Bagian produksi dan terkait produksi Qc, Teknik, Umum: Bagian Accounting, Adm Personalia Dan Logistik Bagian Satpam : Proses Pengolahan Limbah Cair

19 = 5 Hari 7 Jam Kerja + 1 Hari 5 Jam Kerja - 1 Bulan = 4 Minggu 28 Hari + 2 Hari Kerja - 2 Hari Kerja = 1 Hari 7 Jam Kerja + 1 Hari 6 Jam Kerja = 13 Jam - Jadi 173 = 4 Minggu x 40 Jam + 13 Jam = 160 Jam + 13 Jam

2. Perhitungan Upah Lembur :

a. Hari Kerja Normal : Jam pertama = 1,5 x Upah Lembur perjam = 1,5 x Rp. 15.600,- Jam kedua dan seterusnya = 2,0 x Upah Lembur perjam = 2,0 x RP. 15.600,- b. Hari Minggu atau Hari Libur Resmi Nasional : Jam pertama dan seterusnya = 2,0 x Upah Lembur perjam = 2,0 x RP. 15.600,- c. Hari Raya Idul Fitri : Jam pertama dan seterusnya = 3,0 x Upah Lembur perjam = 3,0 x RP. 15.600,-

3. Jam Kerja di PT. Inti luhur fuja abadi

a. Bagian produksi dan terkait produksi Qc, Teknik, Umum:

Hari Senin – Kamis : Pukul 08.00 sd Pukul 16.00 Istirahat Pukul 11.30 sd 12.30 1 Jam Hari Jum’at : Pukul 08.00 sd Pukul 15.30 Istirahata Pukul 11.00 sd 12.30 1,5 Jam 20 Hari Sabtu : Pukul 08.00 sd Pukul 15.00 Istirahata Pukul 11.30 sd 12.30 1 Jam

b. Bagian Accounting, Adm Personalia Dan Logistik

Hari Senin – Jum’at : Pukul 08.00 sd Pukul 16.00 Istirahat Pukul 11.30 sd 12.30 1 Jam Hari Sabtu : Pukul 08.00 sd Pukul 13.00 Tanpa istirahat

c. Bagian Satpam :

Dibagi 3 tiga shift : Shift 1 Pagi : Pukul 07.00 sd Pukul 15.00 Istirahat Pukul 11.30 sd 12.30 1 Jam Shift 2 Sore : Pukul 15.00 sd Pukul 21.00 Istirahat Pukul 17.30 sd 18.30 1 Jam Shift 3 Malam : Pukul 21.00 sd Pukul 07.00 Istirahat Pukul 04.00 sd 05.00 1 Jam

2.6 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana produksi pada suatu perusahaan sangat dibutuhkan sebagai penunjang kelancaran operasional produksi. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut, maka proses produksi pada perusahaan akan berjalan dengan lancar. PT. ILUFA merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perikanan, sehingga perusahaan tersebut harus mempunyai 21 sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk memperlancar proses produksi yang dilakukan perusahaan.

2.6.1 Sarana

Sarana adalah berbagai macam peralatan yang digunakan untuk proses pembekuan fillet ikan kakap merah. Sarana yang dimiliki oleh Unit Pembekuan Ikan di PT. ILUFA antara lain adalah : 1. Meja yang terbuat dari stainless stell , yang digunakan untuk penyortiran bahan baku, pemfilletan, penyisikan dan retouching. 2. Basket, digunakan sebagai wadah ikan setelah disortir dan pada saat penimbangan, pencucian sampai pada penyusunan dalam pan. 3. Keranjang plastik yang digunakan untuk tempat dalam proses pencucian , penimbangan dan tempat hasil fillet. 4. Box penampungan, digunakan untuk penampungan sementara bahan baku. 5. Selang air , digunakan sebagai salah satu media dalam pencucian baik bahan baku , peralatan maupun membersihkan lantai ruang proses. 6. Bak stainless steel digunakan sebagai media penampung air untuk pencucian bahan baku. 7. Pinset yang digunakan untuk pencabutan duri dan pengecekan ulang ikan yang sudah dilakukan pemfilletan. 8. Pisau yang digunakan untuk penyisikan, pemfilletan , trimming, pada bahan baku. 22 9. Gayung, digunakan untuk pengambilan air dengaan cara disiramkan ke tubuh ikanbahan baku secara merata. 10. Timbangan duduk untuk menimbang bahan baku 11. Timbangan digital, digunakan untuk menimbang ikan setelah difillet. 12. Pan pembeku, digunakan sebagai tempat penyusunan ikan yang akan dibekukan. Pan terbuat dari stainless steel dengan panjang 80 cm, lebar 40cm, dan tinggi 8cm. 13. Sealer vacuum, digunakan untuk merekatkan plastik pembungkus. 14. Kereta dorong, digunakan untuk mengangkat bahan baku pada sterofoam dan untuk mengangkut produk yang telah dikemas untuk dimasukkan ke dalam container.

2.6.2 Prasarana

Prasarana digunakan untuk menunjang kegiatan yang ada di PT. ILUFA. Dengan prasarana pekerja dapat menyelesaikan proses pembekuan fillet ikan kakap dengan baik. Adapun prasarana yang terdapat pada PT. ILUFA adalah sebagai berikut : 1. Ruang proses produksi Digunakan sebagai tempat penyortiran, pencucian, penyiangan, penimbangan, penyusunan bahan baku. 23 2. Ruang pengepakan Berada di depan ruang cold storage beserta meja untuk pengepakan. 3. Ruang Pembekuan ABF Air Blast Freezer ABF berfungsi untuk membekukan ikan tanpa adanya air dalam suatu ruangan. Keunggulan dari ABF yaitu dapat membekukan berbagai jenis dan bentuk produk. Terdapat tiga unit ruang pembekuan ABF dengan kapasitas 20 ton. 4. Bak penampung ikan Bak penampung ikan ini digunakan untuk menampung bahan baku yang datang penyimpanan sebelum diproses . 5. Cold Storage Terdapat tiga ruang cold storage dengan kapasitas penyimpanan masing masing 60 ton. 6. Footh bath Merupakan tempat yang digunakan untuk media sanitasi pekerja sebelum masuk ke ruang proses dan mempunyai kapasitas air sebanyak 140 liter air bersih. 7. Pintu dan curtain Adapun pintu ini dilengkapi dengan tirai plastik berwarna putih bening yang berfungsi untuk menahan serangga yang masuk ke dalam ruang proses dan untuk mengurangi fluktuasi suhu pada ruang proses. 24 8. Ruang ganti karyawan Ruangan ini bersebelahan dengan toilet khusus wanita. Ruang ini juga digunakan untuk menyimpan perlengkapan karyawan. 9. Perlengkapan anti serangga Pada alat ini menggunakan insect lamp dengan kapasitas 40 watt yang terdapat pada ruang proses. 10. Perlengkapan karyawan Adapun macam-macam perlengkapan seperti pakaian seragam, penutup kepala yang dilengkapi masker, sarung tangan, dan sepatu boot. 11. Toilet Toilet ini terpisah dari unit pembekuan tetapi jaraknya cukup dekat. 12. Kantor Terdapat dua ruang kantor yaitu kantor operasional dan kantor produksi. Kantor operasional oleh manager operasional dan bagian administrasi. Sedangkan kantor produksi ditempati oleh kepala bagian produksi, pengawas mutu QC, dan kepala seksi yang lain. 13. Gudang Tempat ini berfungsi untuk menyimpan bahan-bahan penunjang seperti bahan pengepak , label dan juga peralatan produksi. 25 14. Forkflift Berbentuk seperti mobil yang dilengkapi dengan katrol untuk membawa barang. Biasanya digunakan saat memindahkan produk yang telah dikemas untuk dimasukkan ke dalam container. 26 BAB III PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

3.1 Proses Pengolahan Limbah Cair

Limbah cair yang dihasilkan PT. ILUFA berasal dari sisa air yang digunakan untuk proses produksi fillet ikan dan bekas keperluan MCK Mandi Cuci Kakus. Limbah cair memiliki karakteristik berbau amis, berwarna coklat agak keruh dan ada sedikit limbah pada yang terikut. Oleh karena itu, sebelum dibuang ke saluran sungai atau irigasi, limbah cair harus diolah dulu untuk mereduksi bahan pencemar yang terkandung didalamnya. Limbah cair yang berasal dari proses produksi termasuk limbah organik sehingga dapat diolah maupun diproses ulang dengan water treatment. Pada prinsipnya pengolahan limbah cair yang dilakukan oleh PT. ILUFA menggunakan metode sedimentasi, aerasi dan adsorbs. Proses sedimentasi dan aerasi cocok diterapkan dalam proses pengolahan limbah cair di PT. ILUFA karena penerpan kedua proses tersebut mudah, sederhana dan tidak mengeluarkan biaya besar. Metode adsorbs yang di terapkan oleh PT. ILUFA dalam proses pengolahan limbah cair menggunakan adsorben berupa batu zeolit. Menurut Sujarwadi 1997, zeolit merupakan Kristal alumina silika dengan struktur tiga dimensi yang terbentuk dari tetrahedral alumina dan silika dengan rongga-rongga didalam yang berisi ion-ion logam, berupa alkali atau alkali tanah dan molekul air yang dapat bergerak bebas. Beberapa tahap pengolahan limbah cair di PT. ILUFA dapat di lihat melalui diagram berikut ini: 27 DIAGRAM ALIR PROSES PENGOLAHAN LIMBAH Gambar 3.1 Diagram Alir IPAL Dari diagram diatas dapat dijelaskan proses diagram alir dan fungsi dari tahapan-tahapan sebagai berikut :

1. Penyaringan Tahap 1

2. Pengendapan tahap 1

4. Aerasi dan pengandapan 2

3. Penyaringan tahap 2

5. Meteran pengukur debit air

6. pipa buangan ke sungai

28

1. Penyaringan tahap 1

Air limbah yang berasal dari proses produksi dikeluarkan melalui selokan, kemudian disaring dengan papan fiberglass bertujuan agar limbah padat sisa hasil produksi yang berupa sisik, duri dan sisa trimming tidak terikut limbah cair yang akan diproses ulang dengan water treatment. Setelah melalui papan tersebut, air dialirkan ke saringan yang lebih rapat untuk mengurangi benda benda padat yang tidak tersaring. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan kawat kasa agar limbah yang selain limbah cair tidak ikut kedalam proses selanjutnya. Gambar 3.2 Penyaringan Tahap 1 2. Pengendapan tahap 1 Pengendapan merupakan salah satu bagian proses pengolahan limbah cair yang cukup sederhana dan termasuk perlakuan pendahuluan sebelum dilakukan tahapan selanjutnya. Tujuan proses pengendapan pertama adalah mengurangi partikel-partikel terlarut yang terdapat pada limbah cair sisa produksi. Salah satu syarat agar proses pengendapan limbah cair agar berjalan dengan lancar adalah keadaan air harus tenang dan tidak dilakukan pengadukan. Proses pengendapan yang dilakukan oleh 29 PT. ILUFA menggunakan tiga bush kolam yang berbentuk seperti sumur dengan diameter masing-masing 0,75 meter dan kedalaman 2,5 meter. Setiap bak pengendapan memiliki pipa penyalur pada bagian atasnya sehingga air limbah yang telah melalui tahapan ini dapat di alirkan dan dipompa ke proses pengolahan selanjutnya. Gambar 3.3 Pengendapan Tahap 1 3. Penyaringan Tahap 2 Dari kolam penampungan maka air limbah akan keluar melalui saringan yang berisi batu zeloit. zeloit dapat di gunakan untuk mengendapkan patikel-partikel dalam air maupun limbah cair agar tampak lebih jernih. Salah satu sifat zeolit adalah sebagi adsorben dan penyaring molekul. Sifat tersebut disebabkan struktur zeloit yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya. Selain itu, zeolit juga berfungsi sebagai penukar ion karena zeolit mengandung kation logam alkali dan alkali tanah. Kation tersebut dapat bergerak bebas didalam rongga dan dapat dipertukarkan dengan kation oagam yang lain dengan jumlah yang sama. Akibat struktur zeolit berongga, anion atau molekul berukuran lebih kecil atau sama dengan rongga dapat masuk dan terjebak. 30 Setelah proses adsorbs dengan menggunakan batu zeolit, dilakukan penyaringan akhir dengan menggunakan arang, ijuk dan kawat baja. Batu arang merupakan karbon aktif yang berfungsi sebagai penyerap warna air sehingga IPAL Instalansi Pengolahan Air Limbah menghasilkan air yang jernih dan tidak berwarna. Penyaringan kedua telah menghasilkan air yang jernih sehingga dapat di alirkan selokan yang langsung menuju ke sawah dan sungai tempat budidaya ikan lele yang dikembangkan oleh warga sekitar. Salah satu parameter keberhasilan IPAL yang diterapkan oleh PT. ILUFA adalah tanaman di sawah sekitar warga tetap tumbuh subur dan budidaya ikan lele tidak terganggu. Gambar 3.4 Penyaringan Tahap 2

4. Aerasi dan Pengendapan Tahap 2

Proses aerasi yang diterapkan oleh PT. ILUFA menggunakan alat sederhana namun efektif dan efisien untuk menambahkan oksigen secara optimal pada air limbah. Fungsi aerasi adalah untuk menyediakan gas oksigen bagi kehidupan mikroba, ditunjukkan dengan penurunan BOD Biological Oxygen Demand dan COD Chemical Oxygen Demand serta sesuai dengan persyaratan air departemen kesehatan. Air limbah dari 31 sumur akan di pompa dengan mesin diesel dan dialirkan ke menara aerasi yang berbentuk persegi panjang dengan rak yang berlubang lubang dan disusun bertingkat sebanyak 9 buah. Air limbah dari menara aerasi akan jatuh kekolam yang terbagi atas tiga bagian dan pada kolam yang terakhir diberi tawas yang berfungsi menjernihkan serta bubuk kaporit yang berfungsi untuk membunuh kuman. Kemudian air limbah dialirkan ke bak terakhir melalui saluran yang terdapat pada bagian atas kolam. Pada pengolahan ketiga ini juga disebut sebagai tahap desinfeksi. Kolam memiliki kedalaman 2 meter mengingat kemudahannya untuk dibersihkan. Gambar 3.5 Aerasi dan pengendapan tahap 2

5. Meteran Pengukur Debit Air

Setelah melalui proses pengendapan tahap 2 dan proses aerasi air limbah yang akan di buang dapat dilihat jumlahnya melalui meteran pengukur debit air ini sehingga dapat diukur berapa jumlah air limbah yang di buang ke sungai setiap harinya. 32 Gambar 3.6 Meteran Pengukur Debit Air

6. Pipa Buangan Ke Sungai

Setelah melalui meteran pengukur debit air limbah di buang ke sungai karena limbah tidak mengandung limbah padat yang terikut. Gambar 3.7 Pipa Buangan Limbah

3.2 Pengolahan Limbah Padat