BAB III PENERAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DIKAITKAN
DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL TERHADAP MASYARAKAT DAN LINGKUNGAN
SEKITAR PERUSAHAAN PENANAM MODAL A. Pengaturan CSR Sebelum dan Setelah Berlakunya Undang-undang Nomor
25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Salah satu tujuan pembentukan pemerintahan negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Amanat tersebut, antara lain telah dijabarkan dalam
Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan merupakan amanat konstitusi yang mendasari pembentukan seluruh peraturan
perundang-undangan di bidang perekonomian. Konstitusi mengamanatkan agar pembangunan ekonomi nasional harus berdasarkan prinsip demokrasi yang mampu
menciptakan terwujudnya kedaulatan ekonomi Indonesia.
Berkaitan dengan hal tersebut, penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan
kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang
berdaya saing. Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor
penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain
Universitas Sumatera Utara
melalui perbaikan koordinasi antarinstansi Pemerintah Pusat dan Daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi
yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut,
diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik secara signifikan.
109
Iklim investasi di Indonesia relatif berkembang pesat sejak Undang-Undang Penanaman Modal Asing PMA tahun 1967 dan Undang-Undang Penanaman Modal
Dalam Negeri PMDN tahun 1968 diberlakukan. Hal ini karena adanya pengaturan beberapa insentif yang meliputi perlindungan dan jaminan investasi, terbukanya
lapangan kerja bagi tenaga kerja asing, dan adanya insentif di bidang perpajakan. Situasi politik dan keamanan pada saat itu relatif lebih stabil yang mendorong
investasi sehingga mengalami peningkatan yang cukup siqnifikan. Bahkan pada awal tahun 1970-an sampai akhir 1980-an, Jepang melakukan investasi besar-besaran di
Indonesia.
110
Pertumbuhan penanaman modal tersebut investasi langsung terus berlangsung hingga tahun 1996 seiring dengan berbagai kebijakan liberalisme di
bidang keuangan dan perdagangan yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Namun pertumbuhan investasi tersebut mengalami kemerosotan yang berujung dengan
terjadinya krisis ekonomi pada akhir tahun 1997 yang menjadi krisis multidensional
yang berpengaruh terhadap stabilitas politik. Menurut Bismar Nasution, bagi
109
Penjelasan Umum Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
110
http:www.bangka.go.idartikel.php?id_artikel=9 diakses tanggal 07 Agustus 2009
Universitas Sumatera Utara
Indonesia yang perekonomiannya bersifat terbuka akan terpengaruh dengan prinsip perekonomian global dan prinsip liberalisasi perdagangan tersebut. Karena
perekonomian Indonesia akan berhadapan dengan perekonomian negara lain atau perekonomian mitra dagang Indonesia seperti ekspor-impor, investasi, baik yang
bersifat investasi langsung maupun tidak langsung; serta pinjam-meminjam. Pengaruh perekonomian ini menjadi tantangan bagi perumusan kebijaksanaan
nasional, dunia ekonomi dan pelaku ekonomi.
111
Hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanam modal diatur secara khusus guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal
terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan penghormatan atas tradisi budaya masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan. Pengaturan tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggung jawab
lingkungan dan pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong ketaatan penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan.
Sebelum diatur secara eksplisit dalam UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, konsep CSR sebenarnya telah diatur dalam beberapa Undang-
undang dan peraturan di Indonesia. Mengingat definisi dan cakupan CSR yang luas, yaitu termasuk bidang lingkungan, konsumen, ketenagakerjaan dan lain-lain, maka di
111
Bismar Nasution, Reformasi Hukum Dalam Rangka Era Globalisasi Ekonomi, Disampaikan pada “Diskusi Pembangunan Hukum Dalam Rangka Era Globalisasi Ekonomi,” di
Fakultas Hukum USU Medan, tanggal 25 September 1999.
Universitas Sumatera Utara
bawah ini diuraikan tentang beberapa Undang-undang dan peraturan yang di dalamnya secara tidak langsung mengatur tentang konsep CSR.
1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
112
Pasal 47 ayat 3 : Badan usaha diarahkan untuk bekerja sama secara terpadu dengan masyarakat petani dalam melakukan usaha budidaya tanaman.
Pasal ini menjelaskan bahwa perusahaan perkebunan diharuskan mengembangkan kemitraan di bidang pertanian. Ini artinya, pihak korporasi tidak hanya maju dan
berkembang sendiri, meninggalkan kemiskinan di sekitar perusahaannya tetapi berusaha bersama-sama maju dan berkembang dalam pola kebersamaan dan
saling menguntungkan. Berbagai perusahaan sudah melakukan kebijakan Undang-undang tersebut
apalagi dengan munculnya konsep Corporate Social Responsibility CSR adalah sebuah program yang mencoba mengimplementasikan tanggungjawab
sosial sebuah perusahaan kepada masyarakat luas. Menyikapi hal tersebut PT Asian Agri, melalui anak usaha Asian Agri, PT Inti Indosawit Subur IIS di
Provinsi Jambi mengelola lahan milik petani plasma seluas 24.520 hektar, dikarenakan peran perusahaan untuk memberikan manajemen ‘hidup’ juga
harus dilakukan maka tidak salah jika Asian Agri tidak hanya membantu lewat program CSR dalam bentuk hasil tanam saja, tetapi juga dalam bentuk-
bentuk lainnya Di satu sisi lewat program CSR Asian Agri, masyarakat sangat terbantu, namun di sisi yang lain jika pendapatan masyarakat
meningkat dan tingkat ekonomi masyarakat juga naik serta pendidikan masyarakat di sekitar juga terjamin maka ini juga menguntungkan Asian
Agri. Saling menguntungkan inilah yang harusnya menjadi ikatan perusahaan dengan masyarakat sekitar, sehingga penerimaan masyarakat terhadap
perusahaan sangat terbuka, dan akhirnya keamanan perusahaan tidak lagi perlu dijaga karena masyarakat sendirilah yang akan menjaga perusahaan
tersebut dari ‘tangan-tangan usil’ orang lain. Inilah beberapa hal yang telah dilakukan Asian Agri untuk duduk bersama dengan masyarakat yang ada
112
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman.
Universitas Sumatera Utara
disekitarnya. Maka perusahaan yang baik adalah selalu merangkul masyarakat dengan program saling menguntungkan.
113
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
114
Pasal 6 1 : Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan.
Pasal 6 2 : Setiap orang yang melakukan usaha danatau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan
hidup. Pasal 16 1 : Setiap penanggung jawab usaha danatau kegiatan wajib
melakukan pengelolaan limbah hasil usaha danatau kegiatan. Pasal 17 1 : Setiap penanggung jawab usaha danatau kegiatan wajib melakukan
pengelolaan bahan berbahaya dan beracun. 3.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
115
Undang-undang ini banyak mengatur tentang kewajiban dan tanggung jawab perusahaan terhadap konsumennya.
Pasal 3 ayat e : Perlindungan konsumen bertujuan menumbuhkan kesadaran
pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.
Pasal 7 : Kewajiban pelaku usaha adalah :
113
http:johannessimatupang.wordpress.com20090608memeriksa-tanggung-jawab-sosial- perusahaan diakses tanggal 11 Agustus 2009.
114
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
115
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Universitas Sumatera Utara
a beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
c memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif; d
menjamin mutu
barang danatau
jasa yang
diproduksi danatau
diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang danatau jasa yang berlaku;
e memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, danatau mencoba
barang danatau jasa tertentu serta memberi jaminan danatau garansi atas barang yang dibuat danatau yang diperdagangkan;
f memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang diperdagangkan;
g memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian apabila barang danatau
jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Bab IV Pasal 8 - 17 : Mengatur tentang Perbuatan yang dilarang bagi Pelaku Usaha.
Bab V Pasal 18 : Mengatur tentang Ketentuan Pencantuman Klausula Baku.
Bab VI Pasal 19 – 28 : Mengatur tentang Tanggung Jawab Pelaku Usaha.