72
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana penelitian ini dapat berhasil dilakukan dan mengetahui faktor pendukung berhasilnya penelitian ini. Secara lebih rinci
pembahasan hasil penelitian ini dipaparkan sebagai berikut:
4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas PTK di kelas IV SD Negeri Gantungan 01 pada mata pelajaran SBK dengan menggunakan teknik modelling pada materi membuat
karya kerajinan dan benda konstruksi, melalui 2 siklus mampu membuktikan peningkatan hasil belajar secara signifikan yaitu sebesar 6,03 dan ketuntasan
belajar siswa sebesar 27. Hal ini dapat dilihat dengan adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I dan siklus II. Peningkatan itu mencakup pada nilai rata-rata
kelas dari 68,8 menjadi 74,86, dan ketuntasan klasikal dari 70 menjadi 97. Hasil belajar siswa dapat meningkat karena didukung oleh lingkungan
pembelajaran yang baik sehingga merangsang dan menantang siswa untuk belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siddiq, Isniatun dan Sungkono 2008: 1 – 4
─ 6 bahwa lingkungan pembelajaran yang baik adalah lingkungan yang merangsang
dan menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga tentu kurang merangsang dan menantang siswa untuk belajar. Apalagi bagi
siswa SD yang perkembangan intelektualnya masih membutuhkan alat peraga. Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa penggunaan model pada teknik
modelling sebagai alat peraga dalam pembelajaran sangat efektif dalam merangsang dan menantang siswa terutama siswa SD untuk belajar yang
berimplikasi pada meningkatnya hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar juga terjadi karena adanya perubahan perilaku pada siswa. Sesuai dengan
73
pendapat Sumiati dan Asra 2008:38 yang menyatakan bahwa secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi individu
dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku adalah hasil belajar. Artinya, seseorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan sesuatu yang tidak
dapat dilakukan sebelumnya. Hal ini terlihat dari awal siswa belum mampu membuat karya kerajinan dan benda konstruksi dengan baik, setelah mengikuti
pembelajaran materi membuat karya kerajinan dan benda konstruksi dengan teknik modelling terjadi perubahan pada diri siswa berupa hasil belajar siswa
dapat membuat karya kerajinan dan benda konstruksi dengan baik. Selain peningkatan hasil belajar, keaktifan siswa dalam pembelajaran juga
meningkat dari 69 menjadi 74 sehingga mencapai indikator yang telah ditetapkan. Aktivitas belajar siswa dapat meningkat melalui teknik modelling
karena siswa terlibat secara langsung dalam pembelajaran. Keterlibatan langsung siswa inilah yang membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini Sesuai
dengan pendapat Trinandita http:khairuddinhsb.blogspot.com201002aktivitas- dalam-belajar.html. yang menyatakan bahwa hal yang paling mendasar yang
dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru
dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi kondusif sebab masing-masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan
mengarah pada peningkatan hasil belajar. Keaktifan siswa dalam belajar
74
merupakan persoalan penting dan mendasar yang harus dipahami, disadari dan dikembangkan oleh setiap guru didalam proses pembelajaran. Demikian pula
berarti harus dapat diterapkan oleh siswa dalam setiap bentuk kegiatan belajar. Keaktifan belajar ditandai oleh adanya keterlibatan secara optimal, baik
intelektual, emosional maupun fisik. Keterlibatan langsung siswa didalam proses pembelajaran memiliki intensitas keaktifan yang lebih tinggi. Dalam keadaan ini
siswa tidak hanya sekedar aktif mendengar, mengamati dan mengikuti akan tetapi terlibat langsung didalam melaksanakan suatu percobaan, peragaan atau
mendemonstrasikan sesuatu. Dengan keterlibatan langsung ini berarti siswa aktif mengalami dan melakukan proses belajar sendiri.
Performansi guru juga mengalami peningkatan dari 80,63 dengan kriteria B menjadi 95,88 dengan kriteria A. hasil performansi guru dapat meningkat pada
siklus II dikarenakan guru telah melakukan refleksi pada siklus I. Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan
untuk mengetahui kekurangan dan untuk menentukan tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat Arikunto, dkk 2009:80
yang mengemukakan bahwa refleksi dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang telah
terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.
Peningkatan hasil belajar, aktivitas siswa, performansi guru menunjukan bahwa pembelajaran menggunakan teknik modelling pada siswa kelas IV SD
Negeri Gantungan 01 Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal dalam membuat
75
karya kerajinan dan benda konstruksi dapat dikatakan berhasil dengan hasil yang melebihi target kriteria yang diharapkan.
Dari hasil penelitian melalui siklus I dan siklus II, diperoleh data bahwa peningkatan hasil belajar Seni Budaya dan Keterampilan SBK melalui teknik
modelling sangat sesuai dan tepat. Dengan penerapan teknik modelling pada pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, hasil belajar siswa dapat meningkat.
Dengan demikian, teknik modelling ini mampu membuktikan peningkatan hasil belajar siswa dalam membuat karya kerajinan dan benda konstruksi.
4.2.2 Implikasi Hasil Penelitian