B. Konsep Tanggung
Jawab Sosial
Perusahaan Corporate
Social ResponsibilityCSR Pada Penanam Modal Yang Berbentuk Badan Hukum,
Bukan Badan Hukum Dan Perseorangan Perusahaan adalah pemegang peranan kunci dalam memproduksi barang yang
akan dijual ke pasar untuk konsumen. Kinerja kebiasaan pelaku dan keputusan dalam produksi merupakan faktor menentukan apabila tercapainya efisiensi atau alokasi
sumber daya yang optimal memang secara alami para pelaku ekonomi selalu akan berupaya mencapai keuntungan yang maksimal dari transaksi yang dilakukannya.
Sebagaimana dalam teori tentang harga bahwa perusahaan memang bermaksud mendapat keuntungan yang maksimum atau maksimumkan keuntungan.
82
Secara moral dan sosial keuntungan adalah yang baik, karena antara lain punya akibat yang berguna bagi banyak orang lain, misalnya keuntungan merupakan
semacam upah atau imbalan, seperti halnya semua pekerja atau karyawan yang menyumbangkan tenaga dan pikirannya mendapat upah atau imbalan untuk itu. Sebab
dengan upah karyawan dapat memperbaiki kondisi hidupnya, demikian pula dengan keuntungan pemilik modal memperbaiki kondisi hidupnya adalah wajar dan normal.
Oleh sebab itu mengejar keuntungan harus dianggap sebagai hal yang baik karena juga berkaitan dengan kewajiban si pemilik modal untuk mempertahankan atau
memperbaiki kondisi hidupnya sebagaimana halnya semua orang lain punya kewajiban moral untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi hidupnya.
83
82
Ningrum Natasya Sirait, Asosiasi Persaingan Usaha Tidak Sehat, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2003, hlm. 71.
83
Sonny Keraf, Op.cit. hlm. 49.
Universitas Sumatera Utara
Sehubungan dengan hal di atas tidak mengherankan bila dalam kenyataannya bahwa keuntunganlah yang menjadi satu-satunya motivasi orang berbisnis. Menurut
Milton Friedman, mencari keuntungan bukanlah hal yang jelek sebab orang memasuki bisnis selalu punya motivasi dasar yaitu mencari keuntungan.
84
Pandangan ini sekarang tidak dapat dipertahankan lagi sebab tujuan bisnis perusahaan bukanlah
semata-mata untuk mencari keuntungan, tetapi adalah meningkatkan standar hidup masyarakat, mensejahterakan masyarakat, dan membuat hidup manusia lebih
manusiawi melalui pemenuhan kebutuhan mereka secara baik. Karena yang utama adalah memenuhi kehidupan manusia, dalam bisnis perhatian terutama ditujukan
pada konsumen dan juga karyawan perusahaan tersebut. Menurut Konosuke Matsushita,
85
pendiri perusahaan Matsushita Inc. di Jepang, tujuan bisnis sebenarnya bukanlah mencari keuntungan melainkan untuk
melayani kebutuhan masyarakat. Sedangkan keuntungan tidak lain hanyalah simbol kepercayaan masyarakat atas kegiatan bisnis suatu perusahaan. Artinya, karena
masyarakat merasa kebutuhan hidupnya dipenuhi secara baik mereka akan menyukai produk perusahaan tersebut yang memang dibutuhkannya tapi sekaligus juga puas
dengan produk tersebut. Maka, mereka akan tetap membeli produk tersebut. Dari situlah keuntungan akan mengalir terus. Dengan demikan yang pertama-tama menjadi
fokus perhatian dalam bisnisnya bukanlah mencari keuntungan, melainkan apa yang
84
Ibid, hlm. 49.
85
Konosuke Matsushita, Not For Bread Alone Ethos, A Management Ethics Kyoto: PHP Institute, 1988 dalam A. Sonny Keraf, Opcit, hlm. 51.
Universitas Sumatera Utara
menjadi kebutuhan masyarakat dan bagaimana melayani kebutuhan masyarakat itu secara baik, dan dari sanalah ia akan memperoleh keuntungan.
Koordinator Perekonomian Boediono pada pembukaan Indonesia Business Links Conference on CSR, yang menyatakan bahwa sudah menjadi kewajiban dunia
usaha untuk berperan aktif bersama pemerintah dan masyarakat membangun lingkungan. Corporate Social Responsibility CSR tidak dapat dilepaskan dari
konteks tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance atau GCG demi mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
86
Sistem tata kelola perusahaan yang baik merupakan jalinan keterkaitan antara stakeholder perusahaan yang digunakan untuk menetapkan dan mengawasi arah
strategi dan kinerja usaha suatu organisasi. Dalam prakteknya GCG merupakan acuan tertulis pedoman mengenai kesepakatan antar para stakeholders dalam
mengidentifikasi dan merumuskan keputusan-keputusan strategis secara efektif dan terkoordinasi. Dengan bakal dari pedoman tersebut maka dapat dibangun saling
kepercayaan antara pemilik perusahaan dan para pemimpin perusahaan Dewan Direksi dan para Manajer tingkat puncak. Guna mengawasi lebih lanjut kinerja
perusahaan dan menjaga kepentingan para pemilik modal secara professional, maka pemilik perusahaan melalui RUPS, mengangkat anggota komisaris untuk duduk
dalam Dewan Komisaris.
86
“CSR Tidak Hanya Filantropi: Tidak Mungkin Membangun Negeri Tanpa Melibatkan Pebisnis”, Lihat http:www.kompas.comkompas-cetak060908ekonomi2937837.htm. diakses
tanggal 12 September 2009.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bank Dunia, Corporate Governance “is a blend of law, regulation and appropriate voluntary private sector practices wich enable a corporation to
attact financial and human capital, perform effectively and thereby perpetuate itself by generating long term economic value for its shareholders and society as a
whole”.
87
Prinsip-prinsip dalam Good Corporate Govenance adalah :
88
a. Keterbukaan transparency
Hak-hak para pemegang saham yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan dapat ikut berperan serta
dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan dan turut memperoleh bagian dari keuntungan
perusahaan. Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akuntansi yang berbasiskan standar akuntansi dan best practice
yang menjamin adanya laporan b.
Pertanggung jawaban responsibility Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimanaditetapkan oleh
hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta pemegang kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan
perusahaan yang sehat dari aspek keuangan. Prinsip ini diwujudkan
87
Richard Chinn dan Martyn E Jones, The Corporate Governance Handbook London: GEE Pub. Ltd., 2000.
88
I Nyoman Tjager, dkk., Corporate Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia, PT. Prenhallindo, Jakarta, 2003, hlm. 50.
Universitas Sumatera Utara
dengan kesadaran bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab sosial,
menghindari penyalahgunaan kekuasaan, menjadi professional dan menjunjung etika dan memelihara lingkungan bisnis yang sehat.
c. Keadilan fairness
Perlindungan yang sma terhadap para pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan
keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam insider trading.
Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan membuat peraturan korporasi yang melindungi kepentingan minoritas.
d. Akuntabilitas accountability
Tanggung jawab manajemen melalui pengawasan yang efektif berdasarkan balance of power manager, pemegang saham, dewan
komisaris dan auditor. Salah satu prinsip GCG mengenai masalah pertanggungjawaban
responsibility yaitu kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi
yang sehat. Akhir-akhir ini terdapat tiga kepentingan publik yang oleh perusahaan cenderung terabaikan. Pertama, perusahaan hanya bertanggung
jawab secara hukum terhadap pemegang sahamnya shareholder, sedangkan masyarakat tempat di mana perusahaan tersebut berdomisili
kurang diperhatikan. Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan semakin meningkat dan harus ditanggung oleh masyarakat
sekitar. Sementara itu sebagian besar keuntungan manfaat hanya dinikmati oleh pemilik saham perusahaan saja. Ketiga, masyarakat sekitar perusahaan
yang menjadi korban sebagian besar mengalami kesulitan untuk menuntut ganti rugi kepada perusahaan. Itu karena belum ada hukum regulasi yang
Universitas Sumatera Utara
mengatur secara jelas tentang akuntabilitas dan kewajiban perusahaan kepada publik.
89
Selain tanggung jawab perusahaan kepada pemegang saham tanggung jawab lainnya menyangkut tanggung jawab sosial perusahaan corporate social
responsibility dan tanggung jawab atas kelestarian lingkungan hidup sustainable environtment responsibility.
Dalam era reformasi yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya keterbukaan, seharusnya kepedulian perusahaan terhadap lingkungannya semakin
meningkat. Perusahaan yang tidak memiliki kepedulian sosial dengan lingkungan sekitarnya akan banyak menemui berbagai kendala, misalnya sering didemo oleh
masyarakat, bahkan ada perusahaan yang terpaksa ditutup oleh pihak yang berwenang. Terdapat dua hal yang dapat mendorong perusahaan menerapkan CSR,
yaitu bersifat dari luar perusahaan external drivers dan dari dalam perusahaan internal drivers. Termasuk kategori pendorong dari luar, misalnya adanya regulasi,
hukum, dan diwajibkannya analisis mengenai dampak lingkungan AMDAL.
90
Konsep tanggung jawab sosial perusahaan sesungguhnya mengacu pada kenyataan bahwa perusahaan adalah badan hukum yang dibentuk oleh manusia dan
terdiri dari manusia. Sebagaimana halnya manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain, demikian pula perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi dan memperoleh keuntungan
bisnis tanpa pihak lain. Ini menuntut agar perusahaan perlu dijalankan dengan tetap
89
www.kemitraan.or.idimplementasi-good-corporate-governance-melalui-corporate-social- responsibility, diakses tanggal 15 Agustus 2009.
90
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
bersikap tanggap, peduli dan bertanggung jawab atas hak dan kepentingan banyak pihak lainnya. Setiap perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan
bisnisnya yang mempunyai pengaruh atas orang-orang tertentu, masyarakat, serta lingkungan di mana perusahaan itu beroperasi.
91
Segala keputusan dan tindakan yang diambil oleh perusahaan harus membawa kebaikan bagi segenap perusahaan maupun masyarakat. Perusahaan juga harus
mampu bertanggung jawab atas akibat yang timbul dari keputusan tersebut. Mencegah terjadinya kerusakan lingkungan juga merupakan salah satu tanggung
jawab perusahaan.
92
Oleh karenanya walaupun perusahaan benda mati, namun perusahaan yang sebagai badan hukum harus memikul tanggung jawab moral. Maka
tidak dapat disangkal bahwa perusahaan selain mempunyai tanggung jawab hukum juga mempunyai tanggung jawab moral yang mana tanggung jawab tersebut
merupakan cerminan dari perusahaan tersebut. Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar bagi keterlibatan perusahaan
dalam berbagai kegiatan sosial. Pertama, karena perusahaan dan seluruh karyawannya adalah bagian integral dari masyarakat setempat. Kedua,
perusahaan telah diuntungkan dengan mendapat hak untuk mengelola sumber daya alam yang ada dalam masyarakat tersebut dengan mendapat keuntungan
bagi perusahaan tersebut. Ketiga, dengan tanggung jawab sosial melalui berbagai kegiatan sosial, perusahaan memperlihatkan komitmen moralnya
untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu yang dapat merugikan kepentingan masyarakat luas. Keempat, dengan keterlibatan sosial,
perusahaan tersebut menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan
91
A. Sonny Keraf, Op.cit, hlm. 122 dan 126.
92
I Nyoman Tjager, dkk. Corporate Governance, PT. Prenhallindo, Jakarta, 2003, hlm. 142- 144.
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dan dengan demikian perusahaan tersebut akan lebih diterima kehadirannya dalam masyarakat tersebut.
93
Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA corporate social activity atau aktivitas sosial perusahaan. Walaupun tidak menamainya sebagai
CSR, secara faktual aksinya mendekati konsep CSR yang merepresentasikan bentuk “peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan.
94
Melalui konsep investasi sosial perusahaan seat belt, sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang aktif dalam
mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional. Kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan bahwasannya
kegiatan perusahaan membawa dampak baik maupun buruk bagi kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar perusahaan
beroperasi.
95
Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya shareholders atau para pemegang saham, melainkan pula stakeholders, yakni pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan.
96
Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan,
lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa, dan pemerintah selaku
93
http:rinaeka12.blogspot.com200910bab-vi-tanggung-jawab-sosial-perusahaan.html diakses tanggal 14 Oktober 2009.
94
http:www.tekmira.esdm.go.id, Op.cit. diakses tanggal 8 Nopember 2009.
95
Ibid.
96
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
regulator. Jenis dan prioritas stakeholders relatif berbeda antara satu perusahaan dan lainnya, bergantung pada core bisnis perusahaan yang bersangkutan.
97
Di dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang memuat tentang hak kewajiban dan tanggung jawab
penanam modal, di salah satu butirnya, disebutkan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan corporate social
responsibility atau CSR. Menjadi lebih menarik lagi jika butir tersebut dihubungkan dengan beragam masalah lingkungan dan sosial masyarakat berkaitan dengan
keadaan korporasi di Indonesia, seperti misalnya kasus pencemaran di Teluk Buyat oleh Newmont Minahasa, masalah pembakaran hutan oleh perusahaan perkebunan
kelapa sawit di Sumatera dan Kalimantan, masalah pemberdayaan masyarakat suku di wilayah pertambangan Freeport di Papua dan tentu saja yang menjadi masalah
nasional sampai saat ini adalah masalah semburan lumpur panas Lapindo di Sidoarjo yang belum juga terselesaikan dengan baik.
98
Selama ini, pelaksanaan CSR di Indonesia hanyalah merupakan sebuah tindakan sukarela dari perusahaan. Artinya, CSR sangat tergantung dari komitmen
dan norma etika perusahaan untuk turut memikirkan kondisi sosial sekitarnya. Sehingga, wacana CSR tidak pernah menjadi prioritas utama bagi perusahaan-
perusahaan di Indonesia. Di dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang
97
Ibid.
98
http:gatosoideas.blogspot.com200704uupm-dan-tanggung-jawab-sosial.html, diakses tanggal 20 Mei 2008.
Universitas Sumatera Utara
Perseroan Terbatas pada Pasal 74 Ayat 1 menyebutkan : “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang danatau berkaitan dengan sumber daya
alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.” Ayat 2 : “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhitungkan kepatutan dan
kewajaran.” Ayat 3 : “Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada Ayat 1 dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.” Substansi dalam ketentuan pasal 74 Undang-Undang Nomor 40 tentang Perseroan Terbatas mengandung makna, mewajibkan tanggung jawab sosial dan
lingkungan mencakup pemenuhan peraturan perundangan terkait, penyediaan anggaran tanggung jawab sosial dan lingkungan, dan kewajiban melaporkannya.
Kesadaran perseroan untuk melaksanakan kewajiban Tanggung Jawab Sosial Lingkungan atau CSR dapat memberikan makna yaitu perseroan dimaksud bukan lagi
sebagai kelompok yang mementingkan dirinya sendiri, melainkan wajib memperhatikan dan melakukan adaptasi kultural dengan lingkungan sosialnya. Oleh
karena itu, wajar apabila Tanggung Jawab Sosial Lingkungan atau CSR tidak hanya sekedar responsibility yang bersifat voluntary, tetapi mandatory dalam pengertian
liability, dan terhadap perseroan yang tidak melaksanakan CSR akan dikenakan sanksi.
CSR lahir dari desakan masyarakat atas perilaku perusahaan yang mengabaikan tanggung jawab sosial, seperti perusakan lingkungan, eksploitasi
Universitas Sumatera Utara
sumber daya alam, tidak membayar pajak, dan menindas buruh. Kebanyakan perusahaan cenderung membuat jarak dengan masyarakat sekitar sehingga terjadi
kesenjangan antara masyarakat dengan perusahaan itu beroperasi.
99
Sebanyak 40 empat puluh persen hutan Indonesia telah ditebangi sejak tahun 1950, dan setengah dari yang tersisa telah dibagi-bagi untuk jalan raya dan
perkebunan kayu atau kelapa sawit. Hutan seluas 5 lima hektar lenyap setiap menitnya. Berarti hutan seluas lapangan sepak bola lenyap setiap 12 detik. Padahal di
sisi lain, 40-50 juta masyarakat Indonesia hidupnya sangat tergantung pada hutan.
100
Bank Dunia tahun 2002 melaporkan bahwa antara 1997–1998 telah terjadi kehancuran hutan lebih dari 9 juta hektar, tanpa satupun perusahaan yang
mendapatkan hukuman.
101
Padahal, Menteri Kehutanan sudah mengidentifikasi 176 perusahaan yang harus bertanggung jawab atas musibah besar tersebut dengan
kerugian yang diderita diperkirakan mencapai US 9,3 milyar. Selain itu, dari data tahunan produksi kayu Indonesia, sebanyak 88 tahun 2003 berasal dari kegiatan
ilegal.
102
Karena praktek ini, di tahun 2001, pemerintah Indonesia menderita kerugian sebesar US 3,5 milyar. Jumlah ini sama dengan komitmen IMF terhadap pemerintah
Indonesia selama setahun yang dijabarkan dalam Letter of Intent LoI.
103
Perusakan
99
http:hukumonline.com CSR, Kegiatan Sukarela yang Wajib Diatur, diakses tanggal 4 Agustus 2009.
100
Yanuar Nugroho, Menanti Tanggung Jawab Bisnis di Sektor Finansial Studi Awal tentang Social Responsibility Sektor Finansial di Indonesia, Artikel dalam The Business Watch Indonesia,
Jakarta, 1 Oktober 2003.
101
Ibid
102
Ibid
103
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
lingkungan karena aktivitas eksploratif bisnis semacam ini tentu tidak berjalan lancar jika tidak disokong dengan kredit usaha yang diberikan oleh sektor finansial.
Penelitian ini mencatat beberapa sumber kredit yang mengucur untuk praktik tak akuntabel semacam ini berasal juga dari lembaga keuangan asing. Mereka yang ikut
membiayai perusahaan-perusahaaan yang terlibat dalam pengrusakan hutan diantaranya adalah German and Finnish Export Credit Agencies, Credit Suisse First
Boston, Credit Lyonnaisse, Lemhan Brothers and Morgan Stanley, Bearing dan Asia Kapitalindo.
104
Dalam studi ini, beberapa kasus coba untuk dilihat kembali dalam perspektif ini, misalnya menghancurkan lingkungan seperti pembukaan perkebunan
kelapa sawit, kasus Indorayon di Sumatera Utara, dan kegiatan perusahaan yang mengakibatkan kerusakan lingkungan.
Kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hidup, kelestarian hutan, kesejahteraan masyarakat sekitar akan menciptakan iklim yang lebih menerima
perusahaan itu beserta produk-produknya. Sebaliknya ketidakpedulian perusahaan akan selalu menimbulkan sikap protes, permusuhan, dan penolakan atas kehadiran
perusahaan itu beserta produknya, tidak hanya dari masyarakat setempat di sekitar perusahaan itu melainkan juga sampai pada tingkat internasional.
Konsekuensi dari kerugian ini, ternyata menimbulkan efek berantai yang cukup panjang. Tidak disetornya pajak adalah satu sebab penting terjadinya defisit anggaran. Akibat defisit anggaran,
alokasi pemerintah untuk bidang kesehatan, pendidikan dan subsidi bagi masyarakat semakin dikurangi. Salah satu konsekuansinya adalah dicabutnya subsidi pemerintah untuk BBM, sehingga
harga BBM membubung tinggi. Kenaikan harga BBM segera diikuti oleh kenaikan harga bahan pokok, dan kenaikan harga pokok akan menimbulkan beban masyarakat miskin semakin berat.
104
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan PROPER pada bidang lingkungan yang diusung oleh Kementerian Lingkungan Hidup memberikan
penilaian perilaku sosial perusahaan dalam mengimplementasikan CSR dengan mengkategorikan perusahaan menjadi 4 empat peringkat yang juga dikaitkan
dengan pemikiran yang digagas oleh John Elkington dengan mengelompokkan korporasi berdasarkan kesamaan sifatnya dengan 4 empat jenis serangga yang
memiliki karakter berbeda, yaitu:
105
1. Peringkat I : Perusahaan Lebah Madu Hijau
Yaitu perusahaan yang sudah menempatkan CSR pada strategi inti dan jantung bisnis. CSR tidak hanya dianggap sebagai keharusan tetapi kebutuhan
modal sosial. Perusahaan meyakini ada nilai tukar atas aspek lingkungan dan sosial terhadap aspek ekonomi dan usahanya hanya dapat sustain apabila
disamping memiliki modal finansial, harus memiliki modal sosial dan kapital. Korporasi lebah madu bersifat menumbuhkan regenerative karena korporasi
ini menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis, manajemen pengelolaan sumber daya alam yang strategis dan sustainable. Perusahaan ini mendapatkan citra
positif, kepercayaan dan dukungan dari masyarakat. 2.
Peringkat II : Perusahaan Kupu-kupu Biru Yaitu perusahaan menilai praktek CSR akan memberikan dampak positif
terhadap usahanya karena merupakan investasi, bukan biaya. Perusahaan jenis
105
Harian Kompas, “Harapan Untuk Berbagi Madu”, tanggal 4 Agustus 2007 dan Yusuf Wibisono, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Gresik, Fascho Publishing, 2007, Hlm. 64-66.
Universitas Sumatera Utara
ini memiliki komitmen kuat terhadap agenda-agenda CSR dan secara sukarela mempraktekkannya. Perusahaan meyakini investasi sosial akan berdampak
pada lancarnya operasional perusahaan disamping citra dan reputasi positif yang diterima sehingga perusahaan dapat sustain.
3. Peringkat III : Perusahaan Belalang Merah
Yaitu perusahaan ini umumnya bersifat degeneratif dan tidak sustain bisnisnya, cenderung mengeksploitasisumber daya melampaui daya dukung
ekologi, sosial dan ekonomi serta secara kolektif menghasilkan dampak negatif di tingkat regional dan global. Perusahaan kategori ini pada umumnya
berasal dari peringkat hitam yang mengimplementasikan CSR setelah mendapat tekanan dari stakeholdersnya sehingga dengan terpaksa
memperhatikan isu lingkungan dan sosial. CSR dipandang sebagai komponen biaya yang akan mengurangi keuntungan perusahaan. Muncul stigma negatif
pada perusahaan bahkan tidak akan mampu berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan. Ditinjau dari beberapa sisi, kasus PT. Freeport Indonesia
memiliki kemiripan dengan kategori ini. 4.
Peringkat IV : Perusahaan Ulat Hitam Yaitu sistem ekonomi yang didominasi korporasi ulat pasti akan memakan
kapital alam dan sosial. Kegiatannya degeneratif. Perusahaan menjalankan bisnis semata-mata untuk kepentingan bisnis itu sendiri. Perusahaan tidak
peduli pada aspek lingkungan dan sosial di sekelilingnya. Muara dari aktifitas usaha kategori ini kolaps dan tutup.
Universitas Sumatera Utara
Secara teoretis CSR mengasumsikan penanam modal sebagai agen pembangunan yang penting, khususnya dalam hubungan dengan pihak pemerintah
dan kelompok masyarakat sipil. Dengan menggunakan alur pemikiran motivasi dasar, berbagai stakeholder kunci dapat memantau, bahkan menciptakan tekanan eksternal
yang bisa memaksa penanam modal mewujudkan konsep dan penjabaran CSR yang lebih sesuai dengan kondisi Indonesia.
106
Dari perspektif masyarakat sipil, pola kemitraan sangat menguntungkan karena kegiatan bisnis memiliki berbagai sumber
daya penting dan kapabilitas yang dapat digabungkan untuk tujuan-tujuan pembangunan. Misalnya, pembangunan infrastruktur industri pertambangan di
wilayah pedalaman mampu menyumbang secara signifikan pada penyediaan berbagai fasilitas publik, yang dapat dilihat dalam perkembangan kota Sangatta, Pekanbaru,
dan Balikpapan.
107
Bentuk tanggung jawab sosial perusahaan yang biasanya dilakukan oleh penanam modal adalah pemberian fasilitas kepada para pekerja atau buruh.
Kenyataannya bahwa pemberian fasilitas baru akan terealisasi jika adanya ancaman mogok atau unjuk rasa dari para buruh. Ini berarti tanggung jawab sosial perusahaan
terhadap para buruh didasarkan sebagai suatu negosiasi antara manajemen dengan para buruh. Manajemen tentunya akan memperhitungkan dampak yang ditimbulkan
dengan adanya ancaman tersebut jika dinilai akan merugikan perusahaan maka biasanya tuntutan akan direalisasikan. Contohnya adalah seperti buruh PT WRP,
106
Pamadi Wibowo,
Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan
dan Masyarakat,
www.pdat.co.idhgopinions...id.htm diakses tanggal 25 Juli 2009.
107
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
sebuah perusahaan penanaman modal asing dari Malaysia yang memproduksi sarung tangan, di mana buruh PT WRP berunjuk rasa di depan Konsulat Malaysia pada hari
Selasa tanggal 3 Nopember 2009. Mereka menuntut hak berupa upah lembur yang belum mereka terima.
108
Masalah buruh atau karyawan merupakan salah satu tanggung jawab sosial perusahaan yang harus dilaksanakan oleh perusahaan agar
tercipta sinergi antara perusahaan dengan karyawan. Perusahaan harus memikirkan kesejahteraan dari dalam dulu internal yaitu mengenai kesejahteraan buruh atau
karyawan, baru kemudian selanjutnya bergerak keluar ekternal yaitu terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan.
Pada penanam modal seperti CV, Firma ataupun Perseorangan, mereka melakukan tanggung jawab sosial dalam bentuk yang masih relatif kecil, mengingat
usaha yang mereka lakukan tidak sama dengan sebuah perusahaan nasional atau multinasional yang ruang lingkupnya luas di mana perusahaan tersebut memiliki
modal usaha yang besar dan karyawan atau buruh yang banyak serta berdampak luas bagi masyarakat sekitar. Contohnya adalah sebuah unit usaha CV, Firma atau
Perseorangan yang bergerak pada usaha pengelola hasil bumi atau usaha perkebunan kelapa sawit. CV, Firma atau Perseorangan tersebut dalam hal tanggung jawab sosial
kepada masyarakat adalah dalam bentuk yang relatif kecil bagi masyarakat seperti dalam bentuk membayar gaji karyawan tepat waktu, pemberian insentif berupa
kesejahteraan hari raya keagamaan kepada para pekerja atau buruh serta keluarganya. Membuat sarana jalan, bantuan kepada masyarakat tidak mampu atau kepada siswa-
108
Harian Kompas, hari Rabu tanggal 4 November 2009, hlm. 26.
Universitas Sumatera Utara
siswa sekolah di sekitar usaha CV atau Perseorangan tersebut dan bantuan keagamaan seperti pembangunan rumah ibadah atau setiap perayaan hari besar keagamaan.
Bentuk lainnya yang dilakukan oleh CV, Firma atau Perseorangan dari tanggung jawab sosial perusahaan hanyalah sebatas pemberian sumbangan, hibah, dan bantuan
untuk bencana alam yang sifatnya momentum. Penanam modal yang berbentuk CV, Firma atau Perorangan tidak harus
menganggarkan biaya CSR dalam anggaran perusahaan, karena hal tersebut belum diatur dalam peraturan perundang-undangan seperti Perseroan Terbatas sebagaimana
diatur di dalam Pasal 74 Ayat 2 Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang mengharuskan biaya CSR diperhitungkan sebagai biaya
perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Dengan tidak ada diaturnya mengenai anggaran biaya CSR, maka CV,
Firma atau Perorangan dapat berinisiatif sendiri dalam melakukan program pelaksanaan CSR yang disesuaikan dengan keadaan keuangan CV, Firma atau
Perorangan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PENERAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DIKAITKAN