Gambaran Umum Sistem Peradilan Pidana Anak.

peradlan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.” Ketika mengadili, Hakim berusaha menegakkan kembali hukum yang dilanggar. Salah satu usaha perlindungan anak untuk mendidik anak tanpa mengabaikan tegaknya keadilan. Peradilan anak diselenggarakan dengan tujuan untuk mendidik kembali dan memperbaiki sikap dan perilaku anak sehingga ia dapat meninggalkan perilaku buruk yang selama ini telah ia lakukan. Perlindungan anak, yang diusahakan dengan memberikan bimbinganpendidikan dalam rangka rehabilitasi dan resosialisasi, menjadi landasan peradilan anak. 47 Mewujudkan kesejahteraan anak, menegakkan keadilan merupakan tugas pokok badan peradilan menurut undang – undang. Peradilan tidak hanya mengutamakan penjatuhan pidana saja, tetapi juga perlindungan bagi masa depan anak, merupakan sasaran yang dicapai oleh Peradilan Pidana Anak. Filsafat Peradilan Pidana Anak adalah untuk mewujudkan kesejahteraan anak, sehingga terdapat hubungan erat antara Peradilan Pidana Anak dengan Undang – Undang Kesejahteraan Anak. Peradilan Pidana Anak hendaknya memberi pengayoman, bimbingan, pendidikan melalui putusan yang dijatuhkan. Aspek perlindungan anak dalam Peradilan Pidana Anak ditinjau dari segi psikologis bertujuan agar anak terhindar dari kekerasan, keterlantaran, penganiayaan, tertekan, perlakuan tidak senonoh, kecemasan dan sebagainya. Mewujudkan hal ini perlu ada hukum yang melandasi, menjadi pedoman dan sarana tercapainya kesejahteraan dan kepastian hukum guna menjamin perlakuan 47 Ibid. Hlm 77 maupun tindakan yang diambil terhadap anak. Dalam mewujudkan kesejahteraan anak, anak perlu diadili oleh suatu badan peradilan tersendiri. Usaha mewujudkan kesejahteraan anak adalah bagian dari meningkatkan pembinaan bagi semua anggota masyarakat, yang tidak terlepas dar kelanjutan dan kelestarian peradaban bangsa, yang penting bagi masa depan bangsa dan negara. 48 48 Ibid. Hlm 78

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yurdis normatif dan pendekatan yuridis empiris. Pendekatan yuridis normatif dimaksudkan sebagai upaya memahami persoalan dengan tetap berada atau bersandarkan pada lapangan hukum, sedangkan pendekatan yuridis empiris dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman dari permasalahan dalam penelitian berdasarkan realitas yang ada. 49

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah tempat dari mana data tersebut diperoleh. Adapun jenis dan sumber data yang akan dipergunakan dalam penulisan skripsi ini terbagi atas dua yaitu :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari sumber pertama. 50 Dengan begitu, data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan pihak Balai Pemasyarakatan dari subsie bimbingan klien anak. 49 Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta, Rineka Cipta. 1986. hlm.55 50 Soekanto, Soejono. Penelitian Hukum Normatif. Jakarta: Rajawali Press. 1984. hlm. 12

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang berasal dari hasil penelitian kepustakaan dengan melalui studi peraturan perundang-undangan, tulisan atau makalah-makalah, buku-buku, dokumen, arsip, dan literatur-literatur dengan mempelajari hal-hal yang bersifat teoritis, konsep-konsep dan pandangan mempelajari hal-hal yang bersifat teoritis, konsep-konsep, pandangan-pandangan, doktrin, asas asas hukum, serta bahan lain yang berhubungan dan menunjang dalam penulisan skripsi ini. Data sekunder dalam penulisan skripsi ini terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier. a. Bahan hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat terdiri dari : 1 Undang – Undang Nomor 1 tahun 1946 jo Undang – Undang Nomor 73 tahun 1958 tentang Pemberlakuan KUHP 2 Kitab Undang – Undang Hukum Pidana KUHP 3 Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP 4 Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana KUHAP 5 Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. 6 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak 7 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang- Undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang bersifat memberikan penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa serta memahami baham hukum primer, yang berupa jurnal, buku-buku, makalah yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam penulisan skripsi ini. c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, terdiri dari literatur-literatur, media massa, dan lain-lain.

C. Penetuan Responden

Responden merupakan sejumlah objek yang jumlahnya kurang dari populasi. Pada sampel penelitiannya diambil dari beberapa orang populasi secara “purposive sampling” atau penarikan sampel yang bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek berdasarkan pada tujuan tertentu. 51 Adapun Responden dalam penelitian ini sebanyak 4 empat orang, yaitu : Dalam penelitian ini diambil responden sebanyak 4 orang, yaitu : 1. Pembimbing Kemasyarakatan Subsie Bimbingan Klien Anak pada Balai Pemasyarakata Bandar Lampung : 1 Orang 2. Hakim Pada Pengadilan Negeri Tanjung Karang : 1 Orang 2. Jaksa Pada Kejaksaan Negeri Wilayah Hukum Bapas Bandar Lampung : 1 Orang 3. Dosen Bagian Hukum Pidana Pada Fakultas Hukum Universitas Lampung : 1 orang Jumlah : 4 orang 51 Tri Andrisman. Hukum Acara Pidana. Bandarlampung, Universitas Lampung. 2010, hlm. 125

Dokumen yang terkait

ABSTRAK PERANAN BALAI PEMASYARAKATAN DALAM PEMBINAAN ANAK YANG BERMASALAH DENGAN HUKUM (Studi pada Balai Pemasyarakatan Bandar Lampung)

0 20 231

PELAKSANAAN PEMBIMBINGAN DAN PENGAWASAN ANAK PADA PIDANA BERSYARAT (Studi di Balai Pemasyarakatan Klas I Semarang dan Kejaksaan Negeri Semarang)

2 14 148

PERAN BALAI PEMASYARAKATAN KELAS 1 YOGYAKARTA DALAM MENJALANKAN PROGRAM BIMBINGAN TERHADAP ANAK PIDANA YANG MENDAPATPEMBEBASAN BERSYARAT.

0 2 17

PENULISAN HUKUM / SKRIPSI PERAN BALAI PEMASYARAKATAN KELAS 1 YOGYAKARTA DALAM MENJALANKAN PROGRAM BIMBINGAN TERHADAP ANAK PIDANA YANG MENDAPATPEMBEBASAN BERSYARAT.

0 3 14

BAB 1 PENDAHULUAN PERAN BALAI PEMASYARAKATAN KELAS 1 YOGYAKARTA DALAM MENJALANKAN PROGRAM BIMBINGAN TERHADAP ANAK PIDANA YANG MENDAPATPEMBEBASAN BERSYARAT.

1 7 19

PENUTUP PERAN BALAI PEMASYARAKATAN KELAS 1 YOGYAKARTA DALAM MENJALANKAN PROGRAM BIMBINGAN TERHADAP ANAK PIDANA YANG MENDAPATPEMBEBASAN BERSYARAT.

0 3 4

PERAN BALAI PEMASYARAKATAN DALAM PEMBIMBINGAN TERHADAP ANAK NAKAL DI BALAI PEMASYARAKATAN SURAKARTA

1 16 78

PERAN BALAI PEMASYARAKATAN DALAM PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN Peran Balai Pemasyarakatan Dalam Pemberian Pembebasan Bersyarat Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (Studi Di Balai Pemasyarakatan Klas Ii Pekalongan).

0 1 12

PENDAHULUAN Peran Balai Pemasyarakatan Dalam Pemberian Pembebasan Bersyarat Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (Studi Di Balai Pemasyarakatan Klas Ii Pekalongan).

0 1 15

PERAN BALAI PEMASYARAKATAN DALAM PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN Peran Balai Pemasyarakatan Dalam Pemberian Pembebasan Bersyarat Bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (Studi Di Balai Pemasyarakatan Klas Ii Pekalongan).

0 1 18