produk nasional, masing – masing disebut dengan efficiency effect dan output effect Ahmad Jamli, 2001 : 35
1. Efek terhadap pendapatan equity effect
Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada juga yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang mempunyai
pendapatan tetap akan kerugian karena adanya inflasi, sebaliknya pihak –pihak yang mendapat keuntungan akan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh
kenaikan pendapatan dengan persentase lebih besar dari laju inflasi. 2.
Efek terhadap efisiensi efficiency effect Inflasi dapat menyebabkan perubahan pola alokasi faktor - faktor
produksi. Perubahan ini terjadi melalui kenaikan berbagai macam barang yang dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu.
Dengan adanya inflasi permintaan, barang tertentu akan mengalami kenaikan lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong kenaikan produksi barang
tersebut. 3.
Efek terhadap output output effect Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi.
Alasannya, dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barang mendahului kenaikan upah, sehingga keuntungan ini akan menyebabkan kenaikan produksi.
Namun, apabila laju inflasi itu cukup tinggi dapat mempunyai akibat sebaliknya.
2.4.5 Teori – teori Terjadinya Inflasi
Ada beberapa teori didalam ilmu ekonomi yang menjelaskan tentang terjadinya proses inflasi Mulia Nasution, 1997 : 241 – 244, yaitu :
1. Teori Kuantitas Uang Quality Theory of Money
Menurut Irving Fisher Transaction Equation adalah : P . T = M . V
dimana : P = Tingkat harga
M = Jumlah uang beredar Penawaran Uang V = Kecepatan perputaran Uang
T = Volume Transaksi Dari persamaan ini dapat dikemukakan bahwa nilai seluruh transaksi
penjualan sama dengan nilai seluruh pembelian. Nilai transaksi penjualan sama dengan volume transaksi dikali dengan harga, sedangkan nilai transaksi pembelian
sama dengan jumlah uang beredar dikali dengan kecepatan perputaran uang. Dengan asumsi bahwa kecepatan peredaran uang V ditentukan oleh
perkembangan faktor kelembagaan dalam sektor kelembagaan dan ini diasumsikan tetap dalam jangka pendek, dan juga diasumsikan bahwa sektor riil
dalam ekonomi pasar barang menentukan volume transaksi yang juga tetap dalam jangka pendek, maka persamaan transaksi yang berikut dapat
dikemukakan: P = V T
M Tingkat harga umum adalah propersional dengan jumlah uang yang
beredar dan propersionality ini yang bersifat konstan adalah V T.
Dengan melihat rumus diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses terjadinya inflasi disebabkan oleh :
a Volume Uang Beredar
Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar dalam masyarakat uang kartal dan uang giral. Penambahan jumlah uang
yang beredar ini merupakan sumber utama penyebab inflasi karena volume uang beredar lebih besar dari kesanggupan output untuk menyerapnya volume uang
lebih besar dari pendapatan nasional. b
Adanya Perkiraan Masyarakat tentang Kenaikan Harga Expectation Masyarakat memperkirakan akan ada perubahan harga walaupun ada
penambahan uang tidak besar yang tidak akan menyebabkan inflasi, karena perubahan harga yang terjadi masih kecil. Bila laju volume uang yang beredar
bertambah disertai dengan kenaikan permintaan barang – barang, maka hal ini akan mengakibatkan terjadinya kenaikan harga atau inflasi.
2. Teori Keynes Keynes menyoroti faktor inflasi melalui pendekatan teori ekonomi
makronya. Menurut teori yang dikeluarkan Keynes, inflasi akan terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan pendapatannya aktivitas
ekonominya. Terjadinya inflasi melalui proses, ada sekelompok masyarakat yang ingin bersaing untuk merebut pendapatan nasional yang lebih besar daripada
kemampuan kelompok ini untuk mendapatkan pendapatan nasional kekuatan monopolis, tuntutan kenaikan upah oleh pekerja. Proses perebutan ini akhirnya
diwujudkan dalam permintaan efektif, sehingga menyebabkan permintaan
masyarakat akan barang – barang lebih besar dari barang – barang yang sanggup disediakan oleh kapasitas yang tersedia.
Hal ini akan menimbulkan inflasionary gaps yang timbul akibat golongan masyarakat yang berhasil merebut bagian pendapatan nasional lebih besar secara
nyata diwujudkan dalam permintaan di pasar barang – barang. Dengan demikian akan menyebabkan naiknya harga – harga sehingga timbullah inflasi.
3. Teori Stukturalis Teori ini dikembangkan dari struktur perekonomian negara – negara
berkembang. Inflasi dikaitkan dengan faktor struktur perekonomian yang hanya berubah secara bertahap dan dalam jangka panjang.
Ada dua faktor yang menjadi masalah utama yang dapat menyebabkan inflasi dalam negara berkembang berdasarkan teori strukturalis, yaitu :
a. Ketidakelastisan penerimaan ekspor, yaitu ekspor berkembang secara lamban
dibanding sektor lain dalam perekoomian. Hal ini disebabkan naiknya harga barang – barang komoditi negara berkembang hasil alam, dalam jangka
panjang. Adanya perkembangan ekspor yang lamban juga merupakan penyebab adanya kelambanan untuk mengimpor barang – barang yang
dibutuhkan terutama barang modal untuk mengubah struktur perekonomian. Akibatnya, negara tersebut terpaksa mengambil kebijaksanaan yang
menekankan pemakaian barang produksi dalam negeri yang sebelumnya diimpor. Ongkos produksi juga akan makin meluas, sehingga makin banyak
harga barang yang naik. Dengan demikian akan terjadi inflasi dalam perekonomian yang berkepanjangan.
b. Ketidakelastisan dari suplai atau produksi bahan makanan dalam negeri,
berakibat pertumbuhan produksi bahan makanan tidak secepat pertumbuhan penduduk dan pendapatan, sehingga harga bahan makanan cenderung untuk
meningkat. Kenaikan harga bahan makanan ini mengakibatkan tuntutan kenaikan ongkos produksi. Jika demikian otomatis harga hasil produksi
industri dan pertanian akan naik lagi, sehingga kenaikan harga barang menuntut kembali tingkat upah untuk dinaikkan. Begitu seterusnya, proses ini
hanya akan berhenti apabila harga bahan makanan tidak ikut naik kembali. Akan tetapi, faktor struktural perekonomian tidak bisa menyetop kenaikan
harga bahan makanan, sehingga akan terjadi dorong – mendorong antara upah dengan kenaikan harga dan tidak akan berhenti sampai struktur perekonomian
dapat diubah. 4. Teori Demand Pull
Teori ini menyatakan bahwa peningkatan harga umum terjadi sebagai akibat terdapatnya permintaan yang lebih excess demand untuk barang dan jasa
oleh konsumen investor sehingga melebihi kapasitas potensial dalam ekonomi. Asumsi pokok dalam teori ini adalah bahwa kurva penawaran barang dan jasa
adalah elastis sempurna sampai pada tingkat full employment. Kurva penawaran barang dan jasa berubah menjadi tidak elastis sama sekali sehingga setiap
pertambahan permintaan akan mengakibatkan kenaikan tingkat harga umum. 5. Teori Cost Push
Teori ini mengemukakan bahwa sebagai ketidaksempurnaan pasar adalah akar penyebab peningkatan harga umum. Kurva penawaran tidak bersifat elastis
sempurna sebelum tingkat pendapatan full employment dicapai. Produsen yang menguasai pasar dan serikat – serikat buruh yang kuat menuntut kenaikan upah
dapat menjadi penyebab kenaikan harga umum.
2.4.6 Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi