Cara Menetapkan Nilai Tukar Kurs Sistem Nilai Tukar Kurs

J.Fabozzi dan Franco Modigliani dalam buku “Capital Markets” memberikan definisi : nilai tukar adalah sejumlah uang dari suatu mata uang tertentu yang dapat dipertukarkan dengan satu unit mata uang negara lain Tavi Supriana, 2008: 201.

2.3.2 Cara Menetapkan Nilai Tukar Kurs

Terdapat dua cara untuk menyatakan kurs, yaitu : 1. Model Eropa yang sering disebut dengan Indirect Quote Model ini merupakan cara yang paling umum dipakai dalam perdagangan valuta asing atau antarbank diseluruh dunia. Penetepan kursnya dilakukan berdasarkan pada berapa unit mata uang asing yang dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang dalam negeri. 2. Model Amerika yang sering disebut Direct Quote Model ini disebut sebagai harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik. Model ini menjelaskan berapa unit rupiah yang dibutuhkan untuk membeli satu unit US. Kurs ini merupakan kurs yang biasa dipakai di Indonesia. Apabila nilai tukar didefinisikan sebagai nilai rupiah dalam valuta asing dapat diformulasikan sebagai berikut : NT IDR USD = Rupiah yang diperlukan untuk membeli satu Dollar Amerika NT IDRYEN = Rupiah yang diperlukan untuk membeli satu Yen Jepang Dalam hal ini, apabila nilai tukar meningkat maka berarti Rupiah mengalami depresiasi, sedangkan apabila nilai tukar menurun maka Rupiah mengalami apresiasi. Sementara untuk suatu negara menerapkan sistem nilai tukar tetap, perubahan nilai tukar dilakukan secara resmi oleh pemerintah. Kebijakan suatu negara secara resmi menaikkan nilai mata uangnya terhadap mata uang asing disebut dengan revaluasi, sementara kebijakan menurunkan nilai mata uang terhadap mata uang asing disebut devaluasi. Apabila nilai tukar didefinisikan sebagai valuta asing terhadap Rupiah dapat diformulasikan sebagai berikut : NT USDIDR = Dolar Amerika yang diperlukan untuk membeli satu Rupiah NT YENIDR = Yen yang diperlukan untuk membeli satu Rupiah. Dengan menggunakan konsep ini, apabila nilai tukar meningkat maka Rupiah mengalami apresiasi untuk sistem nilai tukar mengambang, atau revaluasi untuk sistem nilai tukar tetap. Sedangkan apabila nilai tukar menurun, maka Rupiah mengalami depresiasi untuk sistem nilai tukar mengambang bebas atau devaluasi untuk sistem nilai tukar tetap.

2.3.3 Sistem Nilai Tukar Kurs

Pada dasarnya terdapat tiga sistem nilai tukar, yaitu Jeff Madura, 1997: 156 : 1. Fixed exchange rate system Sistem nilai tukar tetap Dalam sistem ini, nilai tukar ditentukan oleh pemerintah. Pemerintah melakukan intervensi dalam menentukan nilai tukar valuta asing. Tujuannya adalah untuk memastikan nilai tukar yang terjadi tidak memberikan pengaruh yang buruk terhadap perekonomian. Pada sistem nilai tukar tetap, nilai tukar atau kurs mata uang terhadap mata uang lain ditetapkan pada nilai tertentu, misalnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang Dollar Amerika adalah Rp 9.000 per dollar. Pada sistem nilai tukar ini bank sentral akan siap menjual atau membeli kebutuhan devisa untuk mempertahankan nilai tukar yang ditetapkan. Apabila nilai tukar tersebut tidak dapat lagi dipertahankan, maka bank sentral akan melakukan devaluasi ataupun revaluasi atas nilai tukar yang ditetapkan. Sistem nilai tukar tetap membutuhkan cadangan devisa yang sangat besar, karena bank sentral harus berulang kali mengintervensi pasar agar nilai tukar berada pada posisi yang dikehendaki. 2. Freely floating exchange rate Sistem nilai tukar mengambang bebas Pada sistem nilai tukar mengambang, nilai tukar dibiarkan bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar. Dengan demikian, nilai tukar akan menguat jika terjadi kelebihan penawaran diatas permintaan dan sebaliknya nilai tukar akan melemah apabila terjadi kelebihan permintaan diatas penawaran yang ada di pasar valuta asing. Bank sentral dapat melakukan intervensi di pasar valuta asing yaitu dengan menjual devisa dalam hal terjadi kekurangan pasokan atau membeli devisa apabila terjadi kelebihan penawaran untuk menghindari gejolak nilai tukar yang berlebihan di pasar. Akan tetapi, intervensi dimaksud tidak diarahkan untuk mencapai target nilai tukar tertentu atau dalam kisaran tertentu. 3. Managed floating exchange rate Sistem nilai tukar mengambang terkendali Sistem nilai tukar mengambang terkendali merupakan sistem yang berada diantara kedua sistem tersebut. Dalam sistem nilai tukar ini, bank sentral menetapkan batasan suat kisaran tertentu dari pergerakan nilai tukar yang disebut dengan intervension band batas pita intervensi. Nilai tukar akan ditentukan sesuai dengan mekanisme pasar sepanjang masih berada dalam batas kisaran pita intervensi tersebut. Apabila nilai tukar menembus batas atas atau bawah dari kisaran tersebut, bank sentral akan secara otomatis melakukan intervensi di pasar valuta asing sehingga nilai tukar bergerak kembali ke dalam pita intervensi. Masing-masing nilai tukar mempunyai kelebihan dan kelemahan. Pemilihan sistem yang diterapkan akan tergantung pada lingkungan politik, kondisi, tujuan dan kebijakan ekonomi negara yang bersangkutan, khususnya besarnya cadangan devisa yang dimiliki, keterbukaan ekonomi, sistem devisa yang dianut dan besarnya volume pasar valuta asing domestik. Sistem nilai tukar tetap mempunyai kelebihan karena adanya kepastian nilai tukar bagi pasar. Akan tetapi, sistem ini membutuhkan cadangan devisa yang besar karena keharusan bank sentral untuk mempertahankan nilai tukar pada level yang telah ditentukan. Selain itu, sistem ini dapat mendorong kecenderungan dunia usaha untuk tidak melakukan hedging perlindungan nilai valuta asingnya terhadap risiko perubahan nilai tukar. Sistem ini umumnya diterapkan di negara yang memiliki cadangan devisa yang besar, dengan sistem devisa yang masih relatif terkontrol. Sementara itu, sistem nilai tukar yang mengambang bebas mempunyai kelebihan dengan tidak perlunya cadangan devisa yang besar karena bank sentral tidak diwajibkan untuk mempertahankan nilai tukar dalam batas – batas tertentu. Karenanya, bank sentral tidak dipaksa untuk menerapkan suatu kebijakan intervensi yang mungkin memiliki dampak yang tidak menguntungkan bagi ekonomi hanya untuk mengendalikan nilai tukar. Disamping itu, pemerintah dapat mengimplementasikan pengaruhnya atas pergerakan nilai tukar. Akan tetapi, nilai tukar yang terlalu berfluktuasi dapat menambah ketidakpastian bagi dunia usaha. Sistem ini umumnya diterapkan di negara yang mempunyai cadangan devisa yang relatif kecil sementara sistem devisa yang dianut cenderung bebas. Dalam mekanisme pasar, nilai tukar dari suatu mata uang akan selalu mengalami fluktuasi yang berdampak langsung pada harga – harga barang – barang ekspor dan impor. Naik turunnya nilai tukar mata uang suatu negara dapat dibagi atas empat bagian, yaitu : a. Apresiasi yaitu peristiwa menguatnya nilai tukar suatu mata uang secara otomatis, akibat dari bekerjanya kekuatan – kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat perubahan nilai tukar ini yaitu harga produk negara itu bagi pihak luar negeri makin mahal, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah. b. Depresiasi yaitu peristiwa penurunan nilai mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat perubahan nilai tukar ini adalah produk negara itu bagi pihak luar negeri menjadi murah, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih mahal. c. Devaluasi adalah tindakan penurunan nilai mata uang yang secara sengaja dilakukan oleh pemerintah suatu negara melalui bank sentral. Pada umumnya dilakukan untuk meningkatkan surplus neraca pembayaran dan perdagangan. d. Revaluasi adalah tindakan pemerintah dan atau bank sentral suatu negara untuk meningkatkan nilai mata uangnya. Hal ini biasanya dilakukan ketika inflasi sudah parah, daya beli masyarakat menurun drastis dan tingkat kepercayaan terhadap mata uang domestik semakin menurun.

2.3.4 Teori Nilai Tukar Kurs