Peningkatan dan penurunan aset berpengaruh pada kondisi capital perusahaan. Peningkatan aset yang disebabkan karena hasil kinerja perusahaan
bisa berupa keuntungan dari usaha perusahaan, dari hal ini maka modal sendiri akan meningkat, dan perbandingan modal antara modal dan hutang akan berubah.
Perusahaan ingin meningkatkan tingkat produksi dengan penambahan aset tetap, sedang aktiva lancar perusahaan menunjukkan jumlah yang kurang memadai
untuk keberlangsungan produksi, maka langkah yang dilakukan adalah dengan mendapatkan tambahan dana dari luar, bisa berupa hutang terhadap bank, atau
menerbitkan obligasi. Perolehan dana dari luar ini akan menjadikan perbandingan antara modal dan hutang berubah.
Aset yang berubah-ubah setiap periodenya memberikan pandangan yang unik untuk didalami. Penyajian data yang jelas dengan asumsi perusahaan
menerbitkan data yang sesungguhnya, menjadikan pengamatan terhadap aset menjadi lebih fokus. Angka aset dari periode ke periode berubah-ubah sesuai
dengan kinerja perusahaan juga keputusan-keputusan yang diambil manajemen. Trend pertumbuhan aset akan memberikan efek pada keputusuan manajemen
dalam menentukan pengembangan perusahaan,
2.3.2. Ukuran Perusahaan
Rajan dan Zingales, 1995 dalam Sartono dan Sriharto, 1999 perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih
terdiversifikasi sehingga semakin kecil kemungkinan untuk bangkrut dan lebih mampu memenuhi kewajibannya, sehingga perusahaan besar cenderung
mempunyai hutang yang lebih besar daripada perusahaan kecil. Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan
Saidi, 2004. Pengukuran variabel ukuran perusahaan mengacu pada penelitian Saidi, 2004, dan Rahayu, 2005, dimana ukuran perusahaaan di-proxy dengan nilai
logaritma natural dari total aset natural logarithm of aset. Logaritma dari total asets dijadikan indikator dari ukuran perusahaan karena jika semakin besar ukuran
perusahaan maka aset tetap yang dibutuhkan juga akan semakin besar. Logaritma natural digunakan agar nilai total aset antara perusahaan yang satu dengan yang
lain tidak terlalu ekstrim secara angka, namun tetap masih menunjukkan perbedaan yang signifikan, sehingga perhitungan analisis dapat dilakukan dengan
lebih tepat. Ukuran Perusahaan = Ln Total Aset
2.3.3. Profitabilitas
Saidi, 2004 menyatakan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba. Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan
keputusan yang dilakukan oleh perusahaan Brigham Houston, 2006. Rasio ptofitabilitas dapat menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen
aktiva, dan utang pada hasik-hasil operasi. Semakin tinggi kemampuan memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan investor.
Seringkali pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil.
Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang profitable tidak
memerlukan banyak pembiayaan dengan hutang. Tingkat pengembaliannya yang sangat tinggi memungkinkan perusahaan tersebut untuk membiayai sebagian
besar kebutuhan pendanaan mereka dengan dana yang dihasilkan secara internal Brigham dan Houston, 2001. Menentukan rasio profitabilitas dapat dilakukan
dengan beberapa cara, Brigham Houston, 2006 menyatakan diantaranya sebagai berikut:
1. Margin Laba atas Penjualan Rasio ini akan menunjukkan laba per nilai pernjualan. Perusahaan
yang menggunakan hutang lebih banyak dari yang lain dengan asumsi bahwa penjualan, biaya operasi, dan EBIT perusahaan yang dibandingkan
sama, maka perusahaan dengan hutang lebih besar akan memiliki beban bunga yang lebih tinggi. Perhitungan rasio ini adalah sebagai berikut:
2. Kemampuan Dasar untuk Menghasilkan Laba Rasio ini menunjukkan kemampuan dasar untuk menghasilkan laba
dari aktiva-aktiva perusahaan, sebelum ada pengaruh dari pajak dan leverage, dan angka ini akan bermanfaat dalam membandingkan
perusahaan-perusahaan dengan berbagai situasi pajak dan tingkat pengungkitan keuangan yang berbeda-beda. Perhitungan BEP adalah
sebagai berikut:
Keterangan: EBIT = Earnings before Interest and Taxes
3. Tingkat Pengembalian Total Aset Rasio antara laba bersih terhadap total aktiva mengukur tingkat
pengembalian total aktiva return on total asets ROA setelah beban bunga dan pajak. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
4. Tingkat Pengembalian Ekuitas Saham Biasa Rasio akuntansi yang paling penting, atau jumlah akhir bottom line,
adalah rasio laba bersih terhadap ekuitas saham biasa, yang diukur sebagai tingkat pengembalian ekuitas saham biasa return on equity ROE. Para
pemegang saham melalukan investasi untuk mendapatkan pengembalian atas uang mereka, dari kacamata akuntansi rasio ini dapat menunjukkan
seberapa baik mereka karena telah melakukan investasi tersebut. Perhitungan rasio ini adalah sebagai berikut:
Profitabilitas suatu perusahaan dapat ditentukan dengan berbagai cara seperti di atas. Penelitian ini menggunakan ROE untuk menentukan
profitabilitas perusahaan-perusahaan yang menjadi obyek penelitian. ROE ditentukan dengan perbandingan antara laba bersih perusahaan bagi saham
biasa terhadap modal biasa. Hal ini dianggap tepat, karena seperti yang kita ketahui struktur modal adalah perbandingan antara modal sendiri dan hutang
yang digunakan sebagai sumber untuk penambahan keperluan operasi perusahaan.
Modal sendiri yang menjadi perhitungan di dalam struktur modal adalah ditentukan dari investasi jangka panjang yang ada di perusahaan.
Investasi jangka panjang berbentuk saham yang dimiliki oleh para pemilik perusahaan. Pemilik saham antara saham preferen dan saham biasa seperti
dalam pengertian keduanya, yang dianggap sebagai pemilik sesungguhnya dari perusahaan tersebut adalah pemegang saham biasa. Hal ini dikarenakan
saham preferen tidak dapat dikatakan sebagai kepemilikan yang sesungguhnya atas perusahaan, karena sifat-sifat yang ada pada saham
preferen adalah kurang lebih seperti hutangkewajiban. Tingkat risiko dan kemungkinan perolehan keuntungan yang tinggi, juga hak pemegang saham
biasa yang menjadikan mereka bisa menentukan arah laju dari perusahaan adalah menjadi dasar dari asumsi bahwa keputusan merekalah yang akan
menentukan kinerja perusahaan. Sehingga penentuan tingkan profitabilitas perusahaan dipilih menggunakan ROE.
2.3.4. Risiko Bisnis