Kerangka Teori dan Konsepsi

2. Secara Praktis Manfaat penelitian yang bersifat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi, praktisi, pemerintah dan investor yang bergerak dibidang pengelolaan sumber daya alam dalam menjalankan kegiatan usahanya di Indonesia sehingga investasi tersebut dapat berjalan dengan aman, lancar, dan berkesinambungan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan judul “Analisa Yuridis Mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility Terhadap Masyarakat Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal” yang diketahui berdasarkan penelusuran atas hasil-hasil penelitian, khususnya di lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Ilmu Hukum, belum pernah dilakukan dengan pendekatan dan masalah yang sama dengan penelitian ini. Terdapat beberapa penelitian mengenai tanggung jawab sosial perusahaan Corporate Social Responsibility ditinjau dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang lebih menekankan kepada perusahaan dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Jadi penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka, sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori Universitas Sumatera Utara Menurut Rusdin, salah satu kritik terhadap globalisasi adalah meningkatnya ketergantungan antara ekonomi global, kekuatan ekonomi yang menggantikan dominasi pemerintah dan memfokuskan ke arah organisasi perdagangan bebas WTO. Ketika dunia ini menjadi satu pasar berakibat pada semakin kuatnya interpedensi atau saling ketergantungan antara satu negara dengan negara lainnya yang sama sama mempunyai kedaulatan nasional. Jadi yang sebenarnya terjadi bukanlah satu negara tergantung pada negara lainnya, melainkan suatu situasi dan kondisi di mana semuanya saling memerlukan untuk mempertahankan keseimbangan politis, ekonomis dan tentu pula dalam rangka pemenuhan kepentingan masing- masing negara. 22 Penanam modal dibutuhkan untuk mengelola sumber daya alam dan potensi ekonomi yang berada di bawah otoritas negara. Adanya pengelolaan secara optimal terhadap sumber daya alam dan potensi ekonomi yang ada, diharapkan ada nilai tambah tidak saja bagi negara akan tetapi pada masyarakat pada umumnya. Adapun wujud pengelolaan sumber daya alam dan potensi ekonomi yang ada tersebut antara lain dapat dilakukan oleh investor baik lokal maupun asing. Bob Sugeng Hadiwinata mengatakan: “Ada sejumlah pakar ekonomi yang mengaitkan ekspansi PMN ke negara berkembang dengan dampak positif yang ditimbulkan oleh aktifitas PMN sehingga mendorong pemerintah negara berkembang untuk lebih membuka diri bagi investor asing. Mereka pada umumnya bersepakat bahwa negara berkembang menginginkan investasi asing karena manfaat langsung yang dapat dirasakan dari kehadiran PMN. Dampak positif dari kehadiran PMN yakni, pertama, memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi suatu negara; kedua, menciptakan lapangan kerja baru; 22 Rusdin, Bisnis Internasional dalam Pendekatan Praktik. Jilid I, Bandung: Alfabeta, 2002 hlm. 34. Universitas Sumatera Utara ketiga modal yang dibawa oleh PMN dapat memperbaiki neraca pembayaran negara berkembang.” 23 Menurut Mohamad Ikhsan mengenai pengaturan investasi, untuk meningkatkan iklim investasi ada tiga komponen utama yaitu: 24 Pertama, kelompok kebijakan pemerintah yang mempengaruhi biaya cost seperti pajak, beban regulasi dan pungli red tape, korupsi, infrastruktur, ongkos operasi, investasi perusahaan finance cost, dan investasi di pasar tenaga kerja. Kedua, kelompok yang mempengaruhi risiko yang terdiri dari stabilitas makro- ekonomi, stabilitas dan produktibilitas kebijakan, hak property property right, kepastian kontrak, dan hak untuk mentransfer keuntungan. Ketiga adalah hambatan regulasi untuk masuk dan keluar dari kegiatan bisnis, berfungsinya pasar keuangan dan infrastruktur dengan baik, serta tersedia dengan efektif hukum persaingan. Jika ingin investor masuk ke Indonesia untuk menanamkan modalnya, satu hal yang harus dipersiapkan adalah adanya perangkat hukum yang jelas. Artinya antara satu ketentuan dengan ketentuan lainnya yang berkaitan dengan investasi tidak saling berbenturan. Erman Rajagukguk juga mengatakan, faktor utama bagi hukum untuk dapat berperan dalam pembangunan ekonomi adalah apakah hukum mampu menciptakan stability, predictability, dan fairness. Dua hal yang pertama adalah prasyarat bagi sistem ekonomi apa saja untuk berfungsi. Termasuk dalam fungsi stabilitas stability adalah potensi hukum untuk menyeimbangkan dan mengakomodasi kepentingan- kepentingan yang saling bersaing. Kebutuhan untuk meramalkan predictiability akibat dari suatu langkah-langkah yang diambil khususnya penting bagi negeri yang 23 Bob Sugeng Hadiwinata, Politik Bisnis Internasional Yogyakarta: Kanisius, 2002 cet. 1 hlm. 146. 24 Mohammad Ikhsan, Perbaiki Iklim Investasi, Pesan bagi Pemerintah Baru, Artikel dalam Surat Kabar Kompas, Edisi 31 Mei 2008. Universitas Sumatera Utara sebagian besar rakyatnya untuk pertama kali memasuki hubungan-hubungan ekonomi melampaui lingkungan sosial tradisional. Aspek keadilan fairness, seperti perlakuan yang sama dan standar pola tingkah laku pemerintah adalah perlu untuk menjaga mekanisme pasar dan mencegah birokrasi yang berlebihan. 25 Untuk memberikan jaminan dan kepastian hukum dengan adanya investasi di Indonesia, maka perlu adanya pembaruan hukum Indonesia sesuai dengan perkembangan zaman. Menurut Burg’s mengenai hukum dan pembangunan, terdapat 5 lima unsur yang harus dikembangkan supaya tidak menghambat ekonomi, yaitu stabilitas stability, prediksi predictability, keadilan fairness, pendidikan education dan pengembangan khusus dari sarjana hukum the special development abilities of the lawyer. 26 Selanjutnya Burg’s mengemukakan bahwa unsur pertama dan kedua tersebut merupakan persyaratan supaya sistem ekonomi berfungsi. Stabilitas berfungsi untuk mengakomodasi dan menghindari kepentingan-kepentingan yang saling bersaing. Sedangkan prediksi merupakan kebutuhan untuk bisa memprediksi ketentuan- ketentuan yang berhubungan dengan ekonomi suatu negara. 27 Permasalahan yang sering dikeluhkan oleh investor tidak terletak pada peraturan perundang-undangan, melainkan pada pelaksanaan peraturan perundang- undangan itu sendiri. 28 Mochtar Kusumaatmadja mengatakan bahwa yang menjadi masalah utama di Indonesia dan banyak dikeluhkan adalah kepastian hukum, baik 25 Erman Rajagukguk, Op.cit. hlm. 252-256. 26 Leonard J. Theberge, Law and Economic Development, Journal of International Law and Policy, Vol. 9.1980 hlm. 232. 27 Ibid. 28 Hikmahanto Juwana, Prospek Investasi Asing di Daerah dalam Merangsang berlakunya Undang-Undang Investasi Baru. Makalah dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh FH Trisakti Elips II, Jakarta: 22 Juli 2002. Universitas Sumatera Utara mengenai ketentuan perundang-undangan yang dalam banyak hal tidak jelas dan bahkan bertentangan, dan juga mengenai pelaksanaan keputusan pengadilan. 29 Perubahan undang-undang saja tidak akan membawa perbaikan, apabila tidak disertai oleh perubahan yang searah di bidang peradilan, rekruitmen dan pendidikan hukum reorganisasi birokrasi penyelarsan proses mekanisme kerja, modernisasi segala sarana dan prasarana serta pengembangan budaya dan perilaku hukum masyarakat yang mengakui hukum sebagai sesuatu yang sangat diperlukan bagi pergaulan dan kehidupan masyarakat dan bernegara yang damai tertib dan sejahtera. Ekonomi sangat erat dengan kesejahteraan dan pelayanan publik. Untuk itu baik hukum maupun ekonomi harus tunduk pada asas Good Governance atau asas-asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik algemene beginseten van behoorlijk bestuur. 30 Menurut Kemichi Ohmare, jika sumber daya alam adalah sumber utama kekayaan, maka perusahaan atau negara asing yang mengizinkan akses ke sana paling banter berupa penerobos yang ditoleransi dan paling buruk adalah pengekploitasian yang tidak berperasaan yang harus dijauhkan dengan segala cara yang ada. 31 Dengan kondisi tersebut terkadang kehadiran investor hanyalah mengejar keuntungan bisnis semata tanpa memikirkan kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar. 29 Mochtar Kusumaatmadja, Investasi di Indonesia Dalam Kaitannya dengan Pelaksanaan Perjanjian Hasil Putaran Uruguay. Makalah dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh FH Unpad Bandung: 30 April 1998. 30 Sentosa Sembiring, Op.cit. hlm. 113. 31 Kemichi Ohmae, Dunia Tanpa Batas The Borderless World. Alih Bahasa Oleh F.X. Budiyanto Jakarta: Binarupa Aksara, 1991 hlm. 183. Universitas Sumatera Utara Industri berbasis Penanaman Modal Asing PMA investasi oleh perusahaan asing dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang dan Kanada yang berupa joint-venture atau subsidiaries memfokuskan investasinya pada sektor sumber daya alam SDA seperti agrikultur, pertambangan mineral dan eksplorasi bahan bakar. Dengan demikian, terjadi peningkatan produksi di sektor manufaktur dan infrastruktur pendukungnya. 32 Adanya penanaman modal asing yang dilakukan oleh investor, maka akan berdampak positif dan negatif. Dampak positif yaitu: 33 1 memberi modal kerja; 2 mendatangkan keahlian, manajerial, ilmu pengetahuan, modal dan koneksi pasar; 3 meningkatkan pendapatan uang asing melalui aktivitas ekspor oleh perusahaan multinasional multinational enterprise atau MNE; 4 penanaman modal asing tidak melahirkan utang baru; 5 negara penerima tidak merisaukan atau menghadapi resiko ketika suatu Penanaman Modal Asing PMA yang masuk ke negerinya ternyata tidak mendapatkan untung dari modal yang diterimanya; dan 6 membantu upaya-upaya pembangunan kepada perekonomian negara-negara penerima. Dampak negatif yaitu: 34 1 MNE berdampak negatif bagi perekonomian negara penerima; 2 MNE melahirkan sengketa dengan negara penerima atau dengan penduduk asli miskin setempat, khususnya negara berkembang; 3 PMA oleh MNE dapat mengontrol atau mendominasi perusahaan-perusahaan lokal. Sebagai akibatnya 32 http:www.mail-archive.comexbhpgooglegroups.commsg00054.html.diakses tanggal 30 Mei 2008. 33 Huala Adolf, Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan Internasional WTO, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004. hlm. 6. 34 Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.cit, hlm. 88. Universitas Sumatera Utara mereka dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan ekonomi atau bahkan kebijakan politis dari negara penerima; 4 MNE banyak dikecam telah mengembalikan keuntungan-keuntungan dari kegiatan bisnisnya ke negara tempat perusahaan banyak ke negara tempat perusahaan induknya berada. Praktik seperti ini sedikitnya telah mengurangi cadangan persediaan mata uang asing dari negara penerima; 5 adanya tuduhan terhadap MNE yang kegiatan usahanya, terutama negara-negara sedang berkembang. MNE telah menggunakan zat-zat yang membahayakan lingkungan atau menerapkan teknologi yang tidak atau kurang memperhatikan kelestarian lingkungan; 6 MNE dikritik telah merusak aspek-aspek positif dari penanaman model di negara-negara sedang berkembang. Selain hal tersebut di atas, dampak negatif lain adalah adanya kesenjangan ekonomi antara masyarakat di sekitar perusahaan dengan perusahaan itu berada. Banyak masyarakat sekitar perusahaan yang masih miskin atau tertinggal perekonomiannya sedangkan karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut yang juga tinggal di sekitar perusahaan taraf hidupnya lebih mampu dan baik. Hal inilah yang menjadi dasar dibuat ketentuan yang mengatur tentang tanggung jawab sosial perusahaan agar tidak terjadi kesenjangan antara si kaya yang bekerja di perusahaan dengan si miskin yang berada di lingkungan perusahaan. Adanya Undang-Undang Penanaman Modal yang baru Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 di dalam asas-asasnya disebutkan mengenai asas akuntabilitas, yaitu di dalam penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara. Disebutkan juga mengenai asas keberlanjutan yaitu mengenai penanaman modal untuk menjamin Universitas Sumatera Utara kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan untuk masa kini dan masa yang akan datang. Ada juga mengenai asas berwawasan lingkungan yaitu penanaman modal harus memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. Sejalan dengan hal tersebut, maka ketentuan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan sudah merupakan kewajiban bagi penanam modal yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat berkaitan dengan teori utilitarisme sebagaimana yang diutarakan oleh Jeremy Bentham. Bentham mengatakan, adanya negara dan hukum semata-mata hanya demi manfaat sejati, yaitu kebahagiaan mayoritas rakyat. 35 Curzon mengatakan bahwa: Utilitarianism is a moral philosophy that defines the rightness of an action in terms of its contribution to general happines and considers ultimate good to be the greatest happinest of the greatest number. 36 Pada dasarnya doktrin tersebut menganjurkan the gretatest happines principle atau prinsip kebahagiaan semaksimal mungkin. 37 Menurut teori ini masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang mencoba kebahagiaan dan memperkecil ketidakbahagiaan atau masyarakat yang mencoba memberi kebahagiaan yang sebesar mungkin kepada rakyat pada umumnya dan agar ketidakbahagiaan di usahakan sesedikit mungkin oleh rakyat pada umumnya tadi. Kebahagiaan berarti kesenangan 35 Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis. Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk, 2002 hlm. 76. 36 L.B. Curzon, Jurisprudence M E. Hard Book, 1997 hlm. 93-94. 37 Achmad Ali, Op.cit. hlm. 76. Universitas Sumatera Utara atau ketiadaan sengsara, dan ketidak bahagiaan berarti kesengsaraan ketiadasenangan. 38 Utilitarisme disebut juga sebagai teori teleologis dari kata Yunani, telos = tujuan, sebab menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan dicapainya tujuan perbuatan. Perbuatan yang memang bermaksud baik tetapi tidak menghasilkan apa-apa, menurut utilitarisme tidak pantas disebut baik. 39 Menurut teori ini perbuatan yang sempat mengakibatkan paling banyak orang merasa senang dan puas adalah perbuatan yang terbaik. Mengapa melestarikan lingkungan hidup, misalnya, merupakan tanggung jawab moral kita? Utilitarisme menjawab karena hal itu membawa manfaat paling besar bagi umat manusia sebagai keseluruhan, termasuk juga generasi-generasi sesudah kita. Menurut utilitarisme sebagai upaya pembangunan berkelanjutan sustainable development menjadi tanggung jawab moral kita. 40 Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab moral perusahaan tentu bisa diarahkan kepada banyak hal, yaitu kepada dirinya sendiri, kepada para karyawan, kepada perusahaan lain dan seterusnya. Jika kita berbicara tentang tanggung jawab sosial yang disoroti adalah tanggung jawab moral terhadap masyarakat dalam arti sempit seperti lingkungan di sekitar sebuah pabrik atau masyarakat luas. 41 38 Ibid. hlm. 76-77. 39 K. Bertens, Op.cit. hlm. 67. 40 Ibid. hlm. 66 41 Ibid. hlm. 292 Universitas Sumatera Utara Dalam perkembangan etika bisnis, ada gagasan yang lebih komprehensif mengenai lingkup tanggung jawab sosial perusahaan. Ada empat bidang yang dianggap diterima sebagai termasuk dalam apa yang disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. 42 Pertama, keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas. Sebagai salah satu bentuk dan wujud tanggung jawab sosial perusahaan-perusahaan diharapkan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang terutama dimaksudkan untuk membantu memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jadi tanggung sosial dan modal perusahaan. Di sini terutama terwujud dalam bentuk ikut melakukan kegiatan tertentu yang berguna bagi masyarakat. Kedua, perusahaan telah diuntungkan dengan mendapat hak untuk mengelola sumber daya alam yang ada dalam masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan bagi perusahan tersebut. Demikian pula sampai tingkat tertentu masyarakat telah menyediakan tenaga- tenaga profesional bagi perusahaan yang sangat berjasa mengembangkan perusahaan tersebut. Karena itu, keterlibatan sosial merupakan balas jasa terhadap masyarakat, Ketiga, dengan tanggung jawab sosial melalui berbagai kegiatan sosial, perusahaan memperlihatkan komitmen moralnya untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu yang dapat merugikan kepentingan masyarakat luas. Dengan ikut dalam berbagai kegiatan sosial, perusahaan merasa punya kepedulian, punya tanggung jawab terhadap masyarakat dan dengan demikian akan mencegahnya untuk tidak sampai merugikan masyarakat melalui kegiatan bisnis tertentu. Keempat, dengan keterlibatan sosial, perusahaan tersebut menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat dan dengan demikian perusahaan tersebut akan lebih diterima kehadirannya dalam masyarakat tersebut. Ini pada gilirannya akan membuat masyarakat merasa memiliki perusahaan tersebut, dan dapat menciptakan iklim sosial dan politik yang lebih aman, kondusif, dan lebih menguntungkan bagi kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Ini berarti keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial juga akhirnya mempunyai dampak yang positif dan menguntungkan bagi kelangsungan bisnis perusahaan tersebut ditengah-tengah masyarakat tersebut. 43 Masuknya program tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR sebagai bagian dari strategi bisnis, maka akan dengan mudah bagi unit-unit usaha yang berada dalam 42 A. Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius, 2002. hlm. 123. 43 Ibid. Universitas Sumatera Utara suatu perusahaan untuk mengimplementasikan rencana kegiatan dari program CSR yang dirancangnya. Dilihat dari sisi pertanggung jawaban keuangan atas setiap investasi yang dikeluarkan dari program CSR menjadi lebih jelas dan tegas sehingga pada akhirnya keberlanjutan yang diharapkan akan dapat terimplementasikan berdasarkan harapan semua stakeholder. 44 Oleh karena itu adapun implementasi CSR didasarkan kepada permasalahan yang dihadapi perusahaan terhadap pemangku kepentingan. Dalam hal ini harus dibedakan mana pemangku kepentingan primer dan sekunder. Stakeholder primer mempunyai kepentingan yang langsung berhubungan dengan masa depan perusahaan. Yang termasuk stakeholder primer yaitu pemegang saham dan investor, karyawan, pelanggan, pemasok dan penduduk dimana perusahaan beroperasi. Beberapa ahli menambahkan stakeholder primer meliputi individu atau kelompok yang berkepentingan terhadap sumber daya alam, spesies bukan manusia, dan generasi yang akan datang. Sedangkan stakeholder sekunder adalah mereka yang tidak menerima dampak langsung; diantaranya media, kelompok pemerhati pressure groups, atau kelompok sosial lain dimana perusahaan berada. 45 2. Kerangka Konsep Untuk menghindarkan kesalahpahaman atas berbagai istilah yang dipergunakan, maka di bawah ini akan dijelaskan maksud dari istilah-istilah berikut: 44 Timotheus Lesmana, Implementasi Konsep Sustainable dalam Program CSR Majalah Lensa ETF Edisi 1 November 2006. 45 Johannes, Model Tanggung Jawab Sosial Industri Dalam Pemanfaatan Hasil-Hasil Riset Iptek, Disampaikan pada “Lokakarya Penyusunan Etika Bisnis Kerjasama Kementerian Negara Riset dan Teknologi dan Universitas Jambi”, tanggal 9 Juni 2009. Universitas Sumatera Utara 1. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia. 46 2. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. 47 3. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri. 48 4. Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. 49 5. Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga Negara Indonesia, badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanam modal di wilayah Negara Republik Indonesia. 50 46 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Op.cit. Pasal 1 angka 1. 47 Ibid., Pasal 1 angka 2. 48 Ibid., Pasal 1 angka 3. 49 Ibid., Pasal 1 angka 4. 50 Ibid., Pasal 1 angka 5. Universitas Sumatera Utara 6. Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, danatau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia. 51 7. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanam modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat. 52 8. Masyarakat adalah masyarakat di sekitar perusahaan atau tempat kegiatan usaha perusahaan penanaman modal. 9. Good Corporate Governance atau tata kelola perusahaan yang baik adalah suatu mekanisme tata kelola organisasi secara baik dalam melakukan pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis ataupun produktif dengan prinsip-prinsip terbuka, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independen, dan adil dalam rangka mencapai tujuan organisasi. 53 10. Stakeholder atau pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa, dan pemerintah selaku regulator. 54 51 Ibid., Pasal 1 angka 6. 52 Ibid. Penjelasan Pasal 15 huruf b. 53 http:fe.elcom.umy.ac.idmodforumdiscuss.php?d=2170 diakses tanggal 07 Agustus 2009. 54 http:www.tekmira.esdm.go.id diakses tanggal 8 Nopember 2009. Universitas Sumatera Utara 11. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut. 55

G. Metode Penelitian