1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tujuan Pendidikan Nasional tidak terlepas dari Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan kualitas
manusia Indonesia. Manusia Indonesia yang berkualitas yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, bertanggung jawab, cerdas, terampil, mandiri, sehat jasmani dan rohani berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Memperhatikan Tujuan Pendidikan Nasional, pembangunan dalam dunia
pendidikan perlu dilakukan melalui berbagai upaya. Salah satunya dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005
mengenai Standar Pendidikan Nasional. Dalam peraturan tersebut diamanatkan bahwa muatan seni budaya dan keterampilan tidak hanya terdapat dalam satu mata
pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan aspek budaya tidak dibahas secara
tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis
budaya. Seni Budaya dan Keterampilan merupakan salah satu mata pelajaran yang
harus dipelajari siswa. Namun pada kenyataannya siswa cenderung malas untuk
2
mempelajarinya. Hal itulah yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan. Walaupun dalam kenyataanya
keberhasialan pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh faktor siswa saja. Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam
pembelajaran seni budaya dan keterampilan seperti perbaikan kurikulum dan materi ajar, optimalisasi proses belajar mengajar, serta pengadaan buku-buku dan
penyediaan alat peraga seni budaya dan keterampilan. Pembelajaran secara verbalisme dianggap sebagai kegagalan suatu pengajaran seni budaya dan
keterampilan karena sulit dimengerti oleh siswa. Pembelajaran seni budaya dan keterampilan memerlukan teknik
pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk menumbuhkan rasa ingin belajar. Penerapan konsep dan pemberian materi harus lebih baik dan terprogram
misalnya dengan pembuatan dan melaksanakan RPP sesuai dengan silabus. Guru di kelas sedapat mungkin membangkitkan semangat belajar siswa dengan
berbagai cara. Salah satunya dengan menerapkan teknik modelling dalam proses pembelajarannya. Dengan menerapkan teknik ini diharapkan ada peningkatan
hasil belajar dan aktivitas belajar siswa serta performansi guru. Untuk meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa serta
performansi guru dalam pembelajaran Seni budaya dan keterampilan, guru harus mengetahui hakikat seni. Tessa Jolls dan Denise Grande mengatakan bahwa
“before teacher can teach subject such as media literracy and art, they must first develop knowledge understanding and skills. Profesional development and
consistent practise are necessary for teacher to be confident and succesful”.
3
Berdasarkan jurnal tersebut, untuk mengajarkan seni guru harus mengembangkan pengetahuannya agar lebih percaya diri dan sukses dalam mengajar. Untuk itulah
guru harus mengetahui hakikat seni terlebih dahulu sebelum mengajar. Seni adalah hasil atau proses kerja dan gagasan manusia yang melibatkan kemampuan
terampil, kreatif, kepekaan indera, kepekaan hati dan pikir untuk menghasilkan suatu karya yang memiliki kesan indah, selaras, bernilai seni, dan lainnya
Sumanto 2006: 5. Pembelajaran seni budaya dan keterampilan dibagi menjadi 3 macam, yaitu seni rupa, seni musik dan seni tari. Sehubungan dengan penelitian
yang akan dilaksanakan kaitannya dengan seni budaya dan keterampilan SBK di SD yaitu seni rupa.
Seni rupa adalah cabang seni yang diciptakan dengan menggunakan elemen seni rupa atau unsur seni rupa dan dapat diapresiasi melalui indera mata. Unsur
rupa adalah segala sesuatu yang berwujud nyata kongkrit sehingga dapat dilihat, dihayati melalui indera mata Sumanto 2006: 7. Oleh karena itu, seorang guru
dalam memberikan materi seni kepada siswanya bukanlah dengan pemberian ceramah saja, tetapi lebih banyak melalui kegiatan praktek.
Pembelajaran Seni di SD Negeri Gantungan 01 Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal masih belum dapat mencapai semua keterampilan sesuai materi
pembelajaran seni yang dimaksud. Pembelajaran masih belum dapat mengaktifkan siswa sebagai subjek pendidikan, yang terjadi pembelajaran masih
terpusat pada guru. Dampak yang timbul dari proses pembelajaran yang demikian itu adalah hasil belajar siswa belum tercapai secara optimal.
4
Cara pembelajaran yang selama ini digunakan belum mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Cara pembelajaran yang pasif menyebabkan rendahnya
hasil belajar siswa materi membuat karya kerajinan dan benda konstruksi. Dari hasil tes yang dilakukan guru didapatkan data hasil tes dari 42 orang siswa kelas
IV, yang mendapat nilai lebih dari 65 baru 15 orang siswa 35, sementara 27 orang siswa 65 mendapat nilai di bawah nilai 65 atau nilainya baru di bawah
kriteria ketuntasan minimal KKM yakni 65. Hasil belajar siswa yang belum mencapai KKM salah satunya disebabkan oleh guru yang tidak menggunakan
teknik pembelajaran yang dapat mengaktifkan belajar siswa dibidang seni rupa, sehingga menimbulkan kebosanan dan kurangnya daya tarik siswa untuk aktif
dalam pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan rendahnya hasil belajar siswa dalam
membuat karya kerajinan dan benda konstruksi, peneliti menggunakan teknik modelling. Untuk menarik perhatian siswa, keaktifan siswa, dan untuk
menumbuhkan rasa suka terhadap seni terutama seni rupa guru menggunakan teknik modelling sebagai alternatif. Dengan menggunakan teknik modelling
diharapkan siswa tidak hanya sekedar membuat karya kerajinan dan benda konstruksi akan tetapi siswa juga akan memperoleh hasil yang baik dalam
pembelajarannya. Karena itu, timbul sebuah gagasan peneliti untuk mengadakan penelitian
tentang penerapkan teknik modelling untuk meningkatkan hasil belajar siswa di kelas IV SD Negeri Gantungan 01 pada materi membuat karya kerajinan dan
benda konstruksi.
5
1.2 Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah