Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa selama periode 1990 hingga 2009 perkembangan investasi cenderung mengalami peningkatan. Sebelum krisis
ekonomi, penanaman modal asing di Indonesia mengalami peningkatan sampai pada puncaknya tahun 1996 dengan nilai penanaman modal asing sebesar US
5.59 M. Namun pada tahun 1998 setelah Indonesia mengalami kondisi inflasi yang tinggi dengan faktor ekonomi dan non ekonomi yang kurang mendukung,
menyebabkan turunnya minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Menurunnya kepercayaan investor ini juga disebabkan karena
ketidakstabilan kondisi ekonomi dan politik dan juga tingginya resiko jika melakukan investasi di Indonesia saat itu. Sehingga menyebabkan terjadinya
penurunan penanaman modal asing di Indonesia menjadi US 4.87 M. Peningkatan investasi tidak terlepas dari usaha pemerintah dalam
mendorong penyehatan kembali investasi. Setelah tahun 1998 pemerintah melakukan percepatan dan perluasan investasinya. Selain itu, pemerintah juga
memberikan berbagai kemudahan kepada pihak investor asing yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Sehingga dampaknya dapat dilihat dalam
beberapa tahun berikutnya yaitu terjadi pertumbuhan investasi sejalan dengan meningkatnya realisasi penanaman modal asing.
4.2 Perkembangan Suku Bunga Internasional LIBOR
Tingkat suku bunga dalam suatu perekonomian yang relatif kecil dan terbuka dengan hubungan ekonomi duni, akan cenderung sama dengan tingkat
suku bunga di pasar internasional. Perekonomian yang kecil dan terbuka seperti ini tidak dapat secara bebas menentukan tingkat suku bunganya sendiri. Keadaan
ini menyebabkan tingkat suku bunga LIBOR harus ikut diperhitungkan sebagai faktor yang ikut berperan dalam menentukan tingkat suku bunga dalam negeri.
Tingkat suku bunga domestik bergantung pada tingkat suku bunga internasional. Tingkat suku bunga domestik ini tidak dapat secara umum berada lebih rendah di
tingkat suku bunga internasional, sebab hal tersebut akan mengakibatkan pelarian modal capital outflow.
Perkembangan tingkat suku bunga internasional LIBOR dari tahun1987 – tahun 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.3 Perkembangan Suku Bunga Internasional LIBOR
Tahun 1987 – 2009
Tahun Suku Bunga
LIBOR Tahun
Suku Bunga LIBOR
1987 8.12
2000 6.84
1988 9.62
2001 3.85
1989 8.25
2002 2.21
1990 8.44
2003 1.35
1991 6.34
2004 2.12
1992 4.24
2005 4.02
1993 3.69
2006 5.32
1994 5.63
2007 5.12
1995 6.25
2008 3.08
1996 5.78
2009 1.54
1997 6.06
1998 5.54
1999 5.73
Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia BI Cabang Medan, Sumatera Utara
Tingkat suku bunga LIBOR menunjukkan fluktuasi yang naik turun, hal ini disebabkan perekonomian dunia yang terus berfluktuasi. Hal ini dapat dilihat
dari tahun 1991 – tahun 1993 mengalami penurunan, dan mulai naik kembali hingga tahun 2000. Pada tahun 2001 sampai tahun 2004 tingkat suku bunga
LIBOR berfluktuasi, namun cenderung stabil. Hal ini dikarenakan pada tahun tersebut perekonomian dunia mulai membaik. Namun, pada tahun 2005 mulai
menaik kembali. Hal ini dipicu oleh kenaikan harga minyak dunia. Sampai pada tahun 2007 tingkat suku bunga LIBOR pun naik hingga mencapai 5,12.
4.3 Perkembangan Nilai Tukar Kurs
Nilai tukar RupiahUS merupakan nilai dari satu mata uang rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang Dolar AS. Kurs inilah sebagai salah satu
indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar modal maupun di pasar uang, karena investor cenderung akan berhati – hati untuk melakukan investasi.
Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing, khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal.
Pemerintah dalam upaya mempertahankan nilai tukar rupiah yang rentan berfluktuasi akibat perdagangan internasional telah beberapa kali melakukan
devaluasi guna mempertahankan kinerja perdagangan luar negeri. Devaluasi adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menurunkan nilai tukar
mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain, misalnya nilai tukar Rupiah semula ditetapkan sebesar 6.000US diturunkan menjadi 8.000US.
Kebijakan devaluasi dalam jangka pendek dapat meningkatkan daya saing sehingga merangsang kegiatan ekspor, dengan asumsi negara lain tidak membalas
dengan melakukan devaluasi dan eksportir dapat melakukan peningkatan efisiensi produksi untuk pemenuhan permintaan ekpornya.
Devaluasi yang pernah dilakukan pemerintah yakni pada bulan Agustus 1971, pemerintah melakukan devaluasi mata uang Rupiah dari 378US menjadi
415US dan sejak tahun tersebut Indonesia menganut rezim devisa bebas, kurs ini dipertahankan hingga bulan November 1978. Sejak tahun 1978, sistem kurs
diganti dengan mengambang terkendali John Tafbu Ritonga, 2004. Semenjak krisis moneter pada tahun 1997 terjadi fluktuasi yang cukup besar, dimana nilai
tukar rupiah tidak lagi stabil dan hal ini terjadi hingga saat ini. Krisis ekonomi yang menimpa Indonesia berawal dari krisis mata uang
yang dialami oleh beberapa negara, termasuk juga Indonesia pada pertengahan tahun 1997 yang lalu. Hal ini ditandai dengan penurunan nilai tukar Rupiah secara
drastis terhadap Dollar AS. Dimana posisi nilai tukar sebelumnya berada pada posisi Rp 4.650US, tiba – tiba anjlok menjadi Rp 8.025. Goncangan di pasar
Asia telah mampu mengoncangkan nilai tukar mata uang Rupiah, bahkan hal ini menjadi awal krisis moneter di Indonesia.
Bila kita lihat ke tahun 1976 sampai tahun 1996 nilai tukar Rupiah cukup stabil, tetapi setelah krisis moneter nilai tukar Rupiah mengalami fluktuasi yang
cukup besar. Pada awal tahun 2000, nilai tukar Rupiah dikatakan masih lemah yakni berada pada angka Rp 9.595US dan mencapai puncak depresiasi pada
tahun 2001 yaitu Rp 10.400US dan menguat walau hanya sedikit pada tahun 2003 yaitu Rp 8.465US.
Pada tahun 2005, melambungnya harga minyak dunia memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap meningkatnya permintaan valuta asing
sebagai konsekuensi negara pengimpor minyak. Kondisi ini menyebabkan nilai tukar rupiah melemah terhadap US yaitu Rp 9.830US. Selain disebabkan
meningkatkannya permintaan valuta asing karena impor minyak, kelemahan Rupiah tersebut juga disebabkan meningkatnya kebutuhan dalam negeri terutama
oleh korporasi besar untuk pembayaran utang. Sepanjang tahun 2006 dan tahun 2007, nilai tukar Rupiah bergerak stabil
dan secara rata – rata menguat dibandingkan tahun sebelumnya. Kestabilan nilai tukar Rupiah tersebut didukung oleh kondisi fundamental makro ekonomi
domestik yang semakin membaik di tengah perkembangan ekonomi dan pasar keuangan global yang bergejolak.
Namun pada tahun 2008 nilai pelemahan Rupiah tampak nyata, dimana nilai Rupiah terhadap Dollar AS sebesar Rp 10.950US. Hal ini mengindikasikan
bahwa nilai RupiahUS mengalami penurunan yang signifikan, sehingga sedikit banyak dapat mempengaruhi tingkat inveastasi di pasar modal.
Perkembangan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS dari tahun 1987 – 2009 dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut :
Tabel 4.4 Perkembangan Nilai Tukar Kurs
Tahun 1987 – 2009
Tahun Nilai Tukar
RpUS Tahun
Nilai Tukar RpUS
1987
1644
2000
9595
1988
1729
2001
10400
1989
1795
2002
8940
1990
1901
2003
8465
1991
1992
2004
9290
1992
2062
2005
9830
1993
2110
2006
9020
1994
2200
2007
9419
1995
2308
2008
10950
1996
2383
2009
9400
1997
4650
1998
8025
1999
7100 Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia BI Cabang Medan,
Sumatera Utara
4.4 Perkembangan Inflasi di Indonesia