Sasaran Strategis 2: Ekspor dan Kerjasama Internasional

3.2.2. Sasaran Strategis 2: Ekspor dan Kerjasama Internasional

3.2.2.1 Total Ekspor tahun 2012 sebesar US$ 190 M.

Target Ekspor Non Migas

Pada tahun 2012, kinerja ekspor Indonesia menurun 6,61% dibandingkan

tahun 2012 telah

tahun sebelumnya, yaitu dari US$ 203,5 Milyar menjadi US$ 190,03

terlampaui.

milyar. Ekspor tersebut terdiri dari ekspor migas senilai US$ 42,6 milyar dan ekspor non migas senilai US$ 153,1 milyar. Ekspor non migas 2012 turun 5,52% jauh dari target tahun 2012 yang tumbuh 12,3-13,5%.

Rata-rata kontribusi Ekspor non-migas terhadap total ekspor Indonesia selama 2007-2012 sebesar 80,9% dengan kenaikan rata-rata per tahun sebesar 0,02%. Kinerja ekspor Indonesia saat ini mengalami penurunan disebabkan oleh menurunnya permintaan di beberapa negara mitra dagang Indonesia juga diakibatkan oleh menurunnya harga beberapa komoditi utama ekspor Indonesia.

Tabel 11 Pertumbuhan Nilai dan Volume Ekspor Indonesia

USD JUTA

GROWTH NILAI

KONTRIBUSI

RIBU TON GROWTH VOLUME

TOTAL EKSPOR

5.45 27 Bahan bakar mineral

TOTAL NON MIGAS

(3.78) 13.90 385,120 8.78 15 Lemak & minyak hewan/nabati

(1.64) 11.21 22,455 13.95 85 Mesin/peralatan listrik

(3.41) 5.66 619 (5.51) 40 Karet dan Barang dari Karet

(27.01) 5.51 3,078 (2.66) 84 Mesin-mesin/Pesawat Mekanik

6.15 3.21 644 6.53 26 Bijih, Kerak, dan Abu logam

(30.78) 2.67 91,257 (6.30) 87 Kendaraan dan Bagiannya

45.91 2.56 529 33.70 48 Kertas/Karton

(5.57) 2.07 4,212 (1.30) 38 Berbagai produk kimia

4.94 2.02 3,667 17.95 62 Pakaian jadi bukan rajutan

(9.76) 1.97 194 (7.94) 64 Alas kaki

6.74 1.85 199 0.38 44 Kayu, Barang dari Kayu

2.18 1.81 4,467 3.17 61 Barang-barang rajutan

(2.87) 1.81 252 6.04 71 Perhiasan/Permata

11.37 1.52 6 9.71 29 Bahan kimia organik

SUBTOTAL 15 KOMODITI UTAMA

NON MIGAS LAINNYA

TOTAL NON MIGAS

80.54 551,691 5.45 TOTAL MIGAS

Minyak Mentah

Hasil Minyak

Sumber: BPS (diolah)

Hal ini terlihat dari sisi volume ekspor Indonesia yang mengalami peningkatan 3,1% sedangkan nilainya mengalami penurunan 6,6%. Beberapa komoditi yang pertumbuhan volume ekspornya mengalami pelambatan sedangkan nilainya menguat antara lain: bahan bakar mineral volumenya naik 8,8% (YoY) sedangkan nilainya turun 3,8%; lemak dan minyak hewan/nabati volumenya naik 14,0% sementara nilainya turun 1,7%; karet dan barang dari karet volumenya hanya turun 2,7% sementara nilainya turun 27,0%; bijih, kerak dan abu logam volumenya hanya turun 6,3% sementara nilainya turun 30,8%; dan bahan kimia organik volumenya hanya turun 17,2% sementara nilainya turun 26,2%.

Gambar 6 Pertumbuhan Ekspor Non Migas Berdasarkan Sektor Tahun 2011-2012

Ekspor Non Migas Menurut Sektor

Pertumbuhan (%)

(USD Miliar) 31.33 -9.59

Sumber: BPS

Kontribusi ekspor 10

Selain diversifikasi negara tujuan ekspor, Indonesia juga melakukan

produk utama sebesar

diversifikasi produk ekspor. Diversifikasi produk ekspor ditujukan untuk

46,8% dari total ekspor

mengurangi ketergantungan ekspor Indonesia pada produk tertentu.

non migas.

Semakin banyak pilihan produk Indonesia yang diekspor, maka akan semakin menguatkan posisi Indonesia di kancah perdagangan

internasional. Kementerian Perdagangan telah menetapkan 10 jenis produk yang disebut sebagai 10 produk utama, dengan nilai ekspor tertinggi dibandingkan produk-produk lainnya. Produk-produk tersebut adalah tekstil dan produk tekstil, produk elektronik, karet dan produk karet, sawit, produk hasil hutan, alas kaki, otomotif, udang, kakao, dan kopi.

Adapun capaian pada tahun 2012 menunjukkan bahwa kontribusi ekspor non migas di luar 10 produk utama mencapai USD 71,61 miliar atau dengan kontribusi sebesar 46,8% terhadap ekspor non migas. Dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya, capaian kontribusi ekspor produk di luar 10 produk utama ini menunjukkan penurunan sebesar 7,2%, dimana tahun 2011, kontribusi ekspor produk-produk di luar 10 produk utama mencatatkan nilai sebesar USD 74,31 miliar. Adapun kontribusi ekspor produk-produk di luar 10 produk utama pada tahun 2011 adalah sebesar 54,1%.

Secara keseluruhan, sebagian produk utama juga merasakan imbas perlambatan perdagangan global. Berdasarkan data tahun 2012, produk- produk utama yang mengalami penurunan nilai ekspor antara lain karet dan produk karet (-25,02%), kakao (-20,45%), tekstil dan produk tekstil (- 0,74%), serta produk hasil hutan (-3,64%). Walaupun beberapa komoditas utama menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, di antaranya produk otomotif (55,50%), dan komoditas kopi (20,53%).

Gambar 7 Kontribusi Produk Utama pada Ekspor Non Migas Nasional

Utama Diluar 10

Sumber: BPS

Kontribusi ekspor produk

Secara spesifik selain 10 produk utama, Kementerian Perdagangan juga

lainnya sebesar 53,17%

telah menetapkan 10 produk ekspor potensial, yakni produk-produk yang

dari ekspor non migas.

nilai ekspornya berpotensi untuk dikembangkan menjadi lebih besar dan berkontribusi terhadap ekspor nasional. Produk-produk tersebut adalah kulit dan produk kulit, peralatan medis, tanaman obat, makanan olahan, minyak atsiri, ikan dan produk perikanan, produk kerajinan, perhiasan, rempah-rempah, dan peralatan kantor.

Keseluruhan pada tahun 2012, komoditas potensial mencatatkan nilai ekspor sebesar USD 10,94 miliar, atau mengalami kenaikan sebesar 10,53% jika dibandingkan dengan capaian di tahun sebelumnya. Pada tahun 2012, kontribusi komoditi ekspor potensial mencatatkan persentase sebesar 7.14%. Peningkatan tertinggi ditunjukkan oleh komoditas rempah-rempah (46,44%), diikuti oleh produk perikanan (20,89%), serta perhiasan (11,37%).

Gambar 8 Perkembangan Ekspor Komoditi Potensial Nilai Ekspor (USD Miliar)

Pertumbuhan (%)

KULITPRODUK KULIT 0.13

PERALATAN MEDIS

26.37 TANAMAN OBAT

MAKANAN OLAHAN

4.25 -7.44

MINYAK ATSIRI 0.13

109.44 IKANPRODUK PERIKANAN

18.11 46.44 PERALATAN KANTOR

Nilai Satuan

Sumber: BPS (diolah)

Dalam rangka mendorong terwujudnya diversifikasi produk ekspor sebagai upaya mengurangi ketergantungan kepada produk ekspor tertentu, sekaligus sebagai upaya meningkatkan kinerja ekspor non migas Indonesia, di tahun 2012 Kementerian Perdagangan telah melakukan berbagai kegiatan antara lain seminar, workshop dan pelatihan mengenai pengembangan produk, adaptasi produk, serta sejumlah kegiatan untuk mempromosikan produk ekspor Indonesia di luar 10 produk utama dengan mengikutsertakan dalam kegiatan pameran (di dalam maupun di luar negeri), misi dagang, maupun dengan melalui instore promotion.

3.2.2.2 Total ekspor Indonesi

Diversifikasi Pasar Ekspor Tercapai

Concentration Ratio pada 5 (lima) negara tujuan ekspor terbesar Indonesia tercatat

nesia ke negara non tradisional meningkat sebesar

Pada periode Januari – Desember 2012, konsen Indonesia di lima negara tujuan utama yakni Serikat, India dan Singapura, tercatat sebesar 49, dengan target yang ingin dicapai yakni sebesar 47 hanya mencapai 94,81%. Realisasi ini menunju besar ekspor non migas Indonesia masih terkon negara yang disebutkan di atas.

Pada tahun 2012, RRT menjadi negara tujuan ek Indonesia dengan nilai ekspor sebesar USD 20.8 persentase kontribusi terhadap ekspor nasional se mempertahankan posisinya sejak tahun 2011 se ekspor non migas Indonesia. Mengikuti RRT, dengan persentase 11,25% (USD 17.226,5 juta), A kontribusi sebesar 9,53% (USD 14.591,3 juta) masing-masing sebesar 8,13% (12.446,8 juta) dan

Gambar 9 Disversifikasi

Dibandingkan dengan tahun 2011, konsentra Indonesia ke 5 (lima) negara tujuan ekspor utama sebesar 0,06%. Pada tahun 2011, angka Concentra negara tujuan ekspor terbesar Indonesia terc Kecenderungan konstannya konsentrasi ekspor tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2011 pad utama, selain disebabkan oleh menurunnya pe negara mitra dagang Indonesia juga diakibatkan beberapa komoditas utama ekspor Indonesia. S dibandingkan dengan nilai total ekspor non mig total ekspor non migas di tahun 2012 menunjuk 5.52%. Di samping itu, pasar Timur Tengah yang terakhir menjadi emerging market ekspor non tengah mengalami permasalahan politik dan kea tidak langsung mempengaruhi perekonomian n yang berdampak pada nilai impor mereka dari Ind

Negara- Negara Lainnya

29,08%

5 Negara Tujuan Ekspor Utama 49,44%

sar 25% di tahun 2012.

sentrasi ekspor non migas kni RRT, Jepang, Amerika

r 49,44%. Jika dibandingkan r 47%, realisasi tahun 2012 unjukkan bahwa sebagian

rkonsentrasi pada 5 (lima)

n ekspor non migas utama 20.863,8 juta atau dengan

al sebesar sebesar 13,63%,

11 sebagai pasar terbesar RT, berturut-turut Jepang a), Amerika Serikat dengan

uta), India dan Singapura dan 6,90% (10.557, 3 juta).

ikasi Ekspor Indonesia Tahun 2012

Sumber: BPS (diolah)

ntrasi ekspor non migas ama mengalami penurunan

ntration Ratio pada 5 (lima) tercatat sebesar 49,38%. spor non migas Indonesia pada 5 (lima) negara tujuan

a permintaan di beberapa an oleh menurunnya harga . Secara keseluruhan, jika

migas di tahun 2011, nilai njukkan penurunan sebesar ang dalam beberapa tahun non migas Indonesia juga

keamanan sehingga secara an negara-negara tersebut

i Indonesia.

RRT 13,63% Jepang

11,25% AS 9,53%

India 8,13% Sing 6,90%

Sejalan dengan penurunan nilai ekspor non migas Indonesia ke sejumlah negara mitra dagang utama, beberapa negara tujuan ekspor Indonesia mengalami kenaikan permintaan akan produk-produk ekspor non migas Indonesia terutama negara emerging market. Selama periode Januari- November 2012, negara-negara yang mengalami kenaikan permintaan yang cukup signifikan akan produk ekspor non migas Indonesia antara lain Australia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Pakistan, Kenya, Oman, Djibouti, Israel, Kolumbia, Yaman, dan Angola. Ekspor non migas Indonesia ke negara-negara tersebut memiliki peluang yang sangat besar untuk dapat ditingkatkan mengingat terjadinya masalah perekonomian di kawasan Uni Eropa yang merupakan pasar tradisional dari produk ekspor non migas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.

Gambar 10 Nilai Ekspor Non Migas Indonesia pada Beberapa Negara Emerging Market

Nilai (USD miliar)

SAUDI ARABIA

REP.AFRIKA

Sumber: BPS (diolah)

3.2.2.3 Menuju pencapaian total ekspor Indonesia sebesar 1% dari GDP dunia (= USD 700M) dalam

waktu 3 - 5 tahun ke depan.

Total Ekspor Indonesia

Sejak tahun 2010, kontribusi ekspor Indonesia berhasil melampaui angka

2012 Mencapai 1,01%

1% terhadap total ekspor dunia, dan mencapai 1,06% di tahun 2012.

Terhadap Total Ekspor

Selama 2006-2012, kontribusi ekspor Indonesia terhadap ekspor Dunia

Dunia.

meningkat rata-rata 5,8% per tahun. Hal tersebut menandakan bahwa perdagangan Indonesia mengalami perkembangan yang signifikan dan Indonesia menjadi pasar yang lebih berdaya saing dengan negara-negara di dunia.

Gambar 11 Kontribusi Ekspor Inodnesia terhadap Ekspor Dunia Trend (%)

Ekspor Dunia (USD Miliar) 12,042.9 13,849.3 15,997.8 12,339.5 15,055.3 17,855.7 17,855.7 6.0 Ekspor Indonesia (USD Miliar)

203.5 190.0 12.1 Pangsa Indonesia (%)

Sumber : BPS, Trademap (diolah)

3.2.2.4 Peningkatan Akses Pasar Ekspor dan Fasilitasi Ekspor

Promosi Ekspor melalui

Dalam upaya untuk mendorong peningkatan kinerja ekspor nonmigas

Partisipasi pada Pameran

Indonesia melalui kegiatan promosi, Kementerian Perdagangan

Dagang Internasional.

senantiasa berpartisipasi pada sejumlah kegiatan promosi dagang (pameran) internasional di sejumlah negara.

Partisipasi pada kegiatan promosi ekspor ini melibatkan sejumlah pengusaha Indonesia dengan beragam kategori produk. Dalam kepesertaannya di berbagai kegiatan dimaksud, Kementerian Perdagangan juga berkoordinasi dengan berbagai pihak meliputi sejumlah instansi terkait di pusat dan daerah, asosiasi pengusaha, BUMN, serta pihak swasta.

Pada tahun 2012, Kementerian Perdagangan telah melaksanakan kegiatan promosi dagang, berupa partisipasi pameran dagang dan penyelenggaraan instore promotion di luar negeri sebanyak 147 kegiatan yang terdiri atas:

Pameran luar negeri: 18 pameran dagang, antara lain yaitu MACEF- Italia, The 22nd Communic Asia – Singapura, Hongkong Fashion Week 2012 – Hongkong, Index – UEA, CAEXPO – China, The Big Seven – Afrika Selatan, dll. Pameran Mandiri : 10 pameran dagang, antara lain yaitu Cairo Int'l Fair – Mesir, Alimentaria – Spanyol, Seoul Food & Hotel – Korea Selatan, Japan Fashion Week – Jepang, Import Shop Berlin – Jerman, dll. Instore Promotion: yaitu Instore Promotion Mitshukoshi – Jepang. Pameran Dagang ITPC sebanyak 118 pameran dagang antara lain adalah Pameran West Japan Import Fair 2012 – Jepang, Summer Fancy Food Show – Amerika Serikat, Import Export Show – Australia, Fish International Fair – Jerman, 88th Zagreb Int'l Autumn Fair – Kroasia, Artesanatos do Mundo – Brazil, dll

Pelaksanaan Pameran

Pameran Thaifex yang diselenggarakan pada tanggal 23-27 Mei 2012 di

Thaifex 2012.

Bangkok – Thailand ini merupakan salah satu pameran internasional terkemuka di kawasan Asia yang menampilkan produk makanan dan minuman termasuk di dalamnya produk halal, organik, jasa katering, layanan perhotelan, teknologi pangan, retail dan franchise.

Selama pameran berlangsung, prospective kontak dagang yang diperoleh peserta Paviliun Indonesia sebesar US$. 4.563.804 (empat juta lima ratus enam puluh tiga ribu delapan ratus empat dollar Amerika Serikat) dan 39 inquiry meningkat 12.34% dibandingkan dengan hasil transaksi pada tahun 2011 yaitu sebesar US$ 4.061.344 (empat juta enam puluh satu ribu tiga ratus empat puluh empat dollar Amerika Serikat) dan 16 inquiry.

Keikutsertaan Indonesia sia dalam Thaifex Tahun 2012

Pelaksanaan Vietnam

Pameran Vietnam Medi Pharm Expo 2012 merup Pa erupakan pameran tahunan

Medi Pharm Expo 2012.

in industri kesehatan Vietnam yang diselenggara garakan oleh Departemen Ke Kesehatan Vietnam dan Departemen Perindust dustrian dan Perdagangan Vietnam, Vietnam National Trade Fair and Vi and Advertising Company (V (Vinexad) dan perusahaan publik Vimedimax Me Medi-Pharm. Kementerian Pe Perdagangan memfasilitasi 10 (sepuluh) produse dusen alat-alat kesehatan dan farmasi Indonesia. da

Pa Pameran tahunan ini telah diselenggarakan un untuk ke-12 kalinya dan diikuti oleh 200 perusahaan dari 25 negara pesert di serta lainnya antara lainnya Am Amerika Serikat, Jerman, Italia, Rusia, Singapu apura, Australia, Republik Ko Korea, Jepang, Bangladesh, Thailand, dan Israel. P el. Partisipasi pada tahun ini merupakan partisipasi Indonesia yang pertama k m a kalinya, dengan harapan

dapat memberikan hasil yang baik di masa yang ak da g akan datang.

Keikutsertaan Indonesia dalam Vietna ietnam Medi Pharm Expo 2012

Pelaksanaan China

China International Furniture Fair (CIFF) Ch F) merupakan pameran

International Furniture

in internasional tahunan yang diselenggarakan ole oleh China Foreign Trade

Fair (CIFF) 2012

Ce Centre,

2012 merupakan penyelenggaraan yang ke-30. Pameran ini m pe i merupakan salah satu pa pameran terbesar di China Tengah dan Asia sia untuk produk furnitur, pe penutup lantai (floor covering), dekorasi inter interior, ubin dan coating ma materials, dapur dan kamar mandi, pencahayaa ayaan, lantai, produk seni, aksesoris, jasa desain interior, tekstil dan kain pela ak pelapis.

dimana

penyelenggaraan

tahun hun

Partisipasi Indonesia pada pameran CIFF meru Pa erupakan hasil kerjasama antara Kementerian Perdagangan dan Keme an ementerian Perindustrian. Paviliun Indonesia menempati lahan seluas 195 Pa 95 m2, yang menampilkan produk furniture unggulan Indonesia dari 11 pr i 11 perusahaan. Selama Partisipasi Indonesia pada pameran CIFF meru Pa erupakan hasil kerjasama antara Kementerian Perdagangan dan Keme an ementerian Perindustrian. Paviliun Indonesia menempati lahan seluas 195 Pa 95 m2, yang menampilkan produk furniture unggulan Indonesia dari 11 pr i 11 perusahaan. Selama

Keikutsertaan Indonesia dalam China International Furniture Fair (CIFF) 2012

Pelaksanaan The 8th

Pameran World Food Moscow 2012, yang diselenggarakan pada tanggal

Pelaksanaan World Food

17 - 20 September 2012 di Expocente, Moscow - Rusia, merupakan

Moscow 2012

pameran terbesar industri makanan di Eropa, menampilkan 11 sektor makanan dan minuman yaitu memamerkan produk Meat and Poultry, Fish and Seafood; Fruit and Vegetables; Confectionery and Bakery; Groceries; Oils, Fats and Sauces; Frozen Product; Preservation; Dairy; Tea and Coffee; and Drinks.

Kementerian Perdagangan menempati lahan seluas 72 m2 yang menampilkan produk unggulan dari 8 (delapan) perusahaan. Selama penyelenggaraan pameran, total estimasi transaksi yang berhasil dikumpulkan oleh peserta di paviliun Indonesia mencapai US$ 3.090.400 (tiga juta sembilan puluh ribu empat ratus dollar Amerika Serikat).

Keikutsertaan Indonesia dalam World Food Moscow 2012

Pelaksanaan Trade Expo

Penyelenggaraan TEI ke-27 Tahun 2012, yang berlangsung pada tanggal

Indonesia 2012

17 s.d. 21 Oktober 2012 bertempat di JIExpo Kemayoran Jakarta, dibuka secara resmi oleh Bapak Presiden RI, Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono. Pada kegiatan pembukaan TEI 2012 juga dilakukan penyerahan Penghargaan Primaniyarta kepada 33 pelaku ekspor berprestasi dari empat kategori yaitu Eksportir Berkinerja, Eksportir Pembangun Merek Global, UKM Ekspor dan Eksportir Pelopor Pasar Baru. Penghargaan Primaniyarta diserahkan langsung oleh Bapak Presiden.

Selama 5 (lima) hari penyelenggaraan TEI 2012, tercatat sebanyak 5.430 pembeli (buyers) mancanegara dari 95 negara yang hadir pada arena pameran. Buyers terbesar berasal dari Nigeria sebesar 11,27%, diikuti Malaysia 6,10%, India 4,11%, Amerika Serikat 4,11% dan Bangladesh 3,79%. Adapun jumlah transaksi yang berhasil diperoleh pada TEI 2012 mencapai USD 1,001 miliar dan berpotensi mendapatkan tambahan USD

2 miliar setelah melakukan pembahasan kontrak dengan Afrika Selatan untuk pembangunan gedung parlemen di benua Afrika. Sehingga total transaksi akan mencapai USD 3 miliar atau melampaui target USD 2 miliar yang ditetapkan pemerintah.

Penyelenggaran Trade Expo Indonesia Tahun 2012

3.2.2.5 Peningkatan Daya Saing Ekspor

Daya Saing Produk

Secara umum, 10 komoditi utama ekspor Indonesia masih memiliki daya

Ekspor Indonesia

saing yang relatif tinggi di pasar global. Hal itu dapat dilihat dari nilai RCA yang berada di atas 1 kecuali untuk produk Elektronik dan Otomotif. Produk sawit, kakao, udang, karet, hasil hutan dan kopi Indonesia memiliki tingkat daya saing yang relatif tinggi di pasar internasional. Namun, daya saing produk elektronik dan otomotif Indonesia di pasar dunia menunjukkan trend yang meningkat.

Tabel 12 Pertumbuhan Ekspor 10 Komoditi Utama

RCA NO

Ekspor (USD Miliar)

Sumber : BPS (diolah)

Upaya peningkatan Daya

Dalam rangka peningkatan daya saing ekspor dan mempertahankan

Saing Ekspor melalui

akses pasar ekspor, Kementerian Perdagangan melakukan tindakan

pengamanan

pengamanan perdagangan melalui fasilitasi penanganan kasus tuduhan

perdagangan

dumping, subsidi dan safeguard, bantuan teknis penanganan hambatan perdagangan dan penanganan kasus penipuan perdagangan. Selama periode ini, terdapat beberapa kasus yang telah dihentikan tuduhannya, masih dalam proses penanganan dan beberapa kasus yang dikenakan Bea Masuk.

Penghentian penyelidikan

Pada tanggal 12 September 2011 DECOM menginisiasi penyelidikan

subsidi oleh Otoritas

subsidi terhadap produk Viscose Fiber Yarn asal Indonesia dan isu subsidi

Brazil (DECOM) terhadap

yang dituduhkan yaitu Isu Fasilitas Investasi dan Rekstrukturisasi Mesin

produk Viscose Fiber Yarn

Tekstil. Berbagai upaya yang dilakukan Ditjen Daglu yaitu:

asal Indonesia

1. Melakukan konsultasi dengan DECOM sebelum dimulainya inisiasi penyelidikan pada tanggal 15 Agustus 2011 sehingga beberapa isu yang dituduhkan oleh DECOM menjadi tidak ada.

2. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan perusahaan tertuduh untuk menjawab kuesioner.

3. Menyampaikan Concerns Pemerintah RI melalui pertemuan bilateral Mendag RI dengan Wamendag Brazil dalam pertemuan KTT ASEAN pada tanggal 14-19 November 2011.

4. Pertemuan Mendag RI dengan Mendag Brazil di Brasilia pada saat kunjungan misi dagang ke Brazil pada tanggal 13 Maret 2012 dan pertemuan Direktur DPP dengan Direktur DECOM untuk membahas lebih detail tuduhan subsidi.

5. Menghadiri Public Hearing yang dilakukan oleh DECOM pada tanggl

15 Mei 2012 di Brasilia;

6. Menyampaikan submisi post hearing kepada DECOM pada tanggal 20 Mei 2012 yang intinya (i) Penerapan double measures dumping dan subsidi tidak sesuai ketentuan WTO; (ii) Keabsahan petisioner dipertanyakan karena hanya mewakili kurang dari 25% dari yang dipersyaratkan dalam ketentuan WTO sehingga penyelidikan tidak layak dilanjutkan.

Pada tanggal 28 Agustus 2012 DECOM mengumumkan penghentian penyelidikan subsidi Viscose Fiber Yarn terhadap Indonesia karena petisioner tidak memenuhi persyaratan standing petisioner, sehingga ancaman hambatan perdagangan yang menganggu ekspor Indonesia sementara waktu dapat diatasi. Adapun ekspor Indonesia ke Brazil mengalami peningkatan setiap tahunnya yaitu dari US$ 49 Juta pada tahun 2008, menjadi US$ 108 Juta pada tahun 2011.

Penghentian Investigasi

Pada tanggal 9 Juli 2012, Committee on Dumping and Subsidy dengan

Anti Dumping Thailand

mempertimbangkan manfaat bagi industri domestik, konsumen dan

untuk produk Coated

kepentingan masyarakat, memutuskan untuk menghentikan investigasi

Paper dan Paper Board

dan menarik petisi Thai Paper Co.Ltd.

Penyelidikan Tuduhan

Perusahaan Indonesia yang bergerak di bidang alas kaki akhirnya

Dumping-Circumvention

terbebas dari tuduhan praktik circumvention di Brasil. Keputusan

terhadap Produk

penghentian penyelidikan anticircumvention tersebut dikeluarkan oleh

Footwear

Department of Commercial Defense (DECOM) Brasil dalam bentuk Final Determination pada 18 Juni 2012 yang lalu.

Dalam proses penyelidikan, Brasil tidak menemukan adanya praktik circumvention yang dilakukan oleh perusahaan alas kaki Indonesia. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah produk alas kaki Indonesia dikenakan tuduhan circumvention di Brasil. Salah satu upayanya antara lain dengan menyampaikan concern secara langsung ke Pemerintah Brasil melalui Menteri Perdagangan kedua Dalam proses penyelidikan, Brasil tidak menemukan adanya praktik circumvention yang dilakukan oleh perusahaan alas kaki Indonesia. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah produk alas kaki Indonesia dikenakan tuduhan circumvention di Brasil. Salah satu upayanya antara lain dengan menyampaikan concern secara langsung ke Pemerintah Brasil melalui Menteri Perdagangan kedua

Perusahaan Indonesia yang dituduh melakukan praktik circumvention oleh DECOM terdiri dari 8 perusahaan dari Grup Nike dan 8 perusahaan dari Grup Adidas. Sebanyak 5 perusahaan diantaranya bahkan dipilih sebagai sampling on the spot verification oleh DECOM. Selama proses verifikasi berlangsung (2-17 April 2012), Kemendag ikut mengawasi untuk memastikan bahwa proses verifikasi tersebut berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan bebasnya produk alas kaki Indonesia dari tuduhan circumvention Brasil, maka perusahaan Indonesia memiliki peluang besar untuk terus memperluas pangsa pasarnya di Brasil atau bahkan di kawasan Amerika Latin.

Beberapa kasus tuduhan

Dari beberapa kasus yang masih dalam proses penanganan, terdapat satu

dumping, subsidi dan

kasus yang perlu mendapatkan perhatian yakni kasus tuduhan dumping

safeguard dalam proses

terhadap produk Biodiesel oleh Uni Eropa dimana saat ini Pemerintah

penyelidikan

Indonesia telah melaksanakan hearing dengan Otoritas Dumping Komisi Eropa (KE). Dalam hearing tersebut telah disampaikan beberapa concerns agar menjadi pertimbangan dalam proses penyelidikan anti dumping Biodiesel. Kementerian Perdagangan masih memonitor perkembangan kasus sekaligus melakukan koordinasi intensif dengan pihak-pihak terkait.

Tabel 13 Daftar Kasus Tuduhan Dumping/Subsidi/Safeguard yang Dalam Proses Penyelidikan

No.

Produk yang dituduh

nisiasi

Negara Penuduh

DUMPING

1 Oil Country Tubular Goods

28 Maret 2012 Amerika Serikat

2 Tertahannya produk Honey

19 Juni 2012

Amerika Serikat

3 Acrylic Yarn

2 ktober 2012 Brazil

4 All Fully Drawn or Fully oriented

1 Maret 2012

ndia

Yarn (review) 5 Fiber Board

11 November 2011 ndia

7 Cut Sheet Paper

29 Juni 2012

Jepang

8 Steel Wire Rods

Propylene (BOPP) films 11 Uncoated

Writing/Printing

10 November 2011 Pakistan

Writing/Printing Paper 13 Polyethylene

Terethalate

14 ebruari 2012 ni ropa

(Review) 14 Threaded tube or pipe cast

16 ebruari 2012 ni ropa

fittings 15 Biodiesel

29 Agustus 2012 ni ropa

16 Steel Fasteners

26 September 2012 ni ropa

17 Bicyles

26 September 2012 ni ropa

SUBSIDI

18. Uncoated

Writing/Printing

23 November 2011 Pakistan

Writing/Printing Paper

Sumber: Kemendag

Kasus pengamanan

Beberapa kasus pengamanan perdagangan lainnya yang sedang dalam

perdagangan yang masih

penanganan adalah kasus hambatan teknis perdagangan antara lain yaitu

ditangani

Notice of Data Availability (NODA) oleh Amerika Serikat, Illegal Logging Prohibition Bill 2011 dan Plain Packaging of Tobacco Products oleh Australia, Environmental Labelling Trial oleh Perancis, Proposal to Introduce Plain Packaging of Tobacco Products in New Zealand, dan Amendments of Tobacco Products Directive oleh Uni Eropa.

Ketentuan Notice of Data

Notice of Data Availability (NODA) Concerning Renewable Fuels Produced

Availability (NODA) oleh

From Palm Oil Under the RFS Program dikeluarkan pada bulan Desember

Amerika Serikat

2011 oleh Environmental Protection Agency (EPA) Amerika Serikat. Notice of Data Availability (NODA) merupakan analisis terhadap emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dari palm oil yang digunakan sebagai bahan baku produk biodiesel dan renewable diesel berdasarkan program Renewable Fuel Standard (RFS). Hasil analisis EPA menyatakan bahwa biodiesel dan renewable diesel yang berbahan baku palm oil tidak memenuhi ketentuan minimum 20% ambang batas pengurangan emisi GRK (palm oil hanya berada pada level 11-17%) yang dipersyaratkan agar dapat dimasukkan ke dalam kategori bahan bakar terbarukan (renewable fuel) sesuai dengan program RFS.

Kementerian Perdagangan pada bulan April 2012 menyampaikan tanggapan (submisi) atas hal ini yang ditujukan kepada H.E. Ron Kirk dari United States Trade Representatives (USTR). Isi submisi tersebut antara lain:

1. Concern Pemri terhadap dampak penerapan Clean Air Act (CAA)

Section 211(o);

2. Komitmen Indonesia terhadap perlindungan lingkungan dan

penurunan gas rumah kaca;

3. Metodologi yang digunakan oleh EPA untuk menghitung pengurangan gas rumah kaca dalam minyak sawit menggunakan metode perhitungan yang disederhanakan, sehingga hasilnya kurang akurat;

4. Pemri menawarkan sebuah metodologi yang mempertimbangkan parameter produktifitas, pertimbangan lingkungan dan kemanusiaan. Terkait hal ini, EPA harus mempertimbangkan bahwa kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati paling efisien dibanding tanaman lainnya.

5. AS tidak boleh mengeluarkan kebijakan yang dapat menghambat perdagangan. Dalam hal ini NODA berpotensi melanggar beberapa ketentuan WTO, antara lain: Artikel 2.1, 2.2, 2.9 dan 2.12 TBT Agreement serta Artikel I:1 dan III:4 GATT 1994

Tim EPA pada bulan Oktober 2012 telah melakukan penelitian lapangan di perkebunan kelapa sawit milik PT. Musim Mas di Sorek, Provinsi Riau. Tim EPA merasa puas dengan hasil kunjungan, dimana dilihat pengelolaan lahan dan kerjasama dengan petani disekeliling dilakukan dengan baik. Demikian juga penggunaan methane capture telah mulai digunakan walaupun baru akan diwajibkan Pemerintah Indonesia pada tahun 2020. Pola kemitraan yang dikembangkan petani sekeliling mendapat apresiasi dan diharapkan pengembangan pola di atas dapat diterapkan diseluruh sektor perkebunan kelapa sawit Indonesia.

Sampai saat ini belum diketahui kapan keputusan EPA akan ditetapkan, EPA masih perlu mempelajari semua masukan. Sementara ini ekspor CPO

Kebijakan Plain Tobacco Packaging memuat ketentuan dimana

Ketentuan Plain

Pacakaging of Tobacco

memberlakukan kemasan polos dengan aturan yang seragam untuk

Products in Australia.

seluruh rokok yang dipasarkan dan dijual di Australia. Berikut secara ringkas isi dari peraturan tersebut:

1. Melarang penggunaan merk dagang, logo, brand, nama produk / nama perusahaan, atau identifying mark pada kemasan maupun pada produk tembakaunya, atau

2. Menetapkan kondisi untuk menggunakan merk dagang, logo, brand, nama produk / nama perusahaan, atau identifying mark pada kemasan maupun pada produk tembakaunya; atau

3. Melarang penggunaan desain apapun pada kemasan maupun pada produk tembakaunya, atau

4. Menetapkan kondisi untuk menggunakan desain apapun pada kemasan maupun pada produk tembakaunya.

5. Bentuk dan warna kemasan yang seragam dengan warna kemasan hijau zaitun, tanpa ilustrasi, gambar, pola, gambar emboss, hiasan atau tambahan apapun.

Untuk mengatasi hal ini, Kementerian Perdagangan telah melakukan koordinasi dengan Stakeholder terkait dan dunia usaha tentang isu regulasi tembakau di Australia dimana disepakati bahwa di dalam regulasi terdapat potensi pelanggaran WTO yaitu :

1. Adanya hambatan perdagangan yang tidak diperlukan (Article 2.2 TBT

Agreement);

2. Terjadi pembebanan yang tidak dapat dibenarkan pada merk dagang

(Article 20 TRIPS);

3. Terjadi persaingan yang tidak sehat, (Article 10 bis Paris Convention

dan GIs pada Article. 22.2(b) TRIPS;

4. Regulasi mengurangi tingkat proteksi Geographical Indication di

Australia (Article 24 TRIPS). Kementerian Perdagangan akan terus menindaklanjuti masalah ini agar

rokok Indonesia yang dipasarkan di Australia tidak mendapatkan hambatan teknis sebagaimana ketentuan dalam kebijakan packaging ini.

Environmental Labelling

Pemerintah Perancis telah meluncurkan program eco labeling untuk

Trial oleh Pemerintah

memandu konsumen tentang pengendalian dampak lingkungan dalam

Perancis.

belanja sehari-hari kebutuhan mereka (Produk furniture, peralatan rumah tangga (listrik), bahan bangunan, produk perkantoran, Produk tekstil, produk pelumas, produk kertas, produk perawatan (pembersih, detergent), dan produk kebersihan (sabun, sampo), produk jasa. Program eco labeling ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang carbon footprint dan dampak lingkungan suatu produk untuk seluruh produk konsumen atau jasa yang dibelinya. Kementerian Perdagangan telah melakukan koordinasi dengan stakeholders terkait dalam bentuk Focus Group Discussion (FGD) dimana hasil dari FGD ini adalah sebagai berikut:

1. Penerapan ketentuan eco-labelling oleh Perancis terhadap produk yang akan dipasarkan di wilayah Perancis dapat menjadi hambatan perdagangan bagi berbagai produk impor dari Indonesia atau negara dunia ketiga lainnya;

2. Masih tingginya anggapan konsumen Perancis terhadap beberapa produk ekspor Indonesia baik berbentuk bahan baku, produk setengah jadi maupun barang jadi yang dianggap tidak berwawasan 2. Masih tingginya anggapan konsumen Perancis terhadap beberapa produk ekspor Indonesia baik berbentuk bahan baku, produk setengah jadi maupun barang jadi yang dianggap tidak berwawasan

3. Belum jelasnya pengaturan tentang lembaga sertifikasi diluar Perancis yang dapat menerbitkan sertifikasi eco-labelling. Apakah produk impor hanya bisa disertifikasi oleh lembaga sertifikasi di Perancis.

4. Dalam hal ini, kiranya perlu dipertimbangkan untuk menyusun kerjasama kelembagaan khususnya di bidang standardisasi dalam upaya pengakuan lembaga sertifikasi di Indonesia oleh Perancis.

5. Kementerian Perdagangan akan terus berkoordinasi dengan stakeholder terkait yaitu: KBRI Perancis, Atase perdagangan Paris, dan Dunia usaha untuk menangani hambatan teknis ini.

Tujuan dari regulasi ini adalah mengatur para produsen rokok yang akan

Proposal to Introduce

Plain Pacakaging of

memasarkan produknya di Selandia Baru untuk mengganti kemasan

Tobacco Products in New

rokoknya dengan kemasan polos (putih). Untuk menerapkan regulasi ini

Zealand.

Pemerintah Selandia Baru membuka konsultasi publik bagi Negara- negara mitra dagang sampai dengan 5 Oktober 2012. Sistematika penyampaian kosultasi telah diatur dalam bentuk form kuisioner sehingga responden yang akan menyampaikan submisi didorong untuk menggunakan formulir yang telah disediakan oleh Pemerintah Selandia Baru. Isi dari RUU yaitu:

1. Menerapkan penggunaan kemasan polos atau keharusan menggunakan peringatan yang berbentuk gambar yang cukup besar pada kemasan dengan presentasi 90% di belakang dan 30% di depan kemasan;

2. Pemerintah Selandia Baru belum menerbitkan suatu draft tertentu karena mereka baru akan merancang draft tersebut setelah mempertimbangkan submisi-submisi yang masuk.

Namun berdasarkan dokumen konsultasi yang mereka terbitkan, mereka bermaksud untuk mengadopsi regulasi kemasan polos di Australia secara utuh.

Kementerian Perdagangan telah mengirimkan concern Pemerintah Indonesia kepada Pemerintah New Zealand, yang isinya antara lain:

1. Proposal regulasi yang diajukan akan menciptakan hambatan terhadap perdagangan, dan berpotensi melanggar ketentuan WTO dimana persyaratan-persyaratan dalam consultation paper akan tidak konsisten dengan kewajiban internasional New Zealand berdasarkan aturan-aturan WTO yaitu ; Artikel 20 TRIPS Agreement, Artikel 17 TRIPS Agreement dan Artikel 2.2 TBT Agreement;

2. Proposal regulasi ini akan menimbulkan dampak yang lebih luas, baik dalam hal ekspor produk rokok maupun HAKI terhadap merek dagang produk Indonesia. Dengan menghilangkan elemen merek dagang dan desain dari kemasan, regulasi ini akan menyulitkan konsumen dewasa untuk mengenali produk tembakau Indonesia dan akan mengurangi nilai dari merek dagang produk Indonesia.

3. Regulasi ini, yang diterapkan bersama dengan regulasi Display Ban, akan mempengaruhi kemampuan produk tembakau Indonesia untuk bersaing dan meningkatkan market share di New Zealand.

Kementerian Perdagangan juga akan menjelaskan bahwa penerapan plain packaging masih belum jelas apakah aturan ini mampu mengurangi konsumsi tembakau secara umum hal ini perlu scientific evidence. New Zealand sebaiknya menunggu keputusan akhir WTO terhadap kebijakan plain packaging Australia yang secara substansi sama, sebelum menerapkan aturan yang serupa.

Amandemen Tobacco

Komisi Uni Eropa berencana melakukan amandemen Tobacco Products

Products Directive

Directive (2001/37/EC). Rencana ini dibuat dengan tujuan antara lain

(2001/37/EC) oleh Eropa.

untuk mengurangi konsumsi rokok terutama pada penduduk berusia antara 25-34 tahun. Rencana amandemen direktif ini berisi antara lain mengenai pengaturan labeling, peringatan kesehatan pada kemasan serta aditif yang digunakan sebagai campuran tembakau. Hal ini mendapat keberatan dari Asosiasi Pembuat Cerutu Eropa yaitu dalam hal:

- Penggunaan kemasan polos atau keharusan menggunakan peringatan yang berbentuk gambar yang cukup besar pada kemasan; - Larangan memajang produk tembakau pada gerai-gerai penjualan;

- Pembatasan presentase maksimal kandungan flavor pada produk. Kementerian Perdagangan telah menyampaikan kepada DG of Trade European Commission dan DG Health and Consumers (DG SANCO) bahwa:

a. Isu positive/negative list of ingredients, Indonesia berpandangan bahwa cengkeh (clove) seharusnya dimasukkan ke dalam positive list, ataupun dikeluarkan dari negative list, dengan pertimbangan bahwa ingredient yang digunakan tidak untuk menarik minat merokok pada generasi muda;

b. Bahwa produk tembakau Indonesia sangat unik yaitu penambahan cengkeh pada produk tembakaunya yang disebut dengan kretek. Oleh sebab itu di dalam TPD tidak membedakan antara rokok konvensional dengan rokok kretek. Untuk itu rokok kretek harus dibedakan atau masuk dalam kategori “produk khusus”;

c. Terkait dengan regulasi yang mewajibkan kemasan polos untuk produk tembakau, Indonesia meminta agar dalam regulasi tetap memperbolehkan branding dan labeling untuk membedakan produk dan tidak menyesatkan konsumen.

3.2.2.6 Pengembangan Produk Ekspor dan Citra

Skor Dimensi Ekspor Indonesia pada tahun

Citra suatu negara di dunia internasional biasanya diukur melalui 2012 sebesar 45,73. peringkat suatu negara menurut Nation Branding Index (NBI) yang

disusun oleh Simon Anholt. Indeks tersebut merupakan hasil penggabungan dari sejumlah dimensi yang dianggap berpengaruh terhadap branding suatu negara, yakni pariwisata, ekspor, pemerintahan, investasi dan imigrasi, kebudayaan, dan masyarakat.

Pada tahun 2012, Skor dimensi ekspor Indonesia adalah sebesar 45,73 dengan menduduki peringkat 39 dari 50 negara yang disurvey. Secara spesifik, skor dimensi ekspor ini merupakan akumulasi dari jawaban Pada tahun 2012, Skor dimensi ekspor Indonesia adalah sebesar 45,73 dengan menduduki peringkat 39 dari 50 negara yang disurvey. Secara spesifik, skor dimensi ekspor ini merupakan akumulasi dari jawaban

Pada survey yang dilakukan di tahun 2012, Mesir merupakan negara dengan opini paling baik untuk citra Indonesia. Selain Mesir, Indonesia juga mendapatkan peringkat yang baik dari beberapa negara emerging market antara lain Afrika Selatan, Argentina, India, Mexico dan Turki. Sementara itu, negara yang memberikan respon paling buruk terhadap citra Indonesia adalah China dan Australia.

Jika dibandingkan dengan negara-negara lain di ASEAN, hanya Indonesia dan Thailand yang menunjukkan peningkatan pada skor dimensi ekspor, dimana Malaysia relatif stabil dan Singapura menunjukkan penurunan skor untuk dimensi ekspornya.

Penayangan Nation

Terkait dengan peningkatan citra Indonesia di mata dunia, di tahun 2012

Branding Indonesia di

Kementerian Perdagangan telah melakukan sejumlah upaya, antara lain

stasiun televisi

pembuatan materi iklan televisi (television commercial/TVC) untuk

internasional.

Nation Branding serta penempatan materi TVC tersebut ke beberapa media elektronik internasional, yakni CNN, BBC, CNBC, AXN, dan Bloomberg. Melalui TVC Nation Branding tersebut, divisualisasikan informasi-informasi tentang keberagaman potensi yang dimiliki Indonesia dengan gaya bahasa yang promotif dalam mempertahankan citra positif dan persepsi yang kuat di mata para pelaku usaha luar negeri (buyer) bahwa Indonesia merupakan mitra dagang yang potensial untuk melakukan kemitraan perdagangan serta menyebarkan informasi tentang kebijakan perdagangan Indonesia yang didukung dengan testimonials, statements dan success stories dari para buyer yang telah berhasil memulai dan mengembangkan kemitraan perdagangan dengan pelaku usaha Indonesia. Tujuan kegiatan ini adalah menimbulkan daya tarik bagi pelaku usaha internasional (buyer) untuk mengetahui lebih lanjut tentang potensi dan citra positif Indonesia yang pada akhirnya akan mendorong minat mereka untuk bermitra dagang dengan Indonesia.

3.2.2.7 Peningkatan Peran Diplomasi Perdagangan

Diplomasi perdagangan

Dalam rangka peningkatan peran dan kemampuan diplomasi

internasional dilakukan

perdagangan internasional dilakukan multitrack strategy melalui forum

multitrack strategy.

multilateral, regional, dan bilateral dengan tujuan untuk membuka akses pasar dan memperkuat pasar 58omestic. Target yang ingin dicapai pada tahun 2012 adalah 221 hasil perundingan perdagangan internasional. Dari Januari sampai Desember 2012, Kementerian Perdagangan telah menghasilkan 260 hasil perundingan berupa: Agreement, kesepakatan kerja sama komoditi, Mutual Recognition Agreement, Memorandum of Understanding, Agreed Minutes, Declaration, Chair Report, dan dokumen perundingan lainnya.

3.2.2.7.1 Kerja Sama Multilateral

Diplomasi perdagangan di Perjuangan Indonesia dalam meningkatkan akses pasar di forum

forum WTO.

multilateral dilakukan melalui kerja sama dan perundingan internasional di forum World Trade Organization (WTO). Selain mengikuti sidang- sidang regular, Kementerian Perdagangan juga melakukan beberapa penanganan hambatan industri Indonesia di perdagangan internasional melalui diplomasi perdagangan di forum WTO, antara lain:

1. Pemerintah Indonesia menyampaikan concern-nya pada sidang Komite Technical Barriers to Trade (TBT) bulan Maret-Juni 2012, dan bulan Mei 2012 melalui submisi yang ketiga kepada Dubes Brazil di Jakarta, terkait Brazil Draft Resolution No. 112, tahun 2010 (Dokumen G/TBT/N/BRA/407) tentang tingkat maksimum kadar tar, nikotin, dan karbon yang diizinkan pada produk rokok. Aturan ini dianggap tidak sesuai dengan aturan dalam TBT Agreement serta dapat menimbulkan unnecessary barriers to trade bagi perdagangan anggota;

2. Pada pertemuan Bilateral The 15 th Meeting of The Sub Working Group on Palm Oil Bilateral Cooperation on Commodities Between

Indonesia and Malaysia, tanggal 15-16 Februari 2012, Indonesia dan Malaysia sepakat untuk merumuskan aspek hukum perdagangan internasional terhadap kebijakan Uni Eropa untuk produk Crude Palm Oil (CPO), dan membawanya ke Komite TBT-WTO.

3. Indonesia menegaskan keikutsertaan sebagai "pihak ketiga" bersama

23 negara lainnya dalam proses konsultasi di WTO antara Ukraina dan Australia, untuk kasus tobacco plain packaging bill. Kasus ini terkait dengan peraturan Australia yang bernama Plain Packaging Act, mengenai larangan produsen rokok menampilkan logo produk, label, dan merek dagang yang sebelumnya dianggap atraktif dan membuat jumlah perokok muda di Australia bertambah. Peraturan tersebut dianggap telah melanggar ketentuan WTO tentang hak kekayaan intelektual yang menghambat teknis perdagangan.

4. Sengketa rokok kretek antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) di WTO bermula dari diberlakukannya peraturan Family Smoking Prevention and Tobacco Control Act di AS. Atas keputusan tersebut, Indonesia akhirnya mengajukan pembentukan Panel ke Badan Penyelesaian Sengketa WTO (Dispute Settlement Body– DSB) atas dasar AS melanggar ketentuan WTO mengenai National Treatment Obligation yang tercantum dalam TBT Agreement Pasal 2.1 TBT. Dalam panel WTO pada September 2011, Indonesia dimenangkan WTO lantaran lembaga tersebut beranggapan rokok kretek dan rokok mentol adalah produk sejenis (like products) dan keduanya memiliki daya tarik yang sama bagi kaum muda. Tak puas dengan keputusan tersebut, pemerintah AS mengajukan banding ke WTO pada 5 Januari 2012.

Dunia (World Trade Organization/WTO) kembali memenangkan posisi Indonesia dalam kasus rokok kretek dengan Amerika Serikat (AS). Keputusan tersebut berdasar laporan Appellate Body (AB) pada 4 April 2012 yang menyatakan bahwa AS melanggar ketentuan WTO dan kebijakan AS dianggap sebagai bentuk diskriminasi dagang. Hasil banding yang dikeluarkan AB tersebut mempertegas keputusan panel WTO

Organisasi

Perdagangan Perdagangan

3.2.2.7.2 Kerja Sama ASEAN

ASEAN Economic

Sebagai negara kepulauan yang berpenduduk terbesar di ASEAN dan

Community (AEC.)

dengan sistem pemerintahan otonomi daerah, tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengimplementasikan ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint jauh lebih kompleks dibandingkan dengan Negara anggota lainnya, namun sama seperti negara anggota lainnya, Indonesia menyampaikan komitmennya untuk tetap berupaya keras untuk mengimplementasikan seluruh komitmen AEC Blueprint, termasuk merumuskan kebijakan yang dapat memastikan pelaku usaha memanfaatkan integrasi ekonomi ASEAN ini.

Indonesia juga menekankan implementasi keempat pilar AEC Blueprint secara proporsional, khususnya pilar Pembangunan Ekonomi yang Merata (equitable economic development) yang didukung dengan pengembangan usaha kecil menengah (UKM) dan program yang dapat mengurangi kesenjangan pembangunan ekonomi. Indonesia meminta perhatian khusus tentang hal ini karena apabila tidak ditangani dengan benar akan mengurangi efektivitas pilar lainnya dan mengancam keberlangsungan AEC 2015.

Pada tahun 2012 scorecard Indonesia sebesar 82% yaitu dari 50 measures yang perlu dipenuhi, hanya 41 measures berhasil dicapai. Dari 9 measures yang belum dilaksanakan oleh Indonesia, 2 diantaranya terkait Rules of Origin (RoO) yang akan diselesaikan akhir bulan Februari 2013 dan ratifikasi yang dijadwalkan selesai pada kuartal I 2013, dan tujuh (7) measures lainnya merupakan initiative bersama ASEAN yang harus diselesaikan oleh masing-masing working group atau komite ASEAN, bukan individual country.

Dewan Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC Council) telah berupaya untuk mengatasi tantangan dan hambatan dalam memenuhi target pembentukan AEC 2015 yang merekomendasikan beberapa hal penting seperti: (i) Sosialisasi AEC kepada berbagai pemangku kepentingan di dalam negeri; (ii) Pengembangan Program Prioritas Integrasi AEC dengan fokus pada kegiatan, proyek dan inisiatif yang harus terwujud pada atau sebelum tahun 2015; (iii) Menyusun mekanisme yang berkaitan dengan upaya menghapus/mengurangi hambatan non-tarif; (iv) Menerapkan prakarsa Equitable Economic Development (EED) secara efektif, serta (v) Menyusun mekanisme trade review dan policy dialogue sebagai upaya evaluasi atas berbagai kebijakan yang diterapkan oleh masing-masing negara anggota ASEAN. Pertemuan juga membahas pandangan masing- masing negara mengenai batas waktu terbentuknya AEC pada tahun 2015. Pokok bahasan ini telah diputuskan lebih lanjut oleh para Pemimpin ASEAN pada Pertemuan KTT ASEAN bulan November 2012.

Manfaat yang bisa dirasakan oleh Indonesia

Selama empat dekade, ASEAN telah mengalami banyak perubahan serta perkembangan positif. Manfaat yang dapat dirasakan Indonesia adalah adanya tren menuju perbaikan atas iklim investasi yang kondusif dan daya saing nasional yang terindikasi dari meningkatnya nilai FDI yang masuk ke Indonesia dan nilai ekspor Indonesia baik ke ASEAN maupun dunia. Dapat dikatakan bahwa upaya Indonesia untuk berkomitmen melaksanakan AEC Blueprint secara langsung mendorong Indonesia untuk melakukan berbagai reformasi, perbaikan dan pembangunan daya saing. Kesungguhan Indonesia untuk mengimplementasikan komitmen AEC Blueprint di dalam negeri tampak dari keinginan Pemerintah yang sungguh-sungguh dengan menerbitkan Inpres yang menginstruksikan sektor terkait untuk melakukan pembenahan guna meningkatkan daya saing seiring dengan diimplementasikannya AEC Blueprint tersebut.

Penandatangan

Pada tanggal 29 Agustus 2012, di Kamboja, telah dilaksanakan

Memorandum of

penandatangan Memorandum of Understanding Among The

Understanding Among

Governments of the participating member states of ASEAN on The Second

The Governments of the

Pilot Project for The Implementation of a Regional Self-Certification

participating member

System.

states of ASEAN on The Second Pilot Project for

Nota Kesepahaman mengenai Sistem Sertifikasi Mandiri ini bertujuan

The Implementation of a

membantu para eksportir yang telah diberi kewenangan oleh

Regional Self-

pemerintah, untuk menerbitkan Sertifikasi Asal Barang (SKA) secara

Certification System.

mandiri, sehingga mempercepat dan mempermudah proses administrasi ekspor ke negara ASEAN, serta mengurangi biaya tinggi dalam proses pengurusan dokumen ekspor.

Penandatangan Memorandum of Understanding Among The Governments of the participating member states

of ASEAN on The Second Pilot Project for The Implementation of a Regional Self-Certification System.

Penandatanganan

Pada tanggal 17 November 2012, di Kamboja, telah dilaksanakan

Protocol ASEAN-China.

penandatangan Protocol to incorporate technical barriers to trade and sanitary and phytosanitary measures into the agreement on trade in

goods of the framework agreement on comprehensive economic co- operation between the Association of southeast Asian Nations and the

People's Republic of China. Tujuan penandatangan ini adalah untuk People's Republic of China. Tujuan penandatangan ini adalah untuk

3.2.2.7.3 Kerja Sama APEC dan Organisasi Internasional lainnya

APEC Ministerial

Rangkaian pertemuan APEC Ministerial Meeting (AMM) berlangsung di

Meeting.

Rusia pada tanggal 5-6 September 2012. Pertemuan membahas agenda Supporting for the Multilateral Trade System dan empat agenda prioritas APEC tahun 2012, yakni: Trade and Investment Liberalization, Regional Economic Integration (REI), Strengthening Food Security, Establishing Reliable Supply Chain, dan Fostering Innovative Growth.

Para Menteri APEC menyepakati AMM Statement beserta lampiran yang meliputi isu-isu sebagai berikut: (i) APEC model chapter on transparency for RTAs/FTAs; (ii) towards reliable supply chains; (iii) recommendations of the innovation technology dialogue on nanotechnologies for energy efficiency, outcome of the APEC International Education Conference “shaping education within APEC”; dan (iv) Investing in Human Capital, yang diharapkan dapat mendorong peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi di kawasan.

1. Supporting for the Multilateral Trading System. Para Menteri APEC telah membahas perkembangan terakhir dari perundingan Doha dan sepakat untuk mencari pendekatan baru guna memecahkan kebuntuan. Beberapa ekonomi sepakat agar perhatian diberikan pada low hanging fruits khususnya di bidang fasilitasi perdagangan. Indonesia menekankan bahwa low hanging fruit harus difokuskan pada kesepakatan yang memberi manfaat khususnya bagi Negara berkembang dan Least Developed Countries atau LDCs. Indonesia menekankan perlunya penyempurnaan syarat dan prosedur aksesi bagi LDCs.

2. Accelerating Trade and Investment Liberalization, Regional

Economic Integration. Agenda ini membahas tiga hal yang merupakan tindak lanjut hasil pertemuan Para Menteri Perdagangan tahun 2012 di Kazan, yaitu the APEC List of Environmental Goods, Sustainable growth and development, Next generation on trade and investment issues, Strengthen investment cooperation in APEC.

a) The APEC List of EGs. Sesuai kesepakatan para Pemimpin APEC pada tahun 2011 di Honolulu, APEC diminta menyusun Daftar Produk Barang Lingkungan (Environmental Good List atau EGs List) dengan beberapa pemahaman yakni: (i) produk dalam daftar dimaksud akan diturunkan Tarif Bea Masuknya maksimal menjadi 5% pada tahun 2015; (ii) kesepakatan tidak mempengaruhi hak, posisi maupun hasil perundingan di WTO; (iii) kesepakatan ini disusun dengan memperhatikan prinsip- a) The APEC List of EGs. Sesuai kesepakatan para Pemimpin APEC pada tahun 2011 di Honolulu, APEC diminta menyusun Daftar Produk Barang Lingkungan (Environmental Good List atau EGs List) dengan beberapa pemahaman yakni: (i) produk dalam daftar dimaksud akan diturunkan Tarif Bea Masuknya maksimal menjadi 5% pada tahun 2015; (ii) kesepakatan tidak mempengaruhi hak, posisi maupun hasil perundingan di WTO; (iii) kesepakatan ini disusun dengan memperhatikan prinsip-

b) Next Generation on Trade and Investment Issues (NGTI). Dalam hal ini, para Menteri anggota ekonomi APEC sepakat untuk terus melanjutkan kegiatan dari kesepakatan NGTI tahun 2011 yaitu meningkatkan kesempatan UKM untuk berpartisipasi dalam rantai produksi global dan meningkatkan inovasi melalui penciptaan iklim kebijakan yang baik. Dalam hal ini para Menteri APEC menyepakati untuk membuat panduan yang dapat dijadikan salah satu referensi bagi ekonomi APEC melakukan evaluasi dan penerapan kebijakan untuk memaksimalkan kapasitas inovasi. Selain itu, para Menteri juga sepakat untuk meng-endorsed Annex A dari Joint Statement AMM mengenai APEC Model Chapter on Transparency for Regional Trade Agreements/Free Trade Agreements. Model Chapter ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Ekonomi APEC yang akan atau sedang merundingkan sebuah RTA/FTA.

c) Strengthening Investment Cooperation in APEC. Para Menteri menegaskan kembali komitmennya untuk mendorong transparansi kebijakan guna meningkatkan arus investasi di kawasan Asia Pasifik, utamanya kebijakan di bidang investasi. Disepakati juga untuk melanjutkan implementasi APEC Investment Facilitation Plan (IFAP), termasuk dibentuknya suatu proyek/mekanisme untuk mengukur capaian-capaian IFAP yang telah dilakukan sejauh ini.

d) Integrasi Ekonomi Regional. Pada agenda ini Indonesia menyampaikan

prakarsa Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) pada kerja sama ASEAN dan menekankan perlunya pengembangan konsep Equitable Economic Development dalam kerjasama APEC untuk menjembatani perbedaan pembangunan maupun kesempatan pelaku usaha dalam upaya menarik manfaat dari berbagai pencapaian APEC.

perkembangan

3. Establishing Reliable Supply Chains. Para Menteri memberi perhatian khusus pada upaya peningkatan konektivitas kawasan (supply chains connectivity) serta upaya pencapaian target supply- chains connectivity (SC) initiative, yaitu peningkatan performa supply-chains di kawasan Asia Pasifik melalui penurunan biaya, waktu, dan ketidakpastian sebesar 10% pada tahun 2015. Disepakati mengenai perlunya pendekatan yang lebih sistematis untuk mencapai target peningkatan kinerja mata rantai suplai serta pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan keamanan lalu lintas barang. Dalam kaitan ini, Indonesia mengedepankan peningkatan konektifitas dalam negeri yang diarahkan oleh MP3EI.

4. Intensive Cooperation to Foster Innovative Growth. Indonesia bersama para Menteri lainnya sepakat mengenai pentingnya upaya pengembangan SDM berbasis teknologi dan inovasi, termasuk kalangan UKM. Para Menteri juga sependapat untuk mengembangkan kerja sama lebih lanjut melalui (i) program akreditasi, pertukaran pelajar dan peneliti; (ii) peningkatan kesehatan untuk ibu, bayi, dan anak-anak; dan (iii) pemberdayaan perempuan dan partisipasi perempuan dalam ekonomi. Indonesia juga menyambut baik inisiatif pembentukan Public Private Partnership dalam bidang inovasi guna memperluas peran dan keterlibatan sektor swasta, dengan tetap memperhatikan kesiapan dan kapasitas setiap Ekonomi APEC.

Suasana Sidang APEC 2012

International Tripartite

Tiga produsen karet utama dunia adalah negara Thailand, Indonesia, dan

Rubber Council (ITRC.)

Malaysia tergabung dalam International Tripartite Rubber Council (ITRC). Tujuan ITRC adalah menjaga harga pada level yang remuneratif bagi produsen dan mengatasi ketidakseimbangan supply-demand karet alam yang menyebabkan harga menurun, melalui dua mekanisme: Supply Management Scheme (SMS) dan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS).

Pertemuan Dewan Menteri International Tripartite Rubber Council (ITRC) di Phuket, Thailand pada tanggal 12 Desember 2012 menyepakati untuk mengurangi supply karet alam di pasar internasional melalui percepatan replanting dan peningkatan konsumsi domestik karet alam. Indonesia, Thailand, dan Malaysia sepakat untuk menerapkan skema pengurangan volume ekspor karet sebesar 300.000 ton yang diberlakukan sejak Oktober 2012-Maret 2013. Selain itu juga telah disepakati pembentukan pasar karet regional.

3.2.2.7.4 Kerja Sama Bilateral

Penandatanganan

Dalam upaya meningkatkan perekonomian antara Indonesia dan Pakistan,

Preferential Trade

Pada tanggal 3 Februari 2012 di Jakarta, telah ditandatangani Preferential

Agreement (PTA)

Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dan Pakistan.

Indonesia-Pakistan.

Persetujuan Perdagangan Preferential akan memberikan keuntungan bagi pihak Indonesia, antara lain:

1. Adanya dasar hukum untuk pelaksanaan aturan pengurangan dan/atau penghapusan bea kepabeanan secara sepihak atau bersama-sama terhadap 220 tariff lines offer list Indonesia kepada Pakistan dan 313 tariff lines offer list Pakistan kepada Indonesia;

2. Adanya kemudahan dalam memperoleh tarif preferensial dari Pakistan, antara lain untuk produk edible palm oil Indonesia sebesar 15% dari Margin of Preference (MoP) pada tarif MFN Pakistan, sehingga produk edible palm oil Indonesia mendapatkan perlakuan yang sama dengan produk edible palm oil Malaysia;

3. Adanya kepastian hukum bagi para pelaku usaha Indonesia dan

Pakistan, terutama di bidang ekspor dan impor;

4. Pulihnya kinerja ekspor Indonesia ke Pakistan yang sempat mengalami penurunan karena kalah bersaing dari negara-negara yang terlebih dahulu memiliki Persetujuan Perdagangan Preferensial dengan Pakistan.

Penandatanganan Preferential Trade Agreement (PTA) Indonesia-Pakistan

Penandatanganan MoU

Pada tanggal 19-25 Juni 2012 di Quito, Ekuador, telah dilaksanakan

antara Indonesia –

penandatangan MoU antara Indonesia dan Ekuador.

Ekuador.

MoU ini bertujuan untuk mempromosikan perdagangan dan investasi, serta mengembangkan kerja sama ekonomi timbal balik yang didasarkan pada prinsip saling menguntungkan. Ekuador dan Indonesia sepakat untuk dapat menjadi pintu gerbang ekspor bagi kawasan wilayah Amerika Latin, Asia Tenggara dan Asia Timur. Kedua pemimpin sepakat mengembangkan kerja sama di beberapa bidang, seperti bidang investasi dan perdagangan, energi dan pertambangan, kehutanan, lingkungan hidup, dan perubahan iklim, serta bidang kebudayaan dan people to people contact.

Penandatanganan MoU antara Indonesia - Ekuador

MoU between Ministry of

Pada tanggal 10 Juli 2012 di Jakarta, telah dilaksanakan penandatangan

Trade (MoT) of the

Memorandum of Understanding between Ministry of Trade (MoT) of the

Republic of Indonesia and

Republic of Indonesia and Ministry of Foreign Trade and Tourism

Ministry of Foreign Trade

(Mincetur) of the Republic of Peru on Trade Promotion Activities.

and Tourism (Mincetur) of the Republic of Peru on

MoU ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan kerja sama di bidang

Trade Promotion

promosi perdagangan antara kedua Negara, hal ini dilihat dari

Activities.

perkembangan investasi perusahaan minuman soft drink Peru di Jakarta, dan beberapa tawaran investasi kepada Indonesia pada sektor perikanan Peru untuk Fish Meat, Fish industry, dan alih teknologi.

Penandatanganan MoU antara Indonesia - Peru

Pada tanggal 28 Agustus 2012 di Kamboja, telah dilaksanakan

MoU antara Indonesia –

Kamboja.

penandatangan Memorandum of Understanding (MoU) Beras dengan Menteri Senior & Menteri Perdagangan Kamboja. Dalam MoU ini, pemerintah Kamboja berkomitmen menyediakan pasokan beras tambahan bagi Indonesia, untuk menjaga stabilitas ketahanan pangan Indonesia. Penyediaan beras maksimal 100ribu ton/tahun selama 4 tahun dengan syarat harga yang lebih murah dari negara-negara lain.

Penandatanganan MoU antara Indonesia – Kamboja

Nota Kesepakatan antara

Pada tanggal 17-18 September 2012, di Jakarta, telah dilaksanakan

Indonesia – Viet Nam.

penandatangan Nota Kesepakatan antara Indonesia – Viet Nam. Nota Kesepahaman ini adalah kesepakatan Pemerintah Viet Nam

memperpanjang masa penyediaan beras untuk Indonesia dari 1 Januari 2013 hingga 31 Desember 2017. Hal ini dilakukan untuk menjaga stabilitas

tentunya dengan mempertimbangkan kondisi pasokan, kebutuhan, produksi di kedua negara dan tingkat harga beras internasional.

Penandatanganan Nota Kesepakatan antara Indonesia – Viet Nam

3.2.2.7.5 Perundingan Perdagangan Jasa

ASEAN Agreement on

Dalam rangka memfasilitasi pergerakan tenaga kerja terampil, pada

Movement of Natural

tanggal 19 November 2012, di Kamboja, telah ditandatangani Perjanjian

Person.

Perpindahan Tenaga Kerja (Movement of Natural Person) ASEAN. Tujuan Agreement ini adalah:

1) Menyediakan hak dan kewajiban terkait dengan perpindahan tenaga

kerja di antara Negara anggota ASEAN.

2) Memfasilitasi perpindahan tenaga kerja yang terkait dengan kegiatan perdagangan dan investasi di antara negara anggota ASEAN.

3) Membangun prosedur yang transparan dan efisien dalam aplikasi formalitas keimigrasian terkait izin tinggal sementara dari tenaga kerja di mana perjanjian ini berlaku.

4) Melindungi integritas perbatasan negara anggota dan melindungi tenaga kerja domestik dan tenaga kerja permanen di dalam teritori negara anggota.

Penandatanganan ASEAN Agreement on Movement of Natural Person

ASEAN Framework

ASEAN telah menyelesaikan ASEAN Framework Agreement on Services Agreement on Services (AFAS) Paket 8 pada tahun 2012. Threshold AFAS Paket 8 dengan total

(AFAS) Paket 8.

jumlah subsektor yang diintegrasikan sebanyak 80 subsektor, dengan komitmen:

1. Mode 1 (cross border supply) dan Mode 2 (consumption abroad)

adalah None.

2. Mode 3 (commercial presence) dengan Foreign Equity Participation (FEP) sebesar 70% (untuk sektor Priority Integration Sectors yaitu Komunikasi dan Computer Related Services, Kesehatan, dan Pariwisata); dan FEP 51% (untuk sektor Logistik dan Non-Priority Integration Sectors seperti jasa bisnis, konstruksi, transportasi, pendidikan).

Pada AFAS Paket 8 Indonesia telah memberikan komitmen sebanyak 86 subsektor, di mana baru sebanyak 58 subsektor yang telah dapat memenuhi komitmen sebagaimana poin di atas, sementara sisanya sebanyak 28 subsektor belum. Kesulitan yang dihadapi sektor domestik adalah untuk pemenuhan komitmen FEP di Mode 3, di mana regulasi/ketentuan mengenai FEP masih dibatasi pada besaran 49%, serta beberapa sektor sebagian besar pelaku usahanya adalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) .