ANALISA KELAYAKAN USAHA SABUN TRANSPARAN KONSENTRASI SUKROSA 13% DAN ASAM SITRAT 5%
D. ANALISA KELAYAKAN USAHA SABUN TRANSPARAN KONSENTRASI SUKROSA 13% DAN ASAM SITRAT 5%
Analisa kelayakan usaha bertujuan untuk menentukan kelayakan usaha sabun transparan baik dari segi teknis, ekonomis maupun finansial. Analisa ini memberikan gambaran bahwa usaha sabun transparan ini layak dijalankan dan mendapat keuntungan serta manfaat. Pengertian menguntungkan bagi perorangan atau swasta adalah keuntungan finansial, sedang pengertian keuntungan pada proyek pemerintah adalah manfaat yang mungkin berupa keuntungan ekonomi, sosial, keamanan atau politis.
Analisa finansial menitikberatkan kepada aspek keuangan berupa lalu- lintas uang yang terjadi selama usaha dijalankan. Indikator yang dipilih untuk menilai kalayakan suatu usaha disesuaikan menurut jenis usaha maupun skala Analisa finansial menitikberatkan kepada aspek keuangan berupa lalu- lintas uang yang terjadi selama usaha dijalankan. Indikator yang dipilih untuk menilai kalayakan suatu usaha disesuaikan menurut jenis usaha maupun skala
Asumsi mengenai produksi adalah sebagai berikut. • Kebutuhan bahan baku (per hari)
: 400 kg
• Rendemen yang dihasilkan
: 320 kg
• Jumlah hari produksi (per bulan)
: 20 hari
• Jumlah jam kerja (per hari)
: 8 jam
• Umur ekonomi (tahun)
• Tingkat bunga : 16%
Secara umum, perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi sabun transparan skala menengah sampai akhir proses kurang lebih 8 jam. Perhitungan tersebut diasumsikan bahwa target sabun transparan yang dihasilkan adalah 400 kg per hari dengan peralatan pancampur berupa tangki berpengaduk berkapasitas 100 kg per batch (batch dapat diterjemahkan sebagai adonan). Jadi, tangki berpengaduk digunakan sebanyak 4 kali dengan rendemen sebanyak 80% sehingga dihasilkan sabun sebanyak 320 kg per hari.
Waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan sabun transparan sebanyak
80 kg dengan tangki berpengaduk kurang lebih 60 menit, sedangkan persiapan bahan baku sekitar 30 menit per 2 batch. Jadi, total waktu proses yang dibutuhkan adalah 300 menit atau 4,5 jam. Tangki pengaduk yang digunakan sebanyak 1 buah dengan kapasitas 100 kg. Produk yang telah terbentuk langsung dikemas. Pengemasan produk menggunakan mesin packaging khusus yang berkapaitas 22 kemasan/menit. Apabila jumlah produksi yang terbentuk sebanyak 320 kg per hari (setara 3200 kemasan ukuran 100 gram) maka waktu yang dibutuhkan untuk pengemasan adalah 145 menit atau kurang lebih 2,5 jam.
1. Biaya Investasi
Biaya investasi pembuatan sabun transparan terdiri dari biaya mesin dan peralatan, perlengkapan kantor, instalasi penunjang serta biaya persiapan. Uraian lengkap mengenai biaya investasi dapat dilihat pada Lampiran 21a.
Tangki berpengaduk yang digunakan untuk membuat sabun transparan adalah tipe horizontal yang dilengkapi dengan sistem pemanas. Desain pengaduk atau propeller-nya dibuat melingkar. Tangki berpengaduk ini seharga Rp 100.000.000,00 per mesin.
Investasi berupa mesin dan peralatan, perlengkapan kantor, perlengkapan listrik serta biaya persiapan memiliki nilai penyusutan, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21b.
2. Biaya Operasional
Biaya operasional dibagi dalam dua golongan yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Yang termasuk dalam biaya tetap antara lain biaya penyusutan, pemeliharaan, administrasi, tenaga kerja tak langsung, sewa kendaraan serta sewa tempat. Sedangkan biaya vaeriabel antara lain biaya bahan baku, kemasan, bahan bakar, utilitas serta biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya tersebut kemudian diakumulasikan menjadi biaya operasional per tahun.
Sabun mandi transparan yang dihasilkan dikemas dalam plastik wrapping berisi 100 gram sabun mandi transparan. Kemasan plastik kemudian dibungkus dalam karton dan ditempeli stiker. Tiap hari dihasilkan sabun mandi transparan sebanyak 320 kg, sehingga membutuhkan 4 rol plastik wrapping, 4000 buah stiker dan 200 buah karton.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu sekitar 24 orang yang terdiri dari 16 orang karyawan produksi / tenaga kerja langsung dan 8 orang tenaga kerja tak langsung. Karyawan produksi terdiri dari 5 orang untuk unit persiapan bahan baku, 5 orang untuk unit proses dan 6 orang untuk unit Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan yaitu sekitar 24 orang yang terdiri dari 16 orang karyawan produksi / tenaga kerja langsung dan 8 orang tenaga kerja tak langsung. Karyawan produksi terdiri dari 5 orang untuk unit persiapan bahan baku, 5 orang untuk unit proses dan 6 orang untuk unit
Setelah mengelompokkan biaya-biaya operasional ke dalam biaya tetap dan biaya variabel, kemudian dibuat tabel biaya operasional setiap tahunnya dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-10. Biaya tetap akan selalu sama tiap tahunnya, sedangkan biaya variabel berubah sesuai dengan kapasitas produksi per tahun. Diasumsikan bahwa tahun ke-1 kapasitas produksi sebanyak 60%, tahun ke-2 sebanyak 70%, tahun ke-3 sebanyak 80%, tahun ke-4 sebanyak 90% dan tahun ke-5 sampai tahun ke-10 sebanyak 100%. Perincian biaya operasional dan perhitungannya dapat dilihat pada Lampiran 22a dan 22b.
3. Perhitungan modal
Modal usaha terdiri dari dua macam, yaitu modal tetap dan modal kerja. Modal tetap merupakan biaya investasi perusahaan sejumlah Rp 195.173.000,00, sedangkan modal kerja merupakan biaya operasional pembuatan sabun transparan per bulan. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap sejumlah Rp 26.946.878,00 dan biaya variabel sejumlah Rp 63.968.160,00. Perincian modal dapat dilihat pada Lampiran 23.
4. Harga Pokok Penjualan (HPP)
Harga pokok penjualan adalah suatu metode untuk menentukan harga sabun mandi transparan per 100 gram, dimana hasil perhitungannya adalah pembagian total biaya (biaya tetap + biaya variabel) per tahun dengan kapasitas produksi per tahun, kemudian dibagi lagi dengan 10 untuk mendapatkan harga pokok per 100 gram. Berdasarkan HPP dapat ditentukan harga jual sabun transparan dengan memperhitungkan keuntungan harus berada diatas 0%. Harga pokok sabun transparan per 100 gram sebesar Rp 2.087,00 untuk kapasitas produksi 100%. Perusahaan menetapkan harga jual sabun transparan per 100 gram sebesar Rp 3.000,00 dengan keuntungan
26,71% untuk kapasitas produksi 60% sampai dengan 43,76% untuk kapasitas produksi 100%. Perincian penentuan harga pokok dan harga jual sabun transparan dapat dilihat pada Lampiran 24.
5. Perhitungan Usaha
a. Laba - Rugi
Suatu perusahan dikatakan mengalami keuntungan (mendapat laba) apabila jumlah penerimaan > pengeluaran. Laba yang diperoleh dikurangi lagi dengan pajak penghasilan sehingga diperoleh laba bersih. Sebaliknya apabila jumlah penerimaan < pengeluaran maka preusahaan dikatakan mengalami kerugian.
Penerimaan preusahaan diperoleh dari hasil penjualan sabun transparan tiap tahunnya. Penjualan sabun transparan tergantung dari kapasitas produksi per tahun. Sedangkan pengeluaran perusahaan berasal dari jumlah biaya tetap dan biaya variabel setiap tahunnya.
Berdasarkan hasil penelitian, perusahaan memperoleh laba sebesar Rp 221.493.681,00 untuk kapasitas produksi 60%; Rp 293.218.257,00 untuk volume produksi 70%; Rp 364.942.833,00 untuk volume produksi 80%; Rp 436.667.409,00 untuk kapasitas produksi 90%.; dan Rp 508.391.985,00 untuk kapasitas produksi 100%. Perincian laba- rugi dapat dilihat pada Lampiran 25a.
b. Aliran Kas
Aliran kas digunakan untuk mengetahui arus kas yang terjadi sepanjang tahun. Aliran kas dihitung mulai dari awal produksi sebelum menghasilkan laba atau tahun ke-0. Pada tahun ke-0 arus kas masuk berasal dari modal dan arus kas keluar berasal dari investasi. Pada tahun ke-1 hingga tahun berikutnya, arus kas hanya berasal dari kas masuk yaitu diperoleh dari penjumlahan laba bersih dan penyusutan. Pada tahun ke-5 ditambahkan dengan nilai sisa investasi yang berumur 5 tahun dan pada Aliran kas digunakan untuk mengetahui arus kas yang terjadi sepanjang tahun. Aliran kas dihitung mulai dari awal produksi sebelum menghasilkan laba atau tahun ke-0. Pada tahun ke-0 arus kas masuk berasal dari modal dan arus kas keluar berasal dari investasi. Pada tahun ke-1 hingga tahun berikutnya, arus kas hanya berasal dari kas masuk yaitu diperoleh dari penjumlahan laba bersih dan penyusutan. Pada tahun ke-5 ditambahkan dengan nilai sisa investasi yang berumur 5 tahun dan pada
6. Analisa Kelayakan
a. Perhitungan break event point (BEP)
Dalam suatu perencanaan ingin juga diketahui hubungan antara biaya, penjualan dan laba. Laba sangat bergantung pada tingkat produksi atau tingkat penjualan yang dicapai dihubungkan dengan besar biaya yang dikeluarkan. Kapan atau pada kapasitas produksi atau pada volume usaha berapa akan dicapai keadaan tidak rugi dan tidak untung dikenal dengan titik impas atau BEP. Rumus untuk menghitung BEP adalah :
Biaya operasional Volume penjualan per tahun =
Harga jual
Biya Tetap
BEP =
Biaya variabel 1- Total penerimaan
Berdasarkan hasil penelitian, BEP sabun transparan sebesar Rp 727.113.532,27 dengan kapasitas BEP sebesar 15.779,37 kg untuk kapasitas produksi 60%; 13.525,18 kg untuk volume produksi 70%; 11.834,53 kg untuk volume produksi 80%; 10.519,58 kg untuk volume produksi 90%; dan 9.467,62 kg untuk volume produksi 100%. Perincian BEP dapat dilihat pada Lampiran 26a.
b. Perhitungan Net B/C
Net benefit cost ratio merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif (+) dengan net benefit yang telah di discount negative (-). Untuk menghitung nilai Net B/C, present value (PV) setiap tahun selama umur proyek harus diketahui. PV merupakan nilai net cash flow (NCF) yang dikalikan dengan discount factor (DF). Dimana net cash flow atau aliran kas bersih merupakan hasil pengurangan nilai manfaat (benefit) dengan nilai biaya (cost). Rumus untuk menghitung DF adalah :
1 DF =
(1 + i) t Keterangan :
i= discount rate (tingkat bunga) t = tahun yang sedang berjalan
Nilai Net B/C dihitung dari perbandingan jumlah semua PV yang positif (penerimaan) dengan semua PV yang negatif (pengeluaran) . Rumus untuk menghitung nilai Net B/C dapat dinyatakan sebagai berikut :
+ NPV positif
Net B/C = - NPV negatif
Apabila Net B/C ≥ 1, maka proyek tersebut dianggap layak untuk dilaksanakan, namun apabila net B/C < 1, maka proyek tersebut dianggap tidak layak untuk dilaksanakan.
Berdasarkan hasil penelitian, dengan menggunakan tingkat bunga 16% diperoleh net B/C sebesar 1,39. Hal ini berarti produksi sabun transparan layak untuk dilaksanakan. Perincian net B/C dapat dilihat pada Lampiran 26b.
c. Perhitungan net present value (NPV)
Net present value (NPV) adalah selisih antara nilai sekarang dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang. Untuk menentukan nilai sekarang perlu ditentukan terlebih dahulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Rumus untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut :
Keterangan : -A 0 = pengeluaran investasi pada tahun ke-0 At = aliran kas masuk bersih pada tahun ke-1 r = tingkat suku bunga pada periode i t = periode investasi (t = 0, 1, 2, ....., n) N = jumlah tahun (usia) proyek
Berdasarkan kriteria finansial bila NPV > 0 maka proyek dinyatakan layak, jika NPV = 0 maka proyek mengembalikan social oppurtinity cost of capital , dan jika NPV < 0 maka proyek tidak layak.
NPV perusahaan sebesar Rp 1.770.897.604,65 maka produksi sabun transparan layak untuk dilaksanakan. Perincian NPV dapat dilihat pada Lampiran 26c.
d. Perhitungan payback period (PBP)
Payback period (PBP) merupakan waktu yang diperlukan agar modal investasi dapat kembali. Rumus untuk menghitung PBP adalah :
PBP = n + (B n+1 –C n+1 )
Keterangan : n= periode investasi pada saat nilai kumulatif B t –C t negatif terakhir m = nilai kumulatif B t –C t negatif terakhir
B n+1 = nilai sekarang penerimaan social bruto pada tahun n+1
C n+1 = nilai sekarang biaya social bruto pada tahun n+1 Dari hasil penelitian diperoleh nilai PBP sebesar 1,34 tahun, artinya modal investasi sabun transparan dapat kembali setelah produksi berjalan selama 1,34 tahun. Perincian PBP dapat dilihat pada Lampiran 26c.
Lampiran 2. Neraca Massa Pembuatan Sabun Transparan
Basis = 300g F Asam Stearat F Minyak kelapa
F = 24 g
F = 60 g
Pemanasan T=70 0 C
Pengadukan
F Larutan NaOH
Pengadukan
F = 66 g
0 T=70 0 C-80 C
Lost Weight = 2,43 g
F Sukrosa Stock Sabun F Coco DEA F =24 g
P 1 = 135,7 g F=9g
F Asam Sitrat
F Gliserin
Pengadukan
Sampai
F = 39 g transparan F = 15 g F NaCl
F Air F = 0,6 g F= 13,5 g
F Etanol
Pengadukan hingga homogen
F = 45 g
Lost Weight = 6,72 g
Pencetakan
Lost Weight = 2,86 g
Sabun transparan P2 = 262,22 g
Keterangan :
F : Feed (umpan) P : Product (produk) Lost Weight : Bobot yang hilang
LAMPIRAN
Lampiran 3. Analisa Karakteristik Sifat Fisiko Kimia Sabun
1. Kadar Air dan Zat Menguap Sabun (SNI 06-3532-1994) Timbang 5 ± 0,01 g ke dalam kurs porselen atau piringan gelas yang berdiameter 6 sampai 8 cm, dan tinggi 2 sampai 4 cm. Panaskan dalam oven
pada suhu 105 o ±2
C selama 2 jam, bila timbul gelombang hancurkan dengan batang pengaduk, kemudian panaskan lagi dan ditombang hingga bobot tetap. Kadar air % bobot = Kekurangan Bobot
gram contoh
2. Jumlah Asam Lemak (SNI 06-3532-1994) Timbanglah dengan teliti lebih kurang 5 gram contoh dalam gelas piala dari 100 – 200 ml tambah 25 ml air, panaskan diatas penangas air hingga sabun melarut semuanya. Larutan sabun dimasukkan ke dalam labu cassia berskala minimal 0,1 ml dan piala dibilasi dengan air ditambah beberapa tetes SM dan 10
– 15 HCL 10% (7-10 ml H 2 SO 4 25%).
Asam lemak dibebaskan akan mengapung dan larutan berubah menjadi merah. Masukkan dalam penangas air sampai ½ leher labu terendam. Setelah asam lemaknya terpisah dan mengapung kemudian ditambah air panas sampai asam lemaknya berada antara pembagian skala pada leher tabu. Dipanaskan
terus lebih kurang ½ jam lalu dibaca 3 kali pada 100 o
C dengan memakai loupe (dalam penangas mendidih). Banyaknya asam lemak yang benar adalah hasil dari ketiga pembacaan tersebut.
Kadar asam lemak = ml asam lemak × 0,84 × 100
g zat
0,84 = BD asam lemak pada 100 o C
3. Kadar Fraksi Tak Tersabunkan (SNI 06-3532-1994) Ke dalam larutan bebas penetapan asam lemak dipipetkan 10 ml KOH dalam alkohol dari 0,5 N, panaskan di atas penangas air dengan memakai pendingin tegak selama ± 1 jam. Dinginkan, jangan terlalu dingin, titrasi dengan HCl 0,5 N dengan Phenoiptalein sebagai petunjuk (misalnya dipergunakan a 3. Kadar Fraksi Tak Tersabunkan (SNI 06-3532-1994) Ke dalam larutan bebas penetapan asam lemak dipipetkan 10 ml KOH dalam alkohol dari 0,5 N, panaskan di atas penangas air dengan memakai pendingin tegak selama ± 1 jam. Dinginkan, jangan terlalu dingin, titrasi dengan HCl 0,5 N dengan Phenoiptalein sebagai petunjuk (misalnya dipergunakan a
Kadar lemak tak tersabunkan = (b-a) × N x 0,0561 × 100 0,258 × gram zat 56,1 = bobot setara KOH 258 = rata-rata bilangan penyabunan
4. Bagian Tak Larut dalam Alkohol (SNI 06-3532-1994) Timbang 5 gram contoh ke dalam 200 ml gelas piala, tambahkan 10 ml etil alkohol dan uapkan di atas penangas uap sampai kering. Ulangi sampai 3 kali. Akhirnya, larutkan sabun dengan 100 ml etil alkohol yang sebelumnya telah dibuatkan netral dengan menggunakan indikator pp. Saring larutan melalui kurs Gooch atau kurs kaca masir dengan menggunakan penghisap dan sebelumnya telah dipanaskan dan ditimbang. Lindungi larutan dari karbon dioksida yang terdapat pada uap lainnya, untuk itu selama pengerjaan kurs ditutup dengan kaca arloji. Saring senyawa yang tidak larut dalam alkohol dan cuci dengan alkohol netral melalui kurs Gooch atau kurs kaca masir.
Keringkan kurs tadi pada 130 o
C dan timbanglah sampai berat konstan.
Senyawa yang tak larut dalam alkohol % bobot = W1 × 100
W Dimana :
W = berat contoh dalam gram W1 = berat residu dalam contoh setelah dikeringkan dalam gram
5. Perhitungan Alkali Bebas Dihitung Sebagai NaOH (SNI 06-3532-1994)
Timbang 50 gram contoh sabun ke dalam labu erlenmeyer, tambahkan kira-kira 150 ethanol sedikit batu didih. Panaskan pada penangas air sehingga sabun melarut. Tambahkan 10 ml larutan Barium Chlorida panas dan pp sebagai indikator. Putarlah labu agar pencampuran menjadi sempurna kemudian titrasi dengan N asam sulfat sehingga warna merah jambu hilang.
Kadar alkali bebas dinyatakan sebagai Na 2 O % = 3,1 V W
W = Berat sabun
V = Asam sulfat yang digunakan
6. Kekerasan Produk ( www.koehlerinstrument.com , 2006) Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penetrometer. Jarum pada penetrometer dijatuhkan ke dalam sampel dan dibiarkan untuk menembus bahan selama 5 detik (atau pada interval waktu tertentu) pada temperatur konstan. Kedalaman dari penetrasi jarum ke dalam bahan dinyatakan dalam sepersepuluh milimeter dari angka yang ditunjukkan pada skala penetrometer.
7. Stabilisasi Busa (modifikasi Awang et al., 2001) Timbang sampel sebanyak ± 1 g, kemudian dimasukkan ke dalam tabung ulir. Pipetkan ± 9 ml aquades ke dalamnya, kemudian kocok menggunakan vortex selama 1 menit. Hitung tinggi busa setelah pengocokan, diamkan selama 1 jam dan hitung tinggi busa akhir setelah didiamkan.
Uji busa (%) = Tinggi busa akhir
Tinggi busa awal
8. Stabilisasi Emulsi (Suryani et al., 2002) Sampel bahan emulsi dimasukkan ke dalam wadah dan ditimbang beratnya. Wadah dan bahan tersebut dimasukkan ke dalam oven dengan suhu
45 o C selama 1 jam, kemudian dimasukkan ke dalam pendingin bersuhu di bawah 0 o
C selama 1 jam dan dikembalikan lagi ke dalam oven pada suhu
45 o C selama 1 jam. Kemudian dihitung berdasarkan persentase bobot tetap. Kestabilan (%) = Bobot akhir
Bobot awal
9. Nilai pH (SNI 06-3532-1994) Timbang sampel sebanyak ± 1 g, kemudian masukkan ke dalam tabung
film. Pipetkan ± 9 ml aquades ke dalamnya, kemudian kocok secukupnya. Sebelum pengukuran dilakukan, terlebih dahulu pH meter dikalibrasi dengan larutan buffer pH 4 dan 9. selanjutnya elektoda dibersihkan menggunakan air
bebas CO 2 dengan pH antara 6,5 sampai 7. Elektroda yang telah dibersihkan kemudian dicelupkan ke dalam contoh pada suhu 25 o
C. Nilai pH dibaca pada C. Nilai pH dibaca pada
10. Daya Bersih
Kain bersih dipotong menjadi ukuran 10×10 cm. Timbang mentega sebanyak 1 gram kemudian oleskan secara merata pada seluruh permukaan kain. Tempatkan air aquades sebanyak 200 ml dalam gelas piala kemudian diukur kekeruhannya (A ftu turbidity). Masukkan kain yang telah diolesi mentega ke dalam gelas piala yang telah berisi air sabun tersebut dan diamkan selama 10 menit. Air yang telah didiamkan tersebut diukur kekeruhannya (B ftu turbidity).
Daya bersih = B ftu turbidity – A ftu turbidity
11. Uji Organoleptik
Pengujian organoleptik yang akan dilakukan adalah uji hedonik (kesukaan). Uji kesukaan dilakukan terhadap tampilan, transparasi, banyak busa, kesan kesat, aroma dan kekerasan. Skala penilaian yang diberikan yaitu (1) tidak suka, (2) agak tidak suka, (3) biasa, (4) agak suka, (5) suka. Panelis yang digunakan adalah panelis agak terlatih sebanyak 30 orang.
Lampiran 4. Lembar Uji Kesukaan