41
BAB IV STUDY KASUS
4.1 Baku Mutu Limbah Cair
4.1.1. Latar Belakang Study Kasus
Dalam setiap perusahaan pangan maupun perusahaan material pasti memiliki limbah hasil produksi baik itu limbah
berbentuk cair maupun limbah berbentuk padat, hal ini perusahaan pasti sudah menyediakan atau mengatasi hal tersebut dengan berbagai
metode dan cara penanganannya sendiri. Proses pengolahan limbah cair ini memiliki pengaruh
terhadap lingkungan sekitar perusahaan sehingga harus ada penanganan secara khusus untuk pengolahan limbah cair di setiap
industri, PT INTI LUHUR FUJA ABADI dalam proses penanganan limbah cair produksi ini menggunakan metode sedimentasi, aerasi dan
adsorb karena proses ini mudah di terapkan dan tidak terlalu mengeluarkan biaya yang besar.
Metode adsorbs yang di terapkan oleh PT. ILUFA dalam proses pengolahan limbah cair menggunakan adsorben berupa batu
zeolit, zeolit merupakan kristal alumina silika dengan struktur tiga dimensi yang terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika dengan
rongga-rongga didalam yang berisi ion-ion logam, berupa alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas.
42
4.1.2 Permasalahan Permasalahan yang dihadapi PT ILUFA sebagai berikut :
Bagaimana parameter keberhasilan IPAL PT ILUFA yang menyebabkan
“BAU” limbah cair ? Bagaimana pemanfaatan tulang ikan menjadi tepung untuk
meningkatan nilai jual ?
4.1.3 Parameter Keberhasilan IPAL
Kapasitas IPAL dapat mencapai 10 m
3
ton produksi. Kapasitas air limbah yang masuk dalam proses pengolahan limbah cair sebesar 40
m
3
hari. IPAL pada PT. ILUFA dilaksanakan secara kontinyu dan aliran limbahnya harus lancar. Apabila volume produksi sedikit sehingga
limbah cair yang dihasilkan juga sedikit maka IPAL tidak dapat digunakan. Volume air limbah yang kecil menyebabkan bak
pemgolahan limbah cair tidak terisi penuh sehingga aliran airnya tidak lancar dan timbul bau yang tidak enak.
Hasil samping dari setiap pengolahan limbah adalah lumpur yang mengendap didasar kolam, sehingga perusahaan harus
membersihkan kolam pengolahan limbah tersebut minimal satu minggu satu kali atau tergantung dari proses produksinya.
Berikut adalah syarat ketentuan limbah cair berdasarkan SK Gubernur JawaTimur No.45 Tahun 2004.
43
No Parameter
Kadar maksimum mgL 1
BOD 100
2 COD
200 3
TTS 100
4 Minyak dan Lemak
30 5
pH 6-9
Dengan demikian hasil dari IPAL masih di bawah dari standard baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan. Hasil
pengujian limbah cair PT. ILUFA
No Parameter
Kadar maksimum mgL 1
BOD 39,4
2 COD
91,4 3
TTS 20
4 Minyak dan Lemak
1,05 5
pH 8,5
Keterangan : BOD : Biological Oxygen Demand
COD : Chemical Oxygen Demand TTS
: Total Suspended Solid pH
: Potential of Hydrogen Pada penangan bau limbah cair yang sangat sulit di
netralkan ini sangat menyulitkan bagi perusahaan. Dengan adanya keberadaan IPAL maka diharapkan dapat
mengurangi pencemaran terhadap lingkungan, terutama untuk air
44
dan udara serta diharapkan masyarakat dapat mengambil
keuntungan dan tidak merasa terganggu dengan keberadaan IPAL tersebut.
Dari hasil pengamatan IPAL di PT ILUFA sebagian masyarakat di sekitarnya mengeluhkan adanya bau amis yang
berasal dari IPAL tersebut. Bau amis ini berasal dari bak aerasi karena proses penurunan BOD yang tidak memenuhi syarat. Sudah
di jelaskan dari SK Gubernur JawaTimur No.45 Tahun 2004. Yang menerangkan bahwa standard dari kadar maximum keberhasilan
adalah 100mgL namun yang di peroleh dari hasil uji IPAL PT ILUFA hanya dapat mengolah sebesar 39,4mgL.
4.2 Penanganan 4.2.1 Proses Pengolahan Limbah Cair Yang Efisien