9
pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga akan lebih dipahami oleh mahasiswa dan memungkinkan mahasiswa menguasai tujuan pengajaran lebih
baik; 3 metode mengajar akan lebih bervariasi; 4 mahasiswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian dosen tetapi
juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain- lain.
Supriatna 2009 menyebutkan ada beberapa jenis media yang dapat digunakan dalam pembelajaran, misalnya 1 teks, 2 media audio,3 media
visual, 4 media proyeksi gerak, 5 benda-benda tiruanminiatur, 6 Manusia.
2.2 Blended Learning
Purwaningsih Pujianto 2009: 23 menyatakan bahwa blended
learning dipergunakan untuk mendeskripsikan suatu situasi pembelajaran yang menggabungkan beberapa metode penyampaian yang bertujuan untuk
memberikan pengalaman yang paling efektif dan efisien. Kombinasi yang dimaksud dapat berupa gabungan beberapa macam teknologi pengajaran,
misalnya video, CD-ROM, film, atau internet dengan pengajaran tatap muka face to face yang dilakukan oleh dosen.
Blended learning b-learning atau hybrid learning terdiri atas kombinasi e-learning dan pendekatan pendidikan face to face. Tujuan dari blended learning
adalah untuk menyediakan pengalaman pembelajaran yang paling efektif dan efisien
dengan mengkombinasikan
lingkungan belajar
yang berbeda.
Penggabungan antara online learning dengan pengajaran face to face merupakan alternatif untuk mengambil kelebihan dari masing-masing.
10
Andrea 2006 menjelaskan bahwa online learning dikenalkan sebagai salah satu cara untuk memasifkan pendidikan dengan menawarkan berbagai cara.
Langkah ini seperti membuka kelas untuk banyak mahasiswa dan mengupayakan supaya mahasiswa „learn and earn‟. εahasiswa mampu mengeksplor banyak
pengetahuan dari berbagai sumber online. Dari penelitian yang dilakukan oleh Chen 2007, dalam diskusi online di
Singapura, berpartisipasi dalam diskusi adalah menyamakan kedudukan dalam dua aspek. Kedua aspek tersebut yaitu pertama, semua orang punya kesempatan
yang sama untuk berpartisipasi dan sepenuhnya mengekspresikan ide, dan kedua, mahasiswa dinilai rekan-rekan mereka oleh pengetahuan mereka diartikulasikan
lebih dari oleh faktor lain seperti status sosial, penampilan eksternal, aksen atau karisma. Sebagai hasilnya, kelas menjadi lingkungan belajar yang lebih
demokratis, dan bagi mereka yang cenderung Pendiam didorong untuk mengekspresikan sendiri, sedangkan yang tidak aktif dalam berpikir didorong
untuk berpikir dan posting lebih sering. Chen juga menambahkan dalam diskusi online mengandung kemampuan berpikir kognitif, seperti mendalamnya
klarifikasi dan kesimpulan. Dibandingkan dengan diskusi lisan, pesan tertulis yang diproduksi terkesan lebih formal dan serius.
Dalam diskusi online menunjukkan lebih dalamnya tingkat pengolahan informasi yang melibatkan
berkaitan informasi baru untuk pengalaman peserta, kritis mengevaluasi ide, dan menjelajahi strategi. Ini berarti bahwa diskusi di kelas online berhasil mendukung
pemikiran kognitif mahasiswa.
11
Dari penelitian Tiene yang dikutip oleh Qiyun Wang dan Huay Lit Woo 2007 ada beberapa hal yang membedakan antara online learning dengan face to
face, seperti: a.
Akses. Online learning lebih disukai karena aksesnya luas. b.
Waktu. Online learning dapat dilakukan dalam waktu yang lama, dapat menggunakannya kapan saja dan membutuhkan waktu untuk memproses
respon dari partisipan menjadi bentuk teks. c.
Jenis Ekspresi. Dalam online learning dapat terjadi beberapa kesalahan dalam menerjemahkan artikulasi teks yang diketikkan dibandingkan dengan
mendengar langsung dari sumbernya. d.
Isyarat Visual. Dalam diskusi online beberapa isyarat visual sangat terbatas. Hanya ada beberapa isyarat yang biasa disebut emoticon seperti dan
yang tidak dapat menggambarkan gesture manusia secara keseluruhan. Dari pemaparan di atas, ada beberapa hal yang merupakan keuntungan
dengan online learning dan keuntungan dari face to face learning yang akan dikombinasikan dalam pembelajaran blended learning.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Dziuban et al 2004 “Blended learning retains the face to face element, making it -in
the words of many faculty-the best of the worlds. Some faculty who are not yet comfortable in the fully online environment find
blended learning courses to be an effective first step, alllowing them begin with course that is mostly face to face, then expand
the online component as their expertise in this environment
” diperoleh bahwa meskipun keberhasilan mahasiswa dan tingginya tingkat
kepuasan mahasiswa dan instruktur dapat dihasilkan secara konsisten dalam lingkungan yang sepenuhnya online, banyak dosen dan mahasiswa yang
12
mengeluhkan hilangnya
pertemuan tatap
muka. Blended
learning mempertahankan pertemuan tatap muka, hal ini membuat banyak dosen
mengatakan bahwa metode ini terbaik di dunia. Beberapa dosen yang merasa belum nyaman untuk sepenuhnya online, menemukan blended learning courses
menjadi sebuah langkah awal yang efektif, yang memungkinkan mereka memulai pertemuan tatap muka lebih banyak kemudian memperluas komponen online
sebagai keahlian mereka dalam lingkungan ini. Blended learning mendasari sisi yang kuat dari pendidikan yang biasa
dilakukan tanpa memanfaatkan komputer dan pendidikan berbasis komputer sebagai ganti dari salah satu diantaranya. Karakter dasar blended learning yang
merefleksikan nilai dari pendidikan abad 21 adalah sebagai berikut. a.
Menyediakan cara baru dalam belajar dan mengajar. b.
Mengajarkan cara belajar. c.
Menciptakan pembelajar digital. d.
Menjadi lebih ekonomis. e.
Memfokuskan pada teknologi dan komunikasi. f.
Meningkatkan pembelajaran berbasis proyek. g.
Meningkatkan proses mengajar. Model blended learning meliputi beberapa bentuk instrumen
pembelajaran seperti real-time virtual atau software gabungan, pembelajaran mandiri berbasis web, electronic performance support system EPSS yang
digabungkan dengan tugas pembelajaran lingkungan, dan sistem manajemen ilmu pengetahuan. Blended learning terdiri atas berbagai macam pembelajaran berbasis
13
aktivitas. Termasuk di dalamnya pembelajaran tatap muka dan aktivitas belajar mandiri. Tujuan dari blended learning adalah untuk mengkombinasikan
pengalaman terbaik dari pembelajaran tatap muka di kelas dengan pengalaman terbaik dari pembelajaran online. Dari semua itu blended learning mengacu pada
penggabungan perangkat e-learning dan teknik dengan metode pembelajaran tatap muka. Dua hal yang penting di sini adalah waktu yang dihabiskan dalam kegiatan
online dan jumlah teknologi yang digunakan. Tufan 2009 menyebutkan lima kunci elemen penting dari proses
blended learning adalah sebagai berikut. a.
Kejadian Langsung: sinkron, pembelajaran terpimpin, dimana mahasiswa berpartisipasi dalam waktu yang sama seperti dalam “kelas virtual”.
b. Pembelajaran Mandiri: pengalaman belajar dimana mahasiswa melengkapi
secara individual, sesuai dengan kecepatan dan waktunya sendiri, seperti interaktif, berbasis internet atau training CD-ROM.
c. Kolaborasi: Lingkungan dimana mahasiswa berkomunikasi satu sama lain,
seperti email, diskusi berantai, dan obrolan online online chat. d.
Asesmen: ukuran pengetahuan mahasiswa. Pra-asesmen bisa mengukur sebelum kejadian yang dialami sendiri atau kejadian langsung, untuk
mendeterminasikan pengetahuan utama, dan pasca-asesmen untuk mengukur transfer pengetahuan.
e. Materi Pendukung Penampilan: materi referensi yang meningkatkan ingatan
dan transfer pembelajaran, termasuk download PDA, dan referensi yang bisa dicetak, ringkasan, dan bantuan pekerjaan.
14
2.3 Web Enhanced Course