percepatan pertumbuhan dimensi yang menjadi konstan ketika kambium menjadi dewasa Panshin de Zeeuw 1980.
Berdasarkan hasil penelitian Rulliaty 2008 dari aspek anatominya, pada pangkal batang sungkai Peronema canescens Jack. umur 22 tahun memiliki
porsi kayu remaja sekitar 65; kayu sengon Paraserianthes falcataria berumur 6 tahun seluruhnya masih termasuk kategori kayu remaja, sedangkan pada kayu
pinus Pinus merkusii berumur 20 tahun mempunyai kandungan kayu remaja sebesar 31,6. Kayu remaja memiliki lingkar tumbuh relatif lebih lebar pada
tahun-tahun pertama periode pertumbuhan pohon, kerapatan rendah berpengaruh terhadap kekuatannya yang rendah pula, dan mengandung lignin yang tinggi
Kininmonth 1986. Kayu remaja memiliki penyusutan yang lebih besar pada arah longitudinal yang dapat mengakibatkan cacat lengkung warping pada kayu
gergajian yang berdekatan dengan empulur dan mutunya jauh lebih rendah dibandingkan kayu dewasa, sehingga kayu juvenil kurang baik untuk penggunaan
struktural, seperti tiang, kuda-kuda langit, dan sebagainya Haygreen Bowyer 1989.
Menurut Zobel dan Sprague 1998, juvenile wood umumnya memiliki komposisi kimia; selulosa, hemiselulosa, lignin, poliphenol, dan resin yang
berbeda dengan kayu dewasa. Selain itu karakteristik kimia juvenile wood juga berbeda pada kayu daun lebar dan kayu daun jarum Dalam banyak hal, kayu
remaja memiliki sifat menyerupai kayu reaksi. Oleh sebab itu seringkali kayu remaja jenis kayu daun jarum memiliki kadar lignin yang tinggi dan selulosa yang
rendah, seperti halnya kayu reaksi tekan. Sementara itu sebaliknya terjadi pada kayu remaja dari jenis kayu daun lebar yang mendekati sifat kayu reaksi tarik
Zobel Sprague 1998.
2.2 Komponen Kimia Struktural Kayu
Kayu mengandung komponen kimia yang terdiri komponen utama yaitu selulosa, hemiselulosa, serta lignin, dan komponen minor yang terdiri dari
ekstraktif dan mineral. Kandungan komponen kimia kayu beragam untuk jenis kayu yang berbeda atau antar jenis kayu daun lebar dan daun jarum. Kayu daun
jarum mengandung komponen kimia selulosa sekitar 42±2, hemiselulosa 27±2, lignin 28±3, dan zat ekstraktif 3±2, sedangkan komponen kimia kayu
daun lebar sebanyak 45±2 selulosa, 30±5 hemiselulosa, 20±4 lignin, dan 5±3 ekstraktif Fengel Wagener 1995.
Selulosa merupakan komponen kimia penyusun kayu yang terbesar jumlahnya. Selulosa merupakan polimer linier dengan berat molekul tinggi yang
tersusun oleh unit β-D-glukosa Fengel Wagener 1995. Molekul-molekul selulosa mempunyai kecenderungan membentuk ikatan-ikatan hydrogen intra dan
inter molekul. Berkas-berkas molekul selulosa membentuk mikrofibril yang mengandung tempat yang sangat teratur kristalin dan diselingi dengan tempat
yang kurang teratur amorf. Mikrofibril membentuk fibril-fibril dan akhirnya serat-serat. Secara alami, selulosa berikatan dengan zat lain yaitu hemiselulosa
dan lignin. Hemiselulosa terdapat dalam dinding sel dan sangat dekat asosiasinya dengan selulosa Sjostrom 1995.
Polisakarida penyusun dinding sel kayu selain selulosa, adalah hemiselulosa yang memiliki bobot molekul lebih rendah dibanding selulosa.
Hemiselulosa berbeda dengan selulosa karena memiliki rantai molekul yang lebih pendek dan bercabang. Hemiselulosa diisolasi melalui ekstraksi kayu yang
didelignifikasi dengan air atau dengan larutan alkali. Secara umum hemiselulosa dibagi menjadi dua yaitu xylan pada kayu daun lebar dan galaktoglukomanan
pada kayu daun jarum Fengel Wagener 1995. Lignin merupakan senyawa amorf yang berada di lamella tengah dan
dinding sekunder. Konsentrasi lignin dalam lamella tengah lebih tinggi dibandingkan pada lapisan dinding sekunder. Fungsi lignin yaitu sebagai perekat
sel-sel dalam kayu dan memberikan ketegaran pada sel, berpengaruh dalam memperkecil perubahan dimensi sehubungan dengan perubahan air kayu dan
mengurangi degradasi terhadap selulosa Haygreen Bowyer 1989. Berdasarkan unsur strukturalnya lignin dibagi menjadi kelompok guaiasil untuk kayu daun
jarum dan guaiasil siringil untuk kayu daun lebar. Selain komposisi ligninnya, kayu daun jarum dan kayu daun lebar juga berbeda dalam kadarnya. Umumnya
kadar lignin jenis kayu daun jarum lebih tinggi dibanding kadar lignin jenis kayu daun lebar Achmadi 1990.
Penentuan kadar lignin yang paling umum menggunakan metode Klason, yaitu dengan memisahkan lignin sebagai material yang tidak larut dalam asam
sulfat 72 dan diikuti dengan hidrolisis polisakarida pada asam sulfat 3 yang dipanaskan. Lignin yang berupa filtrat disebut lignin terlarut asam acid soluble
lignin. Pada prosedur penentuan kadar lignin, lignin memiliki kecenderungan berubah. Hal ini dikarenakan lignin memiliki gugus fungsi yang mengandung
oksigen pada posisi benzylic dan sensitif terhadap media asam Yasuda et al. 2001.
Pada suasana asam, lignin cenderung melakukan kondensasi. Peristiwa ini menyebabkan bobot molekul lignin bertambah dan dalam keadaan yang sangat
asam lignin yang telah terkondensasi ini akan mengendap Achmadi 1990. Lignin sebagian akan terlarut di dalam asam pada tahap hidrolisis kedua dari prosedur
lignin Klason. Fraksi lignin terlarut asam ini dapat diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 205 nm Swan 1965.
2.3 Komponen Kimia Non-Struktural Kayu