25
Penelitian mengenai Komisaris Independen dalam Perseroan Terbuka ini yang apabila dikonfrontatir dengan penelitian-penelitian yang sebelumnya maka sangat
berbeda permasalahan yang akan di teliti. Oleh karena itu penelitian dan penulisan tesis ini dijamin keaslian dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional
1. Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengenai gejala spesifik atau proses sesuatu terjadi
48
dan teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Suatu hal yang semula
tampak bagaikan cerita cerai berai tanpa makna sama sekali, melalui pemahaman secara teori bisa dilihat sebagai sesuatu yang lain, sesuatu yang mempunyai wujud
yang baru dan bermakna tertentu.
49
Mengenai konsep teori M. Solly Lubis yang mengatakan bahwa “Kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun permasalahan
problem yang bagi pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teori, yang mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya, ini merupakan masukan eksternal bagi
peneliti.”
50
Dalam penelitian hukum dibutuhkan kerangka teori agar permasalahan yang akan diteliti menjadi jelas dan tepat sasaran.
Pada penelitian ini, kerangka teori diarahkan kepada teori organ organ
48
M.Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, FE UI, Jakarta, 1996, hal. 203.
49
Satjipto Rahardjo, Sosiologi Hukum : Esai-Esai Terpilih, Genta Publishing, Yogyakarta, 2010, hal. 1.
50
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal. 80.
Universitas Sumatera Utara
26
theory . Teori ini yang memberikan status perseroan terbatas tersebut sama seperti
organ manusia dimana yang melakukan pengurusan adalah organ perseroan. Hal ini merupakan salah satu prinsip dari sebuah perseroan terbatas.
Teori organ menganggap badan hukum tidak sebagai suatu fiksi atau perumpamaan melainkan sebagai suatu kenyataan belaka realitas. Para penganut
teori ini menggambarkan badan hukum sebagai sesuatu yang tidak berbeda dari seorang manusia.
51
Kalau seorang manusia bertindak dengan alat-alatnya organ berupa tangan, kaki, jari, mulut, otak, dan lain sebagainya, maka badan hukum juga bertindak
dengan alat-alatnya berupa rapat anggota atau ketuanya dari badan hukum. Oleh karena alat-alat ini berupa orang-orang manusia juga, maka apabila ada
syarat-syarat dalam peraturan hukum yang melekat pada tubuh manusia syarat-syarat ini dapat juga dipenuhi oleh badan hukum.
52
Teori organ atau teori peralatan atau kenyataan Otto von Gierke, menurut teori ini badan hukum adalah sesuatu yang sungguh-sungguh ada di dalam
pergaulan yang mewujudkan kehendaknya dengan perantaraan alat-alatnya organ yang ada padanya pengurusnya, jadi bukanlah sesuatu yang fiksi
tetapi merupakan makhluk yang sungguh-sungguh ada secara abstrak dari konstruksi yuridis.
53
Menurut teori organ, badan hukum merupakan een bestaan, dat hun realiteit dari konstruksi yuridis seolah-olah sebagai manusia, yang sesungguhnya
dalam lalu lintas hukum juga mempunyai kehendak sendiri yang dibentuk melalui alat-alat kelengkapannya, yaitu pengurus dan anggotanya dan
sebagainya. Putusan yang dibuat oleh pengurus adalah kemauan badan hukum.
54
51
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi Di Indonesia, Penerbit Dian Rakjat, 1969, Jakarta, hal. 10.
52
Ibid
53
R. Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hal 153.
54
H.Salim, HS, Perkembangan Teori Dalam Ilmu Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal.180.
Universitas Sumatera Utara
27
Prinsip pengurusan oleh suatu organ dalam suatu perseroan terbatas timbul sebagai akibat dari sifat perseroan terbatas yang merupakan asosiasi modal dan
mempunyai sifat mobilitas atas penyertaan. Sifat asosiasi modal dalam perseroan terbatas adalah bahwa perseroan itu merupakan wadah penghimpun modal yang
dibagi dalam saham. Sifat mobilitas atas penyertaan artinya bahwa pemegang saham yang telah menyertakan modalnya dalam perseroan dapat memperoleh kembali
modalnya dengan cara menjual bagian saham yang dimilikinya sehingga modal dalam perseroan tidak terpecah.
Maksud dari PT sebagai wadah penghimpun modal adalah sedemikian rupa agar sekali modal telah terkumpul harus benar-benar dijaga jangan sampai tercerai
berai kembali.
55
Oleh karena itu, dalam suatu perseroan terbatas tidak mungkin diadakan suatu pengurusan oleh semua pemegang saham. Dalam hubungan itu, menurut ajaran,
pengurusan pada PT harus dilakukan oleh suatu organ. Apa artinya oleh suatu “organ”, maksudnya tidak oleh para pemegang saham, melainkan oleh suatu lembaga
tersendiri, yang terpisah kedudukannya sebagai pemegang saham.
56
Dalam UUPT diatur bahwa organ perseroan terbatas adalah RUPS, Direksi dan komisaris.
Menurut undang-undang, RUPS adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas
yang ditentukan dalam Undang-Undang ini danatau anggaran dasar.
57
55
Rudhi Prasetya, Op. Cit., hal. 14.
56
Ibid. , hal. 16
57
Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
28
Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan
maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.
58
Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum danatau
khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi.
59
RUPS merupakan wadah tempat para pemegang saham dapat menyatakan pendapatnya mengenai pengurusan yang dilakukan oleh direksi dan komisaris.
60
Melalui RUPS, para pemegang saham memberikan persetujuan ataupun menolak terhadap suatu bentuk rencana usaha yang mempunyai risiko besar terhadap
perseroan seperti misalnya menjaminkan atau mengalihkan asset perseroan, pembubaran, penggabungan perusahaan merger, dan pengalihan perseroan. Hal-hal
demikianlah yang disebut sebagai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi dan komisaris.
Pelaksanaan pengurusan sehari-hari dijalankan oleh suatu organ yang dinamakan direksi. Direksi dapat terdiri dari satu orang atau beberapa orang.
Pejabatnya dinamakan direktur. Dalam menjalankan pengurusan perseroan, direksi mempunyai wewenang yang cukup luas dalam mengelola usaha perseroan mulai dari
bidang keuangan, pemasaran, manajemen dan lainnya yang menyangkut operasional
58
Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
59
Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
60
Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek Dalam Gugatan Perdata di
Pengadilan,
PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2007. hal. 63.
Universitas Sumatera Utara
29
perusahaan. Oleh karena itu, untuk mengawasi setiap kebijakan direksi dalam menjalankan pengurusan
perseroan agar sesuai dengan maksud dan tujuan yang tercantum dalam anggaran dasar perseroan, maka undang-undang memasukkan
dewan komisaris sebagai salah satu organ perseroan. Teori lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang doktrinteori
mengenai fiduciary duty. Prinsip fiduciary duty bagi komisaris dapat dilihat dalam Pasal 114 ayat 2 Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, yang
menyatakan bahwa Setiap anggota dewan komisaris wajib dengan itikad baik, kehati- hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan dan pemberian
nasihat kepada direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 ayat 1 untuk kepentingan Perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan.
Dalam teori manajemen pengelolaan perseroan terbatas dikenal suatu konsep yang disebut agency theory. Pengelola perusahaan atau direksi adalah suatu
pihak agent yang diberikan kepercayaan oleh pemilik modal untuk melaksanakan tugas untuk kepentingan mereka berdasarkan suatu kesepakatan,
dan untuk itu agent mendapat imbalan. Untuk melaksanakan tugas ini tidak cukup bila diserahkan begitu saja, karena bukan mustahil bahwa pihak
pengelolaan akan lebih banyak melihat kepentingannya daripada kepentingan pemilik modal, maka diperlukan berbagai perangkat untuk mengawasi pengelola
serta memberikan imbalan yang memadai yang tentunya merupakan tambahan bagi pelaksanaannya.
61
Undang-undang menetapkan satu organ yang tugasnya adalah mengawasi setiap tindakan pengurus perseroan yakni direksi, agar setiap keputusan yang diambil
61
Moenaf H. Regar, Pembahasan Kritis Aspek Manajemen dan Akuntansi Undang-Undang Perseroan Terbatas 1995
, Penerbit Pustaka Quantum, Jakarta, 2001, hal. 11-12.
Universitas Sumatera Utara
30
oleh direksi tetap berada pada koridor maksud dan tujuan serta demi kepentingan perseroan semata-mata, dan organ dimaksud dinamakan dewan komisaris.
Sama halnya dengan direksi, yang mana dewan komisaris dapat terdiri dari satu orang atau beberapa orang. Pejabatnya dinamakan komisaris.
Dewan komisaris selain berfungsi sebagai pengawas juga berkewajiban dalam memberikan nasihat dan masukkan kepada direksi dalam pengelolaan perusahaan,
bahkan dalam hal tertentu dewan komisaris diperkenankan untuk memberikan bantuan kepada direksi apabila hal tersebut diatur dalam anggaran dasar.
62
Komisaris bertugas mengawasi pekerjaan direksi, memberi nasehat kepada direksi, dan bilamana perlu memberhentikan sementara direksi yang dianggap
menyimpang dari tujuan perseroan. Rincian lebih lengkap mengenai lingkup hak dan kewenangan komisaris diatur dalam akta perseroan, sehingga kita melihat bahwa
pengawasan terhadap direksi itu sesungguhnya dapat dilakukan.
63
Namun dalam prakteknya fungsi dewan komisaris sering juga menyangkut masalah yang menentukan kebijakan serta mengambil keputusan yang penting
yang tidak dapat dilakukan oleh dewan direksi, seperti keputusan melakukan investasi dan melakukan penyertaan pada perusahaan dalam jumlah yang besar.
Melakukan fungsi pengawasan oleh dewan komisaris tidak dapat diartikan bahwa direksi harus tunduk kepada dewan komisaris, walaupun dikatakan dewan
komisaris dapat memberhentikan sementara dewan direksi.
64
62
Frans Satrio Wicaksono , Tanggung Jawab Pemegang Saham, Direksi, dan Komisaris Perseroan Terbatas
, Malang: Visimedia, 2009. hal. 76.
63
Todung Mulya Lubis, Menuju Good Corporate Governance I, http:www. hukumonline. comberitabacahol2593menuju-igood-corporate-governancei-i terakhir kali diakses tanggal 20
Agustus 2011.
64
Moenaf H. Regar, Op.Cit., hal. 14-15
Universitas Sumatera Utara
31
Meskipun kedudukan komisaris adalah mandiri dan terlepas dari kekuasaan direksi maupun rapat umum pemegang saham, tetapi tidak ada larangan jika yang
menduduki jabatan komisaris adalah pihak pemegang saham itu sendiri. Hanya untuk perusahaan terbuka, perundang-undangan di bidang pasar modal mengharuskan
perusahaan untuk memiliki yang namanya” Komisaris Independen”, yakni yang tidak terafiliasi dengan pihak direksi maupun pemegang saham.
65
“Komisaris Independen adalah komisaris yang tidak ada hubungan keluarga atau hubungan bisnis dengan direksi maupun dengan pemegang saham.
Komisaris Independen dapat pula dipahami sebagai komisaris yang bukan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat ataupun seseorang
yang berhubungan secara langsung dengan ataupun tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu perusahaan yang mengawasi
pengelolaan perusahaan.”
66
Mengenai Keberadaan komisaris independen ini dapat kita temukan dalam beberapa peraturan perundang-undangan. Seperti pada Undang-undang No. 40 tahun
2007, sebagaimana diatur dalam Pasal 108-121 adanya 1 satu orang atau lebih Komisaris Indepeden dan 1 satu orang Komisaris Utusan.
Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01MBU2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada
Badan Usaha Milik Negara. Paling sedikit 20 dua puluh persen dari anggota Komisaris harus berasal dari kalangan di luar BUMN.
67
Selain itu, PT. Bursa Efek Indonesia di dalam peraturan Pencatatan Efek No. I-A: tentang Ketentuan Umum
65
Munir Fuady, Op.Cit., hal. 107.
66
Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan terbatas, Permata Aksara, Jakarta, 2012, hal. 105
67
Pasal 13 ayat 1 Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01 MBU2011 tentang Penerapan Praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara
Universitas Sumatera Utara
32
Pencatatan Efek yang berisi tentang rasio komisaris independen yaitu komisaris independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah saham
yang dimiliki oleh yang bukan pemegang saham pengendali dengan ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30 tiga puluh persen dari seluruh
jumlah anggota komisaris. Independensi merupakan hal yang diharuskan dalam pada perusahaan publik
agar komisaris dapat menjalankan tugas-tugasnya dengan efektif. Agar suatu perusahaan menjadi efektif dalam melaksanakan tugasnya, maka jumlah komisaris
independen dalam perusahaan harus ditingkatkan. Keberadaan komisaris independen dimaksud untuk menciptakan iklim yang
objektif dan independen, serta untuk menjaga fairness kesetaraan serta mampu memberikan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham mayoritas dan
perlindungan terhadap kepentingan pemegang saham minoritas, bahkan para kepentingan
stakeholders lainnya.
Tujuan menghadirkan
seorang komisaris
independen adalah sebagai penyeimbang pengambilan keputusan dewan komisaris. Dalam
menjalankan tugas
pengawasannya, dewan
komisaris dapat
membentuk komite, yang anggotanya seorang atau lebih merupakan anggota dewan komisaris. Komite tersebut bertanggungjawab kepada anggota dewan komisaris.
2. Konsepsi