VI. KELAYAKAN FINANSIAL PEMANFAATAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN
Kelayakan finansial pemanfaatan sumber energi terbarukan dimaksudkan untuk mengkaji apakah manfaat yang diperoleh dari pemanfaatan energi terbarukan sesuai
dengan dana yang diinvestasikan. Kajian kelayakan finansial dilakukan terhadap PLTB dan PLTS, serta usahatani jarak pagar sebagai sumber BBN. Berikut ini dikemukakan
hasil analisis kelayakan finansial pemanfaatan masing-masing sumber energi. 6.1. Kelayakan Finansial PLTB
Sebagaimana dikemukakan pada Bab Potensi Sumber Energi Terbarukan, bahwa sampai dengan tahun 2007 di Nusa Penida telah dibangun 9 unit PLTB, tetapi baru 2
unit yang beroperasi. Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapang, bahwa operasionalisasi PLTB dilaksanakan oleh koperasi, dalam hal ini adalah Koperasi Serba
Usaha Surya Sejahtera yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten Klungkung. Koperasi pengelola berkewajiban mengoperasikan dan melakukan pemeliharaan rutin, serta
menyetor 40 dari hasil penjualan listrik kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung. Dalam kajian kelayakan finansial PLTB difokuskan kepada operasional
kedua unit PLTB tersebut. Dengan asumsi bahwa umur ekonomis PLTB mencapai 25 tahun dan harga jual listrik Rp 700kWh, pada tingkat bunga 12 pengembangan PLTB
di Nusa Penida tidak layak secara finansial, ditandai nilai NPV negatif dan BC 1 Tabel 6.1. Ketidaklayakan tersebut karena biaya investasi untuk pembangunan PLTB
sangat besar, mencapai Rp 7,5 miliar untuk 2 unit PLTB, sedangkan energi listrik yang dihasilkan rata-rata 92.130 kWhth.
Penetapan harga jual listrik PLTB mengacu kepada biaya pokok penyediaan listrik oleh PLN yang diatur berdasarkan Permen Energi dan Sumberdaya Mineral
nomor 269-1226600.32008. Berdasarkan Permen tersebut, biaya pokok penyediaan tenaga listrik tegangan menengah BPP-TM, dan tegangan rendah BPP-TR untuk
daerah Bali, masing-masing Rp859kWh, dan Rp 1.012kWh. BPP tersebut dapat juga dijadikan sebagai acuan dalam penetapan harga jual tenaga listrik Pembangkit Skala
Kecil Tersebar sebagaimana ditetapkan dalam Permen Energi dan Sumberdaya Mineral nomor 1122 K30MEM2002 tahun 2002, yaitu sebesar 80 atau 60 dari BPP pada
titik interkoneksi di jaringan tegangan menengah atau tegangan rendah. Mengingat
jaringan listrik di Nusa Penida terpisah dari jaringan listrik Jawa-Madura-Bali dan lokasi di daerah terpencil, perlu dipertimbangkan penetapan harga jual listrik PLTB
mengacu kepada biaya pokok penyediaan listrik oleh PLN setempat. Menurut informasi dari PT. PLN unit jaringan Nusa Penida, biaya pokok penyediaan listrik di Nusa Penida
mencapai Rp2.500kWh. Disamping itu sejalan dengan perkembangan ekonomi global, penetapan discount rate juga cenderung dinamis. Oleh karena itu dalam kajian ini
dilakukan analisis sensitivitas pengembangan PLTB terhadap peubah kritis yang mungkin mengalami perubahan baik sebagai akibat perubahan kondisi sosial, politik
dan ekonomi, maupun peubah yang dapat dijadikan komponen kebijakan pengelolaan energi di pulau-pulau kecil. Hasil analisis sensitivitas pengembangan PLTB terhadap
perubahan harga jual listrik dan discount rate disajikan pada Tabel 6.2 dan Tabel 6.3. Tabel 6.1 Analisis kelayakan finansial PLTB pada tingkat harga Rp 700kWh dan
tingkat bunga
12
Rp000
Tahun ke Investasi
Biaya Operasional
Jumlah Biaya Penerimaan
Nilai Sisa
Penerimaan Kotor
Penerimaan Bersih
Nilai Sekarang
0 7.500.000 7.500.000
0 0 -7.500.000 -7.500.000
1 0 33.600
33.600 64.491
0 64.491 30.891
27.581 2 0
33.600 33.600
64.491 0 64.491
30.891 24.626
3 0 33.600
33.600 64.491
0 64.491 30.891
21.988 4 0
33.600 33.600
64.491 0 64.491
30.891 19.632
5 0 33.600
33.600 64.491
0 64.491 30.891
17.529 6 0
33.600 33.600
64.491 0 64.491
30.891 15.650
7 0 33.600
33.600 64.491
0 64.491 30.891
13.974 8 0
33.600 33.600
64.491 0 64.491
30.891 12.476
9 0 33.600
33.600 64.491
0 64.491 30.891
11.140 10 0
33.600 33.600
64.491 0 64.491
30.891 9.946
11 0 33.600
33.600 64.491
0 64.491 30.891
8.880 12 0
33.600 33.600
64.491 0 64.491
30.891 7.929
13 0 33.600
33.600 64.491
0 64.491 30.891
7.079 14 0
33.600 33.600
64.491 0 64.491
30.891 6.321
15 0 33.600
33.600 64.491
0 64.491 30.891
5.644 16 0
33.600 33.600
64.491 0 64.491
30.891 5.039
17 0 33.600
33.600 64.491
0 64.491 30.891
4.499 18 0
33.600 33.600
64.491 0 64.491
30.891 4.017
19 0 33.600
33.600 64.491
0 64.491 30.891
3.587 20 0
33.600 33.600
64.491 0 64.491
30.891 3.202
21 0 33.600
33.600 64.491
0 64.491 30.891
2.859 22 0
33.600 33.600
64.491 0 64.491
30.891 2.553
23 0 33.600
33.600 64.491
0 64.491 30.891
2.279 24 0
33.600 33.600
64.491 0 64.491
30.891 2.035
25 0 33.600
33.600 64.491
5.250.000 5.314.491
5.280.891 332.698
NPV -6.926.835
BC 0,076
IRR -0,93
Hasil analisis sensitivitas pada Tabel 6.2 dan Tabel 6.3 menunjukkan bahwa tingkat harga minimum yang diperlukan untuk mencapai pengembangan PLTB yang
layak secara finansial adalah Rp 10.350 kWh Hasil analisis selengkapnya pada
Lampiran 9. Penetapan harga jual listrik PLTB sebesar biaya pokok penyediaan listrik oleh PLN di Nusa Penida Rp 2.500kWh pada tingkat bunga 12 belum mampu
membuat pengembangan PLTB di daerah tersebut layak secara finansial. Pengembangan PLTB layak secara finansial pada tingkat harga jual listrik
Rp2.500kWh disertai penurunan discount rate menjadi 1,64. Tabel 6.2 Analisis sensitivitas pengembangan PLTB terhadap perubahan harga jual
listrik pada tingkat bunga 12 Indikator Kelayakan Finansial
Harga Jual Listrik RpkWh NPV Rp
BC IRR
700 -6.950.069.346 0,076
-0,93 2.500 -5.649.405.980
0,247 1,64
10.350 22.931.481 1,003
12,04
Tabel 6.3 Analisis sensitivitas pengembangan PLTB terhadap perubahan discount rate pada tingkat harga jual listrik R2.500kWh
Indikator Kelayakan Finansial Discount rate
NPV Rp BC
IRR 9 -4.960.339.835
0,339 1,64
6 -3.763.976.585 0,498
1,64 1,5 191.079.421
1,025 1,64
Hasil analisis titik impas menunjukkan bahwa pada tingkat harga jual listrik Rp 700kWh, maka produksi listrik dari 2 unit PLTB harus mencapai 476.571 kWhth,
yang berarti bahwa diperlukan peningkatan produksi lebih dari lima kali produksi yang dicapai selama ini.
Hasil analisis periode pengembalian menunjukkan bahwa pada tingkat harga Rp700kWh, dengan tingkat produksi 92.130 kWhth diperlukan waktu 60,79 tahun
untuk mengembalikan modal yang diinvestasikan dalam pembangunan 2 unit PLTB. Mengingat bahwa PLTB sudah dibangun oleh pemerintah, maka yang perlu
mendapat perhatian adalah operasionalisasinya agar memberikan manfaat yang optimal bagi upaya mewujudkan kawasan mandiri energi di Nusa Penida. Oleh karena itu,
dalam kajian ini juga dilakukan analisis kelayakan usaha yang dilakukan oleh koperasi dalam mengoperasionalkan PLTB, dalam arti bahwa yang diperhitungkan adalah biaya
operasional yang meliputi upah operator dan pemeliharaan bulanan, ditambah dengan setoran wajib kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung. Hasil analisis pada
Tabel 6.4 menunjukkan bahwa usaha koperasi mengoperasionalkan 2 unit PLTB layak secara finansial ditandai dengan nilai NPV positif, BC1, dan IRR12.
Tabel 6.4 Analisis kelayakan finansial operasinal PLTB pada tingkat bunga 12
Tahun ke
Investasi Biaya
Operasional Jumlah Biaya
Penerimaan Penerimaan
Bersih Nilai Sekarang
0 0 33.600.000 33.600.000
-33.600.000 -33.600.000
1 0 59.396.484 59.396.484
64.491.210 5.094.726
4.548.863 2 0 59.396.484
59.396.484 64.491.210
5.094.726 4.061.484
3 0 59.396.484 59.396.484
64.491.210 5.094.726
3.626.325 4 0 59.396.484
59.396.484 64.491.210
5.094.726 3.237.790
5 0 59.396.484 59.396.484
64.491.210 5.094.726
2.890.884 6 0 59.396.484
59.396.484 64.491.210
5.094.726 2.581.147
7 0 59.396.484 59.396.484
64.491.210 5.094.726
2.304.595 8 0 59.396.484
59.396.484 64.491.210
5.094.726 2.057.674
9 0 59.396.484 59.396.484
64.491.210 5.094.726
1.837.209 10 0 59.396.484
59.396.484 64.491.210
5.094.726 1.640.365
11 0 59.396.484 59.396.484
64.491.210 5.094.726
1.464.612 12 0 59.396.484
59.396.484 64.491.210
5.094.726 1.307.689
13 0 59.396.484 59.396.484
64.491.210 5.094.726
1.167.580 14 0 59.396.484
59.396.484 64.491.210
5.094.726 1.042.482
15 0 59.396.484 59.396.484
64.491.210 5.094.726
930.787 16 0 59.396.484
59.396.484 64.491.210
5.094.726 831.060
17 0 59.396.484 59.396.484
64.491.210 5.094.726
742.018 18 0 59.396.484
59.396.484 64.491.210
5.094.726 662.516
19 0 59.396.484 59.396.484
64.491.210 5.094.726
591.532 20 0 59.396.484
59.396.484 64.491.210
5.094.726 528.154
21 0 59.396.484 59.396.484
64.491.210 5.094.726
471.566 22 0 59.396.484
59.396.484 64.491.210
5.094.726 421.041
23 0 59.396.484 59.396.484
64.491.210 5.094.726
375.929 24 0 59.396.484
59.396.484 64.491.210
5.094.726 335.651
25 0 59.396.484 59.396.484
64.491.210 5.094.726
299.689 NPV
6.358.645 BC
1,189 IRR
14,67
6.2. Kelayakan Finansial PLTS PLTS yang sudah dibangun memiliki kapasitas modul surya 32,4 kWp, dengan
output harian 130 kWh. Investasi yang dilakukan oleh Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral untuk pembangunan PLTS tersebut sebesar Rp 3.500.000.000.
Berbeda dengan operasionalisasi PLTB yang memerlukan biaya relatif besar, menurut informasi dari PT. PLN unit jaringan Nusa Penida, bahwa biaya operasionalisasi PLTS
relatif kecil. Dalam analisis kelayakan finansial PLTS di Nusa Penida, diasumsikan biaya operasional sebesar Rp 600.000bl untuk upah operator, tingkat bunga 12 dan
umur teknis PLTS mencapai 25 tahun dengan produksi listrik rata-rata 39.000 kWhth. Pada tingkat harga jual listrik PLTS Rp700kWh pengembangan PLTS tidak layak
secara finansial ditandai dengan nilai NPV negatif, BC 1 dan IRR 12 Tabel 6.5 Hasil analisis sensitivitas pada Tabel 6.6 dan Tabel 6.7 menunjukkan bahwa
tingkat harga minimum yang diperlukan untuk mencapai pengembangan PLTS yang layak secara finansial adalah Rp 11.250
kWh Hasil analisis selengkapnya pada Lampiran 10. Seperti halnya pada pengembangan PLTB, penetapan harga jual listrik
PLTS sebesar biaya pokok penyediaan listrik oleh PLN di Nusa Penida Rp2.500kWh
pada tingkat bunga 12 belum mampu membuat pengembangan PLTS di daerah tersebut layak secara finansial. Pengembangan PLTS layak secara finansial pada tingkat
harga jual listrik Rp2.500kWh disertai penurunan discount rate menjadi 1,589. Tabel 6.5 Analisis NPV dan BC dan IRR pengembangan PLTS pada tingkat harga
listrik Rp700kWh dan tingkat bunga 12
Rp000 Tahun
ke Investasi Biaya
Operasional Jumlah
Biaya Penerimaan Nilai
Sisa Penerimaan
Kotor Penerimaan
Bersih Nilai
Sekarang
3.500.000 3.500.000 0
-3.500.000 -3.500.000
1
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 17.946
2
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 16.024
3
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 14.307
4
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 12.774
5
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 11.405
6
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 10.183
7
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 9.092
8
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 8.118
9
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 7.248
10
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 6.472
11
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 5.778
12
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 5.159
13
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 4.606
14
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 4.113
15
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 3.672
16
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 3.279
17
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 2.927
18
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 2.614
19
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 2.334
20
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 2.084
21
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 1.860
22
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 1.661
23
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 1.483
24
7.200 7.200 27.300
27.300 20.100 1.324
25
7.200 7.200 27.300
2.450.000 2.477.300
2.470.100 145.299 NPV
-3.199.411 BC
0,076
IRR
-0,740
Tabel 6.6 Analisis sensitivitas pengembangan PLTS terhadap perubahan harga jual listrik pada tingkat bunga 12
Indikator Kelayakan Finansial Harga Jual Listrik RpkWh
NPV Rp BC
IRR 700 -3.199.411.566
0,076 -0,740
2.500 -2.648.823.200 0,247
1,589 11.250 27.648.022
1,008 12,104
Tabel 6.7 Analisis sensitivitas pengembangan PLTS terhadap perubahan discount rate pada tingkat harga jual listrik R2.500kWh
Indikator Kelayakan Finansial Discount rate
NPV Rp BC
IRR 9 -2.330.425.176
0,334 1,589
6 -1.776.851.017 0,492
1,589 1,5 56.202.930
1,016 1,589
Hasil analisis titik impas menunjukkan bahwa pada tingkat harga jual listrik Rp 700kWh, maka produksi listrik dari PLTS harus mencapai
210.286
kWhth, yang berarti bahwa diperlukan peningkatan produksi lebih dari lima kali produksi yang dicapai
selama ini. Hasil analisis periode pengembalian menunjukkan bahwa pada tingkat harga
Rp700kWh, dengan tingkat produksi 39.000 kWhth diperlukan waktu 36,97 tahun untuk mengembalikan modal yang diinvestasikan dalam pembangunan PLTS.
6.3. Kelayakan Finansial Pengembangan Tanaman Penghasil BBN Pengembangan tanaman jarak pagar di Nusa Penida dilakukan atas kerjasama
PT. PLN dengan Pemerintah Kabupaten Klungkung dan Universitas Udayana, Denpasar. Melalui program tersebut, disediakan bibit tanaman jarak pagar dan
dilakukan pembinaan teknis budidaya kepada petani yang berkomitmen menanam jarak pagar. Sampai dengan tahun 2008, bibit yang didistribusikan sebanyak 125.250 batang,
setara dengan 51,5 ha pertanaman jarak pagar. Pada saat penelitian dilaksanakan, bitbit yang sebagian besar ditanam pada bulan Nopember-Desember 2007 baru pada tahap
tanaman berbunga, sehingga belum diperoleh data mengenai produktivitas tanaman. Oleh karena itu dalam analisis kelayakan finansial, proyeksi produksi biji jarak
mengacu kepada tingkat kesesuaian lahan dan potensi produksi benih jarak pagar yang sudah dihasilkan di lembaga penelitian. Pada kondisi optimal, benih hasil seleksi
populasi jarak pagar IP-2M yang sesuai untuk lahan kering, berpotensi hasil 1,7-2,0 tonha pada tahun pertama dan mencapai 6,6-7,5 tonha pada tahun keempat ICERD,
2006. Sedangkan benih yang sudah disebarkan untuk pengembangan jarak pagar di berbagai daerah di Indonesia, yakni IP-1A, IP-1M, dan IP-1P memiliki potensi hasil
0,2-0,3 tonha pada tahun pertama dan mencapai 4-5 tonha pada tahun kelima PUSLITBANG PERKEBUNAN, 2006. Namun mengingat terbatasnya sumber
pengairan dan panjangnya musim kemarau di Nusa Penida, dalam kajian kelayakan finansial pengembangan usahatani jarak pagar di Nusa Penida diasumsikan
produktivitas tanaman jarak pagar mencapai 0,2 tonha pada tahun pertama, kemudian meningkat secara gradual mencapai 2 tonha pada umur 5-25 tahun.
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pengembangan tanaman jarak di Nusa Penida, dalam kajian ini analisis ditujukan kepada tingkat harga
yang dibutuhkan untuk mencapai usahatani jarak pagar yang layak secara finansial di daerah tersebut. Berdasarkan hasil simulasi kelayakan finansial usahatani jarak pagar,
harga minimum yang diperlukan untuk mencapai usahatani yang layak secara finansial adalah Rp 2.070kg biji jarak pagar, ditandai dengan nilai NPV mendekati nol, BC
mendekati 1, dan IRR mendekati 12 Tabel 6.8. Hasil simulasi tersebut menunjukkan bahwa tingkat harga yang dapat memberi insentif bagi petani untuk mengembangkan
usahatani jarak pagar Rp 2.070kg biji jarak pagar. Tabel 6.8. Analisis kelayakan finansial usahatani jarak pagar perhektar pada tingkat
harga biji = Rp 2.070kg dan tingkat bunga 12
Tahun ke Investasi
Biaya Operasional Jumlah
Biaya Penerimaan
Kotor Penerimaan
Bersih Nilai Sekarang
0 8.497.500 8.497.500
-8.497.500 -8.497.500 1
2.054.167 2.054.167
369.000 -1.685.167
-1.464.435 2
1.717.917 1.717.917
922.500 -795.417
-544.417 3
2.184.583 2.184.583
1.845.000 -339.583
-81.558 4
1.794.583 1.794.583
2.952.000 1.157.417
964.346 5
2.367.917 2.367.917
3.690.000 1.322.083
1.005.528 6
1.867.917 1.867.917
3.690.000 1.822.083
1.151.108 7
2.367.917 2.367.917
3.690.000 1.322.083
801.601 8
1.867.917 1.867.917
3.690.000 1.822.083
917.656 9
2.367.917 2.367.917
3.690.000 1.322.083
639.031 10
1.867.917 1.867.917
3.690.000 1.822.083
731.550 11
2.367.917 2.367.917
3.690.000 1.322.083
509.432 12
1.867.917 1.867.917
3.690.000 1.822.083
583.187 13
2.367.917 2.367.917
3.690.000 1.322.083
406.116 14
1.867.917 1.867.917
3.690.000 1.822.083
464.913 15
2.367.917 2.367.917
3.690.000 1.322.083
323.753 16
1.867.917 1.867.917
3.690.000 1.822.083
370.626 17
2.367.917 2.367.917
3.690.000 1.322.083
258.094 18
1.867.917 1.867.917
3.690.000 1.822.083
295.461 19
2.367.917 2.367.917
3.690.000 1.322.083
205.751 20
1.867.917 1.867.917
3.690.000 1.822.083
235.540 21
2.367.917 2.367.917
3.690.000 1.322.083
164.023 22
1.867.917 1.867.917
3.690.000 1.822.083
187.771 23
2.367.917 2.367.917
3.690.000 1.322.083
130.758 24
1.867.917 1.867.917
3.690.000 1.822.083
149.690 25
2.367.917 2.367.917
3.690.000 1.322.083
104.240 NPV 12.264
BC 1,001
IRR 12,01
Pada saat penelitian dilaksanakan, harga biji jarak pagar belum terbentuk karena belum ada transaksi jual beli biji jarak pagar. Informasi yang beredar di masyarakat
bahwa harga yang ditawarkan oleh PT.PLN antara Rp 500-700kg. Tingkat harga tersebut jauh dibawah tingkat harga minimum yang diperlukan untuk kelayakan
usahatani jarak pagar, berarti tidak memberikan insentif bagi petani untuk mengusahakan tanaman jarak pagar. Penetapan harga biji jarak pagar Rp2.070kg
menimbulkan persepsi masyarakat bahwa penetapan harga hanya berpedoman kepada harga jual listrik kepada masyarakat, dan dijadikan indikasi bahwa sistem pengelolaan
energi di Nusa Penida memposisikan petani jarak sebagai donatur untuk menanggung subsidi listrik. Berdasarkan hasil observasi di lapang, persepsi tersebut merupakan salah
satu penyebab tersendatnya perkembangan areal pertanaman jarak pagar. Kebijakan pemerintah yang pada awal tahun 2009 menurunkan harga solar
menjadi Rp 4.500l, mencerminkan bahwa tingkat harga solar kembali ke tingkat harga pada tahun 2005. Pada tingkat harga tersebut, harga solar untuk bahan bakar PLTD di
Nusa Penida mencapai Rp6.300l. Mengacu kepada rendemen minyak jarak 30 terhadap berat biji Hambali et al 2007, dengan memperhitungkan biaya pengolahan
dan marjin keuntungan bagi usaha pengolahan, maka harga keekonomian biji jarak di Nusa Penida mencapai Rp1.250-1.350kg. Tingkat harga tersebut masih lebih kecil
dibandingkan harga minimum yang diperlukan untuk mencapai usahatani jarak pagar yang layak secara finansial. Bagi pelaku pasar yang rasional tentu tidak mungkin
mengharapkan harga biji jarak mencapai harga minimum yang diperlukan. Oleh karena itu, diperlukan inovasi teknologi untuk meningkatkan produktivitas usahatani jarak
pagar, baik melalui penggunaan benih unggul maupun perbaikan kesesuaian lahan dengan cara mengupayakan pengairan. Dalam kajian ini dilakukan analisis sensitivitas
usahatani jarak pagar terhadap produktivitas yang dicapai pada tahun ke 5-25 pada tingkat harga biji jarak Rp1.250kg. Hasil analisis sensitivitas pada Tabel 6.9
menunjukkan bahwa pada tingkat produktivitas usahatani 3.500 kgha pada tahun ke 5- 25, pengembangan usahatani jarak pagar di Nusa Penida layak secara finansial ditandai
dengan nilai NPV positif, BC 1 dan IRR 12. Hasil analisis titik impas menunjukkan bahwa pada tingkat harga biji jarak Rp
700kg, maka rata-rata produktivitas usahatani jarak harus mencapai
3.484.29
kghath,
VII. DAMPAK LINGKUNGAN PEMANFAATAN ENERGI TERBARUKAN 7.1. Indikator Beban Lingkungan