BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Tindak pidana dalam pemilihan kepala daerah dapat dikelompokkan
menjadi tiga berdasarkan UU Nomor 12 tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
yaitu: 1.
Tindak pidana yang berkenaan dengan penetapan pemilih dan pemenuhan persyaratan peserta pemilu.
2. Tindak pidana yang berkenaan dengan kampanye.
3. Tindak pidana yang berkenaan dengan pemungutan suara dan hasil pemungutan suara.
Kebanyakan undang-undang merumuskan syarat kesalahan secara
negative. KUHP diseluruh dunia pada umumnya tidak mengatur tentang kemampuan bertangungjawab, yang diatur ialah kebalikannya,yaitu
ketidakmampuan bertanggungjawab. Tidak mampu bertanggungjawab adalah ketidaknormalan ‘keadaan’ batin pembuat, karena cacat jiwa atau
gangguan penyakit jiwa, sehingga padanya tidak memenuhi persyaratan untuk diperiksa apakah patut dicela atau tidak karena perbuatannya.
Dengan kata lain, seseorang dipandang mampu bertanggungjawab jika tidak ditemukan keadaan-keadaan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dengan berubahnya rezim pemilihan kepala daerah menjadi rezim
pemilihan umum, maka penyelesaian sengketa pilkada yang semula menjadi kewenangan Mahkamah Agung beralih ke Mahkamah Konstitusi
sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Peralihan tersebut tentunya
mengakibatkan banyaknya persoalan yang semestinya perlu ada pengaturan lebih lanjut baik dalam UU Mahkamah Konstitusi maupun UU
Pemerintahan Daerah. Ada baiknya jika pengaturan tentang Pilkada diatur tersendiri dan dikeluarkan dari UU Pemerintahan Daerah.
B. Saran
Peradilan memiliki peran penting untuk menyelesaikan konflik dan
sengketa. Hal ni juga berlaku untuk sengketa hasil Pilkada. Para pihak yang tidak puas atas keputusan penyelenggara pilkada yaitu KPU Provinsi
atau KPU KabupatenKota dapat membawa masalah ini ke Lembaga peradilan yang berhak mengadili. Oleh karena itu, peranan hakim yang
mengadili sengketa Pilkada itu sanat penting. Salah satu syarat penting dari hakim yang mengadili sengketa Pilkada tesebut adalah pemahaman
yang kuat mengenai sistem dan proses serta kerangka ukum pemiluPilkada.
Universitas Sumatera Utara
Keberhasilan Pilkada mestinya tidak hanya dilihat dari selesainya seluruh
tahapan sampai pengumuman pemenang. Keberhasilan Pilkada mestinya juga dilihat dari diselesaikannya segala konflik dan sengketa secara
hukum dan pihak yang dirugikan dapat mengemalikan haknya melalui peradilan yang adil dan tidak memihak.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINDAK PIDANA YANG TERDAPAT DALAM PEMILIHAN
KEPALA DAERAH
Untuk menjamin pemilihan Kepala Daerah yang jujur dan adil diperlukan perlindungan bagi para pemilih, bagi para pihak yang mengikuti pemilihan umumnya
dari segala ketakutan, intimidasi, penyuapan, penipuan, dan praktek-praktek curang lainnya, yang akan mempengaruhi kemurnian hasil pemilihan Kepala Daerah. Jika
pemilihan dimenangkan melalui cara-cara curang, maka sulit dikatakan para pemimpin atau para legislator yang terpilih di parlemen merupakan wakil-wakil
rakyat. Guna melindungi kemurnian pemilihan Kepala Daerah yang sangat penting bagi demokrasi itulah para pembuat Undang-undang telah menjadikan perbuatan
curang dalam pemilihan kepala Daerah sebagai suatu tindak pidana. Secara umum, keseluruhan tindak pidana dalam pemilihan kepala daerah dapat
dikelompokkan menjadi tiga berdasarkan UU Nomor 12 tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
yaitu:
A.Tindak pidana
yang berkenaan
dengan penetapan
pemilih dan
pemenuhan persyaratan peserta pemilu
Yang termasuk dalam tindak pidana ini antara lain yaitu:
1. Dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar untuk keperluan
daftar pemilih 2.
Dengan sengaja menyebabkan orang lain kehilangan hak pilihnya
Universitas Sumatera Utara