Dari persamaan di atas, dapat dilihat bahwa koefisien dari variabel penerapan anggaran berbasis kinerja menunjukkan angka positif. Berarti bahwa hubungan antara
variabel penerapan anggaran berbasis kinerja dengan kinerja SKPD adalah positif yaitu semakin tinggi variabel penerapan anggaran berbasis kinerja maka semakin
tinggi kinerja SKPD.
5.6. Hasil Analisis Data
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap kinerja SKPD. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yusriati 2008. Hal ini juga sejalan dengan tujuan
diberlakukannya anggaran berbasis kinerja.
Studi mengenai pengukuran kinerja juga dilakukan Amaratunga Baldry 2002. Mereka mengaitkan pengukuran kinerja dengan manajemen fasilitas FM
dalam hubungannnya dengan teori manajemen dan motivasi. Amaratunga Baldry 2002 menyadari bahwa penerapan prosedur pengukuran kinerja dapat menyediakan
banyak keuntungan bagi organisasi. Pengukuran kinerja yang menyeluruh dibutuhkan manajemen untuk menerapkan manajemen fasilitas dalam konteks dimana FM
merupakan bagian dari manajemen secara umum. Penelitian ini menemukan adanya keuntungan bagi Pemko Tebing Tinggi yang menerapkan sistem pengukuran kinerja
dalam lingkungannya. Selain itu juga variabel lain juga patut dipertimbangkan karena hal ini mempunyai keterkaitan dengan pengukuran kinerja dalam lingkungan
manajemen fasilitas.
Universitas Sumatera Utara
Di lingkungan pemerintahan, sejak tahun 2008 telah mulai dilaksanakan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah EKPPD terhadap Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah LPPD tahun anggaran 2007. EKPPD dilaksanakan sesuai denga Peraturan Pemerintah nomor 6 Tahun 2008 tentang
Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui keberhasilan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam
memanfaatkan hak yang diperoleh daerah dengan capaian keluaran dan hasil yang direncanakan. Sedangkan tujuan utamanya adalah untuk menilai kinerja
penyelenggaraan pemerintah daerah dalam upaya peningkatan kinerja untuk mendukung pencapaian tujuan penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan prinsip
tata kepemerintahan yang baik Good Governance. Menurut Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor 120.042393OTDA
tanggal 5 September 2008 pada bagian lampiran dinyatakan bahwa metode EKPPD dilakukan dengan menilai 2 dua variabel yaitu variabel indeks capaian kinerja dan
indeks kesesuaian materi. Penilaian indeks capaian kinerja terdiri dari penilaian pada tataran pengambil
kebijakan dan pada tataran pelaksana kebijakan. Penilaian pada tataran pengambil kebijakan yaitu penilaian yang dilakukan terhadap kinerja Kepala Daerah dan DPRD.
Sedangkan penilaian pada tataran pelaksana kebijakan yaitu penilaian yang dilakukan terhadap kinerja satuan kerja perangkat daerah SKPD, dimana salah satu aspek
umum yang dievaluasi dan diukur kinerjanya adalah aspek pengelolaan keuangan daerah.
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi terhadap 25 KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara, termasuk Kota Tebing Tinggi telah selesai dilaksanakan oleh Tim Daerah EPPD dan telah
diverifikasi oleh Tim Nasional EPPD. Namun sampai dengan karya tulis ini diperbuat hasil evaluasi terhadap 25 KabupatenKota tersebut belum dapat diumumkan meski
peringkat kinerja telah ditetapkan oleh Gubernur Sumatera Utara. Namun berdasarkan informasi yang diperolah dari sekretariat Tim Daerah EPPD Provinsi
Sumatera Utara, Pemko Tebing Tinggi adalah satu-satunya Pemerintahan Kota dari 7 tujuh Pemerintahan Kota yang ada di Sumatera Utara yang diperkirakan memiliki
peringkat terbaik dan dinominasikan untuk meraih predikat terbaik di tingkat nasional. Pengumuman raihan peringkat terbaik seyogyanya dilaksanakan pada
peringatan Hari Otonomi Daerah tanggal 25 April 2009 yang lalu. Selanjutnya evaluasi terhadap SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Tebing
Tinggi setiap tahun dilaksanakan oleh Inspektorat Pemko Tebing Tinggi. Evaluasi dilaksanakan berdasarkan Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah terhadap LAKIP yang disusun dan dilaporkan oleh masing- masing Kepala SKPD kepada Walikota Tebing Tinggi. Simpulan yang diberikan oleh
Inspektorat atas LAKIP yang disampaikan seluruhnya masuk dalam kriteria Baik. Kriteria Baik diperoleh oleh masing-masing SKPD didasarkan antara lain
bahwa pengelolaan anggaran secara umum telah memenuhi ketentuan dan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Anggaran berbasisi kinerja merupakan pendekatan dan kebijakan nasional untuk menyempurnakan pendekatan tradisional yang diterapkan di masa orde baru
dan pendekatan kinerja yang semula diharapkan menjadi solusi atas kelemahan yang ada pada pendekatan tradisional. Pendekatan tradisional dirasakan menitikberatkan
pada kontrol belanja namun terlalu sedikit perhatian pada kinerja, sedangkan pendekatan kinerja berhasil melakukan pengukuran kinerja yang efektif pada aspek-
aspek kualitatif namun masih terisolasi pada program atau kegiatan tahunan pemerintah yang dibuat pada saat itu. Oleh karena itu meskipun ada perhatian pada
hasil, anggaran kinerja dikatakan belum berhasil menghubungkan antara hasil dengan proses perencanaan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, dan
biasanya dibuat secara multi tahun. Maka anggaran berbasis kinerja merupakan pendekatan baru sebagai
penyempurna atas kelemahan yang terdapat pada dua pendekatan itu. Pendekatan anggaran berbasis kinerja merupakan konsep luas yang memandang bahwa
penyusunan anggaran bukanlah proses terpisah yang berdiri sendiri, melainkan sebuah bagian yang tidak terpisahkan dari proses perencanaan dan perumusan
kegiatan suatu organisasi. Pendekatan anggaran berbasis kinerja juga merupakan upaya sistematik yang
memperhatikan integrasi dari perencanaan, pembuatan program dan penganggaran. Anggaran berbasisi kinerja sejak penyusunan program atau kegiatan telah
memperhatikan sasaran, tujuan dan manfaat yang harus diterjemahkan secara prinsip yang disertai dengan indikator yang jelas, sehingga program strategis yang telah
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan dalam rencana strategis Renstra dan rencana kerja dan anggaran RKA diorientasikan pada hasil dapat teridentifikasi, serta alokasi sumber daya keuangan
yang dibutuhkan untuk melaksanakan dan pengukuran kinerja dapat dilakukan secara komprehensif.
Dengan anggaran berbasisi kinerja ini, maka penilaian terhadap kinerja suatu organisasi dapat dilakukan secara lebih objektif, transparan dan akuntabel.
Berdasarkan hasil penelitian ini anggaran berbasis kinerja telah diterapkan secara penuh pada seluruh SKPD di lingkungan Pemko Tebing Tinggi. Hal ini ditandai
dengan proses penyusunan APBD telah melalui tahapan-tahapan yang ditentukan dalam Permendagri nomor 13 Tahun 2006, yaitu :
1. Tahapan pertama dimulai dari pelaksanaan musyawarah perencanaan
pembangunan musrenbang kota Tebing Tinggi. Pada tahap ini seluruh SKPD mengajukan usulannya, termasuk usulan dari masyarakat yang disampaikan
melalui musyawarah kerja pembangunan disetiap tingkatan pemerintahan kecamatan, kelurahandesa.
2. Selanjutnya, dilakukan seleksi terhadap programkegiatan yang diusulkan dalam
musrenbang karena harus disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang tersedia. Hasil seleksi itulah ditetapkan sebagai rencana kerja pemerintah daerah
RKPD tahun anggaran berikutnya. 3.
Penyusunan kebijakan umum anggaran KUA dan prioritas dan plafon anggaran sementara PPAS untuk kemudian diajukan kepada DPRD guna mendapat
pembahasan dan persetujuan. Setelah disetujui dilanjutkan dengan
Universitas Sumatera Utara
penandatanganan nota kesepahaman KUA dan PPAS antara Walikota dan Pimpinan DPRD.
4. Berdasarkan nota kesepahaman tersebut disusun RAPBD T.A. 2007. Dalam
penyusunan ini Tim Anggaran Pemerintah Daerah TAPD menyampaikan petunjuk penyusunan RKA-SKPD kepada seluruh kepala SKPD yang
berpedoman kepada Renstra dan prestasi kerja yang akan dicapai. 5.
Para kepala SKPD menyusun RKA dengan mengacu kepada surat edaran yang disampaikan oleh Ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah.
6. Selanjutnya RKA-SKPD dikompilasi dan diseleksi untuk kemudian ditetapkan
sebagai RAPBD Pemko Tebing Tinggi untuk kemudian diajukan kepada DPRD guna mendapat pembahasan dan persetujuan.
7. Setelah mendapat persetujuanpengesahan dari DPRD, APBD dan Peraturan
Walikota tentang penjabarannya di sampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi. Evaluasi menghasilkan kemungkinan disetujui seluruhnya atau perlu ada
perubahanperbaikan. 8.
Selanjutnya APBD dan Peraturan Walikota disampaikan kepada Kepala SKPD sesuai dengan urusan pemerintahan masing-masing dan tugas pokok dan fungsi
SKPD dan kemudian ditetapkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran DPA masing- masing SKPD.
9. Pelaksanaan anggaran sesuai dengan Perda Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan
Daerah, Sisdur Pengelolaan Keuangan dan Kebijakan akuntansi yang telah ditetapkan.
Universitas Sumatera Utara
10. Pada awal tahun anggaran berikutnya menyusun laporan keuangan Pemerintah
Daerah. Menurut penelitian atas DPA-SKPD, terlihat bahwa seluruh programkegiatan
yang ditetapkan telah memuat indikator kinerja yang meliputi : input, output, outcome dan sasaran kegiatan. Dengan adanya indikator kinerja setiap
programkegiatan yang ditetapkan masing-masing SKPD hal ini sejalan dengan pendapat Mardiasmo 2002 ; 105 yang menyatakan bahwa anggaran berbasis kinerja
adalah suatu sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah anggaran
berbasis kinerja berpengaruh terhadap kinerja SKPD di lingkungan Pemko Tebing Tinggi. Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap kinerja SKPD di
Pemko Tebing Tinggi dan hal ini sejalan dengan hipotesis penelitian dan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yusriati 2007.
6.2. Keterbatasan
Hasil penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan: 1.
Instrumen yang digunakan adalah persepsi jawaban responden, dan penelitian dilakukan melalui kuesioner yang dikirimkan. Peneliti tidak dapat mengontrol
secara langsung subyek yang diteliti sehingga dimungkinkan timbul perbedaan interpretasi atas maksud dan tujuan pertanyaan.
2.
Penelitian ini hanya memasukkan satu variabel dan sampel yang terbatas, dianjurkan pada peneliti selanjutnya untuk menambah variabel lain seperti
variabel job satisfaction dan turn over agar memperkuat hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara