Perkembangan Inflasi di Indonesia

Tabel 4.4 Perkembangan Nilai Tukar Kurs Tahun 1987 – 2009 Tahun Nilai Tukar RpUS Tahun Nilai Tukar RpUS 1987 1644 2000 9595 1988 1729 2001 10400 1989 1795 2002 8940 1990 1901 2003 8465 1991 1992 2004 9290 1992 2062 2005 9830 1993 2110 2006 9020 1994 2200 2007 9419 1995 2308 2008 10950 1996 2383 2009 9400 1997 4650 1998 8025 1999 7100 Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia BI Cabang Medan, Sumatera Utara

4.4 Perkembangan Inflasi di Indonesia

Setiap negara pasti akan mengalami apa yang dinamakan dengan inflasi. Naik turunnya suatu inflasi tergantung pada keanekaragaman mekanisme kegiatan perekonomian di dalam suatu negara tersebut. Misalnya di Indonesia, dapat dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM, kenaikan tarif jasa publik, bertambahnya kredit konsumtif, spekulasi tanah dan ekspansi APBN. Negara Indonesia memiliki perekonomian terbuka terhadap perekonomian dunia, sehingga menyebabkan peka terhadap gejolak perekonomian Indonesia. Perkembangan harga – harga barang maupun jasa masih relatif dapat dikendalikan dari tahun 1987 – 1989, terlihat dari laju inflasi yang cukup stabil dimana tidak terlepas dari kebijakan pemerintah di bidang moneter yang berhati – hati dan kebijakan fiskal yang lebih ketat serta ditunjang oleh penyediaan barang – barang konsumsi pada jumlah yang cukup dan tingkat harga yang wajar. Sementara itu, walaupun laju inflasi pada tahun 1992 bisa turun di bawah 5, akan tetapi akibat dilakukannya penyesuaian harga BBM dan tarif listrik pada bulan Januari 1993 dan terganggunya pasokan beberapa barang kebutuhan karena bencana banjir, membuat inflasi kembali melonjak ke tingkat yang bahkan lebih tinggi daripada tahun – tahun sebelumnya hingga mencapai 9,77 pada tahun 1993. Walaupun pada tahun – tahun berikutnya laju inflasi dapat ditekan, akan tetapi pada tahun 1997 peningkatan inflasi cukup pesat yaitu sebesar 11,05. Dikarenakan kondisi moneter yang sangat buruk dan krisis yang melanda Indonesia, peningkatan inflasi pun terjadi sangat pesat di tahun 1998 yaitu mencapai 77,63. Hal ini akan menyebabkan biaya produksi meningkat , yang berarti harga barang – barang impor menjadi mahal terutama karena Indonesia masih mengimpor alat – alat produksi atau bahan baku produksi dari luar negeri. Hal ini akan menyebabkan harga – harga barang juga akan semakin mahal dan akhirnya akan mendorong terjadinya inflasi. Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter di Indonesia berusaha memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia, dengan berusaha menekan laju inflasi pada tahun 1998 sebesar 77,63 melalui penekanan jumlah uang beredar di masyarakat melalui kenaikan tingkat suku bunga SBI. Melalui kebijakan tersebut diharapkan uang yang beredar di masyarakat akan terserap oleh bank – bank umum akibat tingkat suku bunga perbankan yang juga ikut naik. Sehingga pada tahun 1999, laju inflasi dapat dikendalikan sebesar 2,01. Pada tahun 2001 dan 2002 inflasi kembali berada di atas 10 persen, masing – masing sebesar 12,55 dan 10,03 sebagai akibat dari berbagai kebijakan pemerintah meliputi kenaikan harga barang dan tarif jasa seperti BBM, angkutan, listrik, air minum, rokok dan kenaikan upah minimum tenaga kerja swasta dan gaji pegawai negeri, serta meningkatnya biaya pada tingkat produsen sebagai dampak dari melemahnya nilai tukar rupiah. Inflasi kembali dapat ditekan pada tahun 2003 dan 2004, masing – masing sebesar 5,06 dan 6,40. Inflasi kembali mengalami kenaikan mencapai 17,11 pada tahun 2005 akibat kenaikan harga – harga barang yang terkena dampak kenaikan harga BBM dan terganggunya pasokan BBM di berbagai daerah maupun kasus penimbunan yang mangakibatkan distribusi barang terganggu. Tetapi pada tahun 2006 dan tahun 2007 inflasi sudah kembali terkendali di bawah 10 tidak terlepas dari perkembangan nilai tukar rupiah yang cukup stabil, ketersediaan pasokan bahan makanan yang cukup dari hasil dukungan pemerintah yang mengendalikan kenaikan harga – harga komoditas internasional. Namun, pada tahun 2008, inflasi kembali mengalami peningkatan menjadi 11,06 dan pada tahun 2009 mangalami penurunan sampai di bawah 5 menjadi 2,78. Untuk lebih jelasnya, maka perkembangan inflasi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.5 Perkembangan Inflasi Tahun 1987 – 2009 Tahun Inflasi Tahun Inflasi 1987 9.3 2000 9.35 1988 8.1 2001 12.55 1989 6.4 2002 10.03 1990 9.53 2003 5.06 1991 9.52 2004 6.40 1992 4.94 2005 17.11 1993 9.77 2006 6.60 1994 9.24 2007 6.59 1995 8.64 2008 11.06 1996 6.47 2009 2.78 1997 11.05 1998 77.63 1999 2.01 Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia BI Cabang Medan, Sumatera Utara

4.5 Hasil Pembahasan