Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi

sempurna sebelum tingkat pendapatan full employment dicapai. Produsen yang menguasai pasar dan serikat – serikat buruh yang kuat menuntut kenaikan upah dapat menjadi penyebab kenaikan harga umum.

2.4.6 Kebijakan untuk Mengatasi Inflasi

Inflasi merupakan suatu proses dimana nilai uang semakin turun dan untuk mengatasinya harus diperhatikan faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan uang. Penyebab perubahan nilai uang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu M, V, T. Faktor M dan V adalah faktor uang sedangkan faktor T adalah faktor jumlah barang yang diperdagangkan. Untuk itu ada dua kebijakan yang bisa ditempuh yakni : 1. Kebijakan Moneter Cara – cara mengatasi inflasi melalui kebijakan moneter untuk sebagian besar sesungguhnya berhubungan dengan politik bank sentral. Tujuannya adalah untuk mengurangi pengeluaran dari masyarakat seluruhnya. Bank sentral dapat menyempitkan pemberian kredit atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat dengan dua cara, yaitu : a. Politik Diskonto Keinginan orang – orang atau badan usaha untuk mengadakan pinjaman kepada badan – badan kredit berhubungan erat dengan keuntungan yang diharapkan dari investasi yang akan dijalankan dan besarnya bunga yang harus dibayar dari modal yang dipinjam. Jika bunga pinjaman semakin besar, maka akan ada kecenderungan tertahannya aktivitas yang besar yang pembiayaannya didasarkan atas pinjaman dari badan kredit. Dengan demikian, jika Bank Sentral menetapkan bunga kredit yang tinggi akan mengakibatkan bank – bank umum mengurangi pinjamannya dari Bank Sentral. Hal ini akan mengakibatkan pinjaman dari masyarakat pun akan berkurang dari bank – bank umum ataupun badan – badan kredit, yang berarti akan mengurangi tekanan inflasi. b. Politik Pasar Terbuka Salah satu cara umum yang dipergunakan untuk mengatasi masalah inflasi oleh Bank Sentral adalah mengadakan politik pasar terbuka. Politik pasar terbuka yang digunakan untuk mengatasi inflasi ini kadang – kadang disebut juga sebagai “Tight Money Policy”. Dengan kebijakan ini diharapkan Bank sentral akan menjual surat – surat berharga seperti obligasi kepada masyarakat. Karena penjualan ini juga ditujukan kepada bank umum. Maka hal ini akan mengakibatkan uang berkurang dari tangan masyarakat dan dari bank umum tersebut. 2. Kebijakan Fiskal Salah satu cara yang lain yang dapat diambil dalam mengatasi inflasi ini yaitu melalui kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal ini dapat diambil melalui tiga cara yaitu : a. Penurunan Pengeluaran Pemerintah Ada dua sektor yang menyebabkan timbulnya inflasi, yaitu sektor pemerintah dan sektor swasta. Dalam mempengaruhi pengeluaran sektor swasta ini dapat dilakukan dengan kebijakan moneter. Tetapi agar pengeluaran tersebut dapat dikurangi, kebijakan tersebut harus dibarengi dengan kebijakan fiskal berupa pengeluaran pemerintah Goverment Expenditure supaya dapat menetralisir kenaikan pengeluaran swasta sehingga pengeluaran aggregat dalam perekonomian dapat dikendalikan. b. Menaikkan Pajak Dalam keadaan dimana perekonomian jumlah uang yang beredar terlalu besar, sehingga menyebabkan terjadinya inflasi. Maka dengan mengurangi jumlah uang yang beredar dengan jalan menaikkan pajak dapat mengurangi tingkat inflasi tersebut. Dengan adanya kenaikkan pajak, berarti penghasilan seseorang akan berkurang oleh karena sebagian dari penghasilan itu dalam bentuk pajak diberikan kepada pemerintah. c. Mengadakan Pinjaman Pemerintah Suatu cara untuk mengatasi masalah inflasi yang cukup efektif adalah dengan mengadakan pinjaman pemerintah, terutama pinjaman paksaan. Hal ini juga dianjurkan oleh Keynes dalam rencananya untuk membiayai peperangan, yaitu sebagian dari gaji atau upah pegawai dan buruh dipotong untuk disimpan untuk menjadi pinjaman pemerintah selama jangka waktu yang ditentukan. Pinjaman paksaan ini sebenarnya lebih banyak dianut pada masa peperangan, meskipun kadang – kadang dijalankan pula dalam masa keadaan atau perekonomian yang buruk. Kestabilan inflasi merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin. Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian uncertainty bagi pelaku ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi, dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah. Kerangka Konseptual Penelitian Pada penulisan skripsi ini, penulis menjelaskan variabel – variabel yang saling mempengaruhi dalam bentuk gambar kerangka konseptual. Dalam konsep ini penanaman modal asing merupakan variabel Y yang disebut sebagai variabel dependen atau variabel yang terikat. Suku bunga internasioanl LIBOR sebagai variabel X 1 , kurs atau nilai tukar rupiah sebagai variabel X 2 dan inflasi sebagai variabel X 3 . Ketiga variabel ini X 1, X 2 , X 3 merupakan variabel independen atau variabel bebas. Dimana variabel independen atau variabel bebas X 1 , X 2, X 3 mempengaruhi variabel dependen atau variabel terikat Y. Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Penelitian Keterangan : Bahwa dari kerangka konseptual ini, kita dapat melihat dan mengetahui bahwa variabel independen X 1 , X 2 , X 3 mempengaruhi faktor dependen Y. X 1 Y X 2 X 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah menganalisis pengaruh suku bunga internasional, kurs dan inflasi terhadap penanaman modal asing di Indonesia.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder, yaitu hasil olahan yang diperoleh dari dinas atau instansi resmi yang berhubungan dengan penelitian ini. Data diperoleh dalam bentuk urut waktu time series yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka. Data diperoleh dari: 1 Bank Indonesia BI cabang Medan yang terletak di Jln. Balai Kota no.4 Medan. 2 Badan Pusat Statistik BPS Indonesia

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan – bahan kepustakaan berupa buku – buku literatur, tulisan – tulisan ilmiah dan laporan – laporan penelitian ilmiah yang ada hubungannya dengan topik yang akan diteliti. Dari sini akan diperoleh data – data sekunder yang telah diolah oleh instansi yang terkait dengan topik penelitian.