Jenis-Jenis Semen Semen yang digunakan dalam bangunan terdapat 2 jenis, yaitu : Jenis-Jenis Agregat Jenis Agregat Berdasarkan Bentuk

II.1. Umum

Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran bahan- bahan dasar seperti, semen, agregat halus, agregat kasar, dan air. Beton mempunyai kelebihan, antara lain : 1. Harganya relatif lebih murah. 2. Tidak memerlukan biaya perawatan. 3. Tahan lama karena tidak busuk atau berkarat. 4. Mudah dibentuk sesuai keinginan pembuatnya. Walaupun beton tampak mudah dibuat akan tetapi bila tidak dikerjakan atau direncanakan dengan teliti akan menghasilkan bahan bangunan yang kurang baik. Beton pada umumnya banyak dipergunakan dalam bidang konstuksi pembangunan rumah, gedung, jembatan, kontruksi jalan dan lain lain. II.2 Bahan- Bahan Pembentuk Beton. II.2.1 Semen Semen berasal dari kata “Cement” dalam bahasa asing Inggris yang berarti pengikat perekat. Dengan kata lain semen merupakan material yang berfungsi untuk merekatkan butir-butir agregat agar terjadi suatu masa yang kompakpadat. Selain itu juga dapat mengisi rongga rongga diantara butiran agregat.

II.2.1.1 Jenis-Jenis Semen Semen yang digunakan dalam bangunan terdapat 2 jenis, yaitu :

1. Semen hidrolis, Universitas Sumatera Utara Semen yang berubah menjadi produk yang solid setelah ditambah air, menghasilkan material yang tidak terpisah dengan air, dengan kata lain, semen hidrolis akan mengeras bila diberi air. Semen hidrolis yang paling umum adalah semen Portland. 2. Semen non-hidrolis, Semen yang tidak membutuhkan air untuk membuatnya menjadi solid. Semen non-hidrolis yang paling umum adalah kapur dan gypsum. Gypsum pernah digunakan di mesir sekitar 3000 SM untuk membangun pyramid.

II.2.1.2 Semen Portland

Semen portland adalah perekat hydraulis yang dihasilkan dari penggilingan klinker yang kandungan utamanya calcium silicate dan satu atau dua buah bentuk calcium sulfat sebagai bahan tambahan. Semen portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai dalam pembangunan fisik. II.2.1.2.1.Proses Pembuatan Semen Portland Semen Portland dibuat dengan melalui beberapa langkah, sehingga sangat halus dan memiliki sifat kohesif dan adhesif. Semen diperoleh dengan membakar secara bersamaan, suatu campuran dari calcareous yang mengandung kalsium karbonat atau batu gamping dan argillaceous yang mengandung alumina dengan perbandingan tertentu. Secara mudahnya, kandungan semen Portland ialah : kapur, silika dan alumina. Ketiga bahan dasar tadi dicampur dan dibakar dengan suhu 1550 C dan Universitas Sumatera Utara menjadi klinker. Setelah itu kemudian dikeluarkan, didinginkan dan dihaluskan sampai halus seperti bubuk. Biasanya ditambahkan gips atau kalsium sulfat CaS04 kira-kira 2-4 sebagai bahan pengontrol selama waktu pengikatan.

II.2.1.2.2 Sifat-Sifat Semen Portland

Sifat-sifat semen Portland dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sifat kimia dan sifat fisika. Sifat kimia semen portland meliputi: 1. Susunan Kimia Karena bahan dasarnya terdiri dari bahan-bahan yang terutama mengandung kapur, silika, alumina dan oksida besi, maka bahan-bahan ini menjadi unsur- unsur pokok semennya. Sebagai hasil perubahan susunan kimia yang terjadi diperoleh susunan kimia yang komplek, namun pada semen biasa dapat dilihat pada Tabel 2.1. Oksida-oksida tersebut berinteraksisatu sama lain untuk membentuk serangkaian produk yang lebih komplek selama proses peleburan. Oksida Persen Kapur, CaO 60 – 65 Silika, SiO 2 17 – 25 Universitas Sumatera Utara Alumina, Al 2 O 3 3 – 8 Besi, Fe 2 O 3 0.5 – 6 Magnesia MgO 0.5 – 4 Sulfur, SO 3 1 – 2 Soda Potash, Na 2 O + K 2 O 0.5 – 1 Tabel 2.1. Komposisi Senyawa Kimia Portland Semen Walaupun demikian pada dasarnya ada 4 unsur paling penting yang menyusun semen portland, yaitu : a. Trikalsium Silikat 3CaO.SiO 2 yang disingkat menjadi C 3 S. b. Dikalsium Silikat 2CaO.SiO 2 yang disingkat menjadi C 2 S. c. Trikalsium Aluminat 3CaO.Al 2 O 3 yang disingkat menjadi C 3 A. d. Tetrakalsium Aluminoferrit 4CaO.Al 2 O 3 .Fe 2 O 3 , disingkat menjadi C 4 AF. Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang paling mengikatmengunci ketika menjadi klinker. Komposisi C 3 S dan C 2 S adalah 70 - 80 dari berat semen dan merupakan bagian yang paling dominan memberikan sifat semen. Semen dan air saling bereaksi, persenyawaan ini dinamakan proses hidrasi, dan hasilnya dinamakan hidrasi semen. 2. Kesegaran semen Pengujian kehilangan berat akibat pembakaran loss of ignition dilakukan pada semen untuk menentukan kehilangan berat jika semen dibakar sampai sekitar 900-1000 o C. kehilangan berat ini terjadi karena adanya kelembapan dan adanya karbon dioksida dalam bentuk kapur bebas atau magnesium yang menguap. Kehilangan berat dari semen ini merupakan ukuran dari kesegaran semen. Universitas Sumatera Utara 3. Sisa yang tak terlarut Sisa bahan yang tidak habis bereaksi adalah bagian yang tidak aktif dari semen. Semakin sedikit sisa bahan ini semakin naik kualitas semen. Jumlah maksimum sisa yang tak larut yang dipersyaratkan adalah 1.,5. Sifat fisik semen portland meliputi: 1. Kehalusan butir Reaksi antara semen dan air dimulai dari permukaan butir-butir semen, sehingga makin luas permukaan butir-butir semen dari berat semen yang sama makin cepat proses hidrasinya. Hal ini berarti kehalusan butir semen mempengaruhi proses hidrasi semen, semakin halus butiran semen maka proses hidrasi akan semakin cepat, sehingga kekuatan awal tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang. Kehalusan semen yang tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air ke permukaan, tetapi menambah kecenderungan beton untuk menyusut lebih banyak dan mempermudah terjadinya retak susut. 2. Waktu ikatan Waktu yang diperlukan semen terhitung dari mulai bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen cukup kaku untuk menahan tekanan yang disebut waktu ikatan. Waktu ikat semen dibagi dua yaitu waktu ikat awal initial time dan waktu ikatan air final setting time. Waktu dari pencampuran semen dan air sampai saat kehilangan sifat keplastisanya disebut waktu ikatan awal, dan waktu mencapai pastanya menjadi massa yang keras disebut waktu ikatan akhir. Pada semen Portland biasa, waktu Universitas Sumatera Utara ikatan awal tidak boleh kurang dari 60 menit, dan waktu ikatan akhir tidak boleh lebih dari 480 menit 8 jam. 3. Panas hidrasi Silikat dan aluminat pada semen bereaksi dengan air menjdai media perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi membentuk media perekat ini disebut hidrasi. Panas hidrasi didefinisikan sebagai kuantitas panas dalam kalorigram pada semen yang terhidrasi. Hidrasi semen bersifat eksotermis dengan panas yang dikeluarkan kira-kira 120 kalorigram. Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat mengakibatkan masalah yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan curing pada saat pelaksanaan. 4. Berat jenis Berat jenis semen berkisar antara 3,15 mgm 3 . Berat jenis digunakan dalam hitungan perbandingan campuran saja.

II.2.1.2.3 Jenis-Jenis Semen Portland

Sesuai dengan tujuan pemakaianya, semen portland di Indonesia dibagi menjadi 5 jenis, yaitu : Jenis I : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan- persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis- jenis lain. Jenis II : Semen Portland yang dalam penggunaanya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Universitas Sumatera Utara Jenis III : Semen Portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi. Jenis IV : Semen Portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah. Jenis V : Semen Portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan sangat tahan terhadap sulfat.

II.2.1.2.4 Pengerasan dan Pengikatan Semen Portland

Apabila air ditambahkan ke dalam semen Portland, maka terjadi antara komponen-komponen semen dengan air yang dinamakan hidrasi. Reaksi akan menghasilkan senyawa-senyawa hidrat. Senyawa hidrat terdiri dari : 1. Calcium Silicate Hydrate + CaOH 2 . 2. Calcium Aluminate Hydrate 3CaO.Al 2 O 3 .3H 2 O. 3. Calcium Sulfuric Aluminate Hydrate 3CaO.Al 2 O 3 .3CaSO4.3H2O. Yang semuanya dalam bentuk “Cement Gel”. PENAMBAHAN AIR DORMANT PERIODE PASTA PLASTIS DAN INITIAL SETTING TIME MUDAH DIBENTUK MIN. 45 MENIT Universitas Sumatera Utara INITIAL SET FINAL SETTING TIME MAX. 8 JAM SETTING PASTA KAKU DAN MUDAH DIBENTUK FINAL SET HARDENING PADAT DAN KAKU DAN MULAI MENGERAS PROSES PENGERASAN Gambar 2.1 Proses pengikatan dan pengerasan beton Keterangan : 1. Pada awal mula reaksi hydrasi tersebut akan menghasilkan pengendapan CaOH 2 , etteringite dan C-S-H akan membentuk coating pada partikel semen serta etteringite akan membentuk coating pada 3CaO.Al 2 O 3 , hal ini akan Universitas Sumatera Utara mengakibatkan reaksi hydrasi akan tertahan, periode ini disebut Dormant Periode. 2. Dormant Periode ini terjadi pada 1 jam hingga 2 jam, dan selama itu pasta masih dalam keadaan plastis dan workable. Periode ini berakhir dengan pecahnya coating tersebut dan segera reaksi hydrasi terjadi kembali dan Initial Set segera tercapai. 3. Selama periode beberapa jam, reaksi hydrasi dari 3CaO.SiO 2 terjadi dan menghasilkan C-S-H dengan volume lebih dari dua kali volume semen. C-S-H ini akan mengisi rongga dan membentuk titik-titik kontak yang menghasilkan kekakuan. 4. Pada tahap berikutnya terjadi konsentrasi dari C-S-H dan konsentrasi dari titik- titik kontak yang akan menghalangi mobilitas partikel-partikel semen, yang akhirnya pasta menjadi kaku dan Final Setting dicapai dan proses pengerasan mulai terjadi secara steady.

II.2.2 Agregat

Agregat merupakan butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira menempati sebanyak 70 volume mortar atau beton. Walaupun namanya hanya sebagai bahan pengisi, akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat mortar atau betonya, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian penting dalam pembuatan mortar atau beton. Dalam praktek agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu : a. Batu, untuk butiran lebih dari 40 mm. Universitas Sumatera Utara b. Kerikil, untuk butiran antara 5 mm dan 40 mm. c. Pasir, unuk butiran antara 0,15 mm dan 5 mm.

II.2.2.1 Jenis-Jenis Agregat

Agregat dapat dibedakan atas dua jenis yaitu agregat alam dan agregat buatan pecahan. Agregat alam dan buatan ini pun dapat dibedakan berdasarkan beratnya, asalnya, diameter butirnya gradasi dan tekstur permukaannya.

II.2.2.2 Jenis Agregat Berdasarkan Bentuk

Bentuk agregat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya dipengaruhi oleh proses geologi batuan yang terbentuk secara alamiah. Klasifikasi agregat berdasarkan bentuknya adalah sebagai berikut: 1. Agregat bulat Agregat ini terbentuk karena terjadinya pengikisan oleh air atau keseluruhannya terbentuk karena pengeseran. Rongga udaranya minimum 33, sehingga rasio luas permukaannya kecil. Beton yang dihasilkan dari agregat ini kurang cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan, sebab ikatan antar agregat kurang kuat. 2. Agregat bulat sebagian atau tidak teratur Agregat ini secara alamiah berbentuk tidak teratur. Sebagian terbentuk karena pergeseran sehingga permukaan atau sudut – sudutnya berbentuk bulat. Rongga udara pada agregat ini lebih tinggi, sekitar 35-38, sehingga Universitas Sumatera Utara membutuhkan lebih banyak pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini belum cukup baik untuk beton mutu tinggi, karena ikatan antara agregat belum cukup baik masih kurang kuat. 3. Agregat bersudut Agregat ini mempunyai sudut – sudut yang tampak jelas, yang terbentuk di tempat – tempat perpotongan bidang – bidang dengan permukaan kasar. Rongga udara pada agregat ini sekitar 38 - 40, sehingga membutuhkan lebih banyak lagi pasta semen agar mudah dikerjakan. Beton yang dihasilkan dari agregat ini cocok untuk struktur yang menekankan pada kekuatan karena ikatan antar agregatnya baik kuat. 4. Agregat panjang Agregat ini panjangnya jauh lebih besar dari pada lebarnya dan lebarnya jauh lebih besar dari pada tebalnya. Agregat ini disebut panjang jika ukuran terbesarnya lebih dari 95 dari ukuran rata – rata. Ukuran rata – rata ialah ukuran ayakan yang meloloskan dan menahan butiran agregat. Sebagai contoh, agregat dengan ukuran rata – rata 15 mm akan lolos ayakan 19 mm dan tertahan oleh ayakan 10 mm. Agregat ini dinamakan panjang jika ukuran terkecil butirannya lebih kecil dari 27 mm 95 x 15 mm. Agregat jenis ini akan berpengaruh buruk pada mutu beton yang akan dibuat. Kekuatan tekan beton yang dihasilkan agregat ini adalah buruk. 5. Agregat pipih Universitas Sumatera Utara Agregat disebut pipih jika perbandingan tebal agregat terhadap ukuran – ukuran lebar dan tebalnya lebih kecil. Agregat pipih sama dengan agregat panjang, tidak baik untuk campuran beton mutu tinggi. Dinamakan pipih jika ukuran terkecilnya kurang dari 35 ukuran rata – ratanya. 6. Agregat pipih dan panjang Pada agregat ini mempunyai panjang yang jauh lebih besar daripada lebarnya. Sedangkan lebarnya jauh lebih besar dari tebalnya.

II.2.2.3 Jenis Agregat Berdasarkan Tekstur Permukaan