Sumber daya ikan pelagis

yang merupakan objek penelitian Kang 2002 mempunyai nilai s T ∆ kecil, sekitar -2 dB. Nilai tersebut didapatkan dari panjang rata-rata ikan 17 cm. Sementara panjang badan plankton mempunyai nilai rata-rata 1,93 cm. Nilai tersebut berdasarkan dari nilai s T ∆ sebesar 15 dB antara frekuensi 38 kHz dan 120 kHz. Panjang rata-rata plankton didapatkan berdasarkan pengamatan panjangnya, yaitu: 23,1; 21,5; 20,0; 18,5; 17,1 dan 15,7 mm Kang, 2002. ∆ MVBS yang lebih kecil dari -1 dB dan kisaran antara 4 dB sampai dengan 10 dB tidak dapat diketahui jenisnya, karena berdasarkan hasil trawling tidak ditemukan apa-apa, baik ikan maupun krill Kang, 2002. Namun untuk daerah perairan multisize atau multispesies, nilai tersebut dapat dimungkinkan sebagai target. Hal diperkuat oleh pernyataan Korneliussen 2002 yang menyatakan bahwa metode analisis ∆ MVBS bergantung pada besarnya ukuran rata-rata target dan besarnya echo.

2.4.1. Sumber daya ikan pelagis

Seluruh daerah perairan terbuka disebut kawasan pelagis Nybakken,1992. Permukaan laut sampai dengan kedalaman 100 - 150 meter zona tembus cahaya disebut zona epipelagik. Zona dibawah zona epipelagik sampai kedalaman 700 meter disebut zona mesopelagik. Pada umumnya ikan pelagis hidup secara bergerombol dan densitasnya di dekat permukaan lebih besar dari pada perairan di bawahnya, kecuali pada daerah upwelling yang merupakan daerah subur akibat adanya pengangkatan zat hara dari lapisan dalam perairan ke lapisan permukaan Amin et al ., 1991. Samudera Hindia di selatan Pulau Jawa dipengaruhi oleh musim Barat dan Timur Soeriatmadja, 1957 dan Wyrtki, 1961 in Utami 2003. Bulan September sampai April dipengaruhi angin dari Barat laut sehingga di sebut musim Barat dan dari bulan April sampai September dipengaruhi oleh angin musim dari Tenggara yang disebut musim Timur. Kondisi angin tersebut berpengaruh terhadap pola arus pada perairan tersebut. Penyebaran ikan pelagis dipengaruhi oleh lingkungan perairan disekitarnya. Ikan jenis ini akan mencari kondisi lingkungan yang cocok dengan kondisi tubuhnya. Daerah yang disukai ikan pelagis adalah daerah yang masih mendapatkan sinar matahari eufotik dengan kisaran suhu antara 28 o C - 30 o C. Pada siang hari ikan pelagis akan turun sampai ke kedalaman 12 - 22 m, karena intensitas cahaya matahari yang kuat. Pada malam hari ikan pelagis akan menyebar merata di kolom perairan. Pada saat ini juga, ikan demersal akan melakukan migrasi vertikal ke lapisan atas, bercampur dengan ikan pelagis Laevastu dan Hayes, 1981. Sebaran ikan pelagis sangat terkait dengan kedalaman batas bawah lapisan termoklin dan kelimpahan makanan volume fitoplankton dan zooplankton. Konsentrasi ikan pelagis paling banyak ditemukan di area upwelling pantai yang produktivitasnya tinggi, umumnya sepanjang pantai barat benua. Migrasi ikan- ikan pelagis dipengaruhi oleh arus. Artinya bahwa ikan-ikan pelagis sebenarnya mampu bergerak melawan arus, namun karena arus menyebabkan pengkonsentrasian plankton maka ikan pelagis bergerak mengikuti arus untuk mendapatkan daerah tempat makanannya terkumpul Laevastu dan Hayes, 1981. Gunarso 1985 menerangkan bahwa, ikan-ikan yang lebih besar dan lebih tua cenderung melakukan ruaya ke arah perairan yang lebih dingin dalam area penyebarannya, sedangkan ikan yang berukuran lebih kecil akan tetap pada daerah penyebarannya yang normal. Pada lapisan tercampur faktor pembatas bagi kehidupan ikan sangat sedikit. Selain faktor suhu yang hangat, ketersediaan oksigen yang melimpah yang berasal dari atmosfer dan dari hasil fotosintesis fitoplankton. Ikan pelagis kecil, terdapat banyak di lapisan permukaan bertujuan untuk mencari makanan yang terdapat banyak di lapisan permukaan. Suhu pada termoklin lebih dingin daripada di lapisan dekat permukaan, walaupun faktor pembatas lebih besar faktor suhu yang dingin, namun ikan dari kelompok pelagis besar bisa tetap hidup. Ikan jenis ini merupakan pemangsa bagi ikan-ikan kecil. Ikan pelagis besar merupakan perenang cepat dan hidup bergerombol schooling sewaktu mencari makan. Kecepatan renangnya dapat mencapai 50 kmjam. Kemampuan renang ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebarannya dapat meliputi skala ruang wilayah geografis yang cukup luas beberapa spesies dapat menyebar dan migrasi lintas samudera. Ikan pelagis besar menyebar luas di seluruh perairan tropis dan subtropis. Penyebarannya dipengaruhi garis lintang latitude tapi tidak terpengaruh garis bujur longitude Nakamura, 1969 in Diniah et al., 2001. Di Samudera Hindia dan Atlantik menyebar di antara 40 LU dan 40 LS Collete dan Nauen, 1983 in Diniah et al., 2001. Khususnya di Indonesia, menurut Uktolseja et al. 1991 in Diniah et al., 2001, ikan jenis ini hampir didapatkan menyebar di seluruh perairan Indonesia. Distribusi ikan pelagis besar di laut sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari lingkungannya. Faktor internal meliputi jenis genetis, umur dan ukuran serta tingkah laku behaviour. Perbedaan genetis menyebabkan perbedaan morfologi, respon fisiologis dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Faktor eksternal merupakan faktor lingkungan, diantaranya: suhu, salinitas, densitas dan kedalaman lapisan termoklin, arus dan sirkulasi massa air, oksigen dan kelimpahan makanan. Kedalaman renang ikan pelagis besar tergantung jenisnya. Umumnya ikan Tuna dan Cakalang dapat tertangkap di kedalaman 0 - 400 m. 2.4.2. Migrasi vertikal dalam hubungannya dengan lingkungan Migrasi vertikal ikan bergantung terhadap hari dan musim. Secara umum, hampir semua ikan pelagis naik ke lapisan permukaan sebelum matahari terbenam. Setelah matahari terbenam mereka menyebar di kolom perairan dan turun ke lapisan yang lebih dalam saat matahari terbit. Cahaya adalah faktor utama dalam migrasi ikan secara vertikal, ikan akan menempati kedalaman tertentu yang memilki intensitas cahaya optimum bagi ikan tersebut. Migrasi harian ikan dalam hubungannya dengan cahaya juga dipengaruhi oleh fito plankton. Beberapa organisme fitoplankton mampu untuk memproduksi substansi toksik selama periode fotosintesis yang menyebabkan ikan menjauh dari konsentrasi fitoplankton pada siang hari. Menurut Blaxter dan Southward 1990 in Nery 2003, migrasi vertikal dapat dibagi menjadi 2 kategori besar, yaitu: 1 Ikan bergerak naik ke dalam kolom perairan pada saat permulaan malam dan turun pada saat permulaan siang. 2 Ikan bergerak turun pada saat permulaan malam dan naik pada saat permulaan siang. Menurut Laevastu dan Hayes 1981, migrasi vertikal ikan dibagi menjadi 6 kategori seperti berikut : 1 Spesies pelagis pada siang hari berada sedikit di atas termoklin; bermigrasi ke lapisan permukaan pada saat matahari terbenam; menyebar antara permukaan dan lapisan termoklin saat malam hari; turun ke dekat lapisan termoklin pada saat matahari terbit. 2 Spesies pelagi s yang pada siang hari berada di bawah lapisan termoklin; bermigrasi melewati lapisan termoklin menuju lapisan permukaan dan dasar perairan saat malam dengan sebagian besar berada di atas lapisan termoklin; turun melewati lapisan termoklin menuju lapisan yang lebih dalam saat matahari terbit. 3 Spesies pelagis yang pada siang hari berada di lapisan bawah termoklin, bermigrasi menuju lapisan termoklin saat matahari terbenam; menyebar antara termoklin san dasar perairan saat malam; turun menuju lapisan yang leb ih dalam saat matahari terbit. 4 Spesies demersal yang pada siang hari berada dekat dengan dasar, bermigrasi dan menyebar ke dalam kolom air di bawah dan kadang- kadang di atas termoklin saat matahari terbenam; turun menuju dasar perairan saat matahari terbit. 5 Spesies yang pada siang hari menyebar di kolom perairan, bermigrasi menuju dasar perairan pada saat malam hari. 6 Spesies pelagis dan demersal yang tidak jelas migrasi hariannya.

2.5. Ikan pelagis yang dominan tertangkap di Samudera Hindia