antara lain oleh kemungkinan adanya ketidaksamaan informasi antar pihak manajemen dengan pihak investor Husnan, 2000.
Teori ini digunakan untuk menjelaskan keterkaitan variabel independen yaitu kebijakan deviden dan non-debt tax shield terhadap
variabel dependen yaitu struktur modal. Perusahaan yang memiliki kebijakan deviden yang tinggi lebih menyukai pendanaan dengan modal
sendiri untuk mengatasi kelebihan aliran kas free cash flow pada perusahaan yang menguntungkan dan pertumbuhan rendah, sehingga dapat
mengurangi agency cost. Non-debt tax shield sebagai penentu struktur modal bukan dari hutang, berupa pembebanan biaya depresiasi dan
amortisasi terhadap laba dan rugi. Semakin besar depresiasi dan amortisasi akan menyebabkan semakin besar penghematan pajak penghasilan dan
semakin besar cash flow perusahaan. Dengan demikian, suatu perusahaan yang memiliki non-debt tax shield tinggi cenderung akan menggunakan
hutang yang lebih rendah Nurita, 2012
2.1.3. Agency Theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976. Menurut pendekatan ini, struktur modal disusun sedemikian
rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan Hanafi, 2003. Manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik
perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat
melakukan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan imbalan dan pengawasan. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan
agen, pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat diambil manajemen. Kegiatan pengawasan membutuhkan biaya yang
disebut dengan biaya agensi. Biaya agensi adalah biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemem bertindak
konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan kreditor dan pemegang saham Van Horne dan Wachowicz, 1998 dalam Sunarwi, 2010.
2.1.4. The Trade Off Model
Model trade off mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil trade off dari keuntungan pajak dengan menggunakan beban
hutang yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut. Trade off theory telah mempertimbangkan berbagai faktor seperti corporate tax, biaya
kebangkrutan, dan personal tax dalam menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih struktur modal tertentu Husnan, 2000.
Dasar yang digunakan dalam teori trade off adalah adanya informasi asimetris yang menjelaskan keputusan struktur modal yang diambil oleh suatu
perusahaan, yaitu adanya informasi yang dimiliki oleh pihak manajemen suatu perusahaan, dimana perusahaan dapat menyampaikan informasi kepada publik.
Teori ini menyatakan bahwa struktur modal yang optimal dapat diperoleh pada saat terjadinya keseimbangan antara keuntungan tax shield of leverage dengan
financial distress dan agency cost of leverage. Model ini secara implisit menyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan pinjaman sama sekali
dan perusahaan yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan pinjaman seluruhnya adalah tidak baik. Keputusan terbaik adalah keputusan yang moderat
dengan mempertimbangkan kedua instrument pembiayaan Werdiniarti, 2007. Model trade off theory memberikan memberikan cukup kontribusi penting
yang dapat menentukan optimalnya pendapatan perusahaan, yaitu Hartono, 2003 dalam Sunarwi 2010 menyatakan:
Perusahaan yang memiliki aset yang tinggi, sebaiknya menggunakan sedikit hutang. Dengan banyaknya aset dan sedikit hutang, maka risiko yang
dimiliki perusahaan akan semakin kecil. Hubungan antara risiko bisnis dengan hutang adalah searah, yaitu apabila semakin besar hutang maka
semakin besar pula risikonya. Hal ini didasarkan dari pola hubungan antara risiko bisnis dengan hutang. Diasumsikan perusahaan memiliki hutang yang
tinggi, maka yang harus menjadi prioritas dari perusahaan dari kepemilikan asetnya adalah pemenuhan kewajiban atas hutang yang dimiliki perusahaan.
Sedang para pemilik perusahaan tentu berkeinginan untuk memperoleh keuntungan yang semaksimal mungkin dari aset yang dimiliki. Namun
apabila dengan hutang yang lebih sedikit maka, dari kepemilikan aset meskipun prioritas tetap pemenuhan kewajiban hutang, namun perolehan
keuntungan yang lebih besar akan tetap menjadi milik perusahaan dan secara otomatis adalah menjadi hak pemilik perusahaan
. Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak
menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak rendah. Pajak adalah kewajiban yang harus dipenuhi perusahaan terhadap negara. Prioritas
ini menjadi lebih utama apabila perusahaan memperoleh keuntungan. Hal pertama yang harus dibayar adalah pajak. Semakin tinggi pendapatan maka semakin besar
pula pajak yang harus dibayarkan. Peraturan perpajakanlah yang berupa persentase dari keuntunga yang menjadikan besarnya nilai pajak yang harus
dibayarkan. Hutang merupakan salah satu solusi untuk mengoptimalkan pendapatan yang terkena pajak. Hutang yang cukup besar akan menjadikan pajak
yang harus dibayarkan menjadi lebih kecil, namun pendapatan perusahaan tidak mengalami penurunan, sehingga dalam statistik pendapatan perusahaan
memberikan gambaran yang bagus.
2.2. Struktur Modal