutan feeder (penyambung) di awal dan di akhir perjalanan turut menunjang keberhasilan pelayanan angkutan umum yang baik.

Beragam kebijakan untuk meningkatkan pelayanan transportasi diharapkan mampu mengatasi persoalan yang terjadi di kota-kota aglomerasi Indonesia termasuk Jabodetabek.

Setelah pelayanan sarana dan

pribadi di jalan-jalan utama kota. prasarana transportasi dilakukan,

pribadi. Salah satu contohnya

Paralel dengan kebijakan tersebut, langkah selanjutnya menurut

kebijakan terkait penerapan tarif jalan

jelas Iskandar, pelayanan angkutan Iskandar adalah dengan membatasi

(electronic road pricing /ERP) yang

umum mutlak ditingkatkan, tidak penggunaan kendaraan pribadi.

tinggi. Dengan cara itu, masyarakat

saja untuk menarik pengguna mobil Kebijakan transportasi perkotaan di

akan berpikir ulang menggunakan

pribadi tapi juga menarik minat Eropa dilakukan dengan tujuan agar

kendaraan pribadi mereka. Kebijakan

pengguna sepeda motor. Sarana pengguna angkutan umum lebih

pemerintah kota London dan

transportasi di kota-kota besar praktis dan nyaman dibandingkan

Paris membuktikan keberhasilan

Indonesia, notabene didominasi oleh dengan penggunaan kendaraan

penerapan tarif tinggi dapat

mengurangi pemakaian kendaraan

sepeda motor. Untuk itu, pelayanan angkutan umum tidak hanya cepat, tapi juga harus murah. Ini dapat dilakukan dengan cara pemberian subsidi kepada angkutan umum yang dikelola melalui badan usaha transportasi.

Iskandar menyarankan pemerintah untuk mencari sumber anggaran subsidi untuk angkutan umum melalui penerapan tarif tinggi bagi pengguna kendaraan pribadi. Penerimaan dari kebijakan tarif tersebut dialihkan sebagai sumber pendanaan subsidi ke angkutan umum. Salah satu sumber subsidi lainnya juga berasal dari pajak kendaraan bermotor. Beberapa daerah masih menjadikan pajak kendaraan bermotor ini sebagai primadona pendapatan daerah. “Pengalaman di Jepang dan Jerman

4 menunjukkan pajak bahan bakar bagi pengguna kendaraan pribadi juga

turut menjadi sumber pendapatan yang dialokasikan kembali sebagai

5 sumber pembiayaan subsidi,” terang Iskandar.

Beragam kebijakan untuk meningkatkan pelayanan transportasi diharapkan mampu mengatasi persoalan yang terjadi di kota-kota aglomerasi Indonesia termasuk Jabodetabek. Pemerintah terus mengupayakan pengintegrasian sistem pembayaran (e-ticketing) angkutan umum maupun pengintegrasian antarmoda, agar masyarakat memperoleh pelayanan angkutan umum massal perkotaan yang lebih mudah, murah, aman, cepat, dan nyaman. o

3 Transjakarta merupakan salah satu transportasi massal yang menjadi andalan masyarakat perkotaan.

4 Commuter line transportasi yang populer digunakan oleh masyarakat perkotaan.

5 Salah satu halte Transjakarta yang sudah menggunakan fasilitas e-ticketing.

Memperlancar Distribusi Daging Nasional