4.2. Intensitas Radiasi Matahari
Berdasarkan data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, khususnya lokasi Sampalan Nusa Penida bagian timur dan Prapat Nusa Penida bagian
barat, rata-rata curah hujan tahunan periode 1991-2003 masing-masing 1.080 mmth dan 1.215 mmth. Dilihat dari distribusi curah hujan pada setiap bulannya, bulan basah
hanya terjadi selama empat bulan yaitu bulan Nopember sampai dengan Pebruari, sedangkan bulan kering berlangsung selama delapan bulan, Maret sampai dengan
Oktober. Curah hujan rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebesar 264,5 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 2 mm.
Dilihat dari jumlah hari hujan, wilayah Nusa Penida merupakan wilayah dengan jumlah hari hujan rendah, yaitu 92 haritahun. Jumlah hari hujan yang mencapai lebih dari 10
haribulan hanya terjadi selama 4 bulan yaitu pada bulan Januari, Pebruari, Maret, dan Desember. Data jumlah hari hujan pada setiap bulan menunjukkan bahwa jumlah hari
hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebanyak 14,6 hari, sedangkan jumlah hari hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebanyak 1,2 hari Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Curah hujan dan jumlah hari hujan bulanan di Nusa Penida, tahun 1991-2003
Bulan Lokasi
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Jumlah Curah hujan
Sampalan 268 205 18 78 29 29 11
2 11 38 126 156
1080 Prapat 261 250 142
99 56 28 7 2 13 30 144 186
1215 Rata-rata 264,5 227,5 135 88,5 42,5 28,5 9 2
12 34 135 171 1152,5 Jumlah hari hujan
Nusa Penida
14,6 12,8 12,2 8,6 6,2 3,4 4 1,2 1,4 6,4 9,6 11,6
92 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, 2006
Dilihat dari lama penyinaran matahari, wilayah Nusa Penida memiliki lama penyinaran yang relatif tinggi. Dalam setiap tahunnya terdapat 7 bulan dengan lama
penyinaran di atas 50, sedangkan 5 bulan lainnya memiliki lama penyinaran antara 24-46. Data dari Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar
menunjukkan bahwa lama penyinaran rata-rata bulanan di wilayah Nusa Penida berkisar antara 24-82 dengan rata-rata tahunan mencapai 58,1. Lama penyinaran terpanjang
terjadi pada bulan Agustus dan September sebesar 82, sedangkan lama penyinaran terpendek terjadi pada bulan Januari sebesar 24. Data lama penyinaran di wilayah
Nusa Penida disajikan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Lama penyinaran di wilayah Nusa Penida No.
Bulan Lama penyinaran
1. Januari 24
2. Pebruari 26
3. Maret 41
4. April 51
5. Mei 74
6. Juni 74
7. Juli 74
8. Agustus 82
9. September 82
10. Oktober 79
11. Nopember 46
12 Desember 34
Rata-rata 58,1 Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, 2006
Berdasarkan curah hujan, jumlah hari hujan, dan lama penyinaran, maka secara kualitatif potensi radiasi matahari sebagai sumber energi di wilayah Nusa Penida relatif
besar. Menurut Rostyono 1998, radiasi matahari di Nusa Penida rata-rata 800 wattm
2
. Mengacu kepada lama penyinaran dan rata-rata radiasi matahari, maka prakiraan
potensi radiasi matahari sebagai sumber energi di Nusa Penida pada setiap bulannya seperti pada Tabel 4.6. Besar energi listrik yang dihasilkan dari pemanfaatan radiasi
matahari tentu sangat tergantung kepada tingkat efisiensi pembangkit listrik tenaga surya yang dibangun.
Tabel 4.6. Prakiraan potensi radiasi matahari perbulan di Nusa Penida No. Bulan
Jumlah Jam per
hari Lama
penyinaran Jumlah
Hari Potensi Radiasi
kWhm
2
bl 1. Januari
12 24
31 71
2. Pebruari 12
26
28 70
3. Maret 12
41
31 122
4. April 12
51
30 147
5. Mei 12
74
31 220
6. Juni 12
74
30 213
7. Juli 12
74
31 220
8. Agustus 12
82
31 244
9. September 12
82
30 236
10. Oktober 12
79
31 235
11. Nopember 12
46
30 132
12. Desember 12
34
31 101
4.3. Bahan Bakar Nabati