BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kayu Remaja Juvenile Wood
Pada awal pertumbuhannya, pohon membentuk jaringan kayu yang sangat dipengaruhi oleh meristem pucuk. Dengan adanya hormon auksin, arah
pertumbuhan lebih dominan ke arah tinggi batang yang ditandai dengan adanya karakteristik anatomi berupa percepatan pertambahan dimensi sel. Pertumbuhan
ini disebut sebagai pertumbuhan primer. Kayu yang dibentuk pada pertumbuhan primer disebut kayu remaja atau juvenile wood dan merupakan kayu yang terdapat
di sekeliling empulur. Oleh karena itu juvenile wood sering disebut pith wood Zobel Sprague 1998 atau corewood Walker 1993. Pembentukan kayu
remaja sangat berkaitan dengan adanya pengaruh meristem pucuk yang berkepanjangan terhadap pembentukan kayu. Ketika umur pohon bertambah,
pengaruh meristem pucuk berkurang digantikan secara berangsur oleh kambium yang akan membentuk pertumbuhan kayu ke arah radial dan menambah diameter
batang. Pertumbuhan ini disebut sebagai pertumbuhan sekunder. Hasilnya disebut sebagai kayu dewasa atau adult wood Panshin de Zeeuw 1980.
Kayu remaja pada pohon sangat dipengaruhi oleh umur, sehingga keberadaan kayu remaja tidak hanya pada jenis-jenis cepat tumbuh saja, tetapi
juga pada jenis kayu lambat tumbuh. Lamanya periode tingkat remaja ini bervariasi pada berbagai jenis pohon, tetapi kayu remaja selalu terdapat
melingkupi riap tumbuh pertama. Jumlah riap tumbuh ini tidak dapat ditentukan secara tetap, bukan saja karena perbedaan jenis pohon, tetapi juga karena pola
variasi dari juvenile wood yang berbeda Tsoumis 1991. Kayu remaja bisa terdapat pada bagian kayu teras maupun gubal, atau
seluruh batang, tergantung pada umur pohon. Bagian kayu remaja di dalam batang dari pangkal sampai ujung berbentuk silindris, sehingga pada bagian ujung batang
bisa seluruhnya terdiri dari kayu remaja yang meliputi teras dan gubal. Kayu remaja terdapat paling banyak dalam 5-20 lingkaran tumbuh pertama dimana lama
pembentukannya tergantung spesies. Besarnya porsi kayu remaja sangat ditentukan oleh jenis pohon, jaraknya dari pucuk, dan karakteristik adanya
percepatan pertumbuhan dimensi yang menjadi konstan ketika kambium menjadi dewasa Panshin de Zeeuw 1980.
Berdasarkan hasil penelitian Rulliaty 2008 dari aspek anatominya, pada pangkal batang sungkai Peronema canescens Jack. umur 22 tahun memiliki
porsi kayu remaja sekitar 65; kayu sengon Paraserianthes falcataria berumur 6 tahun seluruhnya masih termasuk kategori kayu remaja, sedangkan pada kayu
pinus Pinus merkusii berumur 20 tahun mempunyai kandungan kayu remaja sebesar 31,6. Kayu remaja memiliki lingkar tumbuh relatif lebih lebar pada
tahun-tahun pertama periode pertumbuhan pohon, kerapatan rendah berpengaruh terhadap kekuatannya yang rendah pula, dan mengandung lignin yang tinggi
Kininmonth 1986. Kayu remaja memiliki penyusutan yang lebih besar pada arah longitudinal yang dapat mengakibatkan cacat lengkung warping pada kayu
gergajian yang berdekatan dengan empulur dan mutunya jauh lebih rendah dibandingkan kayu dewasa, sehingga kayu juvenil kurang baik untuk penggunaan
struktural, seperti tiang, kuda-kuda langit, dan sebagainya Haygreen Bowyer 1989.
Menurut Zobel dan Sprague 1998, juvenile wood umumnya memiliki komposisi kimia; selulosa, hemiselulosa, lignin, poliphenol, dan resin yang
berbeda dengan kayu dewasa. Selain itu karakteristik kimia juvenile wood juga berbeda pada kayu daun lebar dan kayu daun jarum Dalam banyak hal, kayu
remaja memiliki sifat menyerupai kayu reaksi. Oleh sebab itu seringkali kayu remaja jenis kayu daun jarum memiliki kadar lignin yang tinggi dan selulosa yang
rendah, seperti halnya kayu reaksi tekan. Sementara itu sebaliknya terjadi pada kayu remaja dari jenis kayu daun lebar yang mendekati sifat kayu reaksi tarik
Zobel Sprague 1998.
2.2 Komponen Kimia Struktural Kayu