Analisis Yuridis Mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Masyarakat Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal (Studi Penelitian di PT INALUM di Kabupaten Batu Bara)

(1)

ANALISIS YURIDIS MENGENAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PERUSAHAAN TERHADAP MASYARAKAT DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007

TENTANG PENANAMAN MODAL

(Studi Penelitian di PT INALUM di Kabupaten Batu Bara)

TESIS

Oleh

FAKHRUL ROZI SIHOTANG

067005089/HK

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS YURIDIS MENGENAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL

PERUSAHAAN TERHADAP MASYARAKAT DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007

TENTANG PENANAMAN MODAL

(Studi Penelitian di PT. INALUM di Kabupaten Batu Bara)

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

FAKHRUL ROZI SIHOTANG

067005089/HK

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS MENGENAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP MASYARAKAT DITINJAU DARI UNDANG -UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG

PENANAMAN MODAL (Studi Penelitian di PT. INALUM di Kabupaten Batu Bara)

Nama Mahasiswa : FAKHRUL ROZI SIHOTANG Nomor Pokok : 067005089/HK

Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH.) Ketua

Tanggal Lulus : 06 Agustus 2010 Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH.)

Dekan,

(Prof. Dr. Runtung, SH., M. Hum. (Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum.)

Anggota

(Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum.) Anggota


(4)

Telah diuji pada

Tanggal 06 Agustus 2010

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH. Anggota : 1. Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum.

2. Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum. 3. Prof. Dr. Suhaidi, SH., M.H.


(5)

ABSTRAK

Hadirnya investasi ke suatu daerah untuk mengembangkan modal memiliki dampak bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Kebanyakan perusahaan hanya mengejar keuntungan dari modal yang ditanamkan, tanpa memikirkan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Banyak terjadi eksploitasi sumber daya alam dan rusaknya lingkungan di sekitar operasional perusahaan (investor). Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada Pasal 15 huruf (b) dan Pasal 17 mengatur tentang kewajiban investor dalam melaksanakan tanggung jawab sosial.

Penelitian hukum ini mengenai konsep tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) pada penanam modal yang berbentuk badan hukum, bukan badan hukum dan perseorangan, mengenai penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan penanam modal dan tanggung jawab sosial dan lingkungan diimplementasikan oleh PT. Indonesia Asahan Alumunium (PT. INALUM). Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan yang bersifat kualitatif, yakni mengacu kepada nilai-nilai dan norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

Kesimpulan dari penelitian hukum ini yaitu perusahaan penanam modal yang tidak berbentuk badan hukum, termasuk usaha perseorangan, tanggung jawab sosial tetap wajib dilaksanakan. Oleh karena tidak ada ketentuan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan tanggung jawab sosial bagi perusahaan penanam modal non badan hukum, maka kewajiban tersebut dilaksanakan dengan menggunakan ukuran kepatutan dan kewajaran yang ditetapkan oleh perusahaan dengan memperhatikan keuangan perusahaan. Saran dalam penelitian ini adalah perlu adanya peraturan pelaksana tentang pelaksanaan CSR bagi penanam modal modal yang berbentuk badan hukum, bukan badan hukum dan perseorangan dan perlu segera diundangkan peraturan pelaksana dari Pasal 74 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas agar terwujud kepastian hukum dalam pelaksanaan CSR.


(6)

ABSTRACT

The presence of an investment to the area for develop once for capital will be impact to the people and the environment. Most companies are only take the benefit from capital vine without thinking about the social responsibilities to the public. Many exploitation of natural resources and environmental destruction around the operating company (investor). Law Number 25 Year 2007 regarding Investment in Article 15 letter (b) and Article 17 governs the obligations of investors in the implementation of social responsibility.

The thesis take about the concept of corporate social responsibility (corporate social responsibility / CSR) in the form of investor legal entity, not legal entities and individuals, and about the implementation of corporate social responsibility associated with the Law Number 25 Year 2007 concerning Capital Investment on society and the environment surrounding the company investor and about social and environmental responsibility is implemented by PT. Indonesia Asahan Aluminium (PT. INALUM). This research uses a normative legal with a qualitative approach, which refers to the values and legal norms contained in the legislation. The data used in this research is secondary data consists of primary legal materials, legal materials, secondary and tertiary legal materials.

The conclusion from this research that corporate investors are not a legal entity, including personal business, social responsibility and equipment shall be carried out. Therefore there are no statutory provisions governing the implementation of social responsibility for companies investor non legal entity, the obligation is carried out by using the measure of decency and fairness set by the company by paying attention to corporate finance. Suggestions in this research is the need for implementing regulations concerning the implementation of CSR for investor capital in the form of legal entity, not legal entities and individuals and need immediate promulgation of implementing regulations for Article 74 of Law Number 40 Year 2007 Limited Company in order to realize the legal certainty in the implementation CSR.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah Swt atas segala berkat, karunia, dan rahmatNya yang berlimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, menyelesaikan tugas akhir berupa tesis yang berjudul : “ANALISIS YURIDIS MENGENAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP MASYARAKAT DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL (Studi Penelitian di PT. INALUM di Kabupaten Batu Bara)”, dan telah dinyatakan lulus diseminarkan dalam rangka memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar Magister Humaniora pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian tesis ini bukanlah semata-mata atas kemampuan diri peneliti sendiri, melainkan atas bantuan, dukungan, bimbingan dan saran dari semua pihak yang telah ikut mengambil peran dan berpartisipasi yang signifikasn dalam memberikan kontribusi. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti juga ingin menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, bimbingan, saran dan motivasi kepada peneliti dalam penyelesaian tesis ini.

1. Kepada Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H.,M.Sc.,(CTM).,Sp.A(K). selaku Rektor Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada peneliti untuk mengikuti dan menyelesaikan


(8)

pendidikan pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Kepada Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, terima kasih telah menerima peneliti menjadi mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Kepada Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H., M.H., selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dosen sekaligus Ketua Komisi Pembimbing, terima kasih atas segala perhatian dan ilmu pengetahuan yang diajarkan selama peneliti menjadi mahasiswa, memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, ide, motivasi dan saran serta kritik yang konstruksif untuk memperoleh hasil yang terbaik dalam penelitian tesis ini. 4. Kepada Ibu Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum., selaku Sekretaris Program Studi

Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Anggota Komisi Pembimbing, terima kasih telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, saran dan kritik yang sangat mendukung dalam penelitian tesis ini.

5. Kepada Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum., sebagai Anggota Komisi Pembimbing, terima kasih telah memberikan bimbingan, arahan, motivasi, saran dan kritik yang sangat mendukung dalam penelitian tesis ini sehingga penelitian tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.


(9)

6. Kepada Bapak Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H., dan Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H. M.Hum., selaku dosen penguji terima kasih atas masukan dan arahan kepada peneliti guna kesempurnaan tesis ini.

7. Kepada Guru Besar dan segenap Civitas Akademika Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan membantu di dalam perkuliahan sehingga dapat menyelesaikan studi dengan baik.

8. Terima kasih kepada kedua orangtua, Ayahanda tercinta H. Alifdin Sihotang yang selalu mendoakan, mendorong dan memotivasi untuk terus belajar dan melanjutkan pendidikan, memberikan dukungan moril dan materil, dan kepada Ibunda tercinta U. Br. Sagala yang tiada henti selalu mendoakan, mencurahkan kasih sayang, memberikan nasehat dan perhatian kepada penulis. Terima kasih Allah Swt telah memberikan orangtua yang sangat bijaksana dan penuh kasih sayang yang dapat dijadikan sebagai teladan. Terima kasih juga kepada adik-adik tercinta Nurhamidah Sihotang dan Taufik Hasudungan Sihotang yang selalu memberikan semangat, motivasi dan membantu dalam penulisan tesis ini.

9. Terima kasih kepada Prof. Dr. dr. Aslim Sihotang, Sp.M. yang telah memberikan dukungan, semangat, nasehat dan perhatian kepada penulis selama ini.

10. Rekan-rekan seangkatan kelas Reguler tahun 2006 : Annisa Sativa, Dian Mandayani Nasution, Dian Permana, Fajrin Pane, Freddy Simanjuntak, Gunawan, Khoimedi Hambali, Ika Syafitri, Indra Defi, Ivan Vanova, Syah Rizal Munthe, RA. Ajeng Ramadhani, Rehulina Sitepu, Syarifah Lisa Andriaty, Sri


(10)

Handayani yang telah menjalani perkuliahan bersama-sama dengan penuh kenangan indah, terima kasih atas kebersamaan selama ini dan semoga persahabatan ini abadi selamanya.

11. Kepada seluruh unsur Pimpinan dan Staf PT. INALUM yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam penulisan tesis ini sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.

12. Kepada seluruh Staf Sekretariat Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara : Kak Rafika Suryani, Kak Juliani, Kak Fitri, Bu Niar, Bu Ganti, Bang Udin, Bang Hendra, dan Bang Herman terima kasih atas pelayanan dengan senyuman dan keikhlasan yang tanpa kenal lelah selama penulis kuliah.

13. Kepada semua pihak yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan moril untuk penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari sempurna, namun harapan penulis kiranya tesis ini dapat menjadi setitik air dalam samudera ilmu pengetahuan, yang bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca. Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala kelemahan yang ada dalam penelitian tesis ini, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penelitian selanjutnya.

Medan, Agustus 2010


(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 16

C. Tujuan Penelitian ... 16

D. Manfaat Penelitian ... 17

E. Keaslian Penelitian ... 17

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 18

1. Kerangka Teori ... 18

2. Kerangka Konsep ... 28

G. Metode Penelitian ... 31

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 31

2. Sumber Data ... 32

3. Teknik Pengumpulan Data ... 33

4. Analisis Data ... 33

BAB II KONSEP TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) PADA PENANAM MODAL YANG BERBENTUK BADAN HUKUM, BUKAN BADAN HUKUM DAN PERSEORANGAN ... 35

A. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) ... 35

B. Konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility/CSR) Pada Penanam Modal Yang Berbentuk Badan Hukum, Bukan Badan Hukum Dan Perseorangan ... 47


(12)

BAB III PENERAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DIKAITKAN DENGAN UNDANG - UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL TERHADAP

MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN SEKITAR

PERUSAHAAN PENANAM MODAL ... 64

A. Pengaturan CSR Sebelum dan Setelah Berlakunya Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal ... 64

B. Penerapan CSR di Indonesia dan Negara Lain ... 74

1. Penerapan CSR di Indonesia ... 74

2. Penerapan CSR di Manca Negara ... 81

BAB IV IMPLEMENTASI TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PT. INDONESIA ASAHAN ALUMUNIUM (PT INALUM) ... 87

A. Gambaran Umum PT. Indonesia Asahan Alumunium (INALUM) ... 87

B. Tujuan Pelaksanaan CSR di PT Inalum ... 89

C. Bentuk-Bentuk Pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial PT Inalum Terhadap Masyarakat ... 91

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 111

A. Kesimpulan ... 111

B. Saran ... 113


(13)

ABSTRAK

Hadirnya investasi ke suatu daerah untuk mengembangkan modal memiliki dampak bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Kebanyakan perusahaan hanya mengejar keuntungan dari modal yang ditanamkan, tanpa memikirkan tanggung jawab sosial kepada masyarakat. Banyak terjadi eksploitasi sumber daya alam dan rusaknya lingkungan di sekitar operasional perusahaan (investor). Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pada Pasal 15 huruf (b) dan Pasal 17 mengatur tentang kewajiban investor dalam melaksanakan tanggung jawab sosial.

Penelitian hukum ini mengenai konsep tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) pada penanam modal yang berbentuk badan hukum, bukan badan hukum dan perseorangan, mengenai penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan penanam modal dan tanggung jawab sosial dan lingkungan diimplementasikan oleh PT. Indonesia Asahan Alumunium (PT. INALUM). Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan yang bersifat kualitatif, yakni mengacu kepada nilai-nilai dan norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.

Kesimpulan dari penelitian hukum ini yaitu perusahaan penanam modal yang tidak berbentuk badan hukum, termasuk usaha perseorangan, tanggung jawab sosial tetap wajib dilaksanakan. Oleh karena tidak ada ketentuan perundang-undangan yang mengatur pelaksanaan tanggung jawab sosial bagi perusahaan penanam modal non badan hukum, maka kewajiban tersebut dilaksanakan dengan menggunakan ukuran kepatutan dan kewajaran yang ditetapkan oleh perusahaan dengan memperhatikan keuangan perusahaan. Saran dalam penelitian ini adalah perlu adanya peraturan pelaksana tentang pelaksanaan CSR bagi penanam modal modal yang berbentuk badan hukum, bukan badan hukum dan perseorangan dan perlu segera diundangkan peraturan pelaksana dari Pasal 74 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas agar terwujud kepastian hukum dalam pelaksanaan CSR.


(14)

ABSTRACT

The presence of an investment to the area for develop once for capital will be impact to the people and the environment. Most companies are only take the benefit from capital vine without thinking about the social responsibilities to the public. Many exploitation of natural resources and environmental destruction around the operating company (investor). Law Number 25 Year 2007 regarding Investment in Article 15 letter (b) and Article 17 governs the obligations of investors in the implementation of social responsibility.

The thesis take about the concept of corporate social responsibility (corporate social responsibility / CSR) in the form of investor legal entity, not legal entities and individuals, and about the implementation of corporate social responsibility associated with the Law Number 25 Year 2007 concerning Capital Investment on society and the environment surrounding the company investor and about social and environmental responsibility is implemented by PT. Indonesia Asahan Aluminium (PT. INALUM). This research uses a normative legal with a qualitative approach, which refers to the values and legal norms contained in the legislation. The data used in this research is secondary data consists of primary legal materials, legal materials, secondary and tertiary legal materials.

The conclusion from this research that corporate investors are not a legal entity, including personal business, social responsibility and equipment shall be carried out. Therefore there are no statutory provisions governing the implementation of social responsibility for companies investor non legal entity, the obligation is carried out by using the measure of decency and fairness set by the company by paying attention to corporate finance. Suggestions in this research is the need for implementing regulations concerning the implementation of CSR for investor capital in the form of legal entity, not legal entities and individuals and need immediate promulgation of implementing regulations for Article 74 of Law Number 40 Year 2007 Limited Company in order to realize the legal certainty in the implementation CSR.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki sumber daya alam melimpah yang sangat potensial dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan. Sumber daya alam harus dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup sehingga sumber daya alam tersebut tetap dapat berperan baik sebagai modal pertumbuhan ekonomi sekaligus sebagai penopang sistem kehidupan.

Suatu pembangunan yang mempunyai wawasan perlindungan terhadap lingkungan lebih dikenal dengan istilah sustainable development atau pembangunan berkelanjutan, yang berarti suatu pembangunan dilaksanakan dengan pertimbangan bahwa kegiatan pembangunan dan segala aspeknya yang dilakukan harus dapat menopang atau mendukung pembangunan-pembangunan di masa yang akan datang bagi kepentingan generasi yang akan datang pula.1

1 Akhmad Hidayat, Strategi Pembangunan Berkelanjutan Pada Sektor Pertambangan di Indonesia, lihat http://www.mail-archive.com/exbhp@googlegroups.com/msg00054.html. Diakses tanggal 30 Maret 2010.


(16)

Pembangunan berkelanjutan memberi tekanan bahwa pembangunan tersebut harus dapat menggambarkan adanya keselarasan dan keserasian di dalam penggunaan sumber daya alam, sumber daya manusia maupun sumber daya artificial yang memperhatikan usaha-usaha konservasi berkesinambungan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka bukan hanya orang perorang yang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam pengelolaan lingkungan, tetapi juga sekelompok orang atau badan usaha atau hukum yang terlibat di dalam pemanfaatan sumber daya hayati maupun non hayati.2

Pemanfaatan potensi sumber daya alam menjadi kekuatan ekonomi riil melalui proses pembangunan membutuhkan modal yang besar, sementara di sisi lain terdapat keterbatasan kemampuan pemerintah dalam mendanai pembangunan. Oleh karena itu sangat diperlukan peran serta modal, baik asing maupun dalam negeri untuk melengkapi keterbatasan tersebut.

Indonesia memiliki keterbatasan modal dalam negeri dan minim akan penguasaan teknologi dan keterbatasan akses pasar, sehingga penanaman modal asing sangat diperlukan. Penanaman modal asing dapat memperluas potensi negara tuan rumah untuk memproduksi barang setempat guna menggantikan barang impor dan meningkatkan pendapatan pajak, selain itu penanaman modal sebagai sarana pemulihan ekonomi dapat menjadi suatu hubungan ekonomi internasional, penanaman modal menjadi suatu tuntutan guna memenuhi kebutuhan suatu negara,

2 Ibid.


(17)

perusahaan dan masyarakat. Hubungan tersebut terjadi karena masing-masing pihak saling membutuhkan satu sama lain dalam memenuhi kebutuhan atau kepentingannya. Negara penerima modal (host country) membutuhkan sejumlah dana, teknologi, dan keahlian bagi kepentingan pembangunan dalam bentuk penanaman modal. Di pihak lain, investor sebagai penanam modal memerlukan bahan baku, tenaga kerja, sarana dan prasarana, pasar, jaminan keamanan, dan kepastian hukum untuk dapat lebih mengembangkan usaha dan memperbesar keuntungan yang dapat diperoleh.3

Sejak tahun 1967 melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing kemudian disusul Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, pemerintah telah berupaya meningkatkan partisipasi modal asing dan dalam negeri dalam upaya mempercepat pencapaian tujuan-tujuan pembangunan nasional.

Pertumbuhan penanaman modal asing sangat menentukan perkembangan perekonomian suatu negara, terutama negara berkembang. Arus penanaman modal asing bersifat fluktuaktif, tergantung dari iklim investasi negara yang bersangkutan. Bagi negara penanam modal, sebelum melakukan investasi terlebih dahulu akan melakukan penilaian terhadap aspek-aspek yang turut mempengaruhi iklim

3 Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Malang: Banyumedia Publishing, 2004), hlm. 1-2.


(18)

penanaman modal, yaitu kesempatan ekonomi, kepastian hukum, dan stabilitas politik.4

Suatu perusahaan menanamkan modalnya di suatu negara mempunyai motif mencari keuntungan.5 Pihak asing memilih untuk berinvestasi atau melakukan transaksi ekonomi di negara tertentu apabila di negara tersebut terdapat hukum ekonomi yang menunjang, tidak menghambat atau tidak menimbulkan resiko dan kepastian yang besar terhadap investasi. Para investor akan datang ke suatu negara apabila dirasakan negara tersebut dalam situasi kondusif dan untuk dapat mewujudkan sistem hukum yang mendukung iklim investasi dibutuhkan aturan yang jelas dari izin usaha sampai dengan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk mengoperasikan perusahaan. Untuk mencapai kondisi tersebut dibutuhkan penegakan supremasi hukum (rule of law).6

Dalam perkembangannya, jumlah penanaman modal dalam negeri maupun asing terus bertambah sehingga memberikan kontribusi besar dalam pembangunan Indonesia. Tetapi, kondisi jumlah penanaman modal (investor) mulai berkurang sejak adanya krisis di Indonesia pada tahun 1997 hingga masa reformasi sekarang ini.

Pelaksanaan investasi domestik pada era Orde Baru dimulai pada tahun 1968 sampai dengan tahun 1997. Perkembangan jumlah investasi domestik yang diinvestasikan oleh investor domestik adalah sebanyak Rp. 580.384.996 triliun. Sementara jumlah proyek yang dibiayai sebanyak 11.991 proyek. Nilai investasi domestik yang diinvestasikan pada tahun 1968 hanya Rp. 38.6 miliar, dengan

4 Pancras J. Nagy, Country Risk, How to Asses, Quantify and Monitor (London:Euronomy Publications, 1979), page 54. Dikutip dari Erman Rajagukguk, Hukum Investasi di Indonesia Pokok Bahasan (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006), hlm. 40

5 Ibid., hlm. 1. 6 Ibid., hlm 50-51.


(19)

jumlah proyek sebanyak 27 proyek. Namun dalam perkembangannya investasi pada masa Orde Baru dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dari segi kualitas. Pada tahun 1997 sebagai puncak kekuasaan Orde Baru, nilai investasi yang ditanamkan oleh investor domestik sebanyak Rp. 119.877.2 triliun, dengan jumlah proyek sebanyak 723 proyek.7

Tabel 1

Perkembangan investasi domestik dari tahun 1998-2006

Sumber : Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2008).

7

Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2008), hlm. 141.

No. Tahun Nilai Persetujuan Jumlah Proyek 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8. 9. 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Rp. 57.938 triliun Rp. 53.120 triliun Rp. 92,410 triliun Rp. 58.672 triliun Rp. 25,23 triliun Rp. 48,48 triliun Rp. 28,87 triliun Rp.30,66 triliun Rp. 20,79 triliun

320 proyek 228 proyek 355 proyek 249 proyek 188 proyek 181 proyek 145 proyek 214 proyek 145 proyek Total Rp. 416,17 triliun 2,025 proyek


(20)

Apabila dibandingkan jumlah investasi domestik yang ditanamkan oleh investor pada tahun 1998 sampai dengan 2006, bahwa nilai investasi mengalami penurunan yang sangat signifikan, yaitu sebanyak Rp. 37.148 triliun.

Sementara itu, meskipun perkembangan investasi selama tahun 2006 masih jauh dari tingkatan yang dapat meningkatkan kegiatan perekonomian, namun perbaikan yang cukup berarti mulai terlihat pada tahun 2007. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan bahwa jika selama tahun 2006 realisasi investasi PMA dan PMDN masing-masing mencatat penurunan sekitar 32,8 % dan 32,2 %, maka pada lima bulan pertama tahun 2007 (Januari-Mei 2007) kedua kelompok investasi ini mencatat kenaikan masing-masing 18,2% dan 77,9 %. Dengan kenaikan sebesar ini, maka terbuka kemungkinan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 akan lebih baik dari perkiraan semula. Jika gejolak pasar finansial dunia tidak berlarut-larut dan pemerintah mampu mengatasi berbagai dampak yang mungkin ditimbulkan oleh berbagai pengaruh eksternal, bukan tidak mungkin pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 mendekati angka yang ditargetkan pemerintah, yaitu sekitar 6 %.8

Kekhawatiran terhadap penurunan pembentukan modal melalui kegiatan penanaman modal, baik asing maupun dalam negeri, dikemukakan oleh Djisman S. Simanjuntak sebagai berikut: Djisman S. Simanjuntak mengatakan, hal yang mengkhawatirkan dewasa ini adalah masalah investasi. Pembentukan modal tetap bruto dalam perkiraan nasional dalam tahun 2003 masih hampir sepertiga lebih kecil daripada tahun 1997. Tingkat investasi sebagai persentase produk domestik bruto anjlok dan belum pulih. Investasi asing langsung ke Indonesia berubah menjadi negatif. Pangsa Indonesia dalam stok investasi asing langsung yang masuk turun dari 1,68% dalam tahun 1995 menjadi 0,78


(21)

% dalam tahun 2002. PMDN dan PMA yang disetujui juga menukik walaupun ada tanda-tanda kebangkitan tahun 2003 gangguan keamanan, amuk penjarahan, ketidakpastian hukum, korupsi, dan perselisihan perburuhan bergabung untuk memudarkan daya tarik Indonesia ketika di tempat lain muncul lokasi yang bersinar cerah, khususnya Cina yang bersaing dengan Indonesia dalam kelompok kelompok yang sama atau mirip.9

Pasca krisis investasi di Indonesia memang menurun drastis walaupun beberapa tahun kemudian ada peningkatan, tetapi belum seperti yang diharapkan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kurangnya investasi di Indonesia, seperti faktor keamanan berinvestasi, ekonomi biaya tinggi, seringnya demo buruh atau pekerja yang sangat mempengaruhi suasana kondusif investasi di Indonesia dan masalah penegakan hukum di Indonesia yang belum berjalan maksimal. Menurut Erman Rajagukguk, Undang-undang investasi yang baru diharapkan dapat mendorong investasi di daerah-daerah, sehingga lapangan kerja bisa kembali terbuka untuk memecahkan masalah pengangguran.10

Kehadiran investasi dalam suatu negara sebenarnya hal yang wajar, terlebih lagi di era globalisasi ini kehadiran investor dalam menggerakkan roda perekonomian suatu negara, tampaknya bukan lagi hal yang aneh terlebih lagi negara tersebut sudah masuk dalam tata pergaulan dunia internasional. Agar dapat berkompetisi dalam menarik investor berbagai ketentuan hukum yang terkait dengan investasi di

9 Djisman S. Simanjuntak, “Ekonomi Pasar Sosial Terbuka Indonesia Landasan Stabilitas dalam Global yang Berubah Dramatik” Makalah dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni dan Fakultas Ekonomi Unpar, (Bandung: 4 Desember 2004), hlm. 2.

10

Erman Rajagukguk, “Hukum Ekonomi Indonesia memperkuat Persatuan Nasional Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Memperluas Kesejahteraan Sosial.” Dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII, Bali 14-18 Juli 2003. Buku 3 Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, (Jakarta, 2004). hlm. 252.


(22)

Indonesia perlu disesuaikan dengan tuntutan global, sebagaimana yang dikemukakan oleh Bismar Nasution sebagai berikut:

Implikasi globalisasi ekonomi itu terhadap hukum juga tidak dapat dihindarkan, sebab globalisasi hukum mengikuti globalisasi tersebut, dalam arti berbagai substansi undang-undang dan perjanjian-perjanjian menyebar melewati batas-batas negara. Disinilah diperlukan pembaharuan hukum investasi sebagai perangkat aturan untuk mengantisipasi kegiatan investasi di Indonesia era AFTA 2003. Dengan ini berarti hukum investasi harus diperbaharui sesuai dengan ritme tuntutan AFTA guna menampung ketentuan AFTA.11

Agar hukum nasional senantiasa mampu menyesuaikan perkembangan keadaan, maka ia harus membuka diri, menerima unsur-unsur dari luar yang dapat memperlancar pembangunan nasional yang sedang dikerjakan oleh bangsa ini.12 Jika ingin bersaing dengan negara lain dalam merebut calon investor, ketentuan yang terkait dengan penanaman modal harus disesuaikan dengan kondisi masa kini. Upaya menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif menjadi semakin perlu mengingat bahwa untuk menarik penanam modal, Indonesia dihadapkan pada tantangan yang semakin besar dan kompleks, serta persaingan yang semakin tajam baik sesama negara berkembang maupun dari negara maju terutama dalam menarik modal asing. Peningkatan penanaman modal dapat dilakukan melalui peningkatan peran aktif masyarakat berinvestasi membuka kesempatan berusaha secara luas. Keikutsertaan Indonesia dalam berbagai forum kerjasama bilateral, regional dan

11

Bismar Nasution. “Implikasi AFTA terhadap Kegiatan Investasi Hukum Investasi Indonesia” dalam Jurnal Hukum Bisnis Volume 22, Edisi Januari - Februari 2003. Hlm. 48.

12 Baharuddin Lopa, Etika Pembangunan Hukum Nasional. Dalam Artidjo Alkostar (ed). Identitas Hukum Nasional, (Yogyakarta: FH UII, 1997) hlm. 25.


(23)

multilateral atas dasar kepentingan nasional menimbulkan berbagai konsekuensi yang harus dihadapi dan ditaati.13

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri, investor diberikan berbagai kemudahan dan fasilitas untuk berinvestasi di Indonesia. Hal ini dilatar belakangi untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia yang diperlukan adanya peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Tujuan yang ingin dicapai dalam Undang-undang Penanaman Modal yang baru ini adalah dalam menghadapi perubahan perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional maka perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotif, memberikan kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan kepentingan ekonomi nasional.14

Adanya undang-undang yang baru ini juga memberikan perlakuan yang sama antara investor dalam negeri dan investor asing, agar memenuhi prinsip demokrasi

13 Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Departemen Kehakiman dan HAM RI. Perumusan Harmonisasi Hukum Bidang Penanaman Modal. (Jakarta: Juli 2003) hlm. 66-67.

(Konsekuensi yang harus dihadapi dan ditaati Indonesia sebagai anggota masyarakat ekonomi internasional dalam perjanjian dan perdagangan internasional adalah Indonesia harus mengikuti sistem hukum yang berlaku pada masyarakat internasional, seperti keanggotaan Indonesia di dalam ASEAN dan AFTA yang mana ketentuan-ketentuan tersebut mengikat kepada anggota-angotanya termasuk di dalamnya adalah Indonesia).

14 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dalam Menimbang poin (d).


(24)

ekonomi undang-undang ini juga memerintahkan penyusunan peraturan perundang-undangan mengenai bidang usaha yang tertutup dan yang terbuka dengan persyaratan, termasuk bidang usaha yang harus dimitrakan atau dicadangkan bagi usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.15

Undang-undang ini juga mengatur mengenai hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal diatur secara khusus guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan atas tradisi budaya masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan. Pengaturan tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggung jawab lingkungan dan pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong ketaatan penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan.16

Adanya Undang-undang penanaman modal di Indonesia, maka investor asing mempunyai pegangan dalam berinvestasi di Indonesia, bahwa modal yang ditanamkan mempunyai landasan hukum yang kuat. Menurut Aminuddin Ilmar,17 perlunya pengaturan pemerintah terhadap penanaman modal asing dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap penanaman modal asing yang dilaksanakan di Indonesia agar dapat berperan dalam pembangunan nasional. Dengan kata lain,

15

Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. 16

Ibid.

17 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia. (Jakarta: Prenada Media. 2004) hlm. 37.


(25)

kebijaksanaan penanaman modal asing di Indonesia, ditetapkan berdasarkan pemikiran bahwa penanaman modal asing harus dapat memberikan kontribusi untuk memperkuat dan memperkokoh struktur perekonomian nasional. Maka dengan adanya berbagai pengaturan terhadap penanaman modal asing tidak lain dimaksudkan untuk lebih memberikan peluang yang lebih luas kepada para penanam modal asing dalam melaksanakan kegiatannya melalui iklim penanaman modal yang asing yang kondusif.

Hal ini penting, mengingat investasi yang akan dilaksanakan tersebut pada umumnya mempunyai jangka waktu yang cukup panjang. Untuk itu bagi investor sebelum melakukan investasi, investor akan melakukan analisis yang cukup mendalam tidak hanya dari segi bisnis semata apa untung ruginya, tetapi juga mengangkat masalah kepastian hukum, apakah di negara investor akan melakukan investasi, peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan investasi sudah cukup memadai atau tidak. Jika sudah memadai maka investor akan melakukan investasi.18

Dalam Undang-undang Penanaman Modal Nomor 25 Tahun 2007 ada ketentuan yang mengatur tentang kewajiban suatu perusahaan (investor) baik nasional maupun asing untuk mengembangkan masyarakat dan lingkungan investor berada, yaitu dalam hal ekonomi masyarakat dan lingkungan sekitar. Hal tersebut diatur pada Pasal 15 huruf b dan Pasal 17.


(26)

Pasal 15 huruf b Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengatur tentang kewajiban investor dalam melaksanakan tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanam modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma dan budaya masyarakat setempat. Sedangkan pada Pasal 17 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengatur kewajiban investor untuk mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup yang pelaksanaannya diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan penanaman modal. Pasal ini, khususnya mengatur kewajiban perusahaan, terutama perusahaan tambang dan migas untuk menyiapkan dana untuk perbaikan lingkungan hidup.

Adanya ketentuan pasal tersebut, maka perusahaan asing maupun domestik, khususnya yang bergerak di bidang sumber daya alam mempunyai kewajiban hukum untuk melakukan pengembangan masyarakat wilayah dan kemitrausahaan atau biasa disebut dengan tanggung jawab sosial masyarakat (Corporate Social Responsibility) atau CSR. Perencanaan program pembagian masyarakat harus melibatkan masyarakat sekitarnya. Secara normatif pengembangan kualitas sumber daya manusia, kesehatan dan pertumbuhan ekonomi.


(27)

Di dalam Pasal 1 ayat (4) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal19 disebutkan bahwa Penanam Modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanaman modal dalam negeri dan penanam modal asing. Penanam modal yang bukan berbentuk badan hukum seperti CV (commanditer venotschaap) dan Firma atau juga perseorangan sekarang ini setelah berlakunya Undang-undang Penanaman Modal Nomor 25 tahun 2007 diwajibkan untuk melakukan tanggung jawab sosial masyarakat. Hal ini diatur agar penanam modal meskipun usahanya bukan berbentuk PT (perseroan terbatas) tetapi diharuskan memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Hal ini diterapkan karena penanam modal yang bukan badan hukum dan perseorangan memiliki kontribusi yang besar terhadap masyarakat sekitar sama seperti perusahaan yang berbentuk badan hukum. Selain itu kewajiban CSR juga sudah diterapkan pada perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang mewajibkan BUMN untuk memberikan bantuan kepada pihak ketiga dalam bentuk pembangunan fisik. Kewajiban ini diatur di dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara pada Pasal 88 yaitu: “BUMN dapat menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil/koperasi serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN” dan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan. Permen Negara BUMN menjelaskan bahwa sumber dana PKBL berasal


(28)

dari penyisihan laba bersih perusahaan sebesar 2 persen yang dapat digunakan untuk Program Kemitraan ataupun Bina Lingkungan. Peraturan ini juga menegaskan bahwa pihak-pihak yang berhak mendapat pinjaman adalah pengusaha beraset bersih maksimal Rp 200 juta atau beromset paling banyak Rp 1 miliar per tahun.20

Hadirnya investasi ke suatu daerah untuk mengembangkan modalnya akan sangat berdampak sekali bagi masyarakat dan lingkungan sekitar. Kebanyakan perusahaan hanya mengejar keuntungan dari modal yang ditanamkannya tanpa memikirkan tanggung jawab secara sosial kepada masyarakat. Banyak terjadi ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dengan masyarakat sekitarnya dan operasional perusahaan yang pada umumnya memberikan dampak negatif. Misalnya eksploitasi sumber daya alam dan rusaknya lingkungan di sekitar operasional perusahaan (investor). Bila terjadi kerusakan lingkungan misalnya, bagaimana nasib masyarakat di sekitar pertambangan pasca habisnya cadangan tambang di daerah tersebut, tanggung jawab sosial apa saja yang dilakukan perusahaan.

Kewajiban CSR terpaksa dilakukan karena banyak perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia lepas dari tanggung jawabnya dalam mengelola lingkungan. Beberapa contoh diantaranya adalah kasus lumpur Lapindo di Porong, pencemaran lingkungan oleh Newmont di Teluk Buyat, konflik antara masyarakat Papua dengan PT. Freeport Indonesia, konflik masyarakat Aceh dengan Exxon Mobile yang mengelola gas bumi di Arun, pencemaran lingkungan oleh Newmont di

20 Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan


(29)

Teluk Buyat, dan sebagainya. Pada kenyataannya, memang dapat dilihat berbagai kasus pencemaran atau kerusakan lingkungan yang diakibatkan karena aktivitas perusahaan kurang bertanggung jawab dalam menjaga kelestarian lingkungan sekitarnya dan konflik antara perusahaan dengan masyarakat di sekitarnya, karena kurang memperhatikan keadaan masyarakat tersebut.

Berdasarkan atas munculnya berbagai aktivitas perusahaan yang tidak bertanggung jawab, sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup di sekitarnya dan terjadinya konflik dengan masyarakat sekitarnya, maka pemerintah memberikan pengaturan mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan di dalam peraturan perundang-undangan nasional. Dengan diaturnya CSR di dalam peraturan perundang-undangan, maka CSR kini menjadi tanggung jawab yang bersifat legal dan wajib.

Perlu disadari banyak manfaat yang akan diperoleh perusahaan yang melakukan CSR antara lain dapat mempertahankan dan menaikkan reputasi dan brand image perusahaan sehingga muncul citra yang positif dari masyarakat. Upaya CSR mampu meningkatkan citra perusahaan dengan mempraktekkan karya ini yang sering disebut corporate social performance (kinerja perusahaan). Perusahaan tidak hanya mempunyai kinerja ekonomis, tetapi juga kinerja sosial. Perusahaan menyadari masih ada hal yang perlu diperhatikan dari pada memperoleh laba sebesar mungkin yakni hubungan baik dengan masyarakat di sekitar pabrik dan dengan masyarakat umum.21

21 K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis (Seri Filsafat Atmajaya : 21), (Yogyakarta: Kanisius, 2000) hlm. 301.


(30)

Atas dasar itulah penelitian ini dilakukan di PT Indonesia Asahan Alumunium (PT. INALUM) yang mana PT. INALUM sebuah perusahaan penanaman modal yang dalam kegiatan usahanya bergerak dalam bidang lingkungan dan sumber daya alam yang berdampak luas bagi masyarakat sekitar dan lingkungan operasi perusahaan sehingga sesuai dengan judul penelitian yaitu “ANALISIS YURIDIS MENGENAI TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP MASYARAKAT DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL (Studi Penelitian di PT. INALUM di Kabupaten Batu Bara).”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana konsep tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) pada penanam modal yang berbentuk badan hukum, bukan badan hukum dan perseorangan.

2. Bagaimana penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar perusahaan penanam modal.

3. Bagaimana tanggung jawab sosial dan lingkungan diimplementasikan oleh PT. Indonesia Asahan Alumunium (PT. INALUM).


(31)

C. Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan arah dan maksud dari penelitian ini, maka yang menjadi tujuan penelitian tesis ini adalah:

1. Untuk mengetahui konsep tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) pada penanam modal yang berbentuk badan hukum, bukan badan hukum dan perseorangan.

2. Untuk mengetahui penerapan tanggung jawab sosial perusahaan dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang dijalankan oleh perusahaan penanaman modal terhadap masyarakat dan di lingkungan sekitar perusahaan.

3. Untuk mengetahui implementasi tanggung jawab sosial dan lingkungan PT. Indonesia Asahan Alumunium (PT. INALUM).

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan praktis. Adapun kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Manfaat penelitian yang bersifat teoritis diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu hukum yang berkaitan dengan kegiatan investasi yang menjadi masukan di dalam penerapan tanggung jawab sosial perusahaan pada perusahaan penanam modal.


(32)

2. Secara Praktis

Manfaat penelitian yang bersifat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi, praktisi, pemerintah dan investor yang bergerak dibidang pengelolaan sumber daya alam dalam menjalankan kegiatan usahanya di Indonesia sehingga investasi tersebut dapat berjalan dengan aman, lancar, dan berkesinambungan.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian dengan judul “Analisa Yuridis Mengenai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Terhadap Masyarakat Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal” yang diketahui berdasarkan penelusuran atas hasil-hasil penelitian, khususnya di lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Ilmu Hukum, belum pernah dilakukan dengan pendekatan dan masalah yang sama dengan penelitian ini. Terdapat beberapa penelitian mengenai tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) ditinjau dari Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas yang lebih menekankan kepada perusahaan dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Jadi penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka, sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori


(33)

Menurut Rusdin, salah satu kritik terhadap globalisasi adalah meningkatnya ketergantungan antara ekonomi global, kekuatan ekonomi yang menggantikan dominasi pemerintah dan memfokuskan ke arah organisasi perdagangan bebas (WTO). Ketika dunia ini menjadi satu pasar berakibat pada semakin kuatnya interpedensi atau saling ketergantungan antara satu negara dengan negara lainnya yang sama sama mempunyai kedaulatan nasional. Jadi yang sebenarnya terjadi bukanlah satu negara tergantung pada negara lainnya, melainkan suatu situasi dan kondisi di mana semuanya saling memerlukan untuk mempertahankan keseimbangan politis, ekonomis dan tentu pula dalam rangka pemenuhan kepentingan masing-masing negara.22

Penanam modal dibutuhkan untuk mengelola sumber daya alam dan potensi ekonomi yang berada di bawah otoritas negara. Adanya pengelolaan secara optimal terhadap sumber daya alam dan potensi ekonomi yang ada, diharapkan ada nilai tambah tidak saja bagi negara akan tetapi pada masyarakat pada umumnya. Adapun wujud pengelolaan sumber daya alam dan potensi ekonomi yang ada tersebut antara lain dapat dilakukan oleh investor baik lokal maupun asing.

Bob Sugeng Hadiwinata mengatakan: “Ada sejumlah pakar ekonomi yang mengaitkan ekspansi PMN ke negara berkembang dengan dampak positif yang ditimbulkan oleh aktifitas PMN sehingga mendorong pemerintah negara berkembang untuk lebih membuka diri bagi investor asing. Mereka pada umumnya bersepakat bahwa negara berkembang menginginkan investasi asing karena manfaat langsung yang dapat dirasakan dari kehadiran PMN. Dampak positif dari kehadiran PMN yakni, pertama, memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi suatu negara; kedua, menciptakan lapangan kerja baru;

22 Rusdin, Bisnis Internasional dalam Pendekatan Praktik. Jilid I, (Bandung: Alfabeta, 2002) hlm. 34.


(34)

ketiga modal yang dibawa oleh PMN dapat memperbaiki neraca pembayaran negara berkembang.” 23

Menurut Mohamad Ikhsan mengenai pengaturan investasi, untuk meningkatkan iklim investasi ada tiga komponen utama yaitu:24

Pertama, kelompok kebijakan pemerintah yang mempengaruhi biaya (cost) seperti pajak, beban regulasi dan pungli (red tape), korupsi, infrastruktur, ongkos operasi, investasi perusahaan (finance cost), dan investasi di pasar tenaga kerja. Kedua, kelompok yang mempengaruhi risiko yang terdiri dari stabilitas makro-ekonomi, stabilitas dan produktibilitas kebijakan, hak property (property right), kepastian kontrak, dan hak untuk mentransfer keuntungan. Ketiga adalah hambatan regulasi untuk masuk dan keluar dari kegiatan bisnis, berfungsinya pasar keuangan dan infrastruktur dengan baik, serta tersedia dengan efektif hukum persaingan.

Jika ingin investor masuk ke Indonesia untuk menanamkan modalnya, satu hal yang harus dipersiapkan adalah adanya perangkat hukum yang jelas. Artinya antara satu ketentuan dengan ketentuan lainnya yang berkaitan dengan investasi tidak saling berbenturan.

Erman Rajagukguk juga mengatakan, faktor utama bagi hukum untuk dapat berperan dalam pembangunan ekonomi adalah apakah hukum mampu menciptakan stability, predictability, dan fairness. Dua hal yang pertama adalah prasyarat bagi sistem ekonomi apa saja untuk berfungsi. Termasuk dalam fungsi stabilitas (stability) adalah potensi hukum untuk menyeimbangkan dan mengakomodasi kepentingan-kepentingan yang saling bersaing. Kebutuhan untuk meramalkan (predictiability) akibat dari suatu langkah-langkah yang diambil khususnya penting bagi negeri yang

23

Bob Sugeng Hadiwinata, Politik Bisnis Internasional (Yogyakarta: Kanisius, 2002) cet. 1 hlm. 146.

24 Mohammad Ikhsan, Perbaiki Iklim Investasi, Pesan bagi Pemerintah Baru, Artikel dalam Surat Kabar Kompas, Edisi 31 Mei 2008.


(35)

sebagian besar rakyatnya untuk pertama kali memasuki hubungan-hubungan ekonomi melampaui lingkungan sosial tradisional. Aspek keadilan (fairness), seperti perlakuan yang sama dan standar pola tingkah laku pemerintah adalah perlu untuk menjaga mekanisme pasar dan mencegah birokrasi yang berlebihan.25

Untuk memberikan jaminan dan kepastian hukum dengan adanya investasi di Indonesia, maka perlu adanya pembaruan hukum Indonesia sesuai dengan perkembangan zaman. Menurut Burg’s mengenai hukum dan pembangunan, terdapat 5 (lima) unsur yang harus dikembangkan supaya tidak menghambat ekonomi, yaitu stabilitas (stability), prediksi (predictability), keadilan (fairness), pendidikan (education) dan pengembangan khusus dari sarjana hukum (the special development abilities of the lawyer).26

Selanjutnya Burg’s mengemukakan bahwa unsur pertama dan kedua tersebut merupakan persyaratan supaya sistem ekonomi berfungsi. Stabilitas berfungsi untuk mengakomodasi dan menghindari kepentingan-kepentingan yang saling bersaing. Sedangkan prediksi merupakan kebutuhan untuk bisa memprediksi ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan ekonomi suatu negara.27

Permasalahan yang sering dikeluhkan oleh investor tidak terletak pada peraturan undangan, melainkan pada pelaksanaan peraturan perundang-undangan itu sendiri.28 Mochtar Kusumaatmadja mengatakan bahwa yang menjadi masalah utama di Indonesia dan banyak dikeluhkan adalah kepastian hukum, baik

25 Erman Rajagukguk, Op.cit. hlm. 252-256.

26 Leonard J. Theberge, Law and Economic Development, Journal of International Law and Policy, (Vol. 9.1980) hlm. 232.

27 Ibid. 28

Hikmahanto Juwana, Prospek Investasi Asing di Daerah dalam Merangsang berlakunya Undang-Undang Investasi Baru. Makalah dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh FH Trisakti Elips II, (Jakarta: 22 Juli 2002).


(36)

mengenai ketentuan perundang-undangan yang dalam banyak hal tidak jelas dan bahkan bertentangan, dan juga mengenai pelaksanaan keputusan pengadilan.29

Perubahan undang-undang saja tidak akan membawa perbaikan, apabila tidak disertai oleh perubahan yang searah di bidang peradilan, rekruitmen dan pendidikan hukum reorganisasi birokrasi penyelarsan proses mekanisme kerja, modernisasi segala sarana dan prasarana serta pengembangan budaya dan perilaku hukum masyarakat yang mengakui hukum sebagai sesuatu yang sangat diperlukan bagi pergaulan dan kehidupan masyarakat dan bernegara yang damai tertib dan sejahtera. Ekonomi sangat erat dengan kesejahteraan dan pelayanan publik. Untuk itu baik hukum maupun ekonomi harus tunduk pada asas Good Governance atau asas-asas penyelenggaraan pemerintahan yang baik (algemene beginseten van behoorlijk bestuur).30

Menurut Kemichi Ohmare, jika sumber daya alam adalah sumber utama kekayaan, maka perusahaan atau negara asing yang mengizinkan akses ke sana paling banter berupa penerobos yang ditoleransi dan paling buruk adalah pengekploitasian yang tidak berperasaan yang harus dijauhkan dengan segala cara yang ada.31 Dengan kondisi tersebut terkadang kehadiran investor hanyalah mengejar keuntungan bisnis semata tanpa memikirkan kondisi lingkungan dan masyarakat sekitar.

29Mochtar Kusumaatmadja, Investasi di Indonesia Dalam Kaitannya dengan Pelaksanaan Perjanjian Hasil Putaran Uruguay. Makalah dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh FH Unpad (Bandung: 30 April 1998).

30

Sentosa Sembiring, Op.cit. hlm. 113.

31 Kemichi Ohmae, Dunia Tanpa Batas (The Borderless World). Alih Bahasa Oleh F.X. Budiyanto (Jakarta: Binarupa Aksara, 1991) hlm. 183.


(37)

Industri berbasis Penanaman Modal Asing (PMA) (investasi oleh perusahaan asing dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang dan Kanada yang berupa joint-venture atau subsidiaries) memfokuskan investasinya pada sektor sumber daya alam (SDA) seperti agrikultur, pertambangan mineral dan eksplorasi bahan bakar. Dengan demikian, terjadi peningkatan produksi di sektor manufaktur dan infrastruktur pendukungnya.32

Adanya penanaman modal asing yang dilakukan oleh investor, maka akan berdampak positif dan negatif. Dampak positif yaitu:33 (1) memberi modal kerja; (2) mendatangkan keahlian, manajerial, ilmu pengetahuan, modal dan koneksi pasar; (3) meningkatkan pendapatan uang asing melalui aktivitas ekspor oleh perusahaan multinasional (multinational enterprise atau MNE); (4) penanaman modal asing tidak melahirkan utang baru; (5) negara penerima tidak merisaukan atau menghadapi resiko ketika suatu Penanaman Modal Asing (PMA) yang masuk ke negerinya ternyata tidak mendapatkan untung dari modal yang diterimanya; dan (6) membantu upaya-upaya pembangunan kepada perekonomian negara-negara penerima.

Dampak negatif yaitu:34 (1) MNE berdampak negatif bagi perekonomian negara penerima; (2) MNE melahirkan sengketa dengan negara penerima atau dengan penduduk asli miskin setempat, khususnya negara berkembang; (3) PMA oleh MNE dapat mengontrol atau mendominasi perusahaan-perusahaan lokal. Sebagai akibatnya

32 http://www.mail-archive.com/exbhp@googlegroups.com/msg00054.html.diakses tanggal 30 Mei 2008.

33

Huala Adolf, Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan Internasional (WTO), (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004). hlm. 6.


(38)

mereka dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan ekonomi atau bahkan kebijakan politis dari negara penerima; (4) MNE banyak dikecam telah mengembalikan keuntungan-keuntungan dari kegiatan bisnisnya ke negara tempat perusahaan banyak ke negara tempat perusahaan induknya berada. Praktik seperti ini sedikitnya telah mengurangi cadangan persediaan mata uang asing dari negara penerima; (5) adanya tuduhan terhadap MNE yang kegiatan usahanya, terutama negara-negara sedang berkembang. MNE telah menggunakan zat-zat yang membahayakan lingkungan atau menerapkan teknologi yang tidak atau kurang memperhatikan kelestarian lingkungan; (6) MNE dikritik telah merusak aspek-aspek positif dari penanaman model di negara-negara sedang berkembang. Selain hal tersebut di atas, dampak negatif lain adalah adanya kesenjangan ekonomi antara masyarakat di sekitar perusahaan dengan perusahaan itu berada. Banyak masyarakat sekitar perusahaan yang masih miskin atau tertinggal perekonomiannya sedangkan karyawan yang bekerja di perusahaan tersebut yang juga tinggal di sekitar perusahaan taraf hidupnya lebih mampu dan baik. Hal inilah yang menjadi dasar dibuat ketentuan yang mengatur tentang tanggung jawab sosial perusahaan agar tidak terjadi kesenjangan antara si kaya yang bekerja di perusahaan dengan si miskin yang berada di lingkungan perusahaan.

Adanya Undang-Undang Penanaman Modal yang baru Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 di dalam asas-asasnya disebutkan mengenai asas akuntabilitas, yaitu di dalam penyelenggaraan penanaman modal harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara. Disebutkan juga mengenai asas keberlanjutan yaitu mengenai penanaman modal untuk menjamin


(39)

kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan untuk masa kini dan masa yang akan datang. Ada juga mengenai asas berwawasan lingkungan yaitu penanaman modal harus memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

Sejalan dengan hal tersebut, maka ketentuan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan sudah merupakan kewajiban bagi penanam modal yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat berkaitan dengan teori utilitarisme sebagaimana yang diutarakan oleh Jeremy Bentham. Bentham mengatakan, adanya negara dan hukum semata-mata hanya demi manfaat sejati, yaitu kebahagiaan mayoritas rakyat.35 Curzon mengatakan bahwa: Utilitarianism is a moral philosophy that defines the rightness of an action in terms of its contribution to general happines and considers ultimate good to be the greatest happinest of the greatest number.36

Pada dasarnya doktrin tersebut menganjurkan the gretatest happines principle atau prinsip kebahagiaan semaksimal mungkin.37 Menurut teori ini masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang mencoba kebahagiaan dan memperkecil ketidakbahagiaan atau masyarakat yang mencoba memberi kebahagiaan yang sebesar mungkin kepada rakyat pada umumnya dan agar ketidakbahagiaan di usahakan sesedikit mungkin oleh rakyat pada umumnya tadi. Kebahagiaan berarti kesenangan

35

Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis). (Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk, 2002) hlm. 76.

36 L.B. Curzon, Jurisprudence (M & E. Hard Book, 1997) hlm. 93-94. 37 Achmad Ali, Op.cit. hlm. 76.


(40)

atau ketiadaan sengsara, dan ketidak bahagiaan berarti kesengsaraan ketiadasenangan.38

Utilitarisme disebut juga sebagai teori teleologis (dari kata Yunani, telos = tujuan), sebab menurut teori ini kualitas etis suatu perbuatan diperoleh dengan dicapainya tujuan perbuatan. Perbuatan yang memang bermaksud baik tetapi tidak menghasilkan apa-apa, menurut utilitarisme tidak pantas disebut baik.39 Menurut teori ini perbuatan yang sempat mengakibatkan paling banyak orang merasa senang dan puas adalah perbuatan yang terbaik. Mengapa melestarikan lingkungan hidup, misalnya, merupakan tanggung jawab moral kita? Utilitarisme menjawab karena hal itu membawa manfaat paling besar bagi umat manusia sebagai keseluruhan, termasuk juga generasi-generasi sesudah kita. Menurut utilitarisme sebagai upaya pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menjadi tanggung jawab moral kita.40

Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab moral perusahaan tentu bisa diarahkan kepada banyak hal, yaitu kepada dirinya sendiri, kepada para karyawan, kepada perusahaan lain dan seterusnya. Jika kita berbicara tentang tanggung jawab sosial yang disoroti adalah tanggung jawab moral terhadap masyarakat dalam arti sempit seperti lingkungan di sekitar sebuah pabrik atau masyarakat luas.41

38

Ibid. hlm. 76-77. 39

K. Bertens, Op.cit. hlm. 67. 40 Ibid. hlm. 66


(41)

Dalam perkembangan etika bisnis, ada gagasan yang lebih komprehensif mengenai lingkup tanggung jawab sosial perusahaan. Ada empat bidang yang dianggap diterima sebagai termasuk dalam apa yang disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan.42

Pertama, keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas. Sebagai salah satu bentuk dan wujud tanggung jawab sosial perusahaan-perusahaan diharapkan untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang terutama dimaksudkan untuk membantu memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jadi tanggung sosial dan modal perusahaan. Di sini terutama terwujud dalam bentuk ikut melakukan kegiatan tertentu yang berguna bagi masyarakat. Kedua, perusahaan telah diuntungkan dengan mendapat hak untuk mengelola sumber daya alam yang ada dalam masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan bagi perusahan tersebut. Demikian pula sampai tingkat tertentu masyarakat telah menyediakan tenaga-tenaga profesional bagi perusahaan yang sangat berjasa mengembangkan perusahaan tersebut. Karena itu, keterlibatan sosial merupakan balas jasa terhadap masyarakat, Ketiga, dengan tanggung jawab sosial melalui berbagai kegiatan sosial, perusahaan memperlihatkan komitmen moralnya untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu yang dapat merugikan kepentingan masyarakat luas. Dengan ikut dalam berbagai kegiatan sosial, perusahaan merasa punya kepedulian, punya tanggung jawab terhadap masyarakat dan dengan demikian akan mencegahnya untuk tidak sampai merugikan masyarakat melalui kegiatan bisnis tertentu. Keempat, dengan keterlibatan sosial, perusahaan tersebut menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat dan dengan demikian perusahaan tersebut akan lebih diterima kehadirannya dalam masyarakat tersebut. Ini pada gilirannya akan membuat masyarakat merasa memiliki perusahaan tersebut, dan dapat menciptakan iklim sosial dan politik yang lebih aman, kondusif, dan lebih menguntungkan bagi kegiatan bisnis perusahaan tersebut. Ini berarti keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial juga akhirnya mempunyai dampak yang positif dan menguntungkan bagi kelangsungan bisnis perusahaan tersebut ditengah-tengah masyarakat tersebut.43

Masuknya program tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR sebagai bagian dari strategi bisnis, maka akan dengan mudah bagi unit-unit usaha yang berada dalam

42

A. Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. (Yogyakarta: Kanisius, 2002). hlm. 123.


(42)

suatu perusahaan untuk mengimplementasikan rencana kegiatan dari program CSR yang dirancangnya. Dilihat dari sisi pertanggung jawaban keuangan atas setiap investasi yang dikeluarkan dari program CSR menjadi lebih jelas dan tegas sehingga pada akhirnya keberlanjutan yang diharapkan akan dapat terimplementasikan berdasarkan harapan semua stakeholder.44 Oleh karena itu adapun implementasi CSR didasarkan kepada permasalahan yang dihadapi perusahaan terhadap pemangku kepentingan. Dalam hal ini harus dibedakan mana pemangku kepentingan primer dan sekunder. Stakeholder primer mempunyai kepentingan yang langsung berhubungan dengan masa depan perusahaan. Yang termasuk stakeholder primer yaitu pemegang saham dan investor, karyawan, pelanggan, pemasok dan penduduk dimana perusahaan beroperasi. Beberapa ahli menambahkan stakeholder primer meliputi individu atau kelompok yang berkepentingan terhadap sumber daya alam, spesies bukan manusia, dan generasi yang akan datang. Sedangkan stakeholder sekunder adalah mereka yang tidak menerima dampak langsung; diantaranya media, kelompok pemerhati (pressure groups), atau kelompok sosial lain dimana perusahaan berada.45 2. Kerangka Konsep

Untuk menghindarkan kesalahpahaman atas berbagai istilah yang dipergunakan, maka di bawah ini akan dijelaskan maksud dari istilah-istilah berikut:

44 Timotheus Lesmana, Implementasi Konsep Sustainable dalam Program CSR (Majalah Lensa ETF Edisi 1 November 2006).

45

Johannes, Model Tanggung Jawab Sosial Industri Dalam Pemanfaatan Hasil-Hasil Riset Iptek, Disampaikan pada “Lokakarya Penyusunan Etika Bisnis Kerjasama Kementerian Negara Riset dan Teknologi dan Universitas Jambi”, tanggal 9 Juni 2009.


(43)

1. Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.46

2. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri.47 3. Penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan

usaha di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri.48

4. Penanam modal adalah perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing.49

5. Penanam modal dalam negeri adalah perseorangan warga Negara Indonesia, badan usaha Indonesia, Negara Republik Indonesia, atau daerah yang melakukan penanam modal di wilayah Negara Republik Indonesia.50

46 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Op.cit. Pasal 1 angka (1).

47

Ibid., Pasal 1 angka (2). 48

Ibid., Pasal 1 angka (3). 49 Ibid., Pasal 1 angka (4). 50 Ibid., Pasal 1 angka (5).


(44)

6. Penanam modal asing adalah perseorangan warga negara asing, badan usaha asing, dan/atau pemerintah asing yang melakukan penanaman modal di wilayah Negara Republik Indonesia.51

7. Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanam modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.52

8. Masyarakat adalah masyarakat di sekitar perusahaan atau tempat kegiatan usaha perusahaan penanaman modal.

9. Good Corporate Governance atau tata kelola perusahaan yang baik adalah suatu mekanisme tata kelola organisasi secara baik dalam melakukan pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis ataupun produktif dengan prinsip-prinsip terbuka, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independen, dan adil dalam rangka mencapai tujuan organisasi.53

10. Stakeholder atau pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan. Stakeholders dapat mencakup karyawan dan keluarganya, pelanggan, pemasok, masyarakat sekitar perusahaan, lembaga-lembaga swadaya masyarakat, media massa, dan pemerintah selaku regulator.54

51

Ibid., Pasal 1 angka (6). 52

Ibid. Penjelasan Pasal 15 huruf b.

53http://fe.elcom.umy.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=2170 diakses tanggal 07 Agustus 2009. 54 http://www.tekmira.esdm.go.id/ diakses tanggal 8 Nopember 2009.


(45)

11. Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.55

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Sifat penelitian dalam tesis ini adalah deskriptif analitis. Penelitian yang bersifat deskriptif analitis merupakan suatu penelitian yang menggambarkan menelaah, menjelaskan dan menganalisis suatu peraturan hukum.56 Kemudian akan dihubungkan dengan praktek pelaksanaan hukum berkaitan dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat pada lingkungan dan masyarakat sekitar perusahaan penanam modal.

Sesuai dengan rumusan penelitian, maka jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif. Metode penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.57 Dengan demikian objek yang dianalisis adalah norma hukum, yaitu mengkaji peraturan perundang-undangan mengenai penanaman modal yang dikaitkan dengan tanggung jawab sosial perusahaan.

55

http://www.wikipedia.org/wiki/lingkungan/ diakses tanggal 11 Maret 2010. 56

Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm. 63. 57 Soejono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004) hlm. 14.


(46)

2. Sumber Data

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari : 58

1. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang terdapat pada berbagai perangkat hukum atau peraturan perundang-undangan seperti Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu, Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2007 tentang Investasi Pemerintah, Peraturan Pemerintah Nomor 76 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal, Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

2. Bahan hukum sekunder adalah badan hukum yang diperoleh dari buku-buku teks, jurnal-jurnal, pendapat sarjana dan hasil-hasil penelitian.

58 Jhony Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Surabaya: Bayumedia, 2006). hlm. 192.


(47)

3. Badan hukum tersier adalah badan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap badan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, ensiklopedia dan lain-lain.

Untuk mendukung data sekunder, juga dipergunakan data lapangan melalui wawancara dengan pihak PT. Inalum dan wawancara dengan masyarakat yang diwakili oleh Kepala Desa untuk memperoleh data kegiatan pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan di lingkungan sekitar perusahaan PT. Inalum.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian tesis ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan meneliti sumber bacaan yang berhubungan dengan topik tesis ini seperti buku-buku hukum, majalah, artikel-artikel, pendapat-pendapat sarjana dan bahan-bahan lainnya. Di samping itu dilakukan juga pengumpulan data primer melalui wawancara sebagai data pendukung dalam penelitian ini, akan tetapi tetap mengacu kepada penelitian hukum normatif.

4. Analisis Data

Data primer akan dianalisis secara kualitatif dengan mempelajari jawaban dari informan yaitu Bapak Ismail, staf pada bagian hubungan masyarakat PT. INALUM. Wawancara dilakukan dengan menanyakan langsung kepada Bapak Ismail mengenai kegiatan-kegiatan tanggung jawab sosial perusahaan PT. INALUM kepada masyarakat di sekitar perusahaan. Karena sifatnya adalah deskriptif, maka analisis


(48)

yang dilakukan hanya bertujuan untuk memberikan gambaran dalam prakteknya terhadap permasalahan yang ingin dijawab.59

Pada penelitian hukum normatif, pengolahan bahan hukum pada hakekatnya adalah kegiatan untuk mengadakan sistematis terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematis berarti membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan tertulis tersebut untuk memudahkan dalam penelitian kegiatan tersebut antara lain memilih peraturan perundang-undangan primer, sekunder, tertier yang berisi kaidah-kaidah hukum yang mengatur dan berkaitan dengan masalah tanggung jawab sosial permasalahan terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitar permasalahan penanam modal. Menemukan prinsip-prinsip hukum yang terdapat dalam badan-badan hukum primer. Membuat sistematik dari bahan-bahan hukum sehingga menghasilkan klasifikasi tertentu yang selaras dengan tanggung jawab sosial permasalahan terhadap masyarakat dan lingkungan di sekitar perusahaan penanam modal. Menemukan dan mengarahkan hubungan antara prinsip-prinsip hukum dan klasifikasi dengan menggunakan kerangka teoritis yang ada sebagai pisau analitis. Penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dengan menggunakan logika berpikir deduktif dan induktif.

59 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007) hlm. 248.


(1)

DAFTAR PUSTAKA Buku

Adolf, Huala, Perjanjian Penanaman Modal dalam Hukum Perdagangan Internasional (WTO), Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.

Ali, Achmad, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis). Jakarta: PT. Toko Gunung Agung Tbk, 2002.

Baharuddin Lopa, Etika Pembangunan Hukum Nasional. Dalam Artidjo Alkostar (ed). Identitas Hukum Nasional, Yogyakarta: FH UII, 1997.

Bertens, K, Pengantar Etika Bisnis (Seri Filsafat Atmajaya : 21), Yogyakarta: Kanisius, 2000.

Briliant dan Rice, Influencing Corporate Philantropy dalam Cary M. Gould dan Michael L. Smith (eds), Social Work in the Workplace (New York: Springer Publishing Co.).

Chinn, Richard; Martyn E Jones, The Corporate Governance Handbook, London: GEE Pub. Ltd., 2000.

Curzon, L.B. Jurisprindence, M & E. Hard Book, 1997.

Garnier, Bryan A., Black’s Law Dictionary, Eight Edition, St. Paul Minnesota: West Publishing Co., 2004.

Hadiwinata, Bob Sugeng, Politik Bisnis Internasional, Yogyakarta: Kanisius, 2002. cet. 1

Ibrahim, Jhony, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Surabaya: Bayumedia, 2006.

Ilmar, Aminuddin, Hukum Penanaman Modal di Indonesia. Jakarta: Prenada Media. 2004.

Kantonegoro, Sentanoe, Analisis Manajemen Investasi, Jakarta: Widya Press, 1995, sebagaimana dikutip dari Murtir Jeddawi, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah (Kajian Beberapa Perda Tentang Penanaman Modal), Yogyakarta: UII Press, 2005.


(2)

Lopa, Baharuddin, Etika Pembangunan Hukum Nasional. Dalam Artidjo Alkostar (ed). Identitas Hukum Nasional, Yogyakarta: FH UII, 1997.

Matsushita, Konosuke, Not For Bread Alone Ethos, A Management Ethics (Kyoto: PHP Institute, 1988) dalam A. Sonny Keraf, Etika Bisnis Tuntutan dan Relevansinya. Yogyakarta: Kanisius, 2002.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi), Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007.

Ohmae, Kemichi, Dunia Tanpa Batas (The Borderless World). Alih Bahasa Oleh F.X. Budiyanto, Jakarta: Binarupa Aksara, 1991.

Pancras J. Nagy, Country Risk, How to Asses, Quantify and Monitor (London: Euronomy Publications, 1979). Dikutip dari Erman Rajagukguk, Hukum Investasi di Indonesia Pokok Bahasan (Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2006),

Rakhmawati, Rosyidah, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Malang: Banyumedia Publishing, 2004.

Rusdin, Bisnis Internasional dalam Pendekatan Praktik. Jilid I, Bandung: Alfabeta, 2002.

Saidi, Zaim dan Hamid Abidin, Menjadi Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia, Jakarta, Piramedia, 2004.

Salim HS., Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2008.

Sembiring, Sentosa, Hukum Investasi. Bandung: Nuansa Aulia, 2007.

Sirait, Ningrum Natasya, Asosiasi & Persaingan Usaha Tidak Sehat, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2003.

Soekanto, Soejono; Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004.

Soekanto, Soejono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986.

Sornarajah, M, The International Law on Foreign Investment, Cambridge: Cambridge University Press, 2004.


(3)

Sugeng Hadiwinata, Bob, Politik Bisnis Internasional, Yogyakarta: Kanisius, 2002, cet. 1.

Tjager, I Nyoman, dkk., Corporate Tantangan dan Kesempatan Bagi Komunitas Bisnis Indonesia, PT. Prenhallindo, Jakarta, 2003.

___________________ Corporate Governance, PT. Prenhallindo, Jakarta, 2003. Wibisono, Yusuf, Membedah Konsep dan Aplikasi CSR, Gresik, Fascho Publishing,

2007.

Makalah dan Artikel

Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Departemen Kehakiman dan HAM RI. Perumusan Harmonisasi Hukum Bidang Penanaman Modal. (Jakarta: Juli 2003).

CSR Tidak Hanya Filantropi: Tidak Mungkin Membangun Negeri Tanpa Melibatkan Pebisnis, Jumat 8 September 2006. Diakses dari http://www.kompas.com/kompas-cetak/0609/08/ekonomi/2937837.htm.

Daniri, Mas Achmad, “Standarisasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”, diakses dari http://www.madani-ri.com/2008/01/17/standarisasi-tanggung-jawab-sosial-perusahaan-bag-i/.

Manik, Edward “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan: Sebuah Konteks Indonesia”, dalam Competitiveness at the Frontier, Juni 2008, diakses dari www.senada.or.id.

Juwana, Hikmanto, “Prospek Investasi Asing di Daerah dalam Merangsang berlakunya Undang-Undang Investasi Baru”. Makalah dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh FH Trisakti Elips II, Jakarta: 22 Juli 2002.

J.H., Marten, dkk., Corporate Social Responsibility Perusahaan Multinasional Kepada Masyarakat Sekitar: studi kasus, Usahawan No. 03. Tahun. XXXVI. Johannes, “Model Tanggung Jawab Sosial Industri Dalam Pemanfaatan Hasil-Hasil

Riset Iptek”, disampaikan pada “Lokakarya Penyusunan Etika Bisnis Kerjasama Kementerian Negara Riset dan Teknologi dan Universitas Jambi”. 9 Juni 2009.


(4)

Hasibuan, Chrysanti, “Sekali Lagi, CSR”, 10 November 2006, diakses dari www.swa.co.id.

Hertanto, Heka, Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Ekonomi Rakyat, diakses dari www. arthagrahapeduli.org/index.php.

Ikhsan, Mohammad, Perbaiki Iklim Investasi, Pesan bagi Pemerintah Baru, Artikel dalam Surat Kabar Kompas, Edisi 31 Mei 2008.

Kusumaatmadja, Mochtar, “Investasi di Indonesia Dalam Kaitannya dengan Pelaksanaan Perjanjian Hasil Putaran Uruguay.” Makalah dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh FH Unpad Bandung: 30 April 1998. Nasution, Bismar “Implikasi AFTA terhadap Kegiatan Investasi Hukum Investasi

Indonesia” Dalam Jurnal Hukum Bisnis Volume 22, Edisi Januari-Februari 2003.

_______________ Reformasi Hukum Dalam Rangka Era Globalisasi Ekonomi, Disampaikan pada “Diskusi Pembangunan Hukum Dalam Rangka Era Globalisasi Ekonomi,” di Fakultas Hukum USU Medan, tanggal 25 September 1999.

Nugroho, Yanuar, Menanti Tanggung Jawab Bisnis di Sektor Finansial Studi Awal tentang Social Responsibility Sektor Finansial di Indonesia, Artikel dalam The Business Watch Indonesia, Jakarta, 1 Oktober 2003..

Rajagukguk, Erman, “Hukum Ekonomi Indonesia memperkuat Persatuan Nasional Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Memperluas Kesejahteraan Sosial”. Dalam Seminar Pembangunan Hukum Nasional VIII, Bali 14-18 Juli 2003. Buku 3 Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI, Jakarta, 2004.

Sambutan Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Seminar Sehari “A Promise of Gold Rating : Sustainable CSR” Tanggal 23 Agustus 2006, diakses dari www.menlh.go.id.

Simanjuntak, Djisman S. “Ekonomi Pasar Sosial Terbuka Indonesia Landasan Stabilitas dalam Global yang Berubah Dramatik”. Makalah dalam Seminar Nasional yang diselenggrakan oleh Ikatan Alumni dan Fakultas Ekonomi Unpar, Bandung: 4 Desember 2004.


(5)

Theberge, Leonard J., “Law and Economic Development”, Journal of International Law and Policy, Vol. 9.1980.

Wibowo, Pamadi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Masyarakat, diakses dari www.pdat.co.id/hg/opinions.../id.htm.

Peraturan Perundang undangan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-undang Nomor. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Undang-undang Nomor. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-daerah tertentu.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2007 tentang Investasi Pemerintah, Peraturan Pemerintah Nomor 76 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 Tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.

Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-05/MBU/2007 Tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Majalah dan Surat Kabar


(6)

______________ Rabu tanggal 4 November 2009.

Ikhsan, Mohammad, Perbaiki Iklim Investasi, Peran bagi Pemerintah Baru, Artikel dalam Surat Kabar Kompas, Edisi 31 Mei 2008.

Lesmana, Timotheus, Implementasi Konsep Sustainable dalam Program CSR Majalah Lensa ETF Edisi 1 November 2006.

Internet

http://andricahyadi.blogspot.com/2008/04/tanggung-jawab-sosial-perusahaan-csr. html.

http://www.bangka.go.id/artikel.php?id_artikel=9

http://gatosoideas.blogspot.com/2007/04/uupm-dan-tanggung-jawab-sosial.html. http://hukumonline.com/ CSR, Kegiatan Sukarela yang Wajib Diatur.

http://irmadevita.com/2008/tanggung-jawab-sosial-dan-lingkungan.

http://johannessimatupang.wordpress.com/2009/06/08/memeriksatanggungjawab- sosial-perusahaan/

http://jsofian.wordpress.com/2007/06/10/mencari-bentuk-ideal-tanggung-jawab-sosial-perusahaan/

http://pemberdayaan-lifeskill-csr.blogspot.com/2008/05/perdebatan-csr-di-media-bahan-bagi.html.

www.beswandjarum.com.

www.businessenvironment.wordpress.com/peran penanaman modal dalamnegara. www.kadin-indonesia.or.id/ laporan ekonomi bulanan Juli 2007.

www.kemitraan.or.id/implementasi-good-corporate-governance-melaluicorporate-social-responsibility.